Anda di halaman 1dari 13

AGROINDUSTRI PT.

MARS
SYMBIOSCIENCE INDONESIA DALAM
PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KAKAO

ESSAY

diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas mata praktikum
Pengantar Ilmu Pertanian pada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Jember

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Ir. Soetriono, MP.
Ahmad Zainuddin, S.P., M.Si.

Asisten Pengampu:
Nadhira Maulida Rizdanti Lawado 191510601056
M. Holil 201510601059

Oleh:
Kelompok 7
Dita Kusuma Wardhani 221510601014
Tati Zulfa Kamila 221510601029
Fima Ulfani 221510601043
Fitriana Rahmawati 221510601061
Allealova Nadya Feroza 221510601102

LABORATORIUM EKONOMI DAN PEMBANGUNAN PERTANIAN


PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2022
ISI
Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi untuk menjadi eksportir
utama kakao di dunia dan memenuhi kebutuhan industri kakao di dalam negeri.
Kekurangan bahan baku biji kakao mendorong industri pengolahan mengimpor biji
kakao dari negara lain (Ibnu, 2022). Tanaman kakao termasuk dalam kelompok
tanaman tropis yang cocok dengan tanah dan iklim yang ada di Indonesia. Kakao
merupakan salah satu komoditas utama di sektor perkebunan. Kakao menghasilkan
devisa sekitar 1,4 miliar dolar pada tahun 2009 dan merupakan komoditas dengan
target pasar yang luas. Sebagian besar kakao dimiliki oleh perkebunan masyarakat
atau petani perorangan dan sebagian kecilnya dimiliki oleh perkebunan negara dan
swasta (Asir, 2021).
Kakao merupakan tanaman yang digunakan sebagai bahan baku dalam
pembuatan coklat. Coklat merupakan produk yang banyak diminati oleh
masyarakat di seluruh dunia karena memiliki cita rasa khusus yang berasal dari rasa
kakao yang unik dan menarik (Santander et al., 2020). Produksi kakao sangat
berpengaruh pada penerimaan petani nantinya. Faktor yang dapat mempengaruhi
produksi kakao yaitu ketersediaan pupuk, pestisida, kenaikan bahan tanam, dan
peningkatan saluran pemasaran (Panna dkk., 2020). Upaya peningkatan produksi
menghadapi tantangan yang cukup berat bagi petani karena mahalnya biaya input
seperti benih dan biaya tenaga kerja. Mahalnya harga alat produksi juga membuat
petani harus melakukan kegiatan usaha taninya dengan baik tanpa membuang
banyak waktu, tenaga, dan uang. Hal ini berkaitan erat dengan peningkatan
kesejahteraan petani melalui pendapatan yang lebih tinggi. Tindakan yang tepat
dalam alokasi sumber daya produksi dapat digunakan sebagai upaya untuk
meningkatkan pendapatan yang lebih tinggi (Masna et al., 2018).
Pemanfaatan Produk Kakao
Kakao (Theobroma cacao) merupakan salah satu bahan baku tanaman untuk di
ekspor. Keunggulan kakao Indonesia di pasar dunia cukup bersaing dari segi
kualitas jika dibandingkan dengan kakao dari negara lain. Kakao adalah komoditas
unggulan di sektor perkebunan ketiga setelah sawit dan karet. Indonesia sendiri
merupakan produsen kakao terbesar ketiga di dunia setelah Pantai Gading dan
Ghana. Kakao merupakan salah satu dari produk pokok Indonesia yang cukup
penting bagi perekonomian negara. Kakao berperan dalam mendorong
pengembangan kawasan dan industri pertanian (Hadinata dkk., 2020). Sektor kakao
diproyeksikan akan tumbuh, terutama didorong karena daya tariknya yang luas.
Kakao memiliki popularitas, keunggulan, dan manfaat yang luas dalam industri
makanan dan minuman. Peningkatan permintaan kakao dengan manfaat kesehatan
yang dirasakan dan rasa yang lebih eksotis diperkirakan terjadi di Eropa Barat dan
Amerika Utara. Permintaan produk kakao juga meningkat pada negara-negara
berkembang, penjualan kakao diproyeksikan tumbuh di negara-negara yang
mengalami peningkatan PDB per kapita seperti halnya, China, Meksiko, Indonesia,
Turki, dan India (Voora et al., 2019). Keunggulan dan manfaat yang dimiliki kakao
adalah sebagai berikut :
1) Penurun resiko jantung
2) Penambah stamina
3) Memelihara fungsi otak
4) Memperbaiki suasana hati atau mood
5) Memperlambat penuaan pada kulit, dan lain-lain.
Penjelasan diatas menerangkan bahwasannya peluang dari penjualan produk kakao
sangat besar karena dapat menembus pasar internasional dan juga manfaat dari
kakao sendiri itu banyak, sehingga hal tersebut dapat menguntungkan perusahaan
pengelolanya dan juga negara. Kakao dapat di ekspor dalam bentuk mentah, namun
lebih baik lagi jika kakao diolah dan dijadikan produk terlebih dahulu supaya
memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Kakao memiliki cita rasa dominan manis dan
juga kaya akan manfaat, sehingga produk dari buah ini banyak diminati oleh
masyarakat dari berbagai kalangan, oleh karena itu pengembangan produk dari
bahan dasar kakao ini perlu dilakukan. Adapun produk yang dapat diolah dari bahan
dasar kakao, yaitu :
1. Cokelat Batangan
Cokelat merupakan makanan yang terbuat dari campuran gula, lemak, dan kakao
yang disukai oleh banyak orang (Sumartini dkk., 2021). Cokelat banyak dijual
dalam bentuk batangan karena lebih banyak disukai dan cocok digunakan untuk apa
saja. Cokelat batangan ini banyak dijual di berbagai daerah dengan berbagai merek.
Tidak hanya itu, coklat batangan dari Maluku Utara juga pernah di ekspor hingga
ke negara Inggris, dimana hal ini akan sangat berpengaruh terhadap pendapatan
atau devisa negara.
2. Cokleat Bubuk
Cokelat bubuk atau bubuk kakao adalah campuran dari beberapa bahan yang
digabungkan setelah mentega kakao yang diekstraksi dari biji kakao. Cokelat bubuk
atau bubuk kakao ini dapat digunakan untuk berbagai campuran makanan dan juga
minuman.
3. Cokelat Pasta
Cokelat pasta adalah produk seperti pasta yang dibuat dari campuran bubuk kakao,
mentega kakao (cocoa butter), minyak nabati seperti minyak kelapa sawit atau
minyak kelapa, serta dapat mengandung susu dan gula. Beberapa produk cokelat
pasta mengandung bahan tambahan seperti kacang atau madu.
4. Lemak Cokelat (Cocoa Butter)
Cocoa butter atau minyak theobroma adalah lemak nabati berwarna kuning pucat
yang berasal dari biji kakao. Cocoa butter diekstraksi dari biji kakao, dan digunakan
sebagai bahan baku produksi cokelat serta kosmetik (Wang et al., 2020). Selain itu,
lemak cokelat ini juga digunakan untuk membuat berbagai krim, produk
kebersihan, dan obat-obatan. Cocoa butter memiliki rasa dan aroma kakao. Tidak
hanya olahan dari biji kakao saja yang dapat diperjual belikan bahkan di ekspor,
namun kulit dari kakao atau cocoa shell juga dapat di ekspor untuk menambah nilai
jual produk dari kakao itu sendiri.
Pengembangan Sektor Hulu
Sektor hulu merupakan sektor yang mengolah bahan mentah menjadi barang
setengah jadi, dimana sektor ini hanya menyediakan bahan baku untuk kegiatan
industri yang lain. Industri hulu biasanya berdekatan dengan tempat penghasil
bahan baku (petani kakao). Sektor hulu di PT. Mars Symbioscience Indonesia
memberikan beberapa bantuan berupa penyediaan bibit, alat-alat pertanian, dan
kebun percobaan. Contoh pengembangan produk pada sektor hulu yaitu buah
cokelat dan biji cokelat.
Penyediaan Bibit
Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan program yang dijalankan PT. Mars
Symbioscience Indonesia memberikan bantuan berupa bibit bagi setiap
kelompoktani binaannya. Bantuan ini diberikan ketika awal kerjasama PT. Mars
Symbioscience Indonesia dengan kelompoktani. Setiap kelompok tani masing-
masing memperoleh 350 bibit sambung pucuk. Pemberian sarana ini dilakukan
untuk mendukung petani dalam mengembangkan usaha kakaonya. Tanaman kakao
dapat diperbanyak secara reproduktif dan vegetatif. Secara umum, pembibitan
kakao reproduktif lebih banyak dilakukan oleh petani biasa, karena dinilai lebih
praktis. Perbanyakan reproduktif adalah teknik perbanyakan tanaman dengan biji,
sedangkan perbanyakan vegetatif biasanya menggunakan stek, kecambah, cangkok,
atau kultur jaringan. Reproduksi reproduktif memiliki beberapa kelebihan dan
kekurangan jika dibandingkan dengan perkembangbiakan vegetatif. Teknik
pembibitan lebih praktis karena benih dapat disimpan dalam periode waktu yang
lama, penyediaan benih lebih fleksibel, dan tanaman tetap kuat karena memiliki
perakaran yang kuat. Langkah-langkah yang harus dilakukan pada perkebunan
kakao dengan menggunakan teknik perbanyakan reproduktif, yaitu:
1) Persiapan bahan tanam
Hal pertama yang harus dilakukan adalah menyiapkan penanaman. Tanaman induk
yang digunakan sebagai sumber penyediaan bahan tanaman untuk kebun produksi
harus memenuhi syarat-syarat seperti, tanaman sehat dan kuat, serta memiliki
produktifitas tinggi dan berumur 12-18 tahun.
2) Persiapan perkebunan kakao
Setelah bahan tanam atau bibit siap, langkah selanjutnya dalam tahap penanaman
kakao adalah menyiapkan sarang dan naungan. Tempat tidur dan tempat berlindung
harus didirikan di area yang memenuhi persyaratan pembibitan yang baik yaitu,
dekat dengan sumber air, di tempat yang datar dan rata, mudah untuk diakses, dan
aman dari berbagai gangguan.
3) Menabur benih
Persiapan kebun kakao yang telah direncanakan dengan matang, selanjutnya akan
dilakukan pembibitan dengan cara menanam benih.
4) Persiapan platform tanaman
Benih kakao yang telah berkecambah harus segera dipindahkan ke dalam polybag.
Polybag ini kemudian diisi dengan bahan tanam berupa campuran tanah pada
lapisan atas, serta pupuk kandang dan pasir yang telah diayak menjadi satu.
5) Penularan kuman
Persemaian yang telah dilakukan 4-5 hari akan membuat biji kakao mulai
berkecambah. Bibit tersebut harus segera dipindahkan ke polybag yang telah
disiapkan, dalam kegiatan ini bibit harus diseleksi untuk mendapatkan bibit yang
berkualitas.
6) Perawatan bibit
Bibit kakao dalam polybag perlu dirawat dengan baik agar tumbuh dengan kuat dan
sehat. Perawatan tanaman meliputi penyiraman, pemupukan, serta pengendalian
hama dan penyakit tanaman kakao.
Penyediaan Alat
Kakao merupakan salah satu komoditi perkebunan andalan sebagai penghasil
devisa yang besar, sumber devisa negara pendapatan petani, pencipta lapangan
pekerjaan bagi petani, serta sebagai pendorong agribisnis dan agroindustri di daerah
yang berkembang (Pawana, 2019). Pengembangan alsintan kakao bertujuan untuk
membantu mempermudah perusahaan dalam melakukan aktivitas budidaya kakao,
PT. Mars Symbioscience Indonesia menyediakan menyediakan alat-alat dan mesin
pertanian sebagai berikut :
1. Mesin pencacah pembuatan kompos
Mesin pencacah pembuatan kompos merupakan salah satu mesin pengolahan pupuk
kompos yang berfungsi untuk mencacah berbagai jenis bahan baku kompos. Mesin
pencacah ini menggunakan energi minyak berupa bensin sebagai bahan bakar untuk
mengoperasikan motor penggerak. Bahan yang dicacah yaitu berupa limbah kakao.
Alat ini dirancang untuk mencacah limbah kakao menjadi lebih kecil sehingga
selanjutnya dapat diproses dalam pembuatan kompos (Moeso dkk., 2019).
2. Mesin pembabat rumput
Mesin pembabat rumput adalah alat yang digunakan untuk memotong rumput atau
tanaman. Alat ini biasanya digunakan untuk merapikan tanaman dan juga untuk
membersihkan lahan dari rumput ilalang atau rumput sejenisnya, mesin pembabat
rumput juga dapat memudahkan pekerjaaan manusia. Mesin pembabat rumput ini
terdiri dari pemotong, mesin, roda berjalan, mekanisme pisau berjalan, pisau, dan
bagian kontrol. Mesin ini diminati sebagian masyarakat karena sesuai fungsinya
mesin pembabat rumput ini dapat mempercepat pekerjaan manusia (Yanto dkk,
2020).
3. Sekop
Sekop merupakan alat untuk memindahkan, menggali, dan mengangkat pasir atau
tanah. Alat ini tentunya dapat memudahkan manusia dalam mengelola lahan
menjadi lebih efektif.
4. Gunting
Gunting yang dimaksud merupakan gunting yang memiliki fungsi untuk
pemangkasan tanaman kakao. Gunting ini biasa disebut gunting tarik karena dapat
memangkas dahan atau ranting pohon yang cukup tinggi.
5. Pisau
Pisau memiliki peran sebagai alat panen dalam pengelolaan kakao. Pisau ini
memiliki bentuk seperti sabit di bagian atas dan tipis. Desain yang seperti sabit
memiliki tujuan agar pemangkasan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan
efektif.
6. Gergaji
Gergaji dalam pengelolaan kakao berguna untuk memotong dahan-dahan yang
cukup tebal. Gergaji yang digunakan biasanya memiliki bentuk yang tipis dan berat.
7. Tempat penjemuran kakao
Petani kakao umumnya mengeringkan kakaonya dengan cara penjemuran
menggunakan cahaya matahari sebagai sumber panas di tempat yang terbuka dan
di hampar di lapangan atau lantai jemur. Kendala-kendala yang ditemui dalam
penggunaan metode penjemuran yaitu, seperti kebutuhan lahan yang luas,
kontaminasi dengan benda asing serta ketergantungan akan cuaca dapat diatasi
dengan menggunakan metode pengeringan mekanis (Tya dkk., 2020). Penjemuran
kakao dilakukan untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme seperti
kontaminasi jamur.
Penyediaan Kebun Percobaan
Kebun percobaan dapat digunakan oleh anggota kelompok tani untuk
mengembangkan pengetahuan dan mempraktekkan hal yang telah diperoleh saat
kelas lapang ataupun melalui kerjasama antara penyuluh dengan PT. Mars
Symbioscience Indonesia.
Pengembangan Sektor Usahatani
Kegiatan pada sektor usahatani berhubungan dengan budidaya pertanian mulai dari
proses pengambilan, penanaman, pemeliharaan, serta pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Sektor usahatani sangat berkaitan erat dengan pengetahuan
petani dalam hal budidaya tanaman. Budidaya tanaman kakao untuk memperoleh
hasil yang layak diperlukan pencapaian kualitas dan kuantitas sangat tergantung
pada faktor-faktor pembatas dalam pertumbuhan dan produksi. Memulai usahatani
harus diperlukan keterampilan dan pengetahuan tentang teknis pembudidayaan
tanaman secara benar supaya memperoleh hasil yang maksimal. Mutu dari kakao
sangat ditentukan dari sistem dan cara petani dalam mengelola usahataninya, begitu
juga dengan jenis dan kualitas input yang digunakan. Pertanian di Kecamatan Wotu
Kabupaten Luwu Timur telah menjadi semakin maju dengan teknologi baru yang
dipakai petani yang diperoleh melalui pembelajaran dari luar salah satunya yaitu
dengan keikutsertaan petani dalam program transfer teknologi yang diadakan oleh
PT. Mars Symbioscience Indonesia. Teknologi yang didapatkan adalah teknologi
dalam meningkatkan produktivitas tanaman kakao yang telah berumur tua melalui
teknik sambung samping dan teknik pemangkasan.
Pembinaan dan Pelatihan Cara Pemeliharaan Kakao
Pemeliharaan yang dilakukan oleh petani di Kecamatan Woku Kabupaten
Luwu Timur yaitu dengan melakukam pemangkasan, peremajaan, rehabilitasi, serta
penanganan hama dan penyakit pada tanaman kakao. Pemangkasan ini dilakukan
untuk mengurangi bagian daun, ranting, dan cabang yang bersifat parasit dan dapat
merugikan tanaman. PT. Mars Symbioscience Indonesia melakukan kegiatan
penyuluhan kepada petani mengenai cara pemangkasan yang benar. PT. Mars
Symbioscience Indonesia juga melakukan kegiatan penyuluhan mengenai cara
pemupukan dengan dosis dan waktu yang tepat kepada pertani. Pemeliharaan kakao
yang dilakukan oleh petani juga dibantu tenaga penyuluh dari PT. Mars
Symbioscience Indonesia dengan melakukan penyuluhan dengan tujuan untuk
meningkatkan keterampilan dan pengetahuan petani supaya usahataninya
meningkat yang dapat berdampak baik pada produktifitas tanaman kakaonya.
Adanya peningkatan keterampilan dan pengetahuan yang sudah ada menyebabkan
petani akan mampu mengolah lahan serta tanamannya sehingga bisa mendapatkan
hasil yang maksimal.
Umumnya tanaman kakao di Kecamatan Woku Kabupaten Luwu Timur
sudah banyak yang tua dan terserang hama penyakit yang menyebabkan terjadinya
rendahnya kualitas maupun kuantitas produksinya. Peremajaan adalah salah satu
langkah untuk memperbaiki kualitas kakao di Kecamatan Woku Kabupaten Luwu
Timur. Peremajaan dapat dilakukan dengan cara mengganti tanaman yang sudah
tua dengan tanaman yang baru secara bertahap atau dengan melakukan sambung
pucuk dan sambung samping, sedangkan untuk pengendalian hama dan penyakit
pada tanaman kakao di Kecamatan Woku Kabupaten Luwu Timur dilakukan
dengan menggunakan pestisida maupun dengan melakukan pengendalian hama
secara alami. PT. Mars Symbioscience Indonesia melakukan penyuluhan kepada
petani mengenai pengendalian hama dan penyakit tanaman pada program sekolah
lapang.
Panen dan Pasca Panen
Selain melakukan pelatihan cara pemeliharaan kakao dengan baik dan benar, PT.
Mars Symbioscience Indonesia juga melatih petani mengenai cara panen dan
pengolahan buah kakao setelah panen. Peranan PT. Mars Symbioscience Indonesia
dalam kegiatan pengolahan sangat berguna karena teknik pengolahan yang benar
akan menghasilkan mutu yang baik sehingga pemasarannya akan lebih baik karena
kegiatan fermentasi dapat meningkatkan harga jual biji kakao. Pembinaan
mengenai fermentasi biji kakao telah diberikan oleh fasilitator lapangan PT. Mars
Symbioscience Indonesia, namun kenyataan yang terjadi adalah petani tidak dapat
melakukan proses fermentasi dengan alasan bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan fermentasi lama yaitu sekitar satu minggu. Peningkatan mutu kakao
juga tidak berjalan dengan baik karena petani tidak mampu untuk melakukan proses
pengeringan dengan baik yang sesuai dengan standar biji kering yang diinginkan.
Kurangnya kualitas biji kakao menyebabkan kurangnya pendapatan petani, karena
kualitas memang sangat mempengaruhi harga. Petani saat ini kurang
memperhatikan kualitas biji kakao, sehingga PT. Mars Symbioscience Indonesia
hanya membeli kakao dalam bentuk biji basah.
Pengembangan Sektor Hilir
Sektor hilir merupakan sektor yang mengolah barang setengah jadi menjadi barang
jadi, sehingga barang yang dihasilkan dapat langsung dipakai atau dinikmati oleh
konsumen, dalam hai ini PT. Mars Symbioscience Indonesia melakukan pembelian
langsung kepada petani tanpa melalui saluran pemasaran lain. Produk yang telah
diolah oleh perusahaan akan langsung siap untuk dipasarkan kepada konsumen.
Contoh produk dari pengembangan sektor hilir yaitu industri cokelat (cokelat
bubuk, cokelat batang, cokelat cair) dan industri makanan berbahan dasar cokelat
(kue, roti, es krim, permen cokelat), dll.
Pemasaran Produk Kakao
Saluran pemasaran kakao melibatkan beberapa lembaga pemasaran sehingga rantai
pemasaran kakao cukup panjang, mulai dari hulu hingga hilir. PT. Mars
Symbioscience Indonesia melakukan pembelian kakao kepada petani secara
langsung. Hal tersebut menyebabkan harga yang diperoleh perusahaan kepada
petani menjadi lebih murah (tanpa adanya saluran-saluran pemasaran yang
panjang). Petani yang tidak tepat dalam memilih tujuan pemasarannya, maka
pendapatan yang diperoleh petani akan jauh lebih rendah. Kedua belah pihak disini
saling diuntungkan jika keduanya saling sportif dalam menyepakati harga jual
bersama. Rantai pemasaran biji kakao relatif panjang dan kompleks, karena
melibatkan banyak pelaku bisnis. Biji kakao di Indonesia umumnya berpindah
tangan setidaknya tiga sampai empat kali sebelum diterima oleh konsumen. Pelaku
tataniaga yang terlibat bervariasi antar lokasi, namun berbagai kajian menunjukkan
bahwa pelaku tata niaga yang umum adalah pedagang pengumpul keliling/desa,
pedagang pengumpul kecamatan, pedagang besar kabupaten/provinsi, eksportir,
dan industri pengolahan (Ariningsih dkk., 2019). Kegiatan pembelian biji kakao
yang dilakukan oleh PT. Mars Symbioscience Indonesia juga sudah sesuai dengan
perubahan harga cokelat global di bursa komoditas New York, dengan itu dapat
dilihat bahwa perusahaan tersebut telah memantau bagaimana kondisi pasar serta
peluang apa yang dapat dilakukan agar produk yang dihasilkan dapat laris dipasaran
(Karim dkk., 2020). Transaksi pembelian kakao yang telah dilakukan perusahaan
akan diolah menjadi berbagai macam produk seperti, coklat batangan, coklat bubuk,
coklat pasta, dan lemak coklat (cocoa butter).

KESIMPULAN
Perbaikan mutu dan daya hasil untuk mendukung peningkatan produksi dan
pembangunan agribisnis kakao di Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur
diusahakan dengan adanya peran PT. Mars Symbioscience Indonesia. Peran PT.
Mars Symbioscience Indonesia dalam pengembangan agribisnis kakao dari sektor
hulu yaitu, sebagai penyedia bibit, penyedia alat, dan kebun percobaan pada sektor
usahatani yaitu, sebagai badan pelatihan dan pembinaan pemeliharaan kakao dan
pengolahan pasca panen, serta pada sektor hilir yaitu dengan pemasaran kakao.
DAFTAR PUSTAKA

Andrianto, M., & Fahriansyah, F. (2019). Mesin Pencacah Limbah Kulit Kakao.
Jurnal Engineering: Energi, Manufaktur, dan Material, 3(1), 1-7.

Ariningsih, E., Purba, H. J., Sinuraya, J. F., Suharyono, S., & Septanti, K. S. (2019).
Kinerja industri kakao di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi. 12-
18.

Asir, M. (2021). Rantai Pasok Kakao: Karakteristik & Peran Stakeholder. Penerbit
NEM.

Hadinata, S., & Marianti, M. M. (2020). Analisis Dampak Hilirisasi Industri Kakao
di Indonesia: Kata Kunci: Kakao, Rantai Nilai, Hilirisasi Industri, and Value
Added. Jurnal Akuntansi, 12(1), 99-108.

Ibnu, M. (2022). Mencapai Produksi Kakao Berkelanjutan Di Indonesia. Jurnal


AgribiSains, 8(2), 22-33.

Karim, I., Damrah, F., Anas, & Wulandari E. (2020). Agribisnis Kakao.
Deepublish. 163-166.

Lestari, T., Nelwan, L. O., Darmawati, E., Samsudin, S., & Purwanto, E. H. (2020).
Kombinasi metode penjemuran dan pengeringan tumpukan untuk
memperbaiki mutu biji kakao kering. Jurnal Teknik Pertanian Lampung
(Journal of Agricultural Engineering), 9(3), 264-75.

Masna, M., Kassa, S., & Tangkesalu, D. (2018). Analisis Produksi Dan Pendapatan
Usahatani Kakao Di Desa Lais Kecamatan Dondo Kabupaten Tolitoli.
Agrotekbis: E-Jurnal Ilmu Pertanian, 6(1), 62-70.

Nurhadi, E., & Hidayat, S. I. (2019, November). Agribusiness strategy of cocoa


farmer’s in Jember Regency, East Java, Indonesia. In IOP Conference
Series: Earth and Environmental Science (Vol. 347, No. 1, p. 012116). IOP
Publishing.

Panna, M. R., Marhawati, M., Nurdiana, N., Mustari, M., & Supatminingsih, T.
(2020). Analisis Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Produksi Kakao di
Kecamatan Tapango Kabupaten Polewali Mandar. Societies: Journal of
Social Sciences and Humanities, 1(2), 24-30

Santander Muñoz, M., Rodríguez Cortina, J., Vaillant, F. E., & Escobar Parra, S.
(2020). An overview of the physical and biochemical transformation of
cocoa seeds to beans and to chocolate: Flavor formation. Critical reviews in
food science and nutrition, 60(10), 1593-1613.
SETIAWAN, E. (2021). Analisis Mata Pisau Pada Mesin Pemotong Rumput
Menggunakan Remote Control. Doctoral dissertation, DIII Teknik mesin
Politeknik Harapan Bersama.

Sumartini, S., & Ratrinia, P. W. (2021). Pengaruh Antioksidan Daun Mangrove


Terhadap Hasil Pengujian Hedonik Dan Fat Bloom Pada Coklat Batang
Selama Masa Simpan. Aurelia Journal, 3(1), 47-57.

Voora, V., Bermúdez, S., & Larrea, C. (2019). Global market report: cocoa (p. 12).
Winnipeg, MB, Canada: International Institute for Sustainable
Development.

Wang, M., Wei, Y., Ji, B., & Nielsen, J. (2020). Advances in metabolic engineering
of Saccharomyces cerevisiae for cocoa butter equivalent production.
Frontiers in bioengineering and biotechnology, 8, 594081.

Anda mungkin juga menyukai