DISUSUN OLEH :
POLITEKNIK LPP
YOGYAKARTA
2014
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Desa Latu adalah salah satu desa yang terletak di Pulau Seram, tepatnya di
Kabupaten Seram Bagian Barat, Kecamatan Ama Latu. Mayoritas mata pencaharian
penduduk desa Latu adalah petani (70 %). Usahatani kakao yang berada di Desa Latu
diusahakan dalam bentuk perkebunan rakyat karena usaha tersebut dikelola oleh petani
sendiri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Salah satu penyebab produksi kakao Indonesia rendah karena sebagian besar
wilayah perkebunan kakao di Indonesia dikelola para petani / rakyat yang secara
langsung memiliki keterbatasan di dalam pengelolaan sarana dan prasaranya yang
digunakan . Sebagian besar petani cendrung mengelolanya secara konvensional sehingga
menyebabkan tingkat produktivitas dan harga jual kakao Indonesia yang rendah . Oleh
karena itu analisis usaha tani kakao diperlukan dalam upaya untuk mengetahui faktor-
faktor pembatas apa saja yang dihadapi para petani sehingga aka nada perbaikan dalam
upaya peningkatan produksi kakao . .
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hal diatas dapat dirumuskan masalah :
Buah cokelat yang masih muda disebut cherelle dan sampai 3 bulan
pertama sejak perkembangannya akan terjadi cerelle wilt yaitu buah muda
menjadi kering dan mengeras. Buah yang sudah masak disebut pod atau tongkol,
warnanya bermacam-macam dan ukurannya antara 10-30 cm. Buah yang sudah
masak pada umumnya memiliki dua macam warna, yaitu:
2. Merah 2. Orange
Buah cokelat menjadi masak setelah 5-6 bulan dari proses penyerbukannya. Setiap
tongkol berisi 30-50 biji cokelat, berat bji kering sekitar 0,8-1,3 gr/biji.
(Sunanto, 1994)
Hama pada tanaman kakao sangat besar pengaruhnya terhadap pencapaian
produksi, beberapa hama penting yang sering dijumpai dikebun kakao adalah
penggerek buah kakao, kepik penghisap buah, penggerek kulit batang, ulat kilan,
tikus dan tupai (PT. Perkebunan Nusantara IV, 1996).
Hama ini dapat menyebabkan kerugian yang besar bila menyerang buah-
buah muda. Serangannya dapat menyebabkan buah berhenti perkembangannya,
bahkan serangan yang berat dapat menyebabkan buah mati. Untuk itu perlua
adanya pengendalian secara terpadu dan kontinu agar tanaman dapat terpelihara
dengan baik dan tidak merugikan secara ekonomi (Sudarmo, 1989).
B. Tinjauan Ekonomi Tanaman Kakao
Kawasan Negara
Eropa Jerman, Belanda
Afrika Pantai Gading
Amerika Brazil, Amerika Serikat
Asia Malaysia
Sumber : Pusat Data dan Informasi Departemen Perindustrian Tahun 2008
Harga kakao di pasar luar negeri tidak stabil dan hampir terjadi perubahan
setiap hari, sedangkan harga pembelian kakao di pasar disesuaikan harga di bursa
London, yang sebulan terakhir turun-naiknya namun masih pada level cukup baik.
Posisi harga kakao di pasar hari Senin (07/08) tercatat Rp11.200/kg, turun dari
sepekan sebelumnya Rp12.500/kg sedangkan tiga pekan lalu Rp13.000/kg yang
turun tipis dari sebulan sebelumnya Rp11.250/kg untuk kakao kering mutu asalan.
(www:\KapanLagi_com Sulit Diprediksi Harga Kakao di Pasaran Ekspor.mht )
C. Landasan Teori
Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input
(faktor produksi atau korbanan produksi) dalam menghasilkan output (hasil atau
produksi) menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari
macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga dilihat dari
segi efisiensi penggunaan faktor tersebut (Tohir, 1991).
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk
atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain
disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang
baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu
juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha tani tersebut
dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).
Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga
kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya
mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi
faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya,
keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan
mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan
dengan baik (Daniel, 2002).
Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha
pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak
modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan
modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan
masukan (Daniel, 2002).
Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahtani swasembada,
khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam
usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga
petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).
Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama
beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini
adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut
agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara
ekonomis (Mubyarto, 1998).
Menurut Soekartawi (1995), biaya usahatani diklasifikasikan menjadi dua
yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variable cost). Biaya tetap
umumnya relatif tetap jumlahnya dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang
diperoleh banyak atau sedikit. Jadi besarnya biaya ini tidak tergantung pada besar
kecilnya produksi yang diperoleh, sedangkan biaya variabel dipengaruhi oleh
besar kecilnya produksi yang diperolehnya, yang termasuk biaya tetap adalah
sewa tanah, pajak, alat-alat pertanian, iuran irigasi, dan lainnya. Biaya tetap dapat
dilihat dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
Px = Hasil input
n = Macam input
Menurut Soekartawi (1995), biaya variabel terdiri dari biaya sarana
produksi, biaya tenaga verja, biaya panen, biaya angkutan dan biaya lainnya yang
dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi. Cara menghitung biaya variabel
adalah :
Dimana :
VC = biaya tidak tetap (variable cost)
Bv = Biaya variabel dari setiap kegiatan
n = Banyak kegiatan
FC = Biaya tetap
VC = Biaya variabel
Py = Harga Y
TR = Total penerimaan
TC = Total biaya
Keterangan :
- Bila IRR ≥ tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut layak diusahakan.
- Bila IRR < tingkat suku bunga berlaku maka usaha tersebut tidak layak
diusahakan .
Menurut Prawirokusumo (1990), Income statement adalah suatu ringkasan
dari pendapatan atau pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan berfungsi
sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian
tentang pendapatan yaitu:
1. Pendapatan tenaga kerja (labour income) adalah jumlah seluruh
penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.
2. Pendapatan tenaga kerja keluarga (family labour income) adalah total
pendapatan tenaga kerja dikurangi upah tenaga kerja dalam keluarga.
3. Pendapatan keluarga petani (family’s income) adalah pendapatan bersih
ditambah nilai tenaga kerja keluarga.
Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau
distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau
menyampaikan barang dari produsen kekonsumen (Mubyarto, 1998).
Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi
yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung, dengan cara melaksanakan
fungsi-fungsi pemasaran. Komoditi yang dipasarkan juga bervariasi kualitasnya
dengan harga yang beragam pula. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan
lembaga-lembaga pemasaran juga bervariasi (Sudiyono, 2004).
Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian
merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian.
Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna
bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian, pemasaran pertanian dianggap
memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif
(Sudiyono, 2004).
Analisis Data
Teknik analisa data menggunakan :
1. Untuk menghitung persentase dari struktur biaya produksi digunakan rumus:
Dimana :
TC = Total biaya produksi
TFC = total biaya tetap
TVC = Total biaya variabel
Untuk mencari persentase dari setiap struktur biaya digunakan rumus :
Dimana :
P = Nilai dari struktur biaya produksi
NTFC = Nilai dari tiap komponen biaya tetap
NTVC = Nilai dari tiap komponen biaya variabel
Dimana :
Kpc = Kontribusi pendapatan usahatani cacao
Pc = Pendapatan dari usahatani cacao (Rp)
PTR = Pendapatan total rumahtangga (Rp)
D . Kerangka Pemikiran
Pengelolaan usahatani merupakan suatu sistem yang terkait,
dimana adanya input, proses, dan output. Faktor-faktor produksi yang
terdiri dari lahan, modal untuk pembiayaan sarana produksi serta
tenaga kerja, yang seluruhnya ditujukan untuk proses produksi
sehingga akan dihasilkan output. Semua biaya yang dikeluarkan untuk
menghasilkan output disebut biaya produksi.
Kepemilikan lahan dan biaya produksi sangat mempengaruhi
perkembangan usahatani lada. Hal ini dikarenakan semakin luas lahan
serta semakin besar modal yang dimiliki oleh petani maka akan semakin
besar potensi petani tersebut untuk mengembangkan usahatani kakao.
Sarana produksi seperti bibit, pupuk, pestisida, serta upah
tenaga kerja yang digunakan didalam usahatani kakao akan memiliki
pengaruh terhadap produksi atau output yang dihasilkan. Penggunaan
berbagai sarana produksi tersebut haruslah efektif dan efisien sehingga
akan dapat mengurangi biaya produksi tetapi tetap meningkatkan hasil
produksi/output.
Output atau produksi yang dihasilkan dari usahatani kakao jika
dikalikan dengan harga jual akan menghasilkan penerimaan usahatani,
dan selisih antara penerimaan usahatani dengan biaya produksi inilah
yang disebut dengan pendapatan usahatani. Dengan melihat pendapatan
yang diperoleh petani di dalam suatu usahatani kakao, akan dapat
diketahui layak tidaknya usaha tani lada tersebut untuk dilaksanakan.
Untuk lebih memperjelas mengenai analisis usahatani kakao
serta hubungannya dengan hal-hal yang tercantum dalam identifikasi
masalah, maka dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini
(Gambar 1).
III. HASIL dan PEMBAHASAN
A. Karakteristik Petani
a. Umur
b. Pendidikan
a. Biaya Produksi
B i a ya t e r b e s a r k e d u a ya i t u : b i a ya pemasaran sebesar Rp
256.666,67 atau 17,9 % dari total biaya variabel rata-rata tetapi
persentase untuk total biaya produksi 16,10 %. Besarnya biaya ini
karena tiga responden memasarkan hasil produksinya (kakao) ke
Ambon sedangkan sisanya memasarkan hasil produksi pada pedagang
pengumpul desa. Pemasaran ke Ambon disebabkan karena petani ingin
mendapatkan penerimaan yang lebih besar, karena harga jual/kg (Rp20.000)
biji kakao lebih tinggi dari menjual ke pedagang pengumpul desa (kisaran
Rp 17.500 – Rp 18.000).
B i a y a t e r b e s a r b e r i k u t n y a a d a l a h penyusutan alat dan
diikuti biaya pembibit tanaman kakao yang mengambil bagian 5,8 % dari
total biaya variabel rata-rata tetapi persentase 5,2 % dari total biya produksi.
Biaya persentase terkecil yaitu biaya pengangkutan (1,8 %) dari total
biaya variabel rata-rata tetap untuk persentase biaya produksi mengambil
sejumlah 1,6 %. . Hanya 3 responden (9,4 % dari jumlah responden) yang
membeli bibit, sedangkan 90,6 responden mengadakan pembibitan sendiri.
Biaya pengangkutan dalam penelitian ini yaitu untuk mengangkut petani
ke areal pertaniannya dan digunakan juga untuk mengangkat hasil panen.
Hanya empat responden yang tidak mengeluarkan biaya angkut karena
mereka menggunakan sepeda atau berjalan kaki. D i d a e r a h p e n e l i t i a n ,
p e t a n i d a l a m mengusahakan usahatani kakao tidak menggunakan pupuk,
sehingga biaya untuk kegiatan ini tidak ada. Petani hanya mengandalkan
kondisi alam bagi tanaman yang diusahakan
b. Penerimaan
A. Kesimpulan
1. Komponen biaya terbesar dari struktur total biaya produksi adalah
biaya tenaga kerja (67,1 %), dan diikuti biaya pemasaran 16,1 %,
biaya penyusutan alat 9,5 % ; Bibit tanaman 5,2 %, pengangkutan
1,6 % dan biaya terendah adalah pajak bumi dan bangunan 0,5 %.
2. Kontribusi pendapatan usahatani kakao terhadap total pendapatan
rumahtangga sebesar 15,0 %.
B. Saran
1. Perlu ada penganekaragaman usaha pada lokasi penelitian agar
kegagalan pendapatan dari satu cabang usaha dapat menutupi
pendapatan dari usahatani lainnya dalam m e m p e r t a h a n k a n t i n g
k a t p e n d a p a t a n rumahtangga sekaligus mempertahankan tingkat
kesejahteraan petani.
2. Perlu ada penyuluhan dan pelatihan guna meningkatkan
kemampuan berusahatani dalam mengembangkan usahanya.
V. DAFTAR PUSTAKA