Anda di halaman 1dari 17

BAHAN SEMINAR HASIL

RANCANG BANGUN ALAT PENANAM DAN PEMUPUK BENIH


JAGUNG (Zea mays L.)

Nama : Yogi Romandoni


No.BP : 1711113007
Program Studi : Teknik Pertanian dan Biosistem
Hari/Tanggal : Kamis, 19 Agustus 2021
Pukul : 13.00 – 14.30 WIB
Tempat : Online via Zoom
Dosen Pembimbing I : Prof. Dr. Ir Santosa, MP
Dosen Pembimbing II : Dr. Ifmalinda, S.TP, MP
Dosen Undangan : Dr. Renny Eka Putri, S.TP, MP
: Irriwad Putri S.TP, M.Si
: Ashadi Hasan, S.TP, M.Tech
Pembahas Utama : 1. Rafi Nur Widiantoro (1711111019)
2. Muhamad Arif Suganda (1711112005)
3. Muhammad Iqbal (1711111031)
4. Ahmad Fadil (1711113031)
5. Cici Olivia Sari (1711111021)
6. Gifra Sentia (1711111020)
7. Rinda Oktavinda (1711113008)

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
RANCANG BANGUN ALAT PENANAM DAN PEMUPUK
BENIH JAGUNG (Zea mays L.)

YOGI ROMANDONI
1711113007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2021
RANCANG BANGUN ALAT PENANAM DAN PEMUPUK BENIH
JAGUNG (Zea mays L.)

Yogi Romandoni1, Santosa2, Ifmalinda3

1
Mahasiswa Fakultas Teknologi Pertanian Kampus Limau Manis-Padang 25163
2
Dosen Fakultas Teknologi Pertanian Kampus Limau Manis-Padang 25163
Email : yogiroman44@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian yang berjudul “Rancang Bangun Alat Penanam dan Pemupuk Benih
Jagung (Zea mays L.) bertujuan untuk meringankan dan memudahkan proses
penanaman benih jagung dengan memberikan alat yang multifungsi yaitu dapat
untuk menanam sekaligus memberikan pupuk. Metode yang dilakukan dalam
penelitian adalah melakukan perencanaan, perancangan alat, pembuatan, uji kerja
dan analisis ekonimi terhadap alat yang dirancang. Pengujian alat dilakukan pada
lahan 50 m2 dengan jarak tanam 25 cm dalam baris dan jarak antar baris 75 cm.
Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali ulangan pada setiap parameter yang
diuji. Berdasarkan hasil pengujian didapatkan benih utuh sebesar 97,64%, keluaran
2 benih perlubang tertinggi sebanyak 28 kali dari 36 lubang tanam benih jagung,
keluaran pupuk rata – rata 57,15 g dan kedalaman rata – rata 3,94 cm. Rata – rata
nilai kapasitas kerja efektif 0,0279 ha/jam, kapasitas kerja teoritis 0,0370 ha/jam,
dan efisiensi sebesar 75,31%. Hasil analisis ekonomi alat didapatkan biaya pokok
yaitu Rp 372.158,27/ha dan titik impas atau break even point (BEP) yaitu 11,5899
ha/tahun. BEP dapat dicapai jika alat bekerja selama 84 hari setiap tahunnya.

Kata kunci – Rancang bangun, Alat tanam, Pemupuk, Jagung, Pupuk


I. PENDAHULUAN
Jagung (Zea mays L.) memenuhi kebutuhan pakan (Anon,
merupakan salah satu jenis komoditi 2010). Kebutuhan jagung yang selalu
pertanian berupa tanaman pangan meningkat ini harus diikuti dengan
yang dikonsumsi oleh orang mengupayakan peningkatan produksi
Indonesia setelah padi. Di Indonesia, jagung dalam negeri.
sekitar 18 juta penduduknya Salah satu upaya untuk
mengolah jagung sebagai bahan meningkatkan produksi jagung
makanan pokok (Suherman et al., tentunya harus didukung dengan
2002). Kebutuhan jagung di perkembangan teknologi yang dapat
Indonesia semakin meningkat setiap bekerja lebih baik, seperti alat tanam.
tahunnya, tetapi lebih dari setengah Alat tanam jagung sebelumnya sudah
kebutuhan tersebut terpenuhi dengan banyak dikenal dan digunakan oleh
dilakukannya impor (Anon, 2010). petani, mulai dari yang sederhana
Pada tahun 2005, impor diperkirakan seperti tugal sampai alat modern
mencapai 1,8 juta ton untuk menggunakan mesin. Alat dan mesin
penanam jagung ini pada dasarnya II. ALAT DAN BAHAN
memiliki mekanisme kerja yang
hampir sama yaitu seperti pembuat 2.1 Waktu dan Tempat
lubang, penjatuh benih dan saluran Penelitian ini dilaksankan pada bulan
benih. Alat tanam tradisional yang Maret – April 2021 di Laboratorium
banyak digunakan oleh petani yaitu Produksi Manajemen dan Alat Mesin
tugal, tetapi alat ini memerlukan Pertanian, Fakultas Teknik Pertanian,
tenaga dan waktu yang banyak Universitas Andalas. Lahan yang
(Subandi et al., 2002). digunakan dalam percobaan ini yaitu
Desain alat penanam jagung di Desa Tambang Baru, Jambi.
telah banyak tersedia di pasaran mulai 2.2 Bahan dan Alat
dari tipe tugal dan dorong. Alat – alat yang digunakan
Pengembangan berbagai alat pada peelitian ni yaitu las listrik,
penanam dengan mekanisme penjatuh gerinda tangan, mesin bor,
agar dapat melakukan penjatuhan stopwatch, plat stainless stell ,
secara konsisten dan seragam. Namun spring/per, kawat, besi hollow , plat
alat ini terdapat kendala dengan besi, hendle rem, kunci ring, mur,
kecepatan motor penjatuh belum baut, meteran, jangka sorong, benih
setara dengan kapasitas. Menurut jagung hibrida dan pupuk anorganik.
penelitian yang dilakukan oleh
(Agustiawan et al.,2010), merancang 2.3 Metode
alat pemupuk jagung sistem dorong . Adapun metode yang
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada penelitian ini dalam
dilakukan diperoleh hasil alat yang beberapa tahapan yaitu sebagai
dirancang hanya cocok digunakan berikut : 1) melakukan perancangan
pada kondisi lahan yang pemupukan alat penanam dan pemupuk benih
dilakukan sebelum penanam benih jagung untuk varietas hibrida, 2)
jagung.Alat penanam dan pemupuk melakukan pembuatan dan pengujian
jagung tipe tugal semi mekanis telah alat, 3) melakukan pengujian dan
dimodifikasi dan dapat melakukan pengamatan terhadap kinerja dari alat,
proses membuat lubang, menanaman 4) melakukan pengujian pada lahan
dan pemupukan secara bersamaan 10 x 20 m dengan 3 kali pengulangan,
(Sugiana et al.,2017). Namun tugal 5) jarak tanam yang digunakan yaitu
ini dirancang dengan hopper yang 25 x 75 cm 6) melakukan analisis dari
terpisah dengan berat kosong 6 kg. data yang diperoleh dan efesiensi alat
untuk menanam dan memberi pupuk
benih jagung, 7) melakukan analisis
ekonomi.
2.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan
sesuai tahapan – tahapan yang telah
direncanakan. Tahapan penelitian
dimulai dari pengumpulan data
hingga alat penanam dan pemupuk
benih jagung selesai seperti pada Gambar 2. Pegangan
Gambar 1.
b. Hopper
Hopper berfungsi sebagai
wadah penampung benih jagung dan
pupuk. Komponen ini terdapat dua
tempat sebagai pemisah antara benih
dan pupuk. Hopper memiliki ukuran
tinggi 30 cm, panjang 10 cm, lebar 5
cm, dan ketebalan plat 0,125 cm.
Rancangan hopper dapat dilihat pada
Gambar 3.

Gambar 3. Hopper

c. Injakan Kaki
Injakan kaki berfungsi sebagai
memberikan penekanan ke katup
apabila kedalam tanam belum sesuai
kedalaman tanam yang diinginkan.
Injakan kaki memiliki ukuran
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Panjang 10 cm, lebar 4 cm, dan tinggi
2 cm. Gambar hasil rancangan
2.4.1 Rancangan Struktural injakan kaki dapat dilihat pada
a. Pegangan Gambar 4.
Pegangan berfungsi sebagai
tangkai yang mengarahkan semua
komponen dan memberi dorongan ke
komponen katup untuk membuat
lubang. Pegangan memiliki ukuran
panjang 50 cm, diameter 4 cm dan
ketebalan besi pipa 0,125 cm. Gambar 4. Injakan Kaki
Rancangan pegangan dapat dilihat
pada Gambar 2. d. Katup
Katup berfungsi sebagai
pembelah tanah untuk membuat
lubang tanam. Katup memiliki ukuran
tinggi 7 cm, lebar 10 cm, dan
ketebalan plat 0,125 cm. Rancangan
katup dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 7. Pengatur Keluaran Benih

g. Pengatur Pengeluaran Pupuk


Gambar 5. Katup Pengatur keluaran pupuk
berfungsi sebagai pengatur
banyaknya keluaran pupuk dalam
e. Pengatur Kedalaman Tanam setiap lubang tanam. Pengatur
Pengatur kedalaman tanam keluaran pupuk memiliki ukuran
berfungsi sebagai komponen yang panjang 10 cm, diameter 3 cm dan
dapat dijadikan alat ukur untuk ketebalan besi pipa 0,125 cm. Gambar
menentukan kedalaman tanam. hasil rancangan pengatur keluaran
Pengatur kedalaman tanam memiliki pupuk dapat dilihat pada Gambar 8.
ukuran tinggi 15 cm dan diameter 1
cm. Gambar hasil rancangan pengatur
kedalaman tanam dapat dilihat pada
Gambar 6.

Gambar 8. Pengatur Keluaran Pupuk

2.4.2 Mekanisme Kerja Alat


Alat penanam dan pemupuk
benih jagung ini memiliki prinsip
Gambar 6. Pengatur Kedalaman
kerja seperti tugal. Prinsip kerja alat
Tanam
ini yaitu dengan menancapkan alat ke
media tanam dan melalui tuas penarik
f. Pengatur Pengeluaran Benih
yang terhubung ke masing – masing
Pengatur keluaran benih
matering device akan mengatur
berfungsi sebagai pengatur
keluaran pupuk dan benih.
pengeluaran benih jagung setiap
lubang tanam apabila tuas ditarik.
Pengatur keluaran benih memiliki
ukuran diameter lubang benih 1 cm,
panjang besi pipa 10 cm berdiameter
3 cm dengan ketebalan 0,125 cm.
Penentuan diameter dan kedalaman
lubang ini didapat dari perhitungan
GMD dari setiap benih jagung.
Gambar hasil rancangan pengatur Gambar 9. Alat Penanam dan
keluaran benih dapat dilihat pada Pemupuk Jagung
Gambar 7.
Mekanisme kerja alat ini yaitu
dengan adanya komponen pengatur
keluaran pupuk dan benih. Kemudian
pupuk dan benih yang terletak di memperoleh nilai rata – rata
dalam hopper yang terpisah akan kedalaman penanaman menggunakan
masuk ke masing – masing matering rumus pada Persamaan (3).
device. Pada saat tuas yang terhubung ∑𝑛
𝑖=𝑛 ℎ𝑖
di pengatur benih ditarik, maka ̅
ℎ= …………..(3).
𝑛
komponen tersebut akan berputar dan Keterangan :
benih akan terjatuh menuju ke katup ℎ̅ =Rata – rata kedalaman
dan secara bersamaan katup akan penanaman (cm)
terbuka. Kemudian tuas yang hi =Kedalaman tiap lintasan
terhubung di pengatur pupuk ditarik, sampai i (cm)
maka komponen tersebut akan n = Banyak lintasan
berputar dan pupuk akan terjatuh
menuju katup. Apabila tuas dilepas 3.5.4 Keluaran Pupuk
maka komponen pengatur keluaran Pupuk yang digunakan pada
benih dan pupuk akan kembali ke pengamatan ini yaitu organik.
posisi semula. Adapun rumus untuk memperoleh
nilai rata – rata keluaran pupuk
2.5 Pengamatan dengan dilakukan tanpa lahan
2.5.1 Persentase Benih Utuh dan menggunakan rumus pada Persamaan
Rusak Saat Pengujian Alat (4).
Adapun rumus untuk 𝑊𝑝
memperoleh nilai persentase benih 𝑥̅ = ……………..(4)
𝑛
utuh dan rusak saat pengujian alat Keterangan :
menggunakan rumus pada Persamaan 𝑥̅ = Rata – rata keluaran pupuk
(1) dan Persamaan (2). (gram)
∑𝑛𝑖=𝑛 𝐵𝑈𝑖 Wp = Banyaknya pupuk sekali
Pu = …….…(1)
𝑛 pengeluaran (gram)
𝑛
∑𝑖=𝑛 𝐵𝑅𝑖 n = Banyak pengulangan
Pr = ………..(2)
𝑛
Keterangan : 3.5.5 Kecepatan Alat Untuk
Pu = Persentase benih utuh (%) Menanam (m/s)
Pr = Persentase benih rusak (%) Pengujian ini dilakukan
BUi = Benih utuh sampai i menggunakan stopwatch dengan
BRi = Benih rusak sampai i mengukur waktu yang diperlukan
n = Banyak sampel untuk pembuatan setiap lubang
tanam. Hal ini dilakukan untuk
3.5.2 Keluaran Benih Perlubang melihat kinerja dari rancangan alat ini
Pengamatan ini bertujuan dan dapat membandingkan dengan
untuk mengetahui jumlah benih tugal tradisional. Menurut Santosa et
jagung yang jatuh setiap lubang al. (2007), adapun rumus untuk
tanam. Pengujian ini dilakukan memperoleh nilai kecepatan alat
dengan 3 kali pengulangan sebanyak menggunakan rumus pada Persamaan
20 kali proses pengeluaran benih. (5).
𝑠
V = …………….(5)
3.5.3 Kedalaman Tanam 𝑡
Ketereangan :
Kedalaman lubang tanam
v = kecepatan (m/s)
tanaman jagung yaitu berkisar antara
s = jarak (m)
3 – 5 cm. Adapun rumus untuk
t = waktu (s) KKE = kapasitas kerja efektif
(ha/jam)
3.5.6 Kapasitas Kerja Efektif/KLE KKT = kapasitas kerja teoritis
(ha/jam) (ha/jam)
Pada lahan pengujian
memiliki bentuk persegi panjang 3.5.9 Pengamatan Tanaman
dengan panjang 15 m, lebar 10 m, dan Pengujian ini bertujuan untuk
banyaknya petakan lahan yaitu 4 melihat perkembangan tanaman
petak. Menurut Santosa, (2005) setelah penanaman yang dimulai dari
adapun rumus untuk memperoleh benih. Pengamatan ini dilakukan pada
nilai kapasitas kerja efektif hari ke 10 setelah masa tanam. Hasil
menggunakan rumus pada Persamaan dari pengamtan ini yaitu didapatkan
(6). rata – rata tinggi tanaman.
𝐴
KKE = ………………(6) 3.5.10 Mengukur Denyut Jantung
𝑇
Keterangan : Denyut jantung operator dapat
KKE = Kapasitas kerja efektif dihitung dengan menggunakan
(ha/jam) stopwatch, selanjutnya dicatat denyut
jantung operator per menit. Hasil
A = Total luas (ha) kategori dari denyut jantung per menit
T = Total waktu (jam) operator kemudian dihitung
interpolasinya, hasil interpolasi dikali
dengan efisensi termal manusia
3.5.7 Kapasitas Kerja Teoritis/KLT sebesar 15%. Interpolasi dapat
(ha/jam) dituliskan dengan persamaan :
Menurut Santosa, (2005) 𝑋−𝑋1
adapun rumus untuk memperoleh Y = 𝑌1 + 𝑋2−𝑋1 |𝑌2 − 𝑌1|………(9)
nilai kapasitas kerja teoritis Keterangan :
menggunakan rumus pada Persamaan Y1 = Kebutuhan daya minimum
(7). (kW)
KKT = 0,36 x V x L ……………..(7) Y2 = Kebutuhan daya maksimum
Keterangan : (kW)
KKT = Kapasitas kerja teoritis X = Denyut jantung saat bekerja
(ha/jam) per menit
V = Kecepatan penanaman (m/s) X1 = Denyut jantung minimum per
L = Lebar kerja ( jarak tanam menit
antar benih) (m) X2 = Denyut jantung maksimum
per menit
3.5.8 Efesiensi (%) Y = Kebutuhan daya yang
Menurut Santosa, (2005) dibutuhkan (kW)
adapun rumus untuk memperoleh
nilai efeiensi alat dengan 3.5.11 Analisis Ekonomi
menggunakan rumus pada Persamaan Analisis ekonomi bertujuan
(8). untuk mengetahui tingkat kelayakan
𝐾𝐾𝐸
E = 𝐾𝐾𝑇 𝑥 100%.....................(8) alat penanam dan pemupuk benih
Keterangan : jagung. Analisis ekonomi ini terdiri
E = Efesiensi Kerja Lapang( % ) dari biaya pokok dan titik impas atau
break even point (BEP). Biaya pokok
terbagi menjadi biaya tetap dan tidak PP = Biaya perbaikan dan
tetap. Biaya tetap terdiri atas biaya perawatan alat (Rp/jam)
penyusutan dan biaya bunga modal. BO = Biaya operator (Rp/jam)
Biaya tidak tetap terdiri atas biaya a. Biaya Perbaikan dan Perawatan
perbaikan dan perawatan serta biaya Biaya perbaikan dan
operator. perawatan alat dapat dihitung
3.5.11.1 Biaya Pokok (BP) menggunakan rumus pada Persamaan
1. Biaya Tetap (BT) 14.
Biaya tetap dapat dihitung 𝑃−𝑆
PP = 2 % x ………….(14)
menggunakan rumus pada Persamaan 100 𝑗𝑎𝑚
10. Keterangan :
BT = D + I……………..(10) PP = Biaya perbaikan dan
Keterangan : perawatan alat (Rp/jam)
BT = Biaya tetap (Rp/tahun) P = Nilai jual alat (Rp)
D = Penyusutan (Rp/tahun) S = Nilai akhir alat (Rp)
I = Bunga modal (Rp/tahun) b. Biaya Operator (Rp/jam)
a. Biaya Penyusutan Biaya operator dapat dihitung
Biaya penyusutan alat dapat menggunakan rumus pada Persamaan
dihitung menggunakan Persamaan 15.
11. 𝑊 𝑜𝑝
BO = …………………….(15)
( 𝑃−𝑆) 𝑊𝑡
D= …………….(11) Keterangan :
𝑁
Keterangan : BO = Biaya operator (Rp/jam)
D =Biayapenyusutan (Rp/tahun) W op = Upah operator (Rp/hari)
P = Harga beli alat (Rp) Wt = Jam kerja perhari (jam/hari)
S = Harga setelah tahun ke –n Setelah mengetahui biaya
(Rp) = 10% x P tetap dan biaya tidak tetap maka biaya
N = Umur ekonomis mesin ( pokok bisa dihitung menggunakan
tahun) rumus pada Persamaan (16).
𝐵𝑇
b. Biaya Bunga Modal ( )+𝐵𝑇𝑇
𝑛
Biaya bunga modal dapat BP = ………………..(16)
𝐾𝑝
dihitung menggunakan rumus pada Keterangan :
Persamaan 12. BP = Biaya pokok (Rp/unit)
𝑖 ( 𝑃+𝑆) BT = Biaya tetap (Rp/tahun)
I= ……………….(12)
2 BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
Keterangan : n = jam kerja pertahun
I =Bunga modal(Rp/tahun) (jam/tahun)
i =Tingakat suka bunga di Kp = Kapasitas kerja (ha/jam)
bank(%)
3.5.11.2 Titik Impas atau Break
P = Harga beli alat (Rp) Event Point (BEP)
S = Harga setelah tahun ke-n Titik impas atau break event
(Rp) = 10% x P point (BEP) dapat dihitung
2. Biaya Tidak Tetap menggunakan rumus pada Persamaan
Biaya tidak tetap dapat 17.
dihitung menggunakan rumus pada 𝐵𝑇
Persamaan 13. BEP = 𝐵𝑇𝑇 ……...(17)
{(1,1 𝑥 𝐵𝑃)− ( )}
BTT = PP + BO…………..(13) 𝐾𝑝

Keterangan : Keterangan :
BTT = Biaya tidak tetap (Rp)
BEP = Titik impas atau break event 3.2.1 Persentase Benih Utuh dan
point (ha/tahun) Rusak Saat Pengujian Alat
BT = Biaya tetap (Rp/tahun)
BTT = Biaya tidak tetap (Rp/jam)
BP = Biaya pokok (Rp/ha)
Kp = Kapasitas kerja alat (ha/jam)
1,1 = Koefesien keuntungan 10%
dari biaya pokok jika alat
disewakan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil Rancangan Alat Gambar 11. Persentase Benih Utuh


Alat penanam dan pemupuk dan Benih Rusak
benih jagung yang telah dirancang
memiliki beberapa komponen yang Pada data dari pengujian dan
terdiri dari pegangan, hopper, katup, perhitungan diperoleh hasil yaitu
pengatur kedalaman tanam, pengatur pada pengulangan pertama jumlah
keluaran benih, dan pengatur keluaran benih yang jatuh sebanyak 42 benih.
pupuk. Seluruh komponen dirakit Jumlah benih utuh yaitu sebanyak 40
menjadi satu kesatuam utuh sehingga benih dengan persentase 95,24% dan
terbentuklah alat penanam dan benih rusak sebanyak 2 benih dengan
pemupuk benih jagung. Gambar hasil persentase 4,76%. Pada pengulangan
rancangan alat penanam dan kedua jumlah benih yang jatuh yaitu
pemupuk benih jagung dapat dilihat sebanyak 41 benih. Jumlah benih utuh
pada Gambar 10. yaitu sebanyak 41 benih atau dengan
persentase 100% dan benih utuh 0
benih dengan persentase 0%.
Sedangkan pada pengulangan ketiga
jumlah benih yang jatuh yaitu
sebanyak 43 benih. Jumlah benih utuh
yaitu sebanyak 42 benih atau dengan
persentase 97,67% dan benih utuh 1
benih dengan persentase 2,33%.
Data yang diperoleh dari hasil
pengujian alat persentase benih
jagung utuh pada 3 kali pengulangan
Gambar 10. Hasil Rancangan Alat didapatkan nilai yang lebih tinggi
Penanam dan Pemupuk Benih dibandingakan dengan persentase
Jagung benih yang rusak. Hal ini
membuktikan hasil rancangan alat
3.2 Uji Kerja Alat hampir sesuai dengan tujuan
Uji kerja alat bertujuan untuk perancangan alat. Benih jagung yang
melakukan pengamatan terhadap rusak pada setiap pengulangan terjadi
kinerja alat agar kelayakan alat dapat karena benih terjepit diantara
terpenuhi. Pembahasan mengenai pengatur keluaran benih dengan
parameter yang diamati pada uji kerja keluaran hopper. Hal ini bisa terjadi
alat yaitu sebagai berikut : karena benih memiliki ukuran yang
besar atau satu lubang pengatur pada benih 1 dan 3. Jumlah keluaran
keluaran benih terisi 2 benih jagung. benih 1 bisa terjadi karena benih yang
Sehingga pada saat tuas ditarik dan memiliki ukuran terlalu besar dari
pengatur keluaran benih keluar rancangan keluaran benih. Pada
berputar, benih terjepit dan pecah keluaran benih 3 bisa terjadi karena
yang mengakibatkan kerusakan benih benih terlalu kecil dari perhitungan
jagung. Berdasarkan data hasil ukuran benih jagung yang diperoleh
penelitian menunjukkan pada untuk merancang penampung benih.
pengulangan kedua persentase benih
utuh yaitu 100%. Persentase benih 4.2.3 Kedalaman Tanam
utuh ini lebih besar dibandingkan
nilai persentase benih utuh pada
penelitian Iskandar, dkk (2017) yaitu
90%.

4.2.2 Keluaran Benih Perlubang

Gambar 13. Grafik Kedalaman


Tanam

Perbedaan nilai kedalaman


tanam benih ini dipengaruhi oleh
kekerasan tanah pada setiap lubang
Gambar 12. Banyaknya Benih tanam. Sehingga pada tanah yang
Perlubang Tanam gembur didapatkan nilai kedalaman
tanam yang lebih besar dari pada
Berdasarkan data pada tanah yang keras. Selain itu juga
Gambar 12 diperoleh hasil pada karena penekanan alat yang kurang
pengulangan pertama banyaknya sama sehingga didapatkan kedalaman
benih 1, 2, dan 3 yang jatuh setiap lubang tanam yang berbeda – beda.
lubang secara berturut – turut yaitu 5, Berdasarkan kedalaman rata – rata
26, dan 6 benih. Pada pengulangan yang didapatkan masih sesuai dengan
kedua banyaknya benih 1, 2, dan 3 rancangan alat yaitu dengan
yang jatuh setiap lubang secara kedalaman tanam benih jagung
berturut – turut yaitu 5, 28, dan 3 diantara 3 – 5 cm.
benih. Pada pengulangan ketiga
banyaknya benih 1, 2, dan 3 yang 4.2.4 Keluaran Pupuk
jatuh setiap lubang secara berturut – Tabel 1. Data Keluaran Pupuk dari
turut yaitu 4, 26, dan 9 benih. Alat
Data yang didapatkan dari alat Parameter Nilai
hasil rancangan mampu mengatur 2 Data 20
benih perlubang tanam. Hal ini karena Jumlah (g) 1.143
jumlah benih 2 yang keluar pada Rata – rata (g) 57,15
setiap lubang tanam lebih banyak dari SD 3,1334
CV (%) 5,4828 ke 2 didapatkan nilai kecepatan tanam
Berdasarkan tabel hasil sebesar 0,1038 m/s, sedangkan pada
pengujian diatas didapatkan data pengulangan ke 3 didapatkan nilai
yaitu dari 20 kali pengulangan kecepatan tanam sebesar 0,1003 m/s.
didapatakan jumlah keluaran pupuk Pengujian ini dilakukan pada lahan 5
perlubang tanam yaitu 1.143 g. Pada x 10 m.
pengujian keluaran pupuk perlubang Berdasarkan data yang telah
tanam didapatkan rata – rata sebesar diperoleh terdapat perbedaan dari 3
57,15 g, standar deviasi (SD) yaitu pengulangan tersebut. Hal ini
3,1334 g dan koefesien varian (CV) disebabkan karena perbedaan
yaitu 5,4828%. kekerasan tanah pada setiap lahan
Hasil dari data pengujian dalam pengulangannya. Selain itu
rancangan alat didapatkan rata – rata juga dipengaruhi oleh kemahiran
57,15 g perlubang tanam benih. Data operator dalam menggunakan alat
ini menunjukkan rancangan alat tanam.
sesuai dengan rancangan keluaran
pupuk yaitu antara 50 – 60 g pupuk. 4.2.6 Kapasitas Kerja Efektif
Berdasarkan data dari setiap ulangan
terdapat variasi keluaran pupuk. Hal
ini bisa terjadi karena adanya pupuk
yang menggumpal di komponen
tersebut. Selain itu juga dari
pelepasan tuas yang terlalu cepat,
sehingga katup tertutup dan pupuk
belum keluar sepenuhnya.

4.2.5 Kecepatan Alat Untuk


Menanam Gambar 15. Grafik Kapasitas Kerja
Efektif (ha/jam)

Berdasarkan Gambar 15 dapat


dilihat bahwa pengujian kapasitas
kerja efektif dengan 3 pengulangan.
Pada pengulangan ke 1 diperoleh nilai
kapasitas kerja efektif yaitu 0,0268
ha/jam. Pada pengulangan ke 2
diperoleh nilai kapasitas kerja efektif
yaitu 0,0289 ha/jam, sedangkan pada
pengulangan ke 3 diperoleh nilai
Gambar 14. Grafik Kecepatan Alat kapasitas kerja efektif yaitu 0,0279
untuk Menanam ha/jam.
Pengujian ini dilakukan pada
Pengujian kecepatan alat lahan 50 m2 diperoleh nilai kapasitas
untuk menanam benih jagung kerja efektif alat yang tidak
dilakukan dengan 3 pengulangan signifikan. Hal ini disebabkan karena
pada lahan. Pada pengulangan ke 1 waktu total yang diperoleh dari waktu
didapatkan nilai kecepatan tanam tanam setiap lintasan, berbelok,
sebesar 0,096 m/s. Pada pengulangan pengisian pupuk tidak terlalu berbeda
dalam 3 pengulangan. Hasil yang didapatkan dalam melakukan
diperoleh ini didukung dari lahan penanam perlintasan tidak jauh
yang dominan gembur, sehingga berbeda dalam 3 pengulangan.
memudahkan proses penanaman. Berdasarkan data hasil penelitian
Berdasarkan hasil dari penelitian didapatkan nilai rata - rata kapasitas
didapatkan kapasitas kerja efektif rata kerja teoritis sebesar 0,0370 ha/jam.
– rata yaitu 0,0279 ha/jam. Nilai Nilai kapasitas kerja teoritis ini lebih
kapasitas kerja ini lebih besar jika besar jika dibandingkan dari
dibandingkan dengan nilai kapasitas penelitian alat penanam dan pemupuk
kerja penanam manual pada semi mekanis pada penelitian
penelitian Iskandar, dkk (2017) yaitu Iskandar (2017) yaitu 0,0135 ha/jam.
0,0087 ha/jam dan nilai kapasitas
kerja alat penanam dan pemupuk semi 4.2.8 Efisiensi
mekanis pada penilitian Sugiana, dkk
(2017) yaitu 0,0122 ha/jam.

4.2.7 Kapasitas Kerja Teoritis

Gambar 17. Efisiensi

Berdasarkan Gambar 17 dapat


dilihat bahwa didapatkan efisiensi
dari 3 pengulangan. Pada
Gambar 16. Grafik Kapasitas Kerja pengulangan ke 1 diperoleh nilai
Teoritis (ha/jam) efisiensi yaitu 77,01%. Pada
pengulangan ke 2 diperoleh nilai
Berdasarkan Gambar 16 dapat efisiensi yaitu 73,91%, sedangkan
dilihat bahwa pengujian kapasitas pada pengulangan ke 3 diperoleh
kerja teoritis dengan 3 pengulangan. efisiensi yaitu 75%.
Pada pengulangan ke 1 diperoleh nilai Hasil dari pengujian yang
kapasitas kerja teoritis yaitu 0,0348 dilakukan diperoleh efisiensi yang
ha/jam. Pada pengulangan ke 2 beragam. Perbedaan nilai efisiensi
diperoleh nilai kapasitas kerja teoritis disebabkan oleh waktu yang
yaitu 0,0391 ha/jam, sedangkan pada diperoleh dalam menyelesaikan
pengulangan ke 3 diperoleh nilai penanam pada lahan dengan ukuran
kapasitas kerja teoritis yaitu 0,0372 yang sama. Selain itu juga
ha/jam. dipengaruhi dari kekerasan tanah
Hasil pengujian kapasitas pada lahan. Apabila tanah lebih
kerja teoritis terdapat perbedaan data gembur maka didapatkan waktu yang
yang tidak terlalu signifikan. Hal ini cepat dan efisiensi yang tinggi.
terjadi karena tekstur tanah pada Sedangkan pada lahan dengan tanah
setiap lahan yang dominan gembur yang keras akan diperoleh waktu yang
sehingga memudahkan penanam. agak lama dan efisiensi yang kurang.
Oleh karena itu rata – rata waktu yang Nilai efisiensi ini juga dipengaruhi
oleh kemahiran operator dalam 4.2.10 Mengukur Denyut Nadi
menggunakan alat tanam.

4.2.9 Pengamatan Tanaman

Gambar 19. Grafik Denyut Nadi


Operator

Gambar 18. Grafik Pengamtan Berdasarkan data hasil


Tanaman pengujian yang dilakukan pada tiga
lahan berbeda maka didapatkan daya
Berdasarkan Gambar 18 dapat operator pada saat penanaman benih
dilihat bahwa didapatkan nilai tinggi jagung menggunakan alat di lahan
tanaman selama 10 hari setelah tanam pertama yaitu sebesar 46,62 watt.
yang dilakukan pada 3 lahan. Pada Pada pengulangan kedua diperoleh
lahan ke 1 diperoleh nilai rata – rata daya operator yaitu sebesar 37,90
tinggi tanaman yaitu 22,2 cm. Pada watt, sedangkan pada lahan ketiga
lahan ke 2 diperoleh nilai rata – rata diperoleh daya operator sebesar 30,30
tinggi tanaman yaitu 25,85 cm, watt.
sedangkan pada lahan ke 3 diperoleh Faktor yang mempengaruhi
nilai rata – rata tinggi tanaman yaitu perbedaan daya operator yang
20,9 cm. dibutuhkan dalam penanaman
Pengujian ini dilakukan untuk menggunakan alat hasil rancangan
mengetahui tinggi tanaman jagung yaitu kondisi tanah pada setiap lahan
setelah tanam dan didapatkan tinggi yang berbeda – beda. Pada lahan yang
tanaman yang beragam. Hal ini memiliki struktur tanah agak keras
disebabkan oleh kesuburan tanah dari maka daya operator yang dikeluarkan
masing – masing lahan tanam. Selain akan semakin besar dibandingkan
itu, juga dari kedalaman benih dan pada lahan yang gembur. Berdasarkan
hama yang terdapat pada setiap lahan perhitungan data dari yang
yang mengakibatkan tanaman tidak didapatkan proses penanaman masih
tumbuh dengan baik. Berdasarkan dalam kategori kerja ringan dengan
pengamatan tinggi tanaman 10 HST kebutuhan tenaga sebesar 0,17 sampai
didapatkan pengukuran tinggi 0,33 kW dan denyut nadi 75 sampai
tanaman rata – rata paling tinggi yaitu 100 permenit.
25,85 cm. Nilai pengamatan tinggi
tanaman ini tidak beda jauh dari rata - 4.2.11 Analisis Ekonomi
rata tinggi tanaman 14 HST pada Tabel 2. Hasil Analisis Ekonomi
penilitian Khairiyah, dkk (2017) yaitu Biaya Tetap
25,54 cm yang sama – sama Biaya Rp
menggunakan pupuk organik. penyusutan 540.000/tahun
(D)
Biaya bunga Rp 18.900/tahun dan biaya bunga modal sebesar Rp
modal (I) 18.900/tahun. Sehingga didapatkan
Biaya tetap (D Rp biaya tetap sebesar Rp 558.900/tahun.
+ I) 558.900/tahun Biaya tidak tetap terbagi dari biaya
Biaya Tidak Tetap perbaikan dan pemeliharaan sebesar
Biaya perbaikan Rp 40/jam Rp 40/jam, serta biaya operator
dan sebesar Rp 10.000/jam. Sehingga
pemeliharaan didapatkan biaya tidak tetap sebesar
(PP) Rp 10.040/jam. Setelah didapatkan
Biaya operator Rp 10.000/jam biaya tetap dan biaya tidak tetap,
(Bo) maka diperoleh biaya pokok sebesar
Biaya tidak tetap Rp 10.040/jam Rp 372.158,27/ha.
(PP + Bo) Titik impas atau break even
Hasil point (BEP) diperoleh sebesar
Biaya pokok Rp 372.158,27/ha 11,5899 ha/tahun. Untuk mencapai
BEP 11,5899 ha/tahun nilai titik impas tersebut maka alat
BEP dicapai 84 hari harus bekerja selama 84 hari setiap
Biaya tetap terbagi dari biaya tahun.
penyusutan sebesar Rp 540.000/tahun

2.3 Rekapitulasi Hasil Penelitian


Tabel 4. Rekapitulasi Data Hasil Penelitian
No Parameter Ulangan Rata – rata
1 2 3
1. Benih utuh dan rusak
(%)
a. Benih utuh 95,24 100 97,67 97,64
b. Benih rusak 4,76 0 2,33 2,36
2. Keluaran Benih
perlubang
a. 1 benih 5 5 4 4,67
b. 2 benih 26 28 26 26,67
c. 3 benih 6 3 9 6
3. Kedalaman tanam 4,20 3,95 3,66 3,94
(cm)
4. Keluaran pupuk (g) 57,15 57,15
5. Kecepatan tanam 0,096 0,1038 0,1003 0,1000
(m/s)
6. Kapasitas kerja 0,0268 0,0289 0,0279 0,0279
efektif (ha/jam)
7. Kapasitas kerja 0,0348 0,0391 0,0372 0,0370
teoritis (ha/jam)
8. Efisiensi (%) 77,01 73,91 75 75,31
9. Pengamatan tanaman 22,20 25,85 20,90 22,98
(cm)
10. Denyut nadi (watt) 46,62 37,90 30,30 38,27
11. BEP (ha/tahun) 11,5899 11,5899

Berdasarkan tabel 4 dapat menggunakan alat lebih baik dan


dilihat bahwa efisiensi terbaik maksimal.
terdapat pada pengulangan pertama 2. Perlu adanya perbaikan di
dibandingkan dengan pengulangan penghubung antara pengeluaran
kedua dan ketiga. Selain itu, pada benih dengan hopper agar tidak
pengulangan kedua diperoleh benih ada kerusakan benih.
utuh 100% tanpa ada benih yang 3. Perlu adanya seleksi benih untuk
rusak. menghindari keluaran benih lebih
atau kurang dari 2 benih perlubang
IV. PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang Agustiawan, Jamaluddin, Muh. Rais.
telah dilaksanakan dapat diambil 2010. Rancang Bangun Alat
kesimpulan sebagai berikut : Pemupuk Jagung Tipe Dorong
1. Hasil pengujian alat menunjukkan Designing A Corn Fertilizer
keberhasilan dengan Tool Type Push. Pendidikan
mengeluarkan benih utuh 100% Teknologi Pertanian UNRAL.
tanpa ada kerusakan benih dan
lebih tinggi dari pada penelitian Anonimus. 2010, Basis Data Statistik
Iskandar, dkk (2017) yaitu 90%. Pertanian.Query Indikator.
2. Kedalaman tanam yang diperoleh
yaitu rata – rata 3,94 cm sesuai Dr. Ir. Santosa, MP, Andasuryani
dengan rancangan dan ketentuan S.TP, M.Si, Rinaldi Saputra,
penanaman benih jagung yaitu dan Dede Pranata. 2007.
berkisar antara 3 – 5 cm. Modifikasi Rotary Tiller
3. Hasil pengujian alat didapatkan sebagai Implement pada
keluar pupuk perlubang yaitu Traktor Tangan (Modification
57,15 g sesuai dengan rancangan Of Rotary Tiller As Implement
alat yaitu berkisar antara 50 – 60 g. Of Hand Tractor). Padang :
4. Kecepatan penanaman Fakultas Pertanian, Universitas
menggunakan alat 0,1000 m/s, Andalas. Vol. V, No.1. Hal 70.
kapasitas kerja teoritis 0,0370
ha/jam, nilai kapasitas kerja efektif Dr. Ir. Santosa, MP, Andasuryani,
yang didapatkan 0,0279 ha/jam, S.TP, M.Si & V.Veronica,
dan efisiensi 75,31%. S.TP. 2005. Kinerja Traktor
Tangan Untuk Pengolahan
4.2 Saran Tanah. Padang: Fakultas
Adapun saran untuk Pertanian Universitas Andalas.
penelitian ini selanjutnya yaitu Hal 4 – 5.
sebagai berikut :
1. Perbaikan alat dengan Subandi, S., W. Zubachtirodin, M.
menggunakan bahan yang lebih Saenong., M. Wakman.,
ringan dan kuat agar dapat I.U.Dahlan. Mejaya.
Firmansyah dan Suryawati.
2002. Highligth Balai
Penelitian Tanaman Serealia
2001. Maros : Balai Penelitian
Tanaman Serealia.

Sugiana, I Wayan. 2017. Rancang


Bangun Alat Penanam dan
Pemupuk Jagung (Zea Mays)
Tipe Tugal Semi Mekanis yang
Ergonomis. Bali : Universitas
Udayana

Suherman, O., M. Burhanuddin.,


Faesal. Dahlan. dan F. Kasim.
2002. Pengembangan jagung
unggul nasional bersari bebas
dan hibrida. Risalah Penelitian.

Anda mungkin juga menyukai