Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TEKNOLOGI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


KAKAO (Theobroma cacao L.)

Disusun Oleh:
Yoga Dwi Ramadhan
17.54211.000543

Progam Studi Agroteknologi


Fakultas Petanian
Universitas Merdeka Pasuruan
2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan komoditas tanaman cokelat di Indonesia mengalami perkembangan
yang pesat di setiap tahunnya sehingga, diharapkan dapat menduduki tempat yang sejajar
dengan komoditas perkebunan lainnya, seperti kelapa sawit, teh, kopi serta karet. “Sejak 1980-
an, kakao di Indonesia berkembang pesat” (Amin, 2005:1). Maka dari itu dengan didukung
pendapat dari (Tumpal dkk., 1989:1) yang berpendapat bahwa dengan berkembangnya
komoditas perkebunan dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada, memenuhi konsumsi
dan memperoleh devisa ekspor serta meningkatkan pendapat produsen biji cokelat pada tahun
yang akan datang.
Dengan memanfaatkan sumber daya alam yang ada, manusia harus bisa
mengembangkan budidaya tanaman cokelat dengan teknik pembudidayaan yang efisien dan
praktis. Usaha untuk mendapatkan bibit unggul tanaman cokelat melalui proses hibrida atau
proses persilangan dengan tetua-tetua yang unggul yang telah di seleksi dan disesuaikan
dengan berbagai habitat yang ada di Indonesia. Tidak hanya itu saja, tetapi perlu usaha
perlindungan terhadap hama dan penyakit yang dapat mengganggu proses pertumbuhan dan
perkembangan serta pemeliharaan cokelat yang efisien dan tepat pada sasaran.

1.2 Klasifikasi Tanaman Kakao


Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Family : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
BAB II
ISI
2.1 Sejarah Tanaman Kakao
Pada tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman kakao di tempat asal tanaman kakao
merupakan tanaman yang kecil tumbuh di bawah tegakan hutan hujan tropis di daerah
Amerika Selatan dimana tanaman ini selalu tumbuh terlindung di bawah pohon yang lain.
Menurut beberapa pendapat dikatakan bahwa asal usul tanaman kakao adalah dari daerah :
 Amerika bagian tropik
 Perairan sungai Amazon dan Orinoco (Decandole)
 Amerika Tengah dan New Grenada (antara sungai Orinoco, Yamaica, Martinique)
Kakao sejak waktu itu tidak hanya sebagai bahan membuat minuman dan makanan
yang lezat serta mewah saja, tetapi juga sebagai alat tukar atau alat pembayaran yang
mempunyai nilai tukar tinggi. Sehingga jaman itu orang sering mengatakan bahwa orang yang
makan atau minum coklat berarti dia makan/minum uang. Hal itu dapat dimengerti karena
seekor kelinci dapat ditukar dengan 10 biji kakao dan seorang budak belian bernilai tukar 100
biji kakao. Di samping sebagai alat tukar, dalam perdagangan produk kakao atau coklat dapat
dipergunakan sebagai alat pembayaran pajak. Kakao merupakan tanaman
perkebunan/industri, masuk wilayah Indonesia sejak sekitar tahun 1560, dibawa oleh para
pedagang dari Portugis melalui pulau Sulawesi dan selajutnya tanaman kakao ini menyebar ke
daerah kepulauan di sekitar Minahasa. Perkembangan tanaman kakao waktu itu cepat
menyebar ke seluruh kepulauan di Indonesia termasuk pulau Jawa dan jenis yang meyebar di
Jawa akhirnya dikenal sebagai Criollo Jawa. Jenis yang ada di Jawa disebut dengan Criollo
Jawa karena diduga jenis tersebut memang merupakan jenis Criollo tetapi karena berkembang
dengan cepat di Jawa maka di sebut dengan Criollo Jawa dan kalau ditelusur nampaknya jenis
ini memang jenis Criollo yang berasal dari Venezuela.
Walau tanaman kakao tersebut telah lama berkembang di Indonesia sejak lama, tetapi
baru menjadi komoditi yang penting sejak sekitar tahun 1951. Hal tersebut dikarenakan pada
awal tahun perkembangannya, tanaman kakao yang telah meluas di seluruh wilayah nusantara
tersebut tanaman mengalami kehancuran karena adanya serangan penyakit yang tidak dapat
terkendalikan. Sehingga kalau ada tanaman yang tersisa karena adanya usaha yang dilakukan
oleh para penanam untuk mempertahankan tanaman kakao agar tetap dapat tumbuh termasuk
di balai penelitian di Salatiga “ Proefstation voor de cacaocultuur” yang didirikan tahun 1901
yang dipimpin oleh Zehntner.
Pemerintah Indonesia mulai menaruh perhatian dan mendukung industri kakao pada
tahun 1975, setelah PTP VI berhasil menaikkan produksi kakao per hektar melalui penggunaan
bibit unggul Upper Amazon Interclonal Hybrid, yang merupakan hasil persilangan antar klon
dan sabah.
2.2 Prospek Tanaman Kakao
Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang sangat penting dalam
menyumbang perolehan devisa negara. Sebagian besar biji kakao dari Indonesia diekspor ke
luar negeri, meskipun kalau dilihat di Indonesia sudah ada beberapa industri pengolahan biji
kakao menjadi produk setengah jadi. Perkembangan ekspor biji kakao dari Indonesia
menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun. Seperti yang telah diketahui bahwa pada tahun
1997, ekspor kakao dari Indonesia diperkirakan telah mencapai sekitar US$ 378 juta.
Walaupun nilai tersebut merupakan angka estimasi, tetapi nilai tersebut lebih tinggi
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai US$ 377,5 juta.
Kendala utama yang dihadapi komoditas kakao yang diekspor adalah kualitasnya. Mutu
biji kakao dari Indonesia masih relatif rendah dibandingkan dengan yang berasal dari negeri
lain. Rendahnya kualitas tersebut dapat dilihat dari harga jual kakao Indonesia dipasaran luar
negeri. Sebagai contoh, jika pada bulan Maret 1996, harga biji kakao Indonesia di luar negeri
rata-rata adalah US$ 1.349 per ton, maka harga jual produk yang sama dari Pantai Gading (Cote
d Ivoire) mencapai US$ 1.521 per ton. Untuk itu maka perlu upaya untuk meningkatkan
kualitas biji kakao tersebut dan upaya yang telah dilakukan usaha penyuluhan dan action
program, baik oleh dinas terkait maupun melalui Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) dan
usaha-usaha tersebut nampaknya mulai memperlihatkan hasilnya.

2.3 Manfaat Tanaman Kakao


 Tinggi Antioksidan
Cokelat mengandung flavanols, sejenis flavanoid yang berfungsi sebagai anti oksidan
dan membantu menangkal radikal bebas di dalam tubuh.
 Menurunkan Tekanan Darah
Dark chocolate dari beberapa hasil penelitian mampu menurunkan tekanan darah pada
orang yang mempunyai tekanan darah tinggi.
 Menurunkan LDL Kolesterol
Makan coklat hitam secara teratur telah terbukti dapat menurunkan kolesterol LDL
sebanyak 10 persen.
 Anti Depresi Alami
Cokelat mengandung serotonin, anti-depresan alami. Cokelat juga merangsang
produksi endorphin, yang menciptakan perasaan bahagia dan senang. Bahkan, dari salah
satu penelitian menemukan bahwa cokelat yang meleleh di dalam mulut akan
menghasilkan perasaan menyenangkan yang jauh lebih lama dari pada berciuman penuh
gairah. Hal ini mungkin menjelaskan mengapa banyak orang akan memakan cokelat ketika
mereka sedang tertekan.
 Memperpanjang Umur dan Mengurangi Penyakit
Hasil penelitian di Belanda yang diikuti 200 pria di atas 20 tahun, menemukan bahwa
mereka yang mengkonsumsi sejumlah besar coklat, baik cokelat susu dan dark chocolate,
hidup lebih lama dan telah menurunkan tingkat penyakit keseluruhan daripada pria yang
makan cokelat sedikit atau tidak.
 Kesehatan Otak
Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa coklat hitam baik untuk kesehatan otak.
Para peneliti di Johns Hopkins University menemukan bahwa cokelat mampu melindungi
sel saraf otak dari kerusakan yang lebih lanjut pada saat terjadi serangan stroke. Dark
chocolate juga telah diketahui mampu untuk meningkatkan memori otak manusia. Para
peneliti di Institut Salk California menemukan bahwa suatu bahan kimia dalam coklat yang
disebut epikatekin mampu meningkatkan memori tikus.

2.4 Morfologi Tanaman Kakao


Tanaman kakao termasuk golongan tanaman tahunan yang tergolong dalam kelompok
tanaman caulofloris, yaitu tanaman yang berbunga dan berbuah pada batang dan cabang.
Tanaman ini pada garis besarnya dapat dibagi atas dua bagian, yaitu bagian vegetatif yang
meliputi akar, batang serta daun dan bagian generatif yang meliputi bunga dan buah (Siregar
at al., 1989).
a. Akar
Akar tanaman kakao mempunyai akar tunggang (Radik primaria). Pertumbuhannya
dapat mencapai 8 meter kearah samping dan 15 meter kearah bawah. Kakao yang diperbanyak
secara vegetatif pada awal pertumbuhannya tidak membentuk akar tunggang, melainkan akar-
akar serabut yang banyak jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua
akar jumlahnya. Setelah dewasa tanaman tersebut akan membentuk dua akar yang menyerupai
akar tunggang. Pada kecambah yang telah berumur 1 – 2 minggu terdapat akar-akar cabang
(Radik lateralis) yang merupakan tempat tumbuhnya akar-akar rambut (Fibrilla) dengan jumlah
yang cukup banyak. Pada bagian ujung akar ini terdapat bulu akar yang dilindungi oleh tudung
akar (Calyptra). Bulu akar inilah yang berfungsi menyerap larutan dan garam-garam tanah.
Diameter bulu akar hanya 10 mikro dan panjang maksimum hanya 1 milimeter.
b. Batang
Diawal pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak dengan biji akan
membentuk batang utama sebelum tumbuh cabang-cabang primer. Letak pertumbuhan cabang-
cabang primer disebut jorquette, dengan ketinggian yang ideal 1,2 – 1,5 meter dari permukaan
tanah dan jorquette ini tidak terdapat pada kakao yang diperbanyak secara vegetatif. Ditinjau
dari segi pertumbuhannya, cabang-cabang pada tanaman kakao tumbuh kearah atas dan
samping. Cabang yang tumbuh kearah atas disebut cabang Orthotrop dan cabang yang tumbuh
kearah samping disebut dengan Plagiotrop. Dari batang dan kedua jenis cabang tersebut sering
ditumbuhi tunas-tunas air (Chupon) yang banyak menyerap energi, sehingga bila dibiarkan
tumbuh akan mengurangi pembungaan dan pembuahan (Siregar et al., 1989).
c. Bunga
Bunga kakao tergolong bunga sempurna, terdiri atas daun kelopak (Calyx) sebanyak 5
helai dan benang sari ( Androecium) berjumlah 10 helai. Diameter bunga 1,5 centimeter. Bunga
disangga oleh tangkai bunga yang panjangnya 2 – 4 centimeter (Siregar et al., 1989).
Pembungaan kakao bersifat cauliflora dan ramiflora, artinya bunga-bunga dan buah tumbuh
melekat pada batang atau cabang, dimana bunganya terdapat hanya sampai cabang sekunder
(Ginting, 1975). Tanaman kakao dalam keadaan normal dapat menghasilkan bunga sebanyak
6000 – 10.000 pertahun tetapi hanya sekitar lima persen yang dapat menjadi buah (Siregar et
al., 1989).
d. Buah
Buah kakao berupa buah buni yang daging bijinya sangat lunak. Kulit buah mempunyai
sepuluh alur dan tebalnya 1 – 2 centimeter (Siregar et al., 1989). Bentuk, ukuran dan warna
buah kakao bermacam-macam serta panjangnya sekitar 10 – 30 centimeter, umumnya ada tiga
macam warna buah kakau, yaitu hijau muda sampai hijau tua, waktu muda dan menjadi kuning
setelah masak, warna merah serta campuran antara merah dan hijau. Buah ini akan masak 5 –
6 bulan setelah terjadinya penyerbukan. Buah muda yang ukurannya kurang dari 10 centimeter
disebut cherelle (pentil). Buah ini sering sekali mengalami pengeringan (cherellewilt) sebagai
gejala spesifik dari tanaman kakao. Gejala demikian disebut physiological effect thinning,
yakni adanya proses fisiologis yang menyebabkan terhanbatnya penyaluran hara yang
menunjang pertumbuhan buah muda. Gejala tersebut dapat juga dikarenakan adanya kompetisi
energi antara vegetatif dan generatif atau karena adanya pengurangan hormon yang dibutuhkan
untuk pertumbuhahn buah muda (Siregar et al., 1989).
Biji kakao tidak mempunyai masa dormasi sehingga penyimpanan biji untuk benih
dengan waktu yang agak lama tidak memungkinkan. Biji ini diselimuti oleh lapisan yang lunak
dan manis rasanya, jika telah masak lapisan tersebut pulp atau micilage. Pulp ini dapat
menghambat perkecambahan dan karenanya biji yang akan digunakan untuk menghindari dari
kerusakan biji dimana jika pulp ini tidak dibuang maka didalam penyimpanan akan terjadi
proses fermentasi sehingga dapat merukkan biji ( Suharjo dan Butar-butar, 1979).

2.5 Jenis – jenis tanaman Kakao


 Jenis Criollo
Jenis cokelat ini menghasilkan biji cokelat yang bermutu baik atau yang dikenal dengan
sebagai cokelat mulia atau fine flovour cocoa (Sunanto, 1992:13). Cokelat jenis ini banyak
di temukan di berbagai daerah Asia seperti Indonesia. oleh sebab itu, Indonesia banyak
menggunakan jenis cokelat seperti ini dalam setiap pengolahan produksinya.
 Jenis Forastero,
Jenis cokelat ini menghasilkan biji cokelat yang bermutu sedang atau bulk cocoa, atau
dikenal juga sebagaiordinary cocoa (Sunanto, 1992:13-14).
 Jenis Trinitario,
Jenis cokelat jenis ini merupakan biji cokelat yang berasal dari campuran dari
jenis Criollo dan jenisForastero secara alami (Sunanto, 1992:13-14). Pernyataan tersebut
menyatakan bahwa cokelat jenis ini bisa menghasilkan mutu yang lebih terjangkau dan
unggul dibandingkan dengan jenis lainnya.
2.6 Teknik Budidaya Kakao
Sebelum melakukan pembudidayaan tanaman kakao, sebaiknya harus mengetahui
semua yang berkaitan dengan tanaman yang satu ini. Mulai dari klasifikasi tanaman kakao,
syarat tumbuh, pemilihan bibit yang baik, penanaman, pemeliharaan, pemungutan dan
pengolahan buah cokelat menjadi kajian makanan dan minuman yang banyak disukai banyak
kalangan.
2.6.1 Syarat Tumbuh
Kesuburan tanah, kelembapan udara, suhu, dan curah hujan berpengaruh terhadap
proses pembuahan tanaman cokelat menurut Sunanto (1992:23). Banyak hal yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan komoditas yang saya bahas kali ini yaitu
komoditas perkebunan. Sejumlah faktor iklim dan kondisi tanah yang bisa menjadi kendala
bagi pertumbuhan dan produksi dari tanaman cokelat ini. Lingkungan yang tidak sesuai pun
dapat mempengaruhi perkembangan tanaman cokelat.
Syarat tumbuh tanaman cokelat ini dapat didukung beberapa faktor yang memdukung
dan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman cokelat. Masih dalam pendapat
menurut Sunanto (1992:23-24) syarat-syarat yang mendukung pertumbuhan tanaman cokelat
yaitu faktor tanah dan faktor iklim.
a. Faktor Tanah
Komoditas tanaman cokelat dapat tumbuh subur dan menghasilkan produksi buah yang
maksimal pada dataran rendah. Menurut Sunanto (1992:23) banyak faktor tanah dapat
mempengaruhi pertumbuhan cokelat. Kondisi tanah pun dapat mempengaruhi pertumbuhan.
Kondisi tanah yang baik adalah tanah yang memiliki sifat yaitu: kondisi tanah yang gembur
tidak terlalu keras, tanah yang digunakan mengandung humus, bahan organik serta unsur hara
yang tinggi, sehingga dapat mencukupi dan menberikan keseimbangan pertumbuhan yang
baik. Selain itu, tanah yang digunakan memiliki pH (derajat keasaman) yang optimum tidak
melwati batas kemasaman, karena dapat meimbulkan pertumbuhan tanaman yang tidak sesuai.
Pertumbuhan tanaman cokelat pun juga harus disesuaikan dengan kemiringan tanah yang ada,
karena kemiringan mempengaruhi pertumbuhan tanaman komoditas. Semakin miring suatu
lahan bisa mengakibatkan akar dari tanaman tidak dapat berkembang dengan baik dan
sempurna.
b. Faktor Iklim
Tanaman cokelat dapat tumbuh baik di hutan hujan tropis, dimana pertumbuhan dari
tanaman cokelat tersebut membutuhkan kelembapan dan suhu yang cukup dan optimal.
Menurut (Tumpal dkk, 1989:27) curah hujan merupakan hal yang terpenting karena,
berhubungan dengan proses pertanaman dan produksi cokelat. Jika intensitas hujan berlebihan
maka mengakibatkan tanaman cokelat mengalami pembusukan dan gampang terkena hama dan
penyakit. Jika curah hujan tidak mencukupi akan sangat berpengaruh pada kondisi fisik dan
kimia tanah yang disebabkannya tidak tersedianya unsur hara yang cukup.
Pengaruh dari temperatur terhadap cokelat erat kaitannya dengan ketersedian unsur
hara (air), sinar matahari dan kelembapan. Masih dalam pendapat dari Tumpal dkk (1989:29)
dari hasil penelitian, temperatur yang ideal bagi pertumbuhan cokelat adalah 300-320C
(maksimum) dan temperature minimumnya 180-210C. Jika temperatur mengalami
peningkatan dapat diatasi dengan cara penanaman hutan atau pohon pelindung dan menjaga
sistem irigasi agar tetap menjaga pertumbuhan tanaman cokelat.
Faktor iklum lainnya yang dapat mempengaruhi adalah sinar matahari. Tumpak dkk,
(1989:31) yang berpendapat bahwa cahaya yang berlebihan mengakibatkan proses
pertumbuhan yang tidak sempurna. Lingkungan yang baik bagi pertumbuhan tanaman cokelat
adalah hutan hujan tropis. Mengapa demikian? Ini disebabkan bahwa tanaman cokelat dalam
proses pertumbuhannya membutuhkan naungan atau pohon yang dapat mengurangi intensitas
cahaya matahari.

2.6.2. Pemilihan Bibit


Untuk melestarikan dan memperbanyak komoditas cokelat yang unggul.
Perlu dilakukan pemilihan bibit unggul, berkualitas, dan mempunyai mutu baik. Pendapat itu
sesuai dengan Sunanto (1992:26) tanaman cokelat yang akan diambil bibit atau benihnya yang
diperoleh dari kebun induk yang bersifat seperti: kondisi bibit atau benih sehat yang bisa
menghasilkan tanaman cokelat yang berkualitas dan mempunyai mutu yang baik. Pertumbuhan
bibit atau benih normal, disebabkan jika pertumbuhan bibit tidak normal akan mengurangi hasil
produktivitas dari tanaman cokelat yang akan dibudidaya. Dengan demikian, dapat
menghasilkan produksi yang tinggi dan baik dan diusahakan tanaman cokelat menggunakan
bibit tanaman yang sudah mencapai umur antara 12-18 tahun (Sunanto, 1992:26).
Memperbanyak komoditas cokelat tidak hanya melalui pemilihan biji atau
benih (generatif) saja, tetapi bisa dilakukan dengan cara stek atau cangkok (vegetatif). Ini
merupakan cara termudah untuk memperbanyak komoditas tanaman cokelat yang tidak
membutuhkan waktu terlalu lama jika menggunakan pebanyakan vegetatif.

2.6.3. Penanaman
Seperti tanaman perkebunan lainnya, penanaman cokelat juga diawali dengan persiapan
lahan areal penanaman. Areal lahan yang akan ditanami bisa berupa hutan dan perkebunan
lainnya. Pada awalnya, areal lahan yang akan digunakan untuk penanaman cokelat harus
dilakukan pembersihan di sekitar areal. Menurut Tumpal (1989:50) pembersihan areal untuk
penanaman cokelat memerlukan jadwal yang mantap, karena menyangkut pula penanaman
pohon pelindung tetap dan pohon pelindung sementara yang harus ditanam terlebih dahulu.
Pembersihan areal yang dilakukan pun harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta
memperhitungkan keadaan musim yang ada, sehingga dapat menyesuaikan pembersihan lahan
dan penanaman cokelat.
Pohon pelindung tetap maupun pelindung sementara harus ditanami terlebih dahulu
sebelum penanaman cokelat dilakukan agar pertumbuhan tanaman cokelat dapat berkembang
dengan baik. Masih pendapat dari Tumpal dkk (1989:50) pohon pelindung hendaknya ditanam
12-18 bulan sebelum cokelat ditanam di lapangan dan tanaman cokelat juga harus sudah
dibibitkan 4-6 bulan sebelumnya, sehingga pohon pelindung tetap maupun pohon pelindung
sementara dapat tumbuh baik disamping tanaman cokelat tumbuh.
Pembersihan lahan yang dilakukan sering diakhiri dengan tahap pengolahan lahan yang
biasanya dilakukan secara mekanis. Terkadang, pembersihan lahan tidak dilanjutkan dengan
pengolahan lahan. Ini disebabkan dengan adanya pengolahan lahan tersebut dianggap dapat
merusak atau terkikisnya lapisan tanah bagian atas. Untuk menghindari terkikisnya lapisan
tanah dan mempertahankan lapisan tanah bagian atas serta menambah kesuburan tanah
dilakukan dengan tahap penanaman penutup tanah (cover crops)dimana tanaman yang
digunakan berfungsi untuk mengurangi masuknya intensitas cahaya matahari secara langsung
ke dalam tanah. penanaman penutup ini biasanya disesuaikan dengan jarak tanam cokelat yang
hendak ditanam.
Jarak tanam adalah hal yang terpenting dalam penanaman cokelat setelah dilakukannya
pengolahan lahan. Jarak tanam yang ideal bagi tanaman cokelat adalah jarak yang disesuaikan
dengan perkembangan bagian atas tanaman serta tersedianya ruang bagi perkembangan
perakaran tunggang didalam tanah. Dengan demikian, pilhan dan penentuan jarak tanam erat
kaitannya dengan sifat pertumbuhan, sumber bahan tanam dan kesuburan areal (Tumpal dkk,
1989:56).
Penentuan pola tanam pada saat penanaman juga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan
areal penanaman yang baik, karena pola tanam berkaitan dengan keoptimuman jumlah pohon
per hektar, keoptimuman peranan pohon pelindung, dan meminimumkan kerugian yang akan
ditimbulkan oleh kesuburan tanah maupun biaya pemeliharaan. Menurut (Tumpal dkk,
1989:58) ada empat pola tanaman yang dianjurkan dalam proses penanaman cokelat, yaitu:
pola pertanaman cokelat segiempat, pohon pelindung segiempat, pola pertanaman cokelat
segiempat, pohon pelindung segitiga, pola pertanaman cokelat berpagar ganda, pohon
pelindung segitiga, dan pola pertanaman cokelat berpagar ganda, pohon pelindung segiempat.

2.5.4. Pemeliharaan
Tahap yang dilakukan setelah proses penanaman usai adalah tahap pemeliharaan
tanaman seperti: penyulaman, penyiangan atau pengendalian gulma, dan pemupukan.
Pemeliharan ini ditujukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman
cokelat yang maksimal. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi, yaitu: penyulaman, penyiangan
atau pengendalian gulam, dan pemupukan.
a. Penyulaman
Kegiatan penyulaman biasanya dilakukan untuk menghindari masa penurunan produksi
tanaman cokelat. Oleh sebab itu, menurut Sunanto (1992:48) penyulaman tanaman cokelat
dapat dilakukan sampai tanaman tersebut berumur 10 tahun, disebabkan umur bongkar
tanaman cokelat adalah 25 tahun. Dengan demikian, sebelum tanaman cokelat yang sudah tua
dibongkar, tanaman sisipan atau sulaman itu sudah mencapai masa produksi. Tanaman
pengganti sebaiknya seumuran dengan tanaman yang dibongkar, agar diperoleh pertumbuhan
dan hasil produksi yang seragam.
b. Penyiangan atau Pengendalian Gulma
Kegiatan ini dilakukan untuk mencegah perebutan unsur hara maupun persediaan air
antara tanaman cokelat dan gulma. Sunanto (1992:48) juga menambahkan bahwa tujuan
penyiangan atau pengendalian gulma untuk mencegah beberapa hal lainnya, yaitu: gangguan
terhadap tanaman cokelat khususnya gulma yang merambat pada tanaman cokelat, hama dan
penyakit yang biasanya terdapat pada gulma, dan terjadinya kesulitan dalam pemeliharaan dan
panen
Kegiatan ini harus dilakukan secara hati-hati, karena di sekitar kedalaman 20-30 cm
dari permukaan tanah merupakan tempat berkembangnya akar tanaman cokelat yang masih
sekuder. Pendapat Sunanto (1992:49) menyatakan bahwa jika penyemprotan obat herbisida
terkena akar sekunder mengakibatkan kerusakan pada akar-akar tanaman cokelat.
c. Pemupukan
Pemupukan merupakan kegiatan yang biasanya dilakukan untuk menghindari
pertumbuhan cokelat yang kurang baik dan sempurna. Oleh sebab itu, kegiatan ini biasanya
dilakukan pada beberapa bulan awal pada tanaman cokelat. Menurut Tumpal (1989:80) bahwa
cokelat dipupuk setelah berumur dua bulan di lapangan. Dilakukannya pemupukan mampu
meningkatkan pertumbuhan vegetatif dan mempertahankan daya tahan tanaman terhadap hama
dan penyakit.
Pemupukan yang dilakukan pun tidak sembarangan memberi pupuk, melainkan harus
diidentifikasi terlebih dahulu. Menurut Sunanto (1992:48) pemupukan cokelat harus dari
analisis tanah dan analisis daun. Secara umum, pupuk yang dibutuhkan adalah pupuk yang
mempunyai kandungan pengganti unsur hara yang tidak dimiliki oleh tanah, seperti: sumber
Nitrogen dapat menggunakan pupuk Urea atau ZA, sumber Phosfor dapat menggunakan pupuk
TSP dan sebagai sumber Kalium dapat menggunakan pupuk KCL.
Selain menggunakan pupuk pengganti, sisa pemangkasan dan kulit buah dari tanaman
cokelat pun bisa dijadikan pupuk organik dengan cara dibenamkan di dalam tanah, karena kulit
buah cokelat merupakan unsur hara bagi tanaman cokelat. Menurut tumpal (1989:80) kulit
buah cokelat pada tanaman mengandung unsur nitrogen, Fosfor, kalium, magnesium, dan
kalium yang setara dengan urea. Menurut Sunanto (1992:50) Pemupukan yang dilakukan juga
dibagi menjadi dua, yaitu: pemupukan tanaman belum produksi dan pemupukan tanaman
sudah produksi.
1) Pemupukan tanaman belum berproduksi
Kegiatan pemupukan dilakukan sebelum tanaman menghasilkan produksi agar
menghasilkan hasil produksi yang sempurna. Menurut Sunanto (1992:50) tujuan dari
pemupukan sebelum tanaman cokelat berproduksi adalah untuk menyediakan unsur bagi
pertumbuhan vegetatif yang dapat membawa dampak baik pada fase generatif, sehingga terjadi
proses pembungaan dan pembuahan yang baik.
Tabel 1: Dosis yang dibutuhkan tanaman muda

Umur Pupuk (gram per tanaman)


(bulan) ZA TSP KCl Kleserit

2 50 – – –

6 75 50 30 25
12 100 – – –

18 150 100 70 50

24 200 – – –

Sumber: Sunanto (1992:50)


2) Pemupukan tanaman sudah produksi
Semakin lama pertumbuhan dan perkembangan tanaman cokelat, lama-kelamaan tanah
akan kehilangan unsur hara yang dapat mendukung pertumbuhan tanaman cokelat. Sunanto
(1992:50) pun berpendapat bahwa tanah yang lama-kelamaan dapat kehilangan unsur hara,
sebab unsur hara tersebut selain selalu diserap juga dapat hilang karena faktor lainnya misal
hujan dan panas matahari.
Tujuannya dilakukan pemupukan untuk menambah unsur hara yang ada di dalam tanah.
Menurut Sunanto (1992:51) tujuan pemupukan pada lahan tanaman cokelat yang sudah
berproduksi adalah untuk menambah unsur hara di dalam tanah, Pemupukan ini dapat
mengakibatkan pertumbuhan dan produktivitas cokelat yang dihasilkan semakin tinggi, lebih
tahan terhadap hama dan penyakit dan usia produktivitas yang lama.
Tabel 2: Dosis yang dibutuhkan tanaman berproduksi

Umur Pupuk (gram per tanaman)


(bulan) ZA atau Urea TSP KCl

3 2×100 2×50 2×50 2×50

4 2×200 2×100 2×100 2×100

5 2×250 2×125 2×125 2×125

>5 Sama dengan pemupukan tahun ke-5

Sumber: Sunanto (1992:50)

2.5.5. Pemanenan Buah


a. Ciri dan Umur Panen
Buah kakao bisa dipanen apabila telah tampak perubahan warna kulit dan setelah fase
pembuahan sampai menjadi buah dan matang ± usia 5 bulan. Ciri-ciri buah akan dipanen adalah
warna kuning pada alur buah, warna kuning pada alur buah dan punggung alur buah; warna
kuning pada seluruh permukaan buah dan warna kuning tua pada seluruh permukaan buah.
Kakao masak di pohon dicirikan dengan perubahan warna buah :
1. Warna buah sebelum masak hijau, setelah masak alur buah menjadi kuning.
2. Warna buah sebelum masak merah tua, warna buah setelah masak merah muda, jingga,
kuning.
Buah akan masak pada waktu 5,5 bulan (di dataran rendah) atau 6 bulan (di dataran
tinggi) setelah penyerbukan. Pemetikan buah dilakukan pada buah yang tepat masak. Kadar
gula buah kurang masak rendah sehingga hasil fermentasi kurang baik, sebaliknya pada buah
yang terlalu masak, biji seringkali telah berkecambah, pulp mengering dan aroma berkurang.
b. Cara panen
Untuk memanen kakao digunakan pisau tajam. Bila letak buah tinggi, pisau disambung
dengan bambu. Cara pemetikannya, jangan sampai melukai batang yang ditumbuhi buah.
Pemetikan kakao hendaknya dilakukan hanya dengan memotong tangkai buah tepat
dibatang/cabang yang ditumbuhi buah. Hal tersebut agar tidak menghalangi pembungaan pada
periode berikutnya.
Pemetikan berada di bawah pengawasan mandor. Setiap mandor mengawasi 20 orang
per hari. Seorang pemetik dapat memetik buah kakao sebanyak 1.500 buah per hari. Buah
matang dengan kepadatan cukup tinggi dipanen dengan sistem 6/7 artinya buah di areal tersebut
dipetik enam hari dalam 7 hari. Jika kepadatan buah matang rendah, dipanen dengan sistem
7/14.
Panen dilakukan 7-14 hari sekali. Selama panen jangan melukai batang/cabang yang
ditumbuhi buah karena bunga tidak dapat tumbuh lagi di tempat tersebut pada periode berbunga
selanjutnya. Tanaman kakao mencapai produksi maksimal pada umur 5-13 tahun. Produksi per
hektar dalam satu tahun adalah 1.000 kg biji kakao kering.

2.5.6. Pengelolaan Limbah


Kulit kakao pada pertanaman kakao umumnya cukup banyak dan hal ini merupakan
salah satu jenis limbah pada perkebunan kakao, kalau tidak ditangani secara baik-baik maka
makin hari akan semakin menumpuk dan akan menimbulkan permasalahan di lingkungan
tersebut.
Kulit kakao merupakan salah satu limbah pengolahan biji kakao. Kulit tersebut
umumnya dibuang begitu saja sebagai sampah yang sering mengganggu masyarakat sekitar.
Kalau dicermati dengan baik, sebenarnya limbah kulit kakao tersebut masih mempunyai nilai
yang cukup tinggi yaitu kalau diolah dengan baik akan dapat menghasilkan Pektin dimana
sampai saat ini kita masih selalu mengimpornya.
Limbah dari perkebunan kakao masih ada lagi yang lain, karena itu juga perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang serius agar tidak menimbulkan dampak yang merugikan dan
dapat menjaga kelestarian produktivitas perkebunan.

2.6 Hama dan Penyakit Utama Tanaman Kakao Beserta Pengendaliaanya


a. Penggerek buah kakao (PBK) Conopomorpha cramerella, Famili Gracillariidae, Ordo
Lepidoptera. Gejala serangan pada buah (warna kuning tidak merata) Hama kakao ini sangat
merugikan. Serangannya dapat merusak hampir semua hasil. Penggerek Buah Kakao dapat
menyerang buah sekecil 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm.
Ulatnya merusak dengan cara menggerek buah, memakan kulit buah, daging buah dan saluran
ke biji. Buah yang terserang akan lebih awal menjadi berwarna kuning, dan jika digoyang tidak
berbunyi. Biasanya lebih berat daripada yang sehat. Biji-bijinya saling melekat, berwarna
kehitaman serta ukuran biji lebih kecil.
Hama ini dapat dikendalikan dengan :
1. Sanitasi, Cara sanitasi penting untuk mematikan PBK yang ada dalam buah yang sudah
dipanen. Jika tidak dimatikan, PBK tersebut dapat berkembangbiak dan menyerang
buah yang masih ada di pohon. Setelah buah dipanen, seluruhnya dibelah, Kulit buah
dimasukkan ke dalam lobang dan ditutup dengan tanah atau dengan plastik untuk
membunuh larva yang masih ada / hidup pada buah. Jika tidak segera dikerjakan
simpanlah buah dalam karung plastik yang diikat rapat. Cara tersebut mencegah PBK
keluar dan menyerang buah yang belum masak di pohon.
2. Pemangkasan, Pemangkasan juga bermanfaat untuk mengendalikan PBK. Melalui
pemang-kasan kita mengurangi / membuang cabang, ranting, dan daundaun yang tidak
berguna sehingga penggunaan zat makanan lebih efektif, dan tanaman kakao akan
semakin baik pertumbuhannya, bukan hanya dalam hal tajuk tetapi juga dalam
pertumbuhan buah. Selain itu, pemangkasan akan memberikan banyak penetrasi sinar
matahari, serta gerakan angin yang bebas sehingga akan mengurangi serangan PBK.
Karena itu, lakukanlah pemangkasan yang tepat waktu dan cara benar, baik dalam
pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi, maupun pemangkasan
3. Membenam kulit buah.
4. Serta dengan cara hayati/biologi dengan menggunakan musuh alami.
c. Penggerek batang/cabang Zeuzera coffeae, Famili Cossidae, Ordo Lepidoptera
Ulat hama ini merusak bagian batang/cabang dengan cara menggerek menuju empelur
(xylem) batang/cabang. Selanjutnya gerekan membelok ke arah atas. Menyerang tanaman
muda. Pada permukaan lubang yang baru digerek sering terdapat campuran kotoran dengan
serpihan jaringan. Akibat gerekan ulat, bagian tanaman di atas lubang gerekan akan merana,
layu, kering dan mati.
Cara pengendalian meliputi :
1. Lubang gerekan dibersihkan dan ulat yang ditemukan dimusnahkan.
2. Cara mekanis yang lain adalah memotong batang/cabang terserang 10 cm di bawah
lubang gerekan ke arah batang/cabang, kemudian ulatnya dimusnahkan/ dibakar.
3. Cara hayati bisa dipakai, misalnya dengan Beauveria bassiana, atau agen hayati lain.
d. Tikus dan tupai / bajing Famili Muridae dan Sciuridae, Ordo Rodentia
Buah kakao yang terserang akan berlubang dan akan rusak atau busuk karena
kemasukan air hujan dan serangan bakteri atau jamur. Serangan tikus dapat dibedakan dengan
serangan tupai/bajing. Tikus menyerang buah kakao yang masih muda dan memakan biji
beserta dagingnya. Tikus menyerang terutama pada malam hari. Gejala serangan tupai/bajing
umumnya dijumpai pada buah yang sudah masak karena tupai hanya memakan daging buah,
sedangkan bijinya tidak dimakan. Biasanya, di bawah buahbuah yang terserang tupai/bajing
selalu berceceran biji-biji kakao. Jadi, tikus benarbenar hama, tetapi tupai tidak karena biji bisa
dikumpulkan kembali. Tupai menjadi hama (merugikan) apabila biji-biji tadi tidak
dikumpulkan.
Pengendalian tikus dilakukan dengan sanitasi dan dengan cara hayati. Juga dapat
digunakan umpan racun tikus (rodentisida) dan dengan menggunakan cara mekanis
(perangkap).
e. Penyakit Vascular streak dieback (VSD) Oncobasidium theobromae, Kelas Basidiomycetes,
Ordo Uredinales
Penyakit VSD disebabkan oleh O. theobromae, yang dapat menyerang di pembibitan
sampai tanaman dewasa. Gejala tanaman terserang, daun-daun menguning lebih awal dari
waktu yang sebenarnya dengan bercak berwarna hijau, dan gugur sehingga terdapat ranting
tanpa daun (ompong). Bila permukaan bekas menempelnya daun diiris tipis, akan terlihat
gejala bintik 3 kecoklatan. Permukaan kulit ranting kasar dan belang, bila diiris memanjang
tampak jaringan pembuluh kayu yang rusak berupa garis-garis kecil (streak) berwarna
kecoklatan. Penyebaran penyakit melalui spora yang terbawa angin dan bahan vegetatif
tanaman. Perkembangan penyakit dipengaruhi oleh kelembaban. Embun dan cuaca basah
membantu perkecambahan spora. Pelepasan dan penyebaran spora sangat dipengaruhi oleh
cahaya gelap.
Pengendalian penyakit :
1. Dengan memotong ranting/cabang terserang sampai 30cm pada bagian yang masih
sehat kemudian dipupuk NPK 1,5 kali dosis anjuran.
2. Pemangkasan bentuk yang sekaligus mengurangi kelembaban dan memberikan sinar
matahari yang cukup. Pemangkasan dilakukan pada saat selesai panen sebelum muncul
flush.
3. Parit drainase dibuat untuk menghindari genangan air dalam kebun pada musim hujan.-
Untuk pencegahan, tidak menggunakan bahan tanaman kakao dari kebun yang
terserang VSD.
f. Busuk buah Phytophthora palmivora, Famili Pythiaceae, Ordo Pythiales
Penyakit ini disebabkan oleh jamur P. palmivora yang dapat menyerang buah muda
sampai masak. Buah yang terserang nampak bercak bercak coklat kehitaman, biasanya dimulai
dari pangkal, tengah atau ujung buah. Apabila keadaan kebun lembab, maka bercak tersebut
akan meluas dengan cepat ke seluruh permukaan buah, sehingga menjadi busuk, kehitaman
dan apabila ditekan dengan jari terasa lembek dan basah. Penyebaran penyakit dibantu oleh
keadaan lingkungan yang lembab terutama pada musim hujan. Buah yang membusuk pada
pohon juga mendorong terjadinya infeksi pada buah lain dan menjalar kebagian batang/cabang.
Patogen ini disebarkan oleh angin dan air hujan melalui spora. Pada saat tidak ada buah, jamur
dapat bertahan di dalam tanah. Penyakit ini akan berkembang dengan cepat pada daerah yang
mempunyai curah hujan tinggi, kelembaban udara dan tanah yang tinggi terutama pada
pertanaman kakao dengan tajuk rapat.
Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan :
1. Sanitasi kebun.
2. Mekanis (mengumpulkan dan membakar buah yang terserang).
3. Pengaturan pohon pelindung dan pemangkasan tanaman kakao merupakan hal yang
penting dilakukan terutama pada musim hujan.
4. Penanaman klon resisten atau toleran merupakan cara yang wajib diperhatikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kakao berasal dari benua Amerika, Amerika Selatan (Lembah perairan Orinoco dan
Amazon) untuk kakao jenis Forastero Amerika Tengah terutama Hutan Nicoya (Patai Pasifik
dari Costarica) untuk jenis kakao Criollo.Terakhir dikatakan dari pegunungan Andes bagian
utara sedangkan Forastero dari sisi Timur. Tanaman kakao merupakan tanaman yang kecil
tumbuh di bawah tegakan hutan hujan tropis di daerah Amerika Selatan dimana tanaman ini
selalu tumbuh terlindung di bawah pohon yang lain. Kakao merupakan tanaman
perkebunan/industri, masuk wilayah Indonesia sejak sekitar tahun 1560, dibawa oleh para
pedagang dari Portugis melalui pulau Sulawesi dan selajutnya tanaman kakao ini menyebar ke
daerah kepulauan di sekitar Minahasa. Walau tanaman kakao tersebut telah lama berkembang
di Indonesia sejak lama, tetapi baru menjadi komoditi yang penting sejak sekitar tahun 1951.
Manfaat tanaman kakao sangat penting bagi kesehatan,salah satu nya untuk mencegah Kanker.
Oleh sebab itu tanaman kakao sangat berhasil dalam penyebarannya di Indonesia.
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Sarmidi. 2005. Teknologi Pasca Panen Kakao Untuk Masyarakat Perkakaoan Indonesia.
BPPT Press: Jakarta.
Anonymous a, 2013. Morfologi Tanaman Kakao (online) http://id.shvoong.com/exact-
sciences/biology/2073810-morfologi-tanaman-kakao/#ixzz2Mqi5utYR
Anonymous b, 2013. Hama dan Penyakit Utama Tanaman Kakao Beserta Pengendaliaanya
(online) http://www.pdfchaser.com/KAKAO%E2%80%A6YANG-NIKMAT-SULIT-
DIRAWAT.html
Siregar, Tumpal dan Slamet Riyadi. 1898. Budidaya, Pengolahan dan Pemasaran Cokelat.
Penebar Swadaya: Jakarta.
Sunanto, Hatta. 1992. Budidaya Cokelat, Pengolahan Hasil, dan Aspek Ekonominya. Kanisius:
Yogyakarta.
Disbun Jabar. 1995. Vadenicum Budidaya Kakao (Theobroma cacao L).
SI-PUK – SIB – SIABE. 2007. Kakao. http://www.bi.go.id. (diakses pada tanggal 20 Januari
2007)
Warintek. 2006. Potensi Kakao. http://warintek.progressio.or.id. (diakses tanggal 21 Februari
2007)
Winarsih S. dan A. A. Prawoto. 1995. Pedoman Teknis Rehabilitasi Tanaman Kakao Dewasa
dengan Metode Sambung Samping (side-cleft grafting). Pusat Penelitian Kopi dan Kakao.
Jember.
Wood, G.A.R. and R.A. Lass. 1985. Cocoa. Tropical Agriculture Series. Longman. London,
and New York.

Anda mungkin juga menyukai