“ISOLASI DNA”
DISUSUN OLEH:
NILAI
:…….
BAB I
PENDAHULUAN
2.1.2 Bahan
Bahan Fungsi
Brokoli Segar Sebagai spesimen yang diamati
Garam Dapur Untuk membantu DNA agar terpisah dari larutan brokoli
Cairan Pencuci / Untuk menghancurkan sel agar DNA dapat kelur dari sel
Sabun tersebut
Alkohol 10 ml Sebagai pelarut untuk memisahkan DNA dengan larutan
Air 300 ml Untuk melarutkan sari-sari brokoli
Alat-alat yang digunakan dalam praktikum isolasi DNA antara lain adalah
gelas beaker besar, gelas beaker kecil, sendok teh, corong, blender atau pisau,
kertas saring kopi, pengaduk, dan cawan petri. Dalam praktikum isolasi DNA,
gelas beaker besar berfungsi sebagai tempat atau wadah ekstrak brokoli yang
belum disaring sekaligus tempat mencampur saat pemblenderan. Sedangkan
fungsi dari gelas beaker kecil adalah sebagai wadah atau tempat ekstrak brokoli
yang belum disaring. Kemudian fungsi dari cawan petri adalah sebagai wadah
sabun. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sholihah, 2014) bahwa fungsi gelas
beaker adalah sebuah wadah penampung yang digunakan untuk mengaduk,
mencampur, dan memanaskan cairan sedangkan cawan petri biasanya digunakan
sebagai ataupun alas untuk meletakkan benda. Kemudian sendok teh berfungsi
untuk menakar bahan serta mengaduk/mencampur bahan-bahan, sehingga fungsi
tersebut sesuai dengan pendapat (Muladno, 2002) yang mengatakan bahwa
sendok teh merupakan sendok kecil yang digunakan untuk menakar ataupun
mengaduk suatu bahan. Lalu alat seperti corong berfungsi untuk membantu
memindahkan ekstrak brokoli saat penyaringan dan hal tersebut sesuai dengan
pernyataan (Pharmawati, 2009) bahwa fungsi corong adalah sebagai alat bantu
untuk memindahkan atau memasukkan suatu larutan dari wadah bermulut besar
ke wadah bermulut kecil. Kemudian alat lainnya seperti blender berfungsi untuk
menghaluskan potongan bunga brokoli dalam praktikum begitu pula dengan pisau
yang berfungsi untuk memotong brokoli. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
(Farrel, 2004) yang menyatakan bahwa blender berfungsi untuk mengaduk,
mencampur, menggiling, ataupun melunakkan bahan makanan sedangkan pisau
berfungsi sebagai alat pemotong atau pencincang suatu bahan makanan. Adapun
fungsi dari kertas saring kopi adalah untuk menyaring ekstrak brokoli yang sesuai
dengan pendapat (Ardiana, 2009) bahwa kertas saring kopi dapat digunakan untuk
menyaring jus buah atau sayur yang dapat membuat konsistensi jus buatan
menjadi lebih lembut tanpa ampas.
Sedangkan bahan yang digunakan antara lain adalah brokoli segar, garam
dapur, cairan pencuci atau sabun, alkohol 10 ml, dan air 300 ml. Brokoli segar
dalam praktikum berfungsi sebagai spesimen yang diamati. Brokoli digunakan
karena lebih mudah diekstrak dibandingkan tanaman lainnya. Bagian brokoli yang
digunakan adalah bunga brokoli, dimana di dalam bunga brokoli tersimpan
banyak informasi genetik sehingga mudah untuk mendapatkan DNA yang
digunakan sebagai sampel pengamatan. Hal ini didukung oleh pendapat (Porebski,
Bailey, & Baum, 2000) bahwa jika tanaman lainnya membutuhkan daunnya agar
mudah diekstrak, namun semua bagian tubuh brokoli dapat dengan mudah
diekstrak. Sabun dalam praktikum ini digunakan untuk menghancurkan sel agar
DNA dapat keluar dari sel tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan (Maryam,
2009) bahwa sabun atau deterjen berfungsi sebagai pengganti etilen diamin tetra
asetat (EDTA), sodium dodesil sulfat (SDS) yang berperan menghancurkan sel.
Alkohol sendiri berperan sebagai pelarut untuk memisahkan DNA dengan larutan
sedangkan air berfungsi sebagai pelarut sari-sari brokoli. Hal ini sesuai dengan
pernyataan (Mulyani, Agus, & Nurruhwati, 2011) bahwa alkohol dalam isolasi
DNA berperan untuk mencuci DNA dari senyawa-senyawa lain dan air berfungsi
sebagai pelarut. Kemudian garam dapur ditambahkan ke dalam larutan brokoli
untuk membantu DNA agar terpisah dari larutan brokoli. (Maryam, 2009)
menyatakan bahwa untuk memekatkan, memisahkan serta mengendapkan DNA
saat larutan dicampur dengan alcohol dapat menggunakan NaCl.
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
bahwa isolasi DNA tanaman brokoli dengan cara penghancuran (lisis), ektraksi
atau pemisahan DNA dari bahan padat seperti dinding sel, membran sel dan
protein, serta dapat melakukan pemurnian DNA. Brokoli digunakan karena lebih
mudah diekstrak dibandingkan tanaman lainnya. Pada isolasi DNA ini digunakan
bunga brokoli, hal ini dikarenakan di dalam bunga brokoli tersimpan banyak
informasi genetik sehingga mudah untuk mendapatkan DNA yang digunakan
sebagai sampel pengamatan. Jika tanaman lainnya membutuhkan daunnya agar
mudah diekstrak, namun semua bagian tubuh brokoli dapat dengan mudah
diekstrak sehingga hal ini dapat memperbesar kemungkinan keberhasilan untuk
melakukan isolasi DNA yang kita inginkan.
3.2 Saran
Praktikum daring berjalan dengan tertib dan lancar. Video yang digunakan
cukup jelas dan menarik. Tetapi video lebih baik diberikan subtitle berbahasa
Indonesia agar praktikan langsung memahami apa yang dimaksud dalam video.
Sebaiknya asisten praktikum terlebih dahulu memberikan materi tentang
praktikum terkait agar praktikan tidak kebingungan ketika membuat laporan
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiana, D. (2009). Teknik Isolasi DNA Genom Tanaman Papaya dan Jeruk
dengan Menggunakan Modifikasi Buffer CTAB. Buletin Teknik Pertanian
, 14 (1), 12-16.
Farrel, R. (2004). RNA Methodologies: A Laboratory Guide for Isolation and
Characterization (3 ed.). London: Elsevier Academis press.
Fatchiyah. (2011). Uji Kuantitatif dan Uji Kualitatif. Jakarta: Erlangga.
Fitriana, R., Ibrahim, M., & Lisdiana, L. (2015). Keefektifan Metode Isolasi DNA
Kit dan CTAB/NaCl yang Dimodifikasi pada Staphylococcus aureus dan
Shigella dysentriae. Lentera Bio , 41, 87-92.
Maryam, S. (2009). Ekstrak Enzim Bromelin dari Buah Nanas (Ananas sativus
Schult.) dan Pemanfaatannya pada Isolasi DNA. Skripsi FMIPA .
Muladno. (2002). Seputar Teknologi Rekayasa Genetika. Bogor: Pustaka
Wirausaha Muda.
Mulyani, Y., Agus, P., & Nurruhwati, I. (2011). Perbandingan Beberapa Metode
Isolasi DNA untuk Deteksi Dini Koi Herpes Virus (KHV) pada Ikan Mas
(Cyprinuscarpio L.). Jurnal Akuatika , 2 (1), 1-16.
Nugroho, K., Teryana, R., Rijzaani, H., & Lestari, P. (2016). Metode Ekstraksi
DNA pada Jatropha spp. Tanpa Menggunakan Nitrogen Cair. Jurnal Littri
, 22 (4), 159-166.
Pharmawati, M. (2009). Optimalisasi Ekstraksi DNA dan PCR-RAPD pada
Grevillea spp. (Proteaceae). Jurnal Bioogi , 12-16.
Porebski, S., Bailey, L., & Baum, B. (2000). Modification of a CTAB DNA
Extraction Protocol for Plants Containing High Polysaccharide ang
Polyphenol Components. Plant Mol Biol Rep , 15, 8-15.
Sholihah, S. (2014). Hubungan Kekerabatan Beberapa Kultivar Pisang (Musa sp.)
untuk Sifat Ketahanan terhadap Penyakit Berdasarkan Resistance Gene
Analog (RGA). Skripsi .