MEKANISASI PERTANIAN
“IMPLEMEN PENGOLAHAN LAHAN DAN UNJUK KERJA”
Disusun oleh:
MALANG
2020
MATERI
IMPLEMEN PENGOLAHAN LAHAN DAN UNJUK KERJA
1. TUJUAN
Tujuan dari materi praktikum Implementasi Pengolahan Lahan dan Unjuk Kerja adalah
untuk mengintroduksi implemen yang digunakan selama pengolahan primer maupun sekunder.
Selain itu, juga diharapkan untuk mampu memprediksi biaya dan hasil pengolahan lahan secara
jelas dan efisien.
2. DASAR TEORI
a. Tujuan pengolahan lahan (3 sitasi)
Secara umum, tujuan dari pengolahan lahan atau pengolahan tanah adalah untuk
menggemburkan massa tanah sehingga menyediakan cukup ruang bagi pertumbuhan dan
perkembangan akar tanaman di dalam tanah. Selain itu tujuan dari pengolahan lahan adalah
untuk membasmi gulma yang ada di permukaan tanah, mengeluarkan semua perakaran dan kayu
yang berada dalam tanah, serta yang paling penting adalah untuk menekan perkembangan hama
dan penyakit tanaman. (Nugroho, 2018).
Tujuan pokok dari pengolahan lahan adalah menyiapkan tempat tumbuh bagi bibit atau
benih tanaman, daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa-sisa tanaman, dan
memberantas gulma (Musa, Muklis, & Rauf, 2016).
Tujuan dari pengolahan lahan adalah untuk memperbaiki aerasi dan drainasi tanah yang
dapat mendukung pertumbuhan tanaman sehingga perakaran tanaman mudah untuk
menembus tanah dan menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah (Habiby, Damanik, &
Ginting, 2013).
Secara umum menurut (Raintung, 2020), jenis pengolahan lahan ada dua yaitu:
1. Pengolahan Pertama/Primer (Primary Tillage)
Pengolahan primer (primary tillage) biasanya dilakukan dengan menggunakan mesin bajak,
sehigga sering disebut dengan pembajakan. Tujuan dari pengolahan primer yaitu untuk
membalik atau membongkar tanah menjadi gumpalan-gumpalan tanah. kegiatan pembajakan
dilakukan sedalam 30 cm – 50 cm. Alat yang digunakan dalam pengolahan primer antara lain
bajak singkal (mold board plow), bajak piringan (disk plow), bajak rotari (rotary plow), bajak
brujul (chisel plow), bajak bawah tanah (subsoil plow), dan bajak raksasa (giant plow)
2. Pengolahan Kedua/Sekunder (Secondary Tillage)
Pengolahan sekunder dilakukan setelah pembajakan (pengolahan primer) yag dapat diartikan
sebagai pengadukan tanah sampai jeluk yang relatif tidak terlalu dalam (kedalaman tertentu
yaitu 10 cm – 15 cm).
Tujuan pengolahan sekunder adalah sebagai berikut:
Untuk memperbaiki pertanian dengan menggemburkan tanah yang lebih baik
Untuk mengawetkan lengas tanah
Untuk menghancurkan sisa-sisa tanaman yang tertinggal dan mencampurnya dengan tanah
lapisan atas
Menurut (Javandira, Raka, & Gama, 2019) atas dasar bentuk dan ukuran traktor, maka
traktor pertanian dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :
1. Traktor besar
Traktor besar didefinisikan sebagai suatu kenderaan yang mempunyai dua buah poros
roda (beroda empat atau lebih), panjangnya antara 2.650 - 3.190 mm, lebar berkisar
antara 1.740 - 2.010 mm dan daya tariknya antara 20 - 120 Hp.
2. Traktor mini
Traktor ini mempunyai dua buah poros roda (beroda empat), mempunyai panjang berkisar
1.790-2.070mm, lebar berkisar antara 995-1.020mm, berat 385- 535 kg dan daya 12,5 Hp
- 20 Hp.
3. Traktor tangan.
Traktor tangan merupakan traktor pertanian yang hanya mempunyai sebuah poros roda
(beroda dua). Traktor ini berukuran panjang 1.740 - 2.290mm, lebar 710 - 880mm dan
daya berkisar 6 - 10Hp.
Menurut (Nurmayanti, Nova, & Norita, 2017), jenis traktor secara umum adalah sebagai
berikut:
1. Traktor Tangan
Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin pertanian
yang dapat dipergunakan untuk menngolah tanah dan lain-lain pekerjaan pertanian
dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di bagian belakang mesin. Mesin
ini mempunyai efesiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat
dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan mesin serbaguna
karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa
air, alat prosesing, gandengan (trailer). Adapun kelebihan traktor tangan
Menurut (Mulyoto, 2013) ada tiga jenis roda yang digunakan pada traktor roda dua, yaitu
roda ban, roda besi, roda apung (roda sangkar/cage wheell).
1. Roda ban berfungsi untuk transportasi dan mengolah tanah kering. Bentuk permukaan
roda ban beralur agak dalam untuk mencegah slip. Roda ban dapat meredam getaran,
sehingga tidak merusak jalan.
2. Roda besi digunakan untuk pembajakan di lahan kering. Sirip pada roda besi akan
menancap ke tanah, sehingga akan mengurangi terjadinya slip pada saat menarik beban
berat.
3. Roda apung digunakan pada saat pengolahan tanah basah. Roda apung ini ada yang
lebar, ada juga yang diameternya besar, sehingga dapat menahan beban traktor agar
tidak tenggelam dalam lumpur. Ukuran roda disesuaikan dengan spesifikasi traktor. Besar
kecilnya roda akan berpengaruh terhadap lajunya traktor.
Menurut (Setiawan, 2015), peralatan yang digunakan oleh petani pada pengolahan tanah
primer adalah untuk memotong, memecah, dan membalik tanah sampai kedelaman dari 15
sampai 91 cm. Alat-alat tersebut yaitu :
1. Bajak Singkal (Mold Board Plow)
Bajak Singkal dapat digunakan untuk bermacam-macam jenis tanah dan sangat baik
untuk membalik tanah. Bagian dari bajak singkal yang berfungsi memotong dan membalik
tanah disebut botton, yang dibangun dari bagian-bagian utama, yaitu : singkal (molg
board), pisau (share) dan penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut
dipadukan pada bagian yang disebut frog. Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame)
melalui batang penarik (beam).
2. Bajak Piringan (Disk Plow)
Bajak piringan diciptakan untuk mengolah tanah dengan kondisi yang sulit bagi bajak
Adapun alat dan bahan beserta fungsinya yang digunakan dalam praktikum ini adalah
sebagai berikut:
1. Traktor Roda 4
Tangki Bahan Bakar : Untuk pengisian bahan bakar
Pemberat : Sebagai penyeimbang traktor
Pengukur Suhu : Sebagai indikator suhu pada pendinginan
mesin
Pengukur Bahan Bakar : Sebagai indikator ada tidaknya bahan bakar
Stir / Kemudi : Untuk mengemudikan traktor
Kopling : Untuk memindah, memutus, dan
menyambungkan tenaga dari mesin ke
transmisi
Rem : Untuk menghentikan traktor
Hand Rem : Untuk menghentikan traktor pada saat
tanjakan atau turunan
Gas Tangan : Untuk menjalankan traktor pada saat di lahan
Gas Kaki : Untuk menjalankan traktor pada saat di Jalan
Tuas Pengatur Kecepatan : Untuk mengatur kecepatan traktor (L, M, H)
Tuas Pengatur RPM dan PTO : Untuk mengatur putaran rpm dan PTO
Tuas Pengatur Posisi Implemen :Untuk menarik dan menurunkan implemen
Tuas Transmisi : Untuk mengatur transmisi (1,2,3 atau R)
Tuas penggerak roda : untuk mengatur perpindahan putaran roda
(2/4 WD)
2. Traktor Roda 2
Standar Traktor : Untuk menopang alat traktor
Mesin diesel : Sebagai sumber tenaga dan mesin
penggerak
Poros Engkol : Sebagai alat bantu untuk menyalakan
mesin
Tuas Engkol : Sebagai alat bantu untuk menyalakan
mesin
Tuas Transmisi : Untuk mengatur gigi transmisi
Roda : Sebagai penggerak berputar traktor
Kopling Kemudi :Untuk mengendalikan traktor pada saat berbelok
dan mundur
1. Traktor Roda 4
Menyalakan
Mematikan
2. Traktor Roda 2
Menyalakan
Mematikan
- Gambar Tangan
- Gambar Print
7. PEMBAHASAN
a. Data Hasil Praktikum dan Perhitungan
1 hektar = 10.000 m2
Berdasarkan praktikum didapatkan data yang berasal dari dua traktor yaitu traktor roda 2
dan traktor roda 4, dengan nilai lebar kerja teoritis implement pengolahan lahan (wt), Luas lahan
yang diolah (A), dan kecepatan kerja teoritis (Vt) traktor roda 4 lebih besar dibandingkan traktor
roda 2. Dengan rincian nilainya antara lain nilai wt traktor roda 4 1,25 m dan traktor roda 2 0,75
m, luas lahan traktor roda 4 sebesar 15,75 m2 sedangkan traktor roda 2 9,45 m2, dan Vt dari
traktor roda 4 1864 m/jam, sedangkan traktor roda 2 1706,16 m/jam. Namun nilai Waktu total
operasional (Tp) traktor roda 4 lebih kecil dibandingkan traktor roda 2, yaitu pada traktor roda 4
sebesar 28,97 dt, dan pada traktor roda 2 sebesar 31. 65 dt.
c. Analisa Perhitungan
Berdasarkan data hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai kapasitas lapang teoritis dan
kapasitas lapang efektif dari traktor roda 4 lebih besar dibandingkan dengan traktor roda dua
yaitu kapasitas lapang teoritis traktor roda 4 sebesar 0,233 ha/jam sedangkan traktor roda 2
sebesar 0,128 ha/jam, dan kapasitas lapang efektif traktor roda 4 sebesar 0,195 ha/jam, traktor
roda 2 sebesar 0,10748 ha/jam. Namun nilai dari efektifitas lapang dan estimasi biaya lebih
besar traktor roda 2 dibandingkan traktor roda 4, dimana nilai efektifitas lapang traktor roda 2
sebesar 83,96% sedangkan traktor roda 4 83,69% di mana nilai keduanya hanya selisih sedikit,
dan nilai estimasi biaya traktor roda 2 sebesar Rp 395,625 setiap jamnya, traktor roda 4 Rp
365,125 setiap jamnya.
KLE (Kapasitas Lapang Efektif) merupakan kemampuan kerja alat di lapang untuk
menyelesaikan suatu bidang tanah. Sedangkan KLT (Kapasitas Lapang Teoritis) merupakan
kemampuan kerja suatu alat di dalam suatu bidang tanah (mesin berjalan maju sepenuh
waktunya dan alat tersebut bekerja dalam lebar maksimum) (Butar, Harahap, & Daulay, 2015).
Menurut (Assa, Rantung, Molenaar, & Ludong, 2014). KLE biasanya didapatkan setelah
diadakan proses pengolahan tanah dengan menggunakan traktor dalam jurnal ini
menggunakan Kubota tipe M9540 pada lahan kering. Perhitungan KLE dilakukan dengan
menghitung Luas Lahan (m²) dibagi dengan waktu total operasi (jam). Satuan dari KLE adalah
ha/jam. KLT didapatkan dari perhitungan lebar kerja alat (m) dikali dengan kecepatan maju
operasi alat (ha/jam). Setelah didapatkan KLE dan KLT maka dapat dihitung Efisiensi Lapang
(%) dari alat/mesin.
Luas lahan, waktu total operasi, dan estimasi biaya saling berkaitan. Hal ini karena
semakin luas lahan pertanian yang diolah maka semakin sedikit waktu pengoperasian sehingga
biaya estimasi akan semakin kecil. Hal ini tentunya berpengaruh positif terhadap pendapatan
petani (Tinaprilla, Kusnadi, Sanim, & Hakim, 2013).
b. Saran
Praktikum telah berjalan dengan baik dan materi yang disampaikan oleh asisten
praktikum sudah jelas dan mudah dipahami. Namun terkait laporan yang kurang sosialisasi
terhadap isi dan format-formatnya sehingga terjadi kesulitan dalam pengerjaan laporan, serta
waktu pengumpulan yang cukup dekat dengan kegiatan praktikum mengakibatkan pengerjaan
laporan menjadi kurang maksimal. Semoga ke depannya diberi kelonggaran atau
perpanjangan waktu pengumpulan laporan dan semoga praktikum selanjutnya tetap lancar dan
berjalan dengan baik. Terima kasih.
Assa, G., Rantung, R., Molenaar, R., & Ludong, D. (2014). Uji Teknis Traktor Kubota Tipe
M9540 pada Pengolahan Lahan Kering di Kelurahan Wailan Kota Tomohon. 5 (4), 1-12.
Butar, I. Y., Harahap, L. A., & Daulay, S. B. (2015). Efisiensi Lapang dan Biaya Produksi
Beberapa Alat Pengolahan Tanah Sawah di Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten
Langkat. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian , 3 (3), 382-388.
Habiby, M. R., Damanik, S., & Ginting, J. (2013). Pertumbuhan dan Produksi Kacang Tanah
(Arachis hypogaea L.) pada Beberapa Pengolahan Tanah. Jurnal Online
Agroekoteknologi , 1 (4), 1-69.
Javandira, C., Raka, D. N., & Gama, A. W. (2019). Pengenalan dan Demonstrasi Penggunaan
Traktor pada Krama Subak Desa Adat Anggabaya. Widyabhakti Jurnal Ilmiah Populer ,
1 (2), 1-6.
Mulyoto, H. (2013). Mesin-Mesin Pertanian: Traktor Pertanian. Jakarta: Bumi Aksara.
Musa, Muklis, & Rauf. (2016). Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Medan: USU Press.
Nugroho, P. A. (2018). Pengolahan Tanah dalam Penyiapan Lahan untuk Tanaman Karet.
Perspektif , 17 (2), 129-138.
Nurmayanti, I., Nova, M. A., & Norita, L. (2017). Mesin Traktor dan Alat Tradisional Pengolah
Tanah. Gresik.
Raintung, J. S. (2020). Pengolahan Tanah dan Hasil Kedelai (Glycine max L. Merill). Soil
Environment , 8 (2), 65-68.
Setiawan, H. (2015). Alat Pengolahan Tanah Primer (Bajak Singkal). 1-21.
Tinaprilla, N., Kusnadi, N., Sanim, B., & Hakim, D. (2013). Analisis Efisiensi Teknis Usaha Tani
Padi di Jawa Barat Indonesia. Jurnal Agribisnis , 7 (1), 15-34.
Widata, S. (2015). Uji Kapasitas Kerja dan Efisiensi Hand Traktor untuk Pengolahan Tanah
Lahan Kering. Agro UPY , 6 (2), 1-7.