Anda di halaman 1dari 9

TM 6 PRAKTIKUM GENETIKA TANAMAN

“GENETIKA KELAMIN DAN PEWARISAN SITOPLASMIK”

DISUSUN OLEH:

NAMA : SHENDY CITRA OKTAVIANA D.

NIM : 195040200111152

KELAS :L

ASISTEN : BINTI NUR KHOLIFAH

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2020
Genetika Kelamin
Sifat keturunan selain ditentukan oleh gen yang terdapat pada kromosom
tubuh/autosom ternyata ada pula gen-gen yang terdapat pada kromosom
kelamin/gonosom. Gen-gen yang terdapat/terangkai pada kromosom kelamin
dinamakan gen terangkai kelamin/ sex-linked genes. Gen terangkai kelamin
dapat menentukan penentuan jenis kelamin. Mekanisme penentuan jenis
kelamin pada umunya ditentukan oleh faktor genetik, oleh karena bahan genetik
terdapat di dalam kromosom, maka perbedaan jenis kelamin terletak dalam
komposisi kromosom.
Studi genetika dilakukan tentunya untuk mengetahui apakah suatu sifat
induk dapat diwariskan atau tidak, dan berapa gen yang terlibat dalam
penampilan sifat fenotipik tersebut. Dalam beberapa kasus, gen-gen hanya dapat
diekspresikan pada jenis kelamin tertentu, gen tersebut dikenal sebagai gen
yang hanya dibatasi jenis kelamin. Menurut (Arsal, 2012) Gen yang dibatasi oleh
jenis kelamin adalah gen yang diturunkan dengan cara yang sama pada kedua
jenis kelamin tetapi hanya menampakkan karakternya pada jenis kelamin tertentu
saja. Contohnya warna kupu semanggi dimana kupu jantan selalu berwarna
kuning, tetapi yang betina dapat kuning dan putih. Warna putih dominan, tetapi
hanya memperlihatkan diri pada kupu betina.
Gen yang ekspresinya dipengaruhi oleh jenis kelamin adalah sifat yang
tampak pada kedua macam seks, tetapi pada salah satu seks ekspresinya lebih
besar daripada untuk seks lainnya atau dengan kata lainnya gen-gen tersebut
dominansinya bergantung dari jenis kelamin individu. Contohnya pada kepala
botak, jika B merupakan gen yang menentukan kepala botak dan alelnya b
menentukan kepala berambut normal, maka pengaruh jenis kelamin itu demikian
rupa sehingga gen B itu dominan pada laki-laki, tetapi resesif pada perempuan.
Umumnya tanaman tidak dapat dibedakan jenis kelaminnya karena
bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam tanaman yang sama
(monoecious) atau mempunyai bunga yang mengandung alat kelamin jantan dan
betina (hermaphrodite). Meskipun demikian terdapat tanaman yang dapat
dibedakan jenis kelaminnya. Tanaman ini biasanya terpisah menjadi tanaman
jantan yang mempunyai benang sari saja dan bunga betina yang mempunyai
putik saja (dioecious). Sebagai contoh ialah tanaman salak (Zalaca sducalis) dan
Melandrium sp. Jenis kelamin tanaman dapat dikelompokkan kedalam tipe jenis
kelamin XY.
Pada tanaman tingkat tinggi, kromosom kelamin membedakan sifat jantan
dan sifat betina. Penampakan jenis kelamin dapat dikembangkan dengan
manipulasi gen-gen pada autosom, misalnya pada jagung menyebabkan malai
berbiji dan tidak ada rambut tongkol (tidak ada bunga betina). Individu betina
memiliki sepasang kromosom-X yang disebut dengan homogametik (XX).
Individu jantan memiliki satu kromosom-X dan satu kromosom-Y yang disebut
heterogametik (XY).
Pewarisan Sitoplasmik
Sebegitu jauh pembicaraan kita tentang pewarisan sifat pada eukariot
selalu dikaitkan dengan gen-gen yang terletak di dalam kromosom/nukleus.
Kenyataannya gen-gen kromosomal ini memang memegang peranan utama di
dalam pewarisan sebagian besar sifat genetik. Meskipun demikian, sesekali
pernah pula dilaporkan bahwa ada sejumlah sifat genetik pada eukariot yang
pewarisannya diatur oleh unsur-unsur di luar nukleus. Pewarisan ekstranukleus,
atau dikenal pula sebagai pewarisan sitoplasmik, ini tidak mengikuti pola Mendel.
Pewarisan sifat sitoplasmik diatur oleh materi genetik yang terdapat di
dalam organel-organel seperti mitokondria, kloroplas (pada tumbuhan), dan
beberapa komponen sitoplasmik lainnya. Begitu juga virus dan partikel mirip
bakteri dapat bertindak sebagai pembawa sifat herediter sitoplasmik.
Setiap makhluk hidup tentunya berkembang biak untuk menjaga
eksistensi spesisnya, dalam perkembangbiakan tersebut induk tentunya
mewariskan sifat pada keturunannya. Pewarisan sifat tersebut dapat melalui
pewarisan DNA inti atau di luar inti (sitoplasma). Menurut (Sulistyana, 2008)
pewarisan sifat di luar inti dipengaruhi oleh DNA yang terdapat di sitoplasma .
Pewarisan sifat di luar inti tersebut sering dihubungkan dengan pengaruh
maternal. Hal ini terjadi karena volume sitoplasma yang disumbangkan oleh
induk betina lebih banyak dibandingkan dari induk jantan.
Pengaruh tetua betina merupakan faktor lain yang mempengaruhi
pewarisan sifat di luar kromosom yang diturunkan lewat sitoplasma. Menurut
(Murti, Kurniawati, & Nasrullah, 2004) terdapat lima hal yang digunakan untuk
membedakan antara pewarisan sitoplasmik dengan pewarisan gen-gen
kromosomal, yaitu :
1. Perbedaan hasil perkawinan resiprok merupakan penyimpangan dari pola
Mendel.
2. Sel kelamin betina biasanya membawa sitoplasma dan organel
sitoplasmik dalam jumlah lebih besar daripada sel kelamin jantan.
3. Gen-gen kromosomal menempati loki tertentu dengan jarak satu sama
lain yang tertentu pula sehingga membentuk kelompok berangkai.
4. Tidak adanya nisbah segregasi Mendel menunjukkan bahwa pewarisan
sifat tidak diatur oleh gen-gen kromosomal tetapi oleh materi sitoplasmik.
5. Substitusi nukleus memperjelas pengaruh relatif nukleus dan sitoplasma.
DAFTAR PUSTAKA
Arsal, A. (2012). Analisis Pedigree Cadel (Studi Kasus Beberapa Kabupaten di
Sulawesi Selatan). Jurnal Sains Mat , 1 (2), 156-166.
Murti, R., Kurniawati, T., & Nasrullah. (2004). Pola Pewarisan Karakter Buah
Tomat. Zuriat , 15 (2), 140-149.
Sulistyana, D. (2008). Pengaruh Maternal terhadap Peristiwa Pindah Silang
antara Lokus b dan cl pada Kromosom II Drosophilla melanogaster
Meigen. Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam .

Anda mungkin juga menyukai