Oleh:
Kelas :H
Kelompok : H2
Kelompok : H2
Asisten : Febri Fitria Selly
No Nama NIM
1 Hanif Azhari 185040201111072
2 Andhika Hanif 185040201111027
3 Jefri Dwi Prayogi 185040201111044
4 Widiyaningrum 185040201111073
5 Ismi Octaviani 185040201111094
6 Topan Nurjaman 185040201111097
7 Oktavi Nuansa Violeti 185040201111142
8 Esra Yuliana Manalu 185040201111164
9 Siti Nur Khadijah M. 185040201111193
10 Gabriela Kezia Wiliani 185040207111030
11 Elsyifa Tsabita Rahma 185040207111041
12 Ahmad Ismail Ridho 185040207111044
13 Isnan Arsyad Adinata 185040207111056
14 Mochamad Dewa Prima 185040207111066
15 Ardiyan Taruna 185040207111069
16 Milla Safitri 185040207111003
3
LEMBAR PENGESAHAN
Kelas :H
Kelompok : H2
Disetujui Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat
yang diberikan-Nya sehingga laporan besar yang berjudul Teknologi Pupuk dan
Pumupukan ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan
terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu menyumbangkan ide dan
pikiran demi terwujudnya laporan akhir praktikum ini. Penulis mengucapkan
terima kasih kepada dosen yang telah membimbing kami selama kuliah
berlangsung dan asisten yang telah membimbing kami selama praktikum serta
teman-teman atas kerjasamanya.
Laporan ini dibuat dalam rangka menyelesaikan tugas akhir praktikum
Teknologi Pupuk dan Pemupukan yang diberikan oleh Tim Asisten Praktikum
dalam rangka pendalaman mata kuliah Teknologi Pupuk dan Pemupukan.
Semoga penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan kritik
serta saran yang penulis terima dapat dijadikan perbaikan dalam penulisan laporan
selanjutnya.
Penulis
5
DAFTAR ISI
1. PENDAHULUAN ........................................................................................... 9
3. METODOLOGI ............................................................................................. 19
5. PENUTUP ..................................................................................................... 23
LAMPIRAN .......................................................................................................... 27
7
DAFTAR TABEL
8
DAFTAR GAMBAR
9
1. PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
1.3 Manfaat
2. TINJAUAN PUSTAKA
Kompos merupakan jenis pupuk yang berasal dari hasil akhir penguraian
sisa-sisa hewan maupun tumbuhan yang berfungsi sebagai penyuplai unsur hara
tanah sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki tanah secara fisik, kimiawi,
maupun biologis (Sutanto, 2002). Secara fisik, kompos mampu menstabilkan
agregat tanah, memperbaiki aerasi dan drainase tanah, serta mampu meningkatkan
kemampuan tanah menahan air. Secara kimiawi, kompos dapat meningkatkan
unsur hara tanah makro maupun mikro dan meningkatkan efisiensi pengambilan
unsur hara tanah. Sedangkan secara biologis, kompos dapat menjadi sumber
energi bagi mikroorganisme tanah yang mampu melepaskan hara bagi tanaman.
Kompos dapat dibuat dari berbagai bahan organik yang berasal dari
limbah hasil pertanian dan non pertanian (Harizena, 2012). Limbah hasil pertanian
yang dapat dijadikan sebagai kompos antara lain berupa jerami, dedak padi, kulit
kacang tanah, dan ampas tebu. Sedangkan, limbah hasil non pertanian yang dapat
diolah menjadi kompos berasal dari sampah organik yang dikumpulkan dari pasar
maupun sampah rumah tangga. Bahan-bahan organik tersebut selanjutnya
mengalami proses pengomposan dengan bantuan mikroorganisme pengurai
sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal ke lahan pertanian. Pada lingkungan
terbuka, proses pengomposan dapat berlangsung secara alami. Melalui proses
pengomposan secara alami, bahan-bahan organik tersebut dalam waktu yang lama
akan membusuk karena adanya kerja sama antara mikroorganisme dengan cuaca.
Proses tersebut dapat dipercepat dengan menambahkan mikroorganisme pengurai
sehingga dalam waktu singkat akan diperoleh kompos yang berkualitas baik
(Widarti et al., 2015).
Pengomposan merupakan proses perombakan (dekomposisi) bahan
organik oleh mikroorganisme dalam keadaan lingkungan yang terkontrol dengan
hasil akhir berupa humus dan kompos (Murbandono, 2008). Pengomposan
bertujuan untuk mengaktifkan kegiatan mikroba agar mampu mempercepat proses
dekomposisi bahan organik. Selain itu, pengomposan juga digunakan untuk
menurunkan nisbah C/N bahan organik agar menjadi sama dengan nisbah
C/Ntanah (10-12) sehingga dapat diserap dengan mudah oleh tanaman. Agar
12
Pupuk kompos merupakan salah satu contoh dari pupuk organik. Pupuk
kompos dapat berasal dari kotoran ternak seperti ayam yang banyak memiliki
manfaat bagi kesuburan tanah. Pada pupuk kompos dari kotoran ayam
mengandung kadar unsur hara N (1,70%), P (2,12%), K (1,48%) dan C/N ratio
10,8. Pupuk kompos kotoran ayam memiliki kandung unsur hara P yang relatif
lebih tinggi dari pupuk kandang lainnya. Pemberian pupuk kompos dari kotoran
ayam dapat meningkatkan produksi tanaman jagung sebesar 60% pada musim
pertama dan pada musim kedua sebesar 40% karena pupuk kompos dari kotoran
ayam lebih cepat tersedia bagi tanaman daripada pupuk kompos dari kotoran
lainnya (Rohmaniah, 2017).
Pupuk kompos memberikan peranan yang penting dalam memperbaiki
kesuburan tanah. berikut ini adalah kelebihan dari pupuk kompos menurut Safitri
(2018) yang sangat bermanfaat bagi tanah dan tanman.
1. Dapat menambahkan unsur-unsur hara N, P, dan K yang secara lambat
tersedia.
2. Meningkatkan kapasitas tukar kation (KTK) yang membuat kation-kation
hara yang penting bagi tanaman tidak mudah mengalami pencucian dan
tesedia bagi tanaman.
13
b. Fase Termofilik
Pada fase ini kenaikan temperatur terjadi hingga diatas 40 oC. aktivitas
bakteri mesofilik terhenti kemudian diganti oleh kelompok bakteri termofilik.
Bersamaan dengan pergantian ini, akan dihasilkan amonia dan gas nitrogen
sehingga nilai pH akan berubah menjadi basa. Aktivitas mikroba termofilik, jamur
termofilik akan mati akibat kenaikan temperatur diatas 60 oC dan diganti oleh
kelompok Aktinimycetes dan bakteri termofilik sampai batas temperatur 85 oC.
c. Fase Pendinginan
Setelah temperatur maksimal telah tercapai hampir seluruh kehidupan
didalmnya mengalami kematian selanjutnya temperatur akan menurun kembali
hingga akhirnya berkisar seperti pada temperatur awal yaitu 18 oC - 22 oC.
d. Fase Masak
Pada fase ini hasil kompos sudah siap untuk digunakan dan sudah aman dari
mikroorganisme.
Kompos yang sudah matang atau siap digunakan tentunya memiliki ciri yang
berbeda dengan kompos yang masih dalam proses pengomposan. Adapun ciri
kompos yang sudah matang menurut Anif et al., (2007) adalah tidak berbau busuk
seperti sampah, memiliki aroma seperti tanah, berwarna kecoklatan dan berbentuk
butiran kecil seperti tanah, tidak bersuhu panas, volumenya menyusut menjadi
sepertiga bagian dari volume awal. Hal ini diperkuat oleh pernyataan Trivana et
al., (2017) yang menyatakan bahwa kompos yang sudah matang memiliki warna
coklat tua sampai kehitaman, memiliki tekstur yang remah, memiliki suhu ruang,
serta tidak berbau.
7. Hara makro
% min 4 min 4 min 4 min 4
(N + P2O5 + K2O)
8. Mikroba kontaminan:
E.coli, MPN/g maks 102 maks 102 maks 102 maks 102
Salmonella sp MPN/g maks 102 maks 102 maks 102 maks 102
9. Mikroba fungsional:
Penambat N cfu/g min 103 min 103
Pelarut P cfu/g min 103 min 103
10. Ukuran butiran 2-5
% min 80 min 80
mm
11. Hara mikro :
Fe total ppm maks 9000 maks 9000 maks 9000 maks 9000
Fe tersedia ppm maks 500 maks 500 maks 500 maks 500
Mn ppm maks 5000 maks 5000 maks 5000 maks 5000
Zn ppm maks 5000 maks 5000 maks 5000 maks 5000
12 Unsur lain :
La ppm 0 0 0 0
Ce ppm 0 0 0 0
3. METODOLOGI
Pada proses pembuatan kompos, hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan
alat dan bahan. Bahan yang digunakan yaitu kotoran ayam dan baglog jamur.
Langkah selanjutnya, menghaluskan kotoran ayam dan baglog jamur
menggunakan cetok atau tangan. Setelah halus kemudian dicampur ratakan dan
ditambahkan bahan kompos sebanyak 15 kg dan dicampurkan kembali hingga
rata. Lalu, menambahkan larutan EM4, molase dan air ±500 ml. Tuangkan secara
perlahan dan merata sambil mengaduk bahan. Setelah semua bahan tercampur,
21
lalu masukkan ke dalam kotak kayu dan tutup dengan rapat. Tempatkan kotak
kayu di tempat yang teduh. Selanjutnya, lakukan pengamatan kompos meliputi
suhu, kadar air, pH dan warna selama 3 hari sekali.
22
50
45
40
35
30
SUHU
25
20
15
10
5
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
PENGAMATAN
4.2 Pembahasan
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
24
DAFTAR PUSTAKA
Anif, S., T. Rahayu dan M. Faatih. 2007. Pemanfaatan Limbah Tomat Sebagai
Pengganti EM-4 Pada Proses Pengomposan Sampah Organik. J.
Penelitian Sains dan Teknologi. 8(2) : 119-143.
Trivana, L., A. Y., Pradhana, A. P., Manambangtua. 2017. Optimalisasi Waktu
pengomposan Pupuk Kandang Dari Kotoran Kambing dan Debu Sabut
Kelapa Dengan Bioaktivator EM4. J. Sains dan Teknologi Lingkungan.
9(1) : 16-24.
Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia. 2017. Fertilizer Production, year 2007- 2017.
5(2): 165-187
Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia. 2017. Fertilizer Production, year 2007- 2017.
5(2): 165-187
Safitri, E.R. 2018. Pengaruh Jenis Dan Dosis Penggunaan Pupuk Kandang Pada
Sorgum Terhadap Produksi Segar, Jumlah Anakan, Dan Proporsi Batang
Daun Pada Pemotongan Kedua. Skripsi. Fakultas Pertanian: Universitas
Lampung.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Perhitungan
Lampiran 2 Tabel Suhu Pengamatan
Lampiran 3. Dokumentasi
28
Ketentuan:
1. Margin 4,3,3,3
2. Font: TNR, 12
3. Space: 1.5
4. Ukuran Logo UB: 5x5 cm
5. PLAGIASI = 0