MEKANISASI PERTANIAN
“IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM”
Disusun oleh:
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2020
MATERI
IDENTIFIKASI DAN KALIBRASI ALAT TANAM
1. TUJUAN
Tujuan dari pelaksanaan praktikum ini diantaranya yakni meliputi:
1. Untuk mengenalkan peralatan mekanis yang digunakan sebagai alat tanam beberapa
biji-bijian.
2. Untuk mengetahui karakteristik serta menghitung efisiensi alat tanam
3. Untuk memprediksi biji yang dibutuhkan untuk penanaman pada suatu lahan
2. DASAR TEORI
a. Pengertian Penanaman (3 Sitasi)
Menurut Aini & Ichwan (2017), penanaman merupakan usaha penempatan biji atau
benih di dalam tanah pada kedalaman tertentu atau menyebarkan biji diatas permukaan
tanah atau menanamkan didalam tanah. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan
perkecambahan serta pertumbuhan biji yang baik.
Menurut Maryudi & Ani (2018), penanaman merupakan kegiatan yang dilakukan
pada lahan-lahan kosong yang secara ekonomis menguntungkan untuk ditanami tanaman
perkayuan, terutama tanaman unggulan lokal.
Menurut Kadirman (2017), penanaman merupakan kegiatan penempatan benih atau
biji yang ada didalam tanah dengan memperhitungkan kedalaman tertentu atau
menyebarkan biji pada permukaan tanah dan menanamkan benih kedalam tanah. Hal ini
dimaksudkan untuk mendapatkan perkecambahan biji yang sempurna.
2. Kentheng
Kata kentheng berasal dari bahasa Jawa artinya tali atau tambang yang dibentangkan.
Kentheng dibuat dari bahan baku kayu atau bambu yang bagian bawahnya dihubungkan
dengan tambang, yang terbuat dari pintalan serat kulit pohon waru (lulub). Pada proses
pertanian padi tradisional di Kabupaten Magetan, kentheng digunakan ketika penanaman,
fungsinya untuk pedoman agar padi yang ditanam lurus dan patokan untuk mengatur larikan
padi yang ditanam (Gayatri, 2012). Kentheng Bagian dari kentheng yang digunakan untuk
pedoman agar padi yang ditanam lurus adalah bagian pathok kayu (acir). Ujung bawah acir
e. Definisi Transplanter dan Jelaskan Prinsip Kerja Alat tanam Transplanter (2 sitasi)
Pelaksanaan praktikum dilakukan secara daring pada hari Minggu pukul 13.00 –
14.40. Dilaksanakan di rumah praktikan masing-masing.
Menyalakan kontrol (rpm) di angka 1 hingga pasir berada di bawah mulut mekanis
Kontrol (Rpm) dinyalakan di angka 1 bersamaan dengan stopwatch hingga pasir dan
biji berada di ujung konveyor
Diulang untuk ukuran meter individu yang berbeda dan catat hasil
- Gambar Tangan
- Gambar literatur
7. PEMBAHASAN
1 0 0 0 3
2 20 3 19 3
3 18 3 20 3
4 16 3 19 3
5 12.5 2 16.5 2
6 19 2 32 2
7 16 2 35 3
8 23 2 18.5 2
9 18 3 15 3
10 21 3 21 2
11 31 3 32 2
12 17.5 2 17 2
13 22.5 2 27 2
14 20 3 35 2
15 15 2 23 3
16 18 2 25 3
17 29 3 10 2
18 17 2 14 2
19 15.5 3 18 3
20 23 2 21 2
21 27 3 19 2
22 29 2 17 2
23 23 2 27 3
24 21 3 24 3
26 20 2
27 29.5 2
RR t : 26.75 detik
Ulangan 1 Ulangan 2
No
JT (cm) JB JT (cm) JB
1 0 2 0 2
2 48 2 19 2
3 20 1 20 1
4 16 1 19 1
5 12.5 2 16.5 1
6 16 2 25 2
7 23 1 35 1
8 15 1 18.5 2
9 14 1 23 1
10 16 2 25 2
11 35 2 28 2
12 17.5 1 17 1
13 22.5 1 20 1
14 20 1 30 2
15 15 1 23 1
16 18 2 28 1
17 24 2 24 2
19 31 1 26 1
20 27 1 23 2
21 29 1 34 1
22 23 2
23 19 1
24 27 1
RR t : 28.15 detik
Note :
JT ; Jarak Tanam
JB ; Jumlah Biji
RR; Rata-rata
T1 & T2 ; Waktu
RR t ; Rata-rata waktu
Berdasarkan data hasil praktikum pada percobaan seed table dengan metering
device 8 mm dan 13 mm, didapatkan perbedaan terhadap besaran jarak tanam dan jumlah
biji yang keluar pada masing-masing percobaan. Pada metering device 13 mm, jumlah biji
yang keluar jumlahnya 2-3 biji baik pada ulangan 1 dan ulangan 2. Untuk mendapatkan nilai
jarak tanam, caranya dengan mengukur masing-masing jarak dari tempat biji jatuh. Pada
ulangan 1, jarak tanam terpendek adalah 15 cm dan jarak tanam terpanjangnya adalah 31
cm. sedangkan pada ulangan 2, jarak tanam terpendek adalah 10 cm dan jarak tanam
terpanjangnya adalah 35 cm. Waktu rata-rata pada ulangan 1 adalah 26,2 detik dan waktu
rata-rata pada ulangan 2 adalah 27.3 detik, maka didapatkan rata-rata waktu ulangan 1 dan
ulangan 2 yaitu 26,75 detik.
Pada percobaan dengan metering device 8 mm, jumlah biji yang keluar jumlahnya
1-2 biji baik pada ulangan 1 dan ulangan 2. Jarak tanam terpendek pada ulangan 1 adalah
12,5 cm dengan jumlah biji 2 dan pada ulangan 2 adalah 16,5 cm dengan jumlah biji 1.
Jarak tanam terpanjang pada ulangan 1 adalah 48 cm dengan jumlah biji 2 dan pada
ulangan 2 sebesar 35 cm dengan jumlah biji 1 dan 2. Waktu rata-rata yang didapat pada
ulangan 1 adalah 28 detik dan waktu rata-rata pada ulangan 2 adalah 28,3 detik, maka
didapatkan rata-rata waktu pada ulangan 1 dan ulangan 2 yaitu 28,15 detik.
1. Efisiensi kerja
Kecepatan maju alat tanam (V)
𝑆
V = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎
6,27 𝑚
= = 0,2344 m/s
26,75 𝑠
Jarak konvenyor dalam 1 menit (SC)
SC = V x 60 s
= 0,2344 x 60 = 14,064 m
Putaran roda alat tanam teoritis (PRT)
𝑆𝐶
PRT = 𝐾
14,064 𝑚
= = 12,9826 m
1,0833 𝑚
Putaran roda alat tanam actual (PRA)
60
PRA = 𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎
60
= 26,75 = 2,243 m
Efisiensi (Ef)
𝑃𝑅𝐴
Ef = 𝑃𝑅𝑇 𝑥 100%
2,243
= 12,9826 𝑥 100% = 17,277 %
Kapasitas kerja efektif (KKE)
KKE = LK x V x Ef
= 0,2 x 0,2344 x 17,277 = 0,80994576 m2/s
2. Kebutuhan biji
Jarak rata-rata antar lubang (X)
𝑋1+𝑋2 0,20463 +0,2092
X= 2 = 2
= 0,206915 m
1. Efisensi Kerja
Kecepatan Maju Alat Tanam (v)
𝑆
v =𝑡 𝑟𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎
6,27 𝑚
= = 0,2398 m/s
26,15 𝑠
Jarak konveyor dalam 1 menit (SC)
SC = v x 60 s
= 0,2398 x 60 = 14,388 m
Putaran roda alat tanam teoritis (PRT)
𝑆𝐶
PRT =
𝐾
14,388
= 1,0833 = 13,2816 m
Putaran roda alat tanam aktual (PRA)
60
PRA =
𝑅𝑅𝑇
60
= 26,15 = 2,2944 m
Efisiensi (Ef)
𝑃𝑅𝐴
Ef = 𝑃𝑅𝑇 x 100 %
2,2944
= 13,2816 x 100 % = 17,275 %
Kapasitas kerja efektif (KKE)
KKE = LK x v x Ef
= 0,2 x 0,2398 x 17,275 = 0,8285 m2/s
d. Analisa Perhitungan
Berdasarkan data hasil perhitungan metering device di atas, dapat diketahui bahwa
pada metering device 13 mm diperoleh kecepatan maju alat tanam (v) yaitu 0,2344 m/s
dengan jarak konveyor 14,064 m, putaran roda alat tanam teoritis nya (PRT) yaitu 12,9826
m dan putaran roda alat tanam actual (PRA) yaitu 2,243 m. Sehingga dapat diketahui
efisiensi dari penggunaan alat ini yaitu sebesar 17,277% dan kapasitas kerja efektif (KKE)
0, 80994576 m2/s. Serta dapat diketahui kebutuhan biji total menggunakan metering device
13 mm yaitu sebanyak 3,420 biji dengan massa biji total seberat 0,00052326 kg dan jumlah
lubang total sebanyak 1,41036 lubang.
Adapun pada metering device 8 mm diperoleh kecepatan maju alat tanam (v) yaitu
0,2398 m/s dengan jarak konveyor 14,388 m, sedangkan putaran roda alat tanam teoritis
nya (PRT) yaitu 13,2816 m dan putaran roda alat tanam aktual (PRA) yaitu 2,2944 m.
Sehingga dapat diketahui efisiensi dari penggunaan alat ini yang hampir sama dengan
metering device 13 mm yaitu sebesar 17,275% dan kapasitas kerja efektif (KKE) 0,8285
m2/s. Serta dapat diketahui kebutuhan biji total menggunakan metering device 8 mm yaitu
sebanyak 41,49653 biji dengan massa biji total seberat 0, 00634 kg dan jumlah lubang total
sebanyak 29,11016 lubang.
e. Grafik
g. Hubungan Antara Diameter Metering Device Terhadap Jumlah Biji yang Keluar
Dibandingkan Dengan Literature (2 Sitasi)
Hubungan antara diameter metering device terhadap jumlah biji yang keluar yaitu
apabila biji yang dikeluarkan memiliki ukuran yang lebih kecil daripada ukuran metering
devicenya maka biji yang keluar akan semakin banyak begitu pun sebaliknya, apabila biji
memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan metering devicenya maka biji sulit untuk
keluar. Hal ini diperkuat dengan pendapatnya Ahmad (2015) yang mengatakan semakin
besar ukuran diameter maka jumlah biji yang keluar akan semakin banyak. Sedangkan
menurut Mu’min (2018) metering device dirancang untuk mengatur jumlah benih yang
akan jatuh pada lubang tanam serta jarak tanam yang seragam untuk memaksimalkan
pembudidayaan tanaman. Ukuran diameter metering device juga dapat mempengaruhi
jumlah biji yang keluar.
Berdasarkan praktikum online identifikasi dan kalibrasi alat tanam kali ini dapat
disimpulkan bahwa jarak tanam sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman karena jika
pada jarak tanam yang sempit maka tanaman akan bersaing dalam mendapatkan unsur
hara dan cahaya begitu pun sebaliknya. Dan juga pada jarak tanam yang sesuai tanaman
akan lebih ternutrisi karena mendapatkan serapan cahaya dan kelembaban tanah yang
proporsional sehingga energi untuk pertumbuhan generatif dan vegetatif besar dan dapat
mendapatkan hasil produksi yang maksimal.
Selain itu dengan adanya alat tanam yang digerakkan oleh mesin, dapat
mempersingkat waktu dalam kegiatan menanam. Kemudian jumlah benih yang keluar
dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu diameter metering device. Diameter metering
device ini berpengaruh jika ukuran diameter metering device rapat maka pengeluaran
benih akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan kerapatan diameter metering device
yang lebar. Rpm yang dipercepat juga dapat mempersingkat waktu dalam penanaman
dan tidak mempengaruhi jumlah dari biji yang keluar.
b. Saran
Ahmad, A.R., 2015. Desain dan Kinerja Roda Penggerak Matering Device Mesin
Penanaman Kedelai. Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. IPB
Aini, N.F. & Ichwan M.Y., 2017. Mesin Penanaman dan Alat Penanaman Tradisional.
Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Gresik.
Gayatri, K.W., 2012. Peralatan Pertanian Padi Tradisional Di Kabupaten Magetan (Kajian
Semantik). Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa Jawa. Jurusan Pendidikan
Bahasa Daerah. Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Huda, M.S., 2016. Desain dan Kinerja Unit Penjatah Benih Kedelai Tipe Vacuum Bertenaga
Traktor Roda Dua. Skripsi Departemen Teknik Mesin dan Biosistem. Institut
Pertanian Bogor
Iskandar, M., Mustaqimah, M., & Syafriandi, S., 2017. Desain dan Pengujian Alat Tanam
Benih Jagung. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian, 2(1), 314-319.
Kadirman, 2017. Mengoperasikan Alat Mesin Budidaya Tanaman, Pemeliharaan Tanaman,
Dan Pasca Panen. Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal
Guru Dan Tenaga Kependidikan.
Maryudi, A., & Ani A., 2018. Hutan Rakyat di Simpang Jalan. Yogyakarta: UGM Press
Mu'minin, M.A., Caronge, M.W., & Kadirman, K., 2018. Modifikasi Alat Tanam Tipe Dorong
Untuk Memaksimalkan Pembudidayaan Wortel (Daucus carrota). Jurnal Pendidikan
Teknologi Pertanian, 4, 21-26.
Nur, M., Asrul, & Rafiuddin, 2018. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan
Hasil Jagung (Zea mayz. L) Pada Tingkat Umur Kelapa Sawit (Elaeis guineensis
Jacq)[The Effect Spacing of Growth and Yield Corn (Zea mayz. L) of The Palm Oil
(Elaeis guineensis Jacq) Grade Aged]. Buletin Palma, 19(2), 127-146.
Rachmawati, A., 2013. Pengenalan Alat Penanaman. Laporan Praktikum Mekanisasi
Pertanian. Laboratorium Hama Dan Penyakit Tanaman. Lampung: Universitas
Lampung
Silaban, E.T., Purba, E., & Ginting, J., 2013. Pertumbuhan Dan Produksi Jagung Manis
(Zea mays sacaratha Sturt. L) Pada Berbagai Jarak Tanam Dan Waktu Olah
Tanah. Jurnal Agroekoteknologi, 1(3).
Siswanto, E.P., 2015. Alat Mesin Budidaya Tanaman. Kementerian Pendidikan
danKebudayaan Republik Indonesia
Suhendrata, T., 2013. Prospek Pengembangan Mesin Tanam Pindah Bibit Padi Dalam
Rangka Mengatasi Kelangkaan Tenaga Kerja Tanam Bibit Padi. SEPA: Jurnal
Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis, 10(1), 97-102.
Umar, S., Hidayat, A.R., & Pangaribuan, S., 2017. Pengujian Mesin Tanam Padi Sistim
Jajar Legowo (Jarwo Transplanter) Di Lahan Rawa Pasang Surut. Jurnal Teknik
Pertanian Lampung 6(1) : 66-67