Anda di halaman 1dari 3

AGROFORESTRI

PERAN DOMESTIKASI POHON


DITINJAU DARI ASPEK EKONOMI

OLEH :
ESRA YULIANA MANALU (185040201111164)

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2021
Domestikasi merupakan pengadopsian tumbuhan maupun hewan dari kehidupan liar ke
dalam lingkungan kehidupan sehari-hari manusia dengan tujuan untuk menambah jumlah jenis
(diversifikasi) komoditas budidaya tanaman. Faktor utama yang menjadi landasan seseorang
melakukan domestikasi pohon yaitu karena adanya tuntutan kebutuhan manusia seperti
perekonomian, sedangkan keadaan iklim dan lingkungan mengalami perubahan, sehingga
dilakukan domestikasi pohon. Sebagai contoh domestikasi pohon yang merupakan pohon yang
bernilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang tinggi sehingga dapat memberikan
keuntungan dan dapat memenuhi kebutuhan ekonomi manusia.
Domestikasi pohon yang dilakukan dengan penerapan sistem agroforestri mampu
memberikan manfat ekonomi kepada masyarakat kawasan sekitar hutan. Manfaat agroforestri
bagi masyarakat dari aspek ekonomi yaitu agroforestri memberikan keuntungan tambahan dari
hasil penjualan di pasaran, karena hutan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
masyarakatnya misalnya dari hasil penjualan kayu atau buah yang mereka tanam di hutan.
Sebagai contoh yaitu domestikasi jelutung (Dyera sp) di agroforestri. Jelutung (Dyera sp)
merupakan jenis pohon hutan yang termasuk dalam family Apocinaceae. Salah satu species
dalam family ini adalah Dyera polyphylla yang tumbuh di hutan rawa gambut atau daerah
tergenang. Pohon ini merupakan tanaman asli dari Asia Tenggara yang tersebar di Indonesia,
Singapura, Malaysia, dan Philipina. Di Indonesia tersebar di Sumatera dan Kalimantan yang
meliputi Jambi, Riau, Sumatra Utara, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan
Selatan. Di Sumatera jelutung dikenal dengan nama labuwai/Melabuwai, sedangkan di
Kalimantan dikenal dengan nama pantung. Jenis pohon ini mempunyai nilai ekonomi yang
cukup tinggi dari kayu maupun getahnya. Kayunya dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
pembuatan pensil, ukiran, kayu lapis, papan partisi, plafon, dan bakiak (sejenis sandal dari bahan
kayu). Sedangkan getahnya dapat digunakan untuk bahan baku permen karet, cat, dan isolator
kabel listrik yang hingga saat ini menjadi komoditas ekspor yang cukup menjanjikan. Eksploitasi
kayu dari hutan oleh perusahaan kehutanan sejak tahun 70-an menyebabkan sulitnya mencari
Kayu Jelutung pada awal tahun 90-an. Untuk memenuhi bahan baku kayu dan industri pensil,
dirintislah hutan tanaman industri oleh PT. Dyera Hutan Lestari di Jambi pada tahun 1992.
Berdirinya perusahaan ini menyebabkan adanya transfer pengetahuan mengenai teknologi
pembibitan dan penanaman jelutung terhadap masyarakat sekitar. Eksploitasi hutan juga
menyebabkan pohon jelutung saat ini hanya tersisa di sekitar hutan lindung. Ketika masyarakat
mulai sulit mencari pohon jelutung di alam, mereka mulai mendomestikasi jelutung dengan
membibitkan dan menanam di lahan miliknya. Kriteria ekonomi merupakan aspek yang
mengukur besaran ekonomi dari getah jelutung. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan
tujuh indikator: (1) nilai perdagangan ekspor, (2) nilai perdagangan lokal, (3) lingkup pemasaran,
(4) potensi pasar internasional, (5) mata rantai pemasaran, (6) cakupan pengusahaan, dan (7)
investasi usaha. Nilai perdagangan ekspor getah jelutung di Provinsi Kalimantan Tengah yang
dilakukan oleh dua perusahaan, yaitu PT Sumber Alam Sejahtera (PT SAS) dan PT Sampit
mencapai lebih dari US$1 juta per tahun. Nilai ekspor getah jelutung oleh PT SAS mencapai
US$700,000.00 per tahun dan PT Sampit mencapai US$648,000.00 per tahun (nilai kurs
Rp10.000,00). Nilai tersebut termasuk kategori tinggi (nilai 3) karena nilai ekspor yang
mencapai Rp10 milyar per tahun dianggap sudah dapat menggerakkan perekonomian masyarakat
dan kabupaten/kota pengekspor getah jelutung.
Lingkup pemasaran getah jelutung mencakup pasar internasional, nasional dan lokal.
Pasar internasional dengan negara tujuan ekspor: Singapura, Jepang, dan Prancis. Potensi pasar
internasional menunjukkan tingkat permintaan komoditas getah jelutung di pasaran internasional.
Potensi pasar internasional getah jelutung termasuk dalam kategori tinggi yaitu diminta lebih dari
tiga negara. Hal ini menunjukkan pasar getah jelutung belum jenuh dan belum mampu
memenuhi pesanan. Mata rantai pemasaran menunjukkan tingkat kompleksitas rantai pemasaran
(market chain) dan saluran pemasaran (market channel). Pada aspek ini getah jelutung termasuk
dalam kategori sedang (nilai 2) karena pemasarannya sudah melibatkan berbagai pihak:
masyarakat pengumpul, pengusaha UMKMK, dan pemerintah; namun belum melibatkan
pengusaha besar (industri).

Anda mungkin juga menyukai