Anda di halaman 1dari 72

I.

PENDAHULUAN

I.I. Latar Belakang

Budidaya kakao (Theobroma cacao L.) dewasa ini ditinjau dari penambahan luas areal Indonesia terutama kakao rakyat sangat pesat karena kakao merupakan salah satu komoditas unggulan nasioanl setelah tanaman karet, kopi, kelapa sawit, dan teh. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang berperang penting bagi pertumbuhan perekonomian Indonesia terutama dalam penyediaan lapangan kerja baru, sumber pendapatan petani, dan penghasil devisa bagi negara. Indonesia merupakan negara terbesar ketiga mengisi pasokan kakao dunia yang diperkirakan mencapai 20% bersama negara Asia lainnya seperti Malaysia, Filipina, dan Papua New Guinea (UNCTAD, 2007; WCF,2007 dalam Supartha, 2008). Peningkatan luas areal pertanaman kakao belum diikuti oleh produktifitas dan mutu yang tinggi. Data biro pusat statistik menunjukkan bahwa pada tahun 1983, luas aeal tanaman kakao 59.928 ha, dengan produksi sekitar 20.000 ton/tahun, dan pada tahun 1993 luas areal tanaman kakao menjadi 535.000 ha dengan produksi mencapai 258.000 ton/tahun ( direktur Jenderal perkebunan, 1994). Produksi kakao saat ini mencapai 35.000 ton/tahun dengan produksi dari perkebunan rakyat sekitar 87%. Produksi tertinggi yakni 67% di peroleh dari wilayah sentra produksi kakao yang berpusat di daerah SulSel, Sultengg, dan Sulteng (Suhendi, 2007).

Propinsi Bali merupakan salah satu di antara daerah lain penghasil kakao nasional yang juga memberi sumbangan rata-rata sekitar 5.968,11 ton setiap tahunnya mulai pada tahun 2003 (Dinas perkebunan propinsi Bali, 2009). Luas areal tanaman kakao di propinsi Bali mengalami peningkatan antara tahun 2007 seluas 11.641 ha dan tahun 2009 mencapai luas areal 12.796 ha (dinas perkebunan provinsi bali, 2009). Produksi kakao di provinsi Bali pada tahun 2009 mengalami peningkatan , namun peningkatan tersebut tersebut sebagaian besar disebabkan oleh meningkatnya jumlah tanaman produktif, sementara laju produktivitas tanaman perhektar pertahun cenderung menurun. Menurut Suhendi 2007 beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas kakao selain serangan hama dan penyakit, anomani iklim, tajuk tanaman rusak, populasi tanaman berkurang, tehnologi budidaya oleh petani yang masih sederhana, penggunaan bahan tanaman yang mutunya kurang baik juga karena umur tanaman yang sudah cukup tua sehingga kurang produktif lagi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kakao produktivitasnya mulai menurun setelah berumur 15-20 tahun. Tanaman tersebut umumnya memiliki produktivitas yang hanya tinggal setengah dari potensi produktivitasnya. Kondisi ini berarti bahwa tanaman kakao yang sudah tua potensi

produktivitasnya rendah sehingga perlu dilakukan rehabilitasi ( Zaenuddin dan Boon, 2004). Upaya rehabilitasi tanaman kakao dimaksudkan untuk memperbaiki atau meningkatkan potensi produktivitasnya yang dimana di antaranya sambung samping, sampung pucuk/chupon dan penanaman ulang. Demi terlaksananya kegiata rehabilitasi tersebut perlu adanya penyediaan bahan tanam. Penyediaan 2

bahan tanam atau pembibitan merupakan mata rantai utama dalam memeroleh bibit yang berkualitas tinggi. Keberhasilan dalam budidaya kakao di pembibitan dengan metode sambung pucuk atau perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif, juga akan mempengaruhi keberhasilan pada tahapan budidaya tanaman kakao berikutnya. Untuk menunjang program pemerintah dalam rangka peningkatan produksi dan mutu, maka perlu diperbaiki mulai dari pemilihan sumber benih, perkecambahan hingga pada pemeliharaan bibit sambungan. 1.2. Tujuan dan kegunaan Tujuan dilaksanakannya kegiatan praktek kerja lapang (PKL) adalah, untuk mengetahui bagaimana cara budidaya tanaman kakao dengan perbanyakan tanaman kakao secara vegetatif maupun secara generatif. Kegunaan dari kegiatan praktek kerja lapang (PKL) ini adalah, sebagai bahan informasi tentang budidaya tanaman kakao untuk pribadi dan masyarakat. teknik

II.

GAMBARAN UMUM LOKASI

2.1.

Keadaan lokasi dan perusahaan

Salah satu proyek pengembangan kakao terpadu yang dimiliki PT. Mars Incorporated adalah Mars Cocoa Depelovment Center (MCDC) terletak di Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur. Di desa pada ketinggian tempat 30 meter dari permukaan laut dengan suhu rata-rata 30-320 C dan jenis tanah alluvial (pH 6-7), dikelolah perkebunan kakao melalui pengembangan klonklon unggul dan teknis budidaya yang menjamin keberlanjutan produksi. PT. Mars Incorporated adalah sebuah perusahaan swasta (Perseroaan Terbatas) milik keluarga yang didirikan pada 1191 dan mempekerjakan 70.000 asosiasi dari 300 situs termasuk lebih dari 130 pabrik, disekitar 75 negara di seluruh dunia. Berkantor pusat di Mc Lean, Virginia, USA. Mars Incorporated adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia yang menghasilkan pendapatan global lebih dari $ 30 milyar pertahun dan beroperasi dalam segmen bisnis produk makanan olahan di mana di antaranya Chocolate, Petcare, Wrigley Gum, aneka kue minuman dan symbioscience. Segmen ini menghasilkan

beberapa merek terkemuka di dunia sebagai M dan MS snickers dan Mars bar yang berbahan baku coklat. PT. Mars menjalankan lima prinsip yaitu : Quality, tanggung jawab, kebersamaan, efesiensi dan kebebasan dan berupaya untuk menempatkan prinsip itu dalam segala hal untuk membuat signifikan melalui kinerja. Mars Incorporated adalah salah satu pembeli terbesar biji kakao dan menjalankan aktivitas pengelolaan perkebunan kakao melalui kemitraan dengan 4

petani dan pendirian Kakao Clinic dan Kakao Development Centre. Sejak tahun 1991 PT. Mars Incorporated masuk ke Indonesia dan memulai aktivitasnya melakukan pembelian biji kakao yang difermentasi. Tahun 1992-1995 melakukan survey perkebunan kakao dan pada tahun 1996 mendirikan pabrik pengolahan kakao pertama yang berlokasi di PT. KIMA Makassar. Pabrik pengolahan

berkualitas International tersebut mempekerjakan 124 karyawan dan merupakan pabrik pengolahan biji kakao pertama di kawasan regional Sulawesi. Setiap tahun pabrik tersebut mengolah sekitar 17.000 ton biji kakao menjadi tepung dan butter kakao. Tahun 2003-2005, PT. Mars mendirikan prima kakao proyek bekerja sama dengan pemerintah Belanda dan melibatkan diri dengan Cocoa Sustainability Partnership (CSP) program pada 2005. Setelah sukses dengan usaha pengelolaan biji kakao, PT. Mars membina pengelolaan perkebunan kakao rakyat dibeberapa daerah di Sulawesi selatan dengan tujuan menerapkan metode budidaya tanaman dan pengelolaan perkebunan kakao yang

berkelanjutan

dan memenuhi standar kualitas produk untuk pangsa pasar

international. Pada tahun 2009, Mars Incorporated ikut aktif dalam program GERNAS kakao melalui pengelolaan kebun lestari dan bekerjasama dengan petani-petani kakao dibeberapa daerah di Indonesia. Aktivitas Mars Incoporated dalam pengelolaan perkebunan kakao di Indonesia dilakukan dengan membuka unit bisnis bernama PT. Mars symbioscience Indonesia dengan tiga devisi yaitu Mars Sustainable Indonesia, Mars Cocoa Clinik dan Mars Cocoa Developmen Center. Perusahaan ini selalu menerapkan ilmu pengetahuan dalam industri global untuk kakao yang berkelanjutan dan sebagai inovator dalam pengembangan 5

kakao yang bertujuan membuat perbedaan positif bagi petani dan masyarakat seluruh dunia.

2.2.

Jenis-jenis Klon

Jenis-jenis klon yang umum dikembangkan dan dibudidayakan di PT.Mars khusus PT. Mars Cocoa development center di desa tarengge adalah Mukhtar M 06 (M 06), Mukhtar M 01 (M 01), klon sulawesi 1 (PBC 123), Mukhtar M04 (M 04), Sulawesi 2 (BR 25). 2.2.1 Mukhtar 06 (M 06) Klon ini mempunyai potensi produksi mencapai 1,086 ton /ha pada tahun ketiga dengan kadar lemak 48,60%. Klon ini tahan terhadap serangan hama PBK dan penyakit black pod tetapi rentan terhadap penyakit VSD. Secara umum dapat dideskripsikan sebagai berikut: buah Berbentuk ovale panjang, berwarna merah, buahnya mempunyai leher botol, permukaan kulit kasar,dan pantat buahnya runcing. Panjang buah mencapai 21,17 cm dengan diameter 9,53 cm. Alur buah dangkal,dengan warna merah kehijauan. Biji berbentuk ovale bulat, total biji dalam 100 gram adalah 91, dan kadar lemaknya adalah 48,60. Daunnya berbentuk lebar panjang dan pucuk atau flushnya berwarna merah, produktivitas mencapai 1.086 pada 800 pohon pada usia 3 tahun.klon ini dapat melakukan penyerbukan sendiri dan pebungaannya cepat.

Gambar 1. Klon Mukhtar 06 (M 06) 2.2.2. Muhtar 01 (M 01) Bentuk buah bulat pendek berwarna hijau, tidak memiliki leher buah, pantat buah runcing,permukaannya halus,kulit halus,panjang buah 19,17cm, dengan

diameter mencapai 10,67cm. kerutan buah berupa alur dangkal yang berwarna hijau.Biji dari klon M01 adalah berbentuk ovale, dalam 100 gram sekitar 63 biji, dengan kadar lemak 48,90%. Daun berbentuk lebar panjang dengan pucuk berwarna hijau muda coklat. Potensi produktivitas mencapai 3.645 kg/tahun dengan umur 6 tahun. Rentan terhadap hama PBK dan penyakit VSD tetapi resisten terhadap penyakit black pod. pembungaannya cepat dan melakukan penyerbukan sendiri.

Gambar 2. Mukhtar 01 (M 01) 2.2.3. PBC 123 (sulawesi 1) Klon ini berproduksi optimal pada tahun kelima setelah tanam dengan potensi produksi sekitar 1,8-2,5 ton/ha pertahunnya. Klon ini memiliki kadar lemak 4953% /100 gramnya. Morfologi klon Sulawesi 1 ini adalah bentuk buah oval

panjang berwarna merah, tidak mempunyai leher botol,permukaan buah halus dan pantat buah tumpul. Panjang buah mencapai 20,17 cm dengan diameter 10,23 cm,kerutan pada buah dangkal dengan warna merah. Biji berbentuk ovale,.Daun berbentuk panjang sempit ddengan flush berwarna

merah,percabangan yang terbentuk mengarah ke atas. Klon ini cukup toleran terhadap serangan hama dan penyakit, PBK 2,25%, Busuk buah 1, 27%, VSD 1,50%. pembungaannya cepat dan melakukan penyerbukan sendiri.

Gambar 3. Klon PBC 123 ( sulawesi 1) 2.2.4. MUHTAR 04 (M 04) Berbentuk ovale panjang berwarna hijau, mempunyai leher buah, pantat buah runcing,permukaan buah kasar dengan panjang 23,00 cm, dengan diameter 9,73 cm. Alur buah dangkal dan berwarna hijau,biji berbentuk ovale bulat,dalam 100 gram terdapat 63 biji,dengan kadar lemak 51,30, daun berbentuk panjang sempit,dengan pucuk merah coklat. produktivitas per tahunnya 1.060 kg dalam waktu 4 tahun. ama penyakit yang biasa menyerang adalah ,PBK 2,09%, busuk buah 1,62%, VSD 2,91, pembungaannya cepat dan melakukan penyerbukan.

Gambar 4. Klon M 04 ( Muhtar 04) 2.2.5. Klon sulawesi 2 (BR 25) Potensi produktivitas klon Sulawesi 2 dalam 800 pohon mencapai 1,8-2.734 kg pertahunnya dengan usia produktif 3 tahun setelah tanam. Morfologi klon

Sulawesi 2 ini adalah sebaagai berikut : Bentuk buah bulat pendek berwarna merah tidak mempunyai leher botol, pantatnya tumpul dan permukaan kulit kasar. Panjang buah 17,00 cm dan diameternya 9,43 cm. Alur buah jelas dan berwarna merah. Biji berbentuk ovale bulat, dalam 100 gramnya terdapat 76 biji, dan kadar lemaknya 45-48,78%. Daun berbentuk panjang sempit, dan pucuknya berwarna merah,. Intensitas serangan hama dan penyakitnya adalah PBK 1,83%, busuk bbuah 1,26%, VSD 2,05%. Pembungaan cepat dan melakukan penyerbukan sendiri.

10

Gambar 5. Klon Sulawesi 2 (BR 25)

11

III.

METODOLOGI

3.1.

Waktu dan Tempat

Praktek kerja lapang (PKL) ini di laksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2012 yang bertempat di Mars Cocoa Development Center (MCDC), Desa Tarengge, Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan Indonesia. 3.2. Metode Pelaksanaan

Metode pelaksanaan pada kegiatan PKL yang meliputi replanting (pembukaan lahan, penebangan pohon, pembersihan lahan, pengajiran, pembuatan lubang tanam), penanaman (penanaman pohon pelindung, penanaman pohon utama), pemeliharaan (penyiangan, pemangkasan, pemupukan, poladring pohon

pelindung, dan sanitasi), rehabilitasi (sambung pucuk, sambung samping, dan sambung chupon), panen dan pasca panen (panen buah, sortasi buah, dan, pemecahan buah). Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan di bawah bimbingan staf atau karyawan Mars Cocoa Development Center (MCDC). Selain praktek di lapangan atau perkebunan kakao juga dilakukan wawancara dan observasi lapangan untuk mengetahui dan mengidentifikasi jenis-jenis klon yang dibudidayakan, mengidentifikasi hama dan penyakit yang menyerang pertanaman kakao dan mendapatkan data-data pendukung lainnya.

12

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Rekap materi kegiatan praktek kerja lapang (PKL) di Mars Cocoa Development Center (MCDC) Desa Tarengge Kecamatan Wotu Kabupaten Luwu Timur .

Kelompok kegiatan Penyiapan Lahan Tanaman -

Uraian kegiatan Membersihkan lahan dari vegetasi di atasnya Membuat teras Membuat saluran drainase Mengolah lahan sampai siap tanam Pengajiran, penentuan jarak tanam,pengaturan letak tanam

Bentuk kegiatan Praktek

Teori Teori Prakte Praktek

Penyiapan bahan tanam

Seleksi buah sebagai sumber benih

Prakte

Pembuatan persemaian dan naungan

Teori

Penyemaian biji Pemeliharaan persemaian Penyiapan batang bawah Pemilihan / pengambilan batang atas Prakte Prakte Prakte

Okulasi dan atau grafting Pemeliharaan bibit dan sarana lingkungan pertanaman

Praktek Praktek

Penanaman Menanam tanaman pelindung Menanam tanaman pokok Menyulam bibit yang mati -

Praktek Praktek Praktek Praktek 13

Penanaman LCC

Tidak ada

Pemeliharaan -

Penyiangan Pemupukan Pengendalian hama dan penyakit

Praktek Praktek Teori

Pemangkasan tanaman kakao Pemangkasan tanaman pelindung

Praktek Praktek

Pengendalian gulma Sambung samping untuk peremajaan

Praktek Praktek

Panen dan penanganan hasil panen Pengolahan biji kakao -

Penentuan waktu/kriteria buah siap panen Pemanenan Sortasi buah/penanganan buah Pengupasan buah Fermentasi Pengeringan Sortasi biji Penetuan kualitas biji kakao

Teori

Praktek Praktek Praktek Teori Teori Teori Praktek

Tabel 1. Rekap kegiatan di MCDC

4.1.

Penyiapan lahan tanam 14

4..1.1. Pembukaan lahan Persiapan lahan tanam diawali dengan pembukaan lahan yang meliputi penebangan pohon, pencincangan, pengumpulan, pembakaran, dan

pembersihan lahan. Penebangan pohon dilakukan dengan menggunakan chain sow dengan cara memotong batang pohon serendah mungkin dengan arah miring. Batang-batang yang telah rebah dicincang atau dipotong-potong pendek untuk mempermudah dalam pengangkutan ke pinggir kebun atau pengumpulan serta memudahkan dalam pembakaran dan pembersihan lahan. Untuk kawasan berkontur datar dibuatkan drainase dan untuk kawasan miring dibuatkan trasering untuk menahan erosi, lokasi sebaiknya siap tanam pada awal musim hujan akan tetapi untuk kawasan yang sering mengalami kemarau panjang boleh di tanam 3-4 bulan sebelum musim kemarau, hal ini dilakukan supaya tanaman ada waktu untuk adaptasi terhadap lingkungan barunya. Dalam pengolahan lahan hanya memperbaiki pHnya saja tanpa harus digemburkan, dibajak, dan lain-lain.

15

Gambar 6. Pembukaan lahan 4.1.2. Lining (Pengajiran) Pengajiran adalah penentuan titik-titik sudut tanaman dan lubang tanam sesuai dengan jarak tanam yang dikehendaki agar lokasi tanaman di dalam barisan dan antar barisan teratur dan lurus untuk pertumbuhan tanaman secara optimal. Pengajiran dilakukan untuk menghindari kompetisi antar tanaman pokok dengan tanaman pelindung, mengatur intensitas cahaya yang masuk ke dalam tanaman, serta memudahkan dalam pengelolaan pertanaman. Pengajiran dilakukan dengan terlebih dahulu memperhatikan atau menentukan batas kebun dengan memasang patok dengan jarak dari jarak tanam yang diinginkan, kemudian membentangkan tali pancang dikedua sisi lahan dengan arah utara dan barat. Tali pancang pada arah utara 60 cm dan barat 80 cm kemudian dibuat pertemuan kedua sisi tali tersebut membentuk sudut siku-siku dengan cara menarik garis diagonal sepanjang 100 cm. Setiap lubang akan ditandai dengan patok atau ajir dari bambu dengan jarak tanam yang ditentukan untuk memudahkan dalam pembuatan lubang dan penanaman pohon pelindung.

16

Gambar 7a. utara 60

gambar 7b. barat 80

Gambar 7c. diagonal 100

Gambar 7. Penentuan titik sudut.

4.2.

Penanaman

4.2.1. Penanaman pohon pelindung Berdasarkan fungsinya ada dua jenis pohon pelindung yaitu pelindung tetap dan pelindung sementara. Pelindung sementara hanya berfungsi selama penaung tetap belum berfungsi dengan baik. Pohon penaung yang digunakan sebagai pelindun sementara adalah daun kelapa, daun kelapa sawit, daun salak, dan 17

daun sagu. Tanaman pelindung tetap bersifat permanen tetapi populasinya selalu dikurangi seiring dengan bertambahnya umur tanaman kakao. Pohon yang digunakan sebagai pelindung tetap adalah tanaman gamal, karena gamal memiliki tajuk lebih tinggi dari tanaman kakao, pertumbuhannya cepat,

perakaran dalam sehingga tidak mudah rebah atau patah, tahan terhadap iklim yang panas, mengandung unsur hara nitrogen, ekonomis, mudah tumbuh dan bukan merupakan tanaman inang bagi hama dan penyakit. Pelindung tetap sebaiknya ditanam enam bulan sebelum penanaman tanaman kakao. Penanaman pohon pelindung dilakukan dengan cara memotong batang gamal sepanjang 100 cm kemudian diruncingkan bagian yang mau ditancapkan sepanjang 10-15 cm. Setelah diruncingkan dikuliti sepanjang 10 cm kemudian di tancapkan pada patok atau ajir pohon pelindung.

Gambar 8. Penanaman pohon pelindung 4.2.2. Pembuatan lubang tanam Pembuatan lubang tanam dilakukan pada posisi antar titik ajir tanaman pokok dengan titik ajir tanaman pelindung dengan ukuran 40x40x40 cm. Sewaktu

menggali lubang lapisan tanah atas dipisahkan dengan lapisan tanah bagian bawah. Ukuran lubang tanam sebaiknya lebih luas dari ukuran polybag agar 18

dapat mengembalikan kegemburan tanah dan memudahkan dalam penyenteran atau penentuan letak tanam. Penggalian lubang tanam dilakukan dua minggu sebelum penanaman agar penyakit atau bakteri tanah dapat hilang dalam serapan cahaya matahari.

Gambar 9. Pembuatan lubang tanam 4.3. Penyiapan bahan tanam

Dalam penyiapan bahan tanam ada beberapa hal yang terlebih dahulu dilakukan yaitu persiapan lahan pembibitan dan naungan. Persiapan lahan pembibitan harus memiliki ketentuan sebagai berikut : permukaan tanah harus rata, dekat dengan jalan raya agar memudahkan dalam pengangkutan, dekat dengan sumber air dan dekat dengan pemasaran, memiliki pagar untuk menghindari gangguan dari hewan perusak, dan jauh dari kebun yang terkena VSD. Selain memperhatikan lokasi pembibitan juga harus memperhatikan naungan yang di gunakan dalam rumah pembibitan. Bahan naungan hendaknya menahan sinar matahari 60-70%, sehingga biasanya digunakan plastik UV yang mampu menahan 30% sinar matahari serta dapat melindungi bibit dari penyakit VSD, PPR, dan kelebihan air di musim hujan. 19

4.3.1. Pengisian polybag Ukuran polybag tergantung pada lamanya bibit disimpan di tempat pembibitan. Polybag yang digunakan untuk bahan sambungan berukuran 20x25 cm. Tanah top soil yang telah di ayak diisikan masuk dalam polybag hingga setengahnya, bagian bawah polybag diselipkan ke dalam agar polybag tidak mudah rebah. Menyisakan 1-2 cm permukaan polybag. Polybag yang telah terisi tanah disusun secara teratur dalam rumah pembibitan dengan susunan 4-6 baris perbedengan, jarak antar antar polybag 1 cm arah melebar dan 2 cm arah memanjang, 50-60 cm jarak antar bedengan agar memudahkan dalam penyambungan serta untuk pengangkutan 100 cm. Setelah polybag tersusun dengan rapi di beri pupuk dasar berupa pupuk sp-18 dengan dosis 20 g/polybag atau setara dengan satu sendok makan. Penyiraman dilakukan setiap 1-2 hari sekali dengan volume air 0.5-1 liter air/polybag atau tergantung dari keadaan tanah dalam polybag. Waktu penyiraman yang baik adalah dipagi dan sore hari dengan memperhatikan tingkat kelembaban tanah dalam polybag.

20

Gambar 10. Pengisian, Penyusunan, Pemupukan dan Penyiraman polybag 4.3.2. Sortasi buah dan biji Sortasi buah dianjurkan mengambil buah batang yang besar dan sehat, berasal dari klon unggul, masak fisiologis dan pemilihan buah sebaiknya dilakukan pada awal musim puncak buah atau panen agar ketersediaan biji mencukupi. Buah yang telah disortasi selanjutnya dibelah menggunakan parang dengan hati-hati agar tidak mengenai biji atau dan saling dibenturkan. Biji dibagi tiga bagian yaitu bagian pangkal, tengah, dan ujung. Biji yang dipilih adalah biji yang berada di bagian tengah buah karena biji bagian tengah buah ukurannya seragam.

21

Gambar 11. Sortasi buah dan biji 4.3.3. Pembersihan pulp dan perendaman Pembersihan pulp atau lendir dapat dilakukan dengan menggunakan serbuk gergaji, selain itu dapat pula menggunakan jaring-jaring, abu gosok, sekam, dan pasir, namun diusahakan menghindari menggunakan pasir karena dapat merusak permukaan biji. Pulp dibersihkan karena mengandung glukosa yang menjadi penghambat perkecambahan serta menjadi makanan bagi semut, dan dapat menjadi media bagi tumbuhnya jamur atau cendawan sehingga dapat mengganggu pertumbuhan benih. Biji tanpa pulp direndam dalam air supaya biji yang terisi sempurna dapat mengapung sehingga yang terisi penuh dapat tenggelam dan dapat diambil 22

untuk di jadikan benih. Biji yang tenggelam di tenggelam ditiriskan kemudian di rendam dalam larutan fungisida 1% selama 5-10 menit untuk mematikan jamur atau cendawan yang berada pada biji. Setelah 10 menit bji-biji tersebut di

tiriskan dan diletakkan atau di kecambahkan di atas karung goni, disusun rapi satu persatu kemudian diberi penutup dengan karung goni kembali dan diletakkan di tempat yang teduh dengan sirkulasi udara disekitarnya baik. Biji kakao akan berkecambah dalam masa kurang lebih 24 jam dan akan berkecambah mencapai > 90%.

Gambar 12. Pembersihan pulp

4.3.4. Penancapan Biji Dan Pemeliharaan Biji-biji yang sudah berkecambah ditancapkan di dalam tanah pada polybag yang telah di siapkan sebelumnya dengan kecambah mengarah ke bawah. Lubang penancapan biasanya menggunakan jari telunjuk maupun kayu kecil. 23

Penancapan biji dilakukan pada sore hari hari untuk menghindari resiko kematian bibit akibat tingginya laju penguapan. Untuk antisipasi adanya kegagalan tumbuh, benih perlu disiapkan sekitarnya 20-30% untuk penyulaman.

Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari.

Gambar 13. Penancapan biji

4.4.

Sambung pucuk (top budding)

Sambung pucuk atau top budding diterapkan pada bibit yang berusia 2,5-3 bulan setelah penanaman biji. Sehari sebelum penyambungan bibit di siram sampai kondisi tanah dalam polybag betul-betul basah. Penyambungan dapat dilakukan pada pagi hari, sore, maupun malam hari. Pelaksanaan sambung pucuk pertama-tama adalah menyiapkan alat dan bahan dimana diantaranya pisau okulasi, gunting tangan, plastik es, entris, dan bibit yang berumur 2,5-3 bulan, kemudian memotong pucuk bibit dengan menyisakan 3-5 helai daun. Untuk tahap pemula menyisakan 8 helai daun untuk mengantisipasi kegagalan sambungan. Pada saat membelah batang bawah tepat di tengah bekas potongan dan diusahakan rata antara sayatan sebelah kiri 24

dan sayatan sebelah kanan, untuk sayatan entris bersebelahan dengan mata tunas dan jangan sampai melukai mata tunas. Model sayatan yang baik adalah sama panjang atau seimbang antara sayatan sebelah kiri dan sayatan sebelah kanan serta di bagian ujung sayatan membentuk tombak. Entris dipotong dengan menyisakan 2-3 mata tunas kemudian sisipkan entris dalam belahan batang bawah dengan cara menarik salah satu sisi belahan kemudian masukkan entris dengan hati-hati, diusahakan jangan mendorong entris karena dapat membuat adanya serabut yang mengakibatkan kegagalan sambungan. Apabila entris

lebih besar dari batang bawah atau sebaliknya maka salah satu sisi entris harus rata dan sejajar dengan batang bawah kemudian lakukan pengikatan dari atas ke bawah agar entris tidak bergerak. Hasil sambungan dapat dilihat setelah berumur 2-3 minggu setelah penyambungan dan melakukan pengawalan hama dan

penyakit dengan menyemprotkan larutan fungisida, folior, dan insektisida dengan perbandingan dosis 2:2:1 perliter air. Pengawalan serangan hama dan penyakit pada bibit sambungan dilakukan menggunakan larutan tersebut dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali selama 3 bulan. 4.5. Penanaman tanaman pokok

Bibit yang sudah siap ditanam adalah bibit yang berumur 3-4 bulan setelah penyambungan , tidak sedang berdaun muda dan bertunas, juga tidak di serang hama dan penyakit. Penanaman di awali dengan menaburkan furadan 3 g sebanyak 5 gram /lubang, kemudian di taburi lagi dengan pupuk sp-18 dengan dosis 100 g/lubang atau setara dengan 5 sendok makan. Lubang ditutup dengan tanah top soil dengan menyisakan kurang lebih 25 cm atau setinggi polybag kemudian bagian bawah polybag disobek kemudian bibit diletakkan pada titik 25

tanam. Setelah semua bibit siap pada titik tanam kemudian dilakukan penyenteran untuk memastikan kelurusan tanaman, setelah lurus lubang tanam di timbun lagi dengan tanah samapi polybag dan diberi pupuk NPK dengan dosis 100 g/lubang tanam. Polybag di lepas keseluruhan kemudian di timbun sampai 2 cm di atas permukaan tanah sampai agak menggunung agar supaya air tidak tergenang pada musim hujan. Bibit yang telah ditanam diberi naungan sementara untuk membantu dalam proses penyesuaian bibit terhadap lingkungan dan mengurangi laju penguapan pada siang hari. Jenis naungan sementara yang digunakan adalah dari daun kelapa dari arah timur barat hingga menutupi tanaman kakao.

Gambar 14. Penanaman tanaman pokok

26

4.6.

Pemeliharaan

4.6.1. Sanitasi atau penyiangan Sanitasi atau penyiangan adalah kegiatan membersihkan kebun atau lahan dari gulma, sisa pangkasan, buah hitam, maupun kulit buah. Tujuan dari sanitasi atau penyiangan adalah untuk mencegah persaingan hara maupun mencegah serangan hama dan penyakit. Sanitasi harus dilakukan secara rutin minimal sebulan sekali dengan menggunakan cangkul, skop,tajak, maupun dikendalikan secara manual dengan cara mencabut. Gulma yang ada disekitar pertanaman kakao biasanya dikendalikan dengan mesin babat, kalaupun terpaksa

menggunakan menggunakan herbisida kontak pada areal piringan dan herbisida sistemik disekitar pertanaman kakao. 4.6.2. Pemangkasan Pemangkasan adalah kegiatan atau proses memotong atau mengurangi rantingranting kakao yang tidak produkrif lagi atau dianggap mengganggu tanaman kakao sehingga proses fotosintesis tidak berjalan secara efektif. Pemangkasan terdiri atas tiga macam pemangkasan yaitu pemangkasan bentuk, pemangkasan pemeliharaan, dan pemangkasan produksi. a. Pemangkasan bentuk Pemangkasan bentuk bertujuan untuk memperoleh bentuk atau kerangka cabang tanaman kakao dari fase masa muda yakni tanaman kakao yang memiliki cabang-cabang primer yang tumbuhnya kokoh dan sehat dengan arah pertumbuhan teratur. Pemangkasan bentuk dilakukan pada tanaman umur 1-2 27

tahun atau telah membentuk jorqet atau cabang primer sampai 3-4 cabang. Pemangkasan bentuk dilakukan dengan cara mengurangi cabang primer yang berjumlah 3-4 menjadi 3 cabang saja, jika memotong cabang diusahakan ada cabang sekunder yang disisakan dengan jarak 1 cm. Adapun cabang-cabang yang di buang dalam pemangkasan bentuk adalah cabang sakit, cabang cacing, wiwilan, dan cabang primer dengan menyisakan 3 cabang. b. Pemangkasan pemeliharaan Pemangkasan pemeliharaan bertujuan untuk memelihara dan mempertahankan kerangka yang sudah ada terbentuk. Pemangkasan pemelharaan merupakan lanjutan dari pemangkasan bentuk yang dilakukan pada umur di atas dua tahun. Pada pemeliharaan , obyek pemangkasan pemeliharaan adalah cabang-cabang sekunder sehingga pertumbuhan tajuk tanaman kakao tidak saling menutupi. Cabang-cabang yang dibuang dalam pemangkasan pemeliharaan adalah cabang-cabang yang rusak, cabang cacing, tunas air, mati, dan sakit yang menggunakan gunting tangan, gunting pangkas,parang, dan gergaji pangkas. c. Pemangkasan produksi Pemangkasan produksi bertujuan untuk meningkatkan kemampuan tanaman untuk membentuk bunga dan buah yang dilakukan pada tanaman yang telah berproduksi. Pemangkasan produksi merupakan perlakuan pokok pada

pemangkasan kerena tahap pemangkasan inilah yang berdampak langsung terhadap kemampuan tanaman untuk membentuk bunga dan buah. Bagianbagian tanaman yang dibuang dalam pemangkasan produksi adalah tunas air,

28

cabang cacing, cabang rusak, cabang overlap, cabang tumpah tindih, cabang sakit, dan puncak tajuk tanaman yang melebihi 4 meter. 4.6.3. Pemupukan Pemupukan adalah kegiatan memberikan atau menambahkan unsur hara ke dalam tanah dan tanaman untuk pertumbuhan secara optimal. Pemupukan merupakan kegiatan terpenting dalam budidaya kakao mulai awal penanaman sampai tanaman berproduksi. Pemupukan dilakukan pada awal musim hujan dan akhir musim hujan dengan aplikasi pemupukan untuk tahun pertama dilakukan tiap 3 bulan sekali dan untuk tahun selanjutnya setiap 6 bualn sekali. Dosis pemupukan yang dianjurkan adalah sebagai berikut :

Waktu Awal 3 6 9 12 18 24

Dosis /g 3.000 100 30-40 60 100 120 150 200

Jenis pupuk Kompos SP-18 dan NPK NPK NPK NPK NPK NPK NPK

Tabel 2. Dosis pemupukan

29

Cara yang ideal untuk pemupukan dalam budidaya tanaman kakao adala benam melingkar dan benam spot dengan jarak 75-100 cm dari batang pokok kakao.

4.7.

Rahabilitasi

Rahabilitasi adalah kegiatan memperbaiki atau mengganti tanaman dengan varietas yang lebih unggul atau varietas yang sudah ada dimodifikasi untuk mendapatkan produktifitas yang lebih tinggi. Tanaman kakao yang direhabilitasi adalah tanaman yang sudah tua, pohon yang terlalu tinggi, pohon yang lemah, tanaman yang produksinya rendah dan mudah di serang hama dan penyakit. Rehabilitasi dilakukan dengan metode sambung samping (side grafting), sambung chupon (chupon grafting), penyisipan (fill in), dan atau penanaman ulang (replanting). 4.7.1. Sambung samping (side grafring) Sambung samping adalah suatu teknik atau metode rehabilitasi dengan cara menempelkan bagian tanaman dari klon unggul pada batang tanaman yang tidak produktif lagi untuk meningkatkan produktifitas yang lebih tinggi. Tujuan utama sambung samping adalah meningkatkan kembali produksi tanaman kakao yang sudah tua melalui penyambungan klon unggul. Dalam kegiatan sambung samping ada tiga tahapan dalam pelaksanaannya yaitu pra penyambungan, proses penyambungan, dan pasca penyambungan.

30

a. Pra penyambungan Kegiatan pra penyambungan adalah kegiatan persiapan sebelum melakukan proses penyambungan. Pra penyambungan meliputi pemangkasan, sanitasi, dan pemupukan. Tanaman kakao yang akan disambung samping terlebih dahulu di pangkas dengan intensitas 50% dengan kata lain jumlah cabang yang dipangkas harus mampu meneruskan cahaya matahri kepermukaan tanah sekitar 40-50%. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemangkasan adalah gunting pangkas, gunting galah, dan parang. Tujuan dilakukan pemangkasan terlebih dahulu agar kelembaban menurun terhadap pertanaman kakao. Setelah pemangkasan di lakukan sanitasi sisa-sisa pangkasan dan diatur diletakkan di dalam areal pertanaman kakao dalam benuk larikan. Tujuan dilakukannya sanitasi adalah untuk mempermudah dalam melakukan aktivitas, serta memutus siklus hama PBK, juga memperindah areal dalam kebun. Dua minggu setelah pemangkasan dilakukan pemupukan. Tujuan dilakukan pemupukan adalah untuk menambah unsur hara tanaman dan mengaktifkan kembali kambium tanaman untuk kegiatan sambung samping. Pupuk yang biasa digunakan adalah pupuk urea maupun NPK dengan dodis 250-300 gr/pohon. Alat yang digunakan dalam kegiatan pemupukan adalah ember, cangkul, dan takaran pupuk.Jarak pemupukan dari batang poko yanamn kakao adalah 75-100 cm dengan menggunakan metode piringan, larikan,tugal, maupun sebar, namun yang biasa dilakukan adalah tugal. Tujuan pemberian pupuk urea yaitu untuk membentuk pertumbuhan tanaman yang sehat dan pembentukan jaringan muda, sementara pemberian pupuk majemuk NPK selain berfungsi untuk pertumbuhan vegetatif tanaman juga berfungsi untuk meningkatkan produksi tanaman kakao. 31

b. Proses penyambungan Kegiatan penyambungan dilakukan dua minggu atau sebulan setelah

pemangkasan. Alat-alat yang digunakan dalam kegiatan sambung samping adalah pisau okulasi, gunting pangkas, tali rafiah, plastik uv, entris, dan tanaman yang tidak produktif lagi.sebelum melakukan penyambungan terlebih dahulu mempersiapkan entris. Entris yang biasa digunakan dalam sambung samping adalah entris yang berwarna coklat kehijauan berasal dari klon unggul,bebas dari hama penyakit, dan dari cabang plagiotrop (cabang kipas) serta mempunyai mata bagong atau tunas. Pertama-tama memilih batang yang akan disambung kemudian membuat tapak torehan berbentuk segitiga sama kaki dengan panjang 10 15 cm, apabila kambium berwarna putih maka batang baik untuk di sambung namun jika kambium berwarna merah atau melekat pada kulit batang kakao maka tidak layak untuk di sambung maka hal yang perlu dilakukan adalah melakukan pemangkasan dan pemupukan untuk mengaktifkan kembali kambium batang tanaman kakao. Tinggi tapak torehan pertama 45-60 cm dari permukaan tanah atau setinggi lutut orang dewasa sementara tinggi torehan kedua adalah 25 40 cm dari tapak torehan pertama. Tapak torehan dibuat disebelah utara dan selatan tujuannya agar sambungan tidak terkena sinar matahari 100% .Setelah torehan selesai dibuat dilakukan penyayatan entris dengan panjang sayatan 3 cm dan balasannya 1 cm kemudian potong entris dengan arah berlawan dengan panjang sayatan depan agar memudahkan dalam pengontrolan sambungan dan diusahakan dalam memotong menyisakan mata tunas sebanyak 2-3. Diusahakan hasil sayatan tidak melengkung dan tidak menimbulkan serabut. Kemudian entris dimasukan 32

kedalam torehan secara perlahan sambil menarik lidah torehan tanpa harus menekan entris masuk kemudian diupayakan peletakkan entris rapat dengan kayu atau kambium batang kakao. Setelah peletakkan entris selesai ujung lidah torehan dipotong agar pada saat kering tidak merobek plastik sungkup, kemudian dilakukan penyungkupan dan pengikatan. Pengikatan dilakukan mulai dari atas dililitkan 2-3 kali kemudian melingkar turun dibelakang sambungan kemudian dililitkan pada torehan atau tempat melekatnya entris pada batang. Kemudian plastik sungkup dirapikan dan bagian atasnya dilipat. c. Pasca penyambungan Pasca penyambungan adalah kegiatan setelah tumbuhnya hasil sambung samping yang diawali dengan pengontrolan sambungan. Sambungan akan tumbuh setelah berumur 2 4 minggu dan dilakukan pembukaan sungkup dengan cara memotong atau membuka pengikat bagian atas dan menggulung plastik sungkup kebawah dengan hati-hati dengan menyisakan pengikatan bagian bawah serta melakukan pengawalan hama dan penyakit dengan menggunakan folior dengan dosis 2 gram per 1 liter air, fungisida 2 gram per 1 liter air dan insektisida 1 ml per 1 liter air, kemudian dilakukan setiap 2 minggu. Tujuan pembukaan pengikatan bagian atas saja adalah untuk memperkuat penyatuan entris yang ditempelkan dengan batang bawah. Setelah sambungan berumur 3-4 bulan dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk NPK dosisnya 100 gram per pohon. Pada saat itu juga dilakukan topping atau pemotongan pucuk tanaman dengan jarak dari jorget (sistem percabangan) 45 cm atau menyisakan 5-7 helai daun dengan tujuan agar cabang tidak memanjang keluar dan untuk mendapatkan cabang-cabang 33

baru yang nantinya akan dibentuk atau memacu tumbhnya cabang-cabang sekunder yang nantinya akan dibentuk. Setelah sambungan berumur 9 bulan dilakukan poladring pertama atau pemotongan pohon induk yang dilakukan dengan jarak dari sambungan kedua 75 cm dan saat itu juga dilakukan pemangkasan bentuk untuk mengatur kerangka tanaman dan untuk

menyeimbangkan tanaman. Poladring ke dua dilakukan pada Saat sambungan berumur 18 bulan dengan jarak dari sambungan kedua 30-45 cm dari belakang tapak sambungan dan diusahakan miring agar pada saat musim hujan aliran air dari tapak poladring tidak langsung menerpa sambungan. Bekas poladring di beri cat kayu untuk memperlambat proses pelapukan. Pemeliharaan dalam kegiatan sambung sambing meliputi pemangkasan, pemeliharaan, dan produksi. Pemangkasan pemeliharaan dilakukan setiap saat dengan membuang cabang cacing, cabang terserang hama penyakit, dan tunas air.

34

Gambar 15. Proses sambung samping

4.7.2. Sambung chupon (chupon grafting) Tanaman kakao yang sudah tua, terkena hama dan penyakit, produksi rendah sehingga harus diremajakan. Metode peremajaan yang sering dilakukan adalah sambung samping dan chupon grafting. Untuk sambung samping, batang harus aktif namun jika sudah dilakukan peransangan kambium namun belum aktif maka salah satu cara yang dilakukan untuk rehabilitasi tanaman kakao adalah menunggu tumbuhnya chupon atau tunas air atau wiwilan. Sambung chupon (chupon grafting) yaitu penyambungan pada tunas air. Sama halnya dengan sambung samping, sambung chupon juga meliputi 3 tahapan yang antara lain, pra penyambungan, proses penyambungan, dan pasca penyambungan. 35

a. Pra penyambungan Pra penyambungan dalam kegiatan sambung chupon adalah pemangkasan, sanitasi, dan pemupukan.pemangkasan ringan dilakukan dengan memotong percabangan kakao hingga intensitas pemangkasan sampai 40%. Tujuan pemangkasan adalah agar kelembaban tidak terlalu tinggi serta dapat memutus siklus hama PBK. Kriteria pemangkasan yang ideal adalah adanya pancaran bunga-bunga matahari di lantai kebun kakao. Setelah pemangkasan selesai maka dilakukan sanitasi sisa-sisa pangkasan dengan cara mengumpulkan cabang-cabang sisa pangkasan diantara tanaman kakao dengan bentuk larikan. Dua minggu setelah pemangkasan dilakukan pemupukan dengan menggunakan pupuk urea dan pupuk majemuk NPK dengan dosis 250-300 gr/pohon dengan tujuan untuk menambah unsur hara dalam tanah dan tanaman serta mengaktifkan kambium batang tanaman kakao. Dua minggu berikutnya dilakukan penyambungan. Untuk sambung chupon, menunggu tumbuhnya chupon dan dipelihara sampai berumur 2,5-3 bulan. b. Proses penyambungan Tunas air yang telah berumur 2,5-3 bulan siap untuk disambung. Tunas air yang akan disambung berjarak maksimal 15-30 cm dari permukaan tanah,batang besar, tidak terserang hama dan penyakit. Alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan sambung chupon adalah pisau okulasi, gunting pangkas, plastik es, dan entris. Entris yang digunakan adalah enttris yang berwarna hijau kecoklatan dan bebas dari penyakit VSD.

36

Tunas air dipotong dengan menyisakan 3-5 helai daun, lalu batang bawah dibelah tepat di tengah bekas potongan dan diusahakan rata antara sayatan sebelah kiri dan sayatan sebelah kanan, untuk sayatan entris bersebelahan dengan mata tunas dan jangan sampai melukai mata tunas. Model sayatan yang baik adalah seimbang antara sayatan sebelah kiri dan sayatan sebelah kanan serta dibagian ujung sayatan membentuk tombak. Entris dipotong dengan menyisakan 2-3 mata tunas kemudian sisipkan entris dalam belahan batang bawah dengan cara menarik salah satu sisi belahan kemudian masukkan entris dengan hati-hati, diusahakan jangan mendorong entris karena dapat membuat adanya serabut yang mengakibatkan kegagalan sambungan. Apabila entris

lebih besar dari batang bawah atau sebaliknya maka salah satu sisi entris harus rata dan sejajar dengan batang bawah kemudian lakukan pengikatan dari atas ke bawah agar entris tidak goyang. Setelah selesai pengikatan sambungan di sungkup dengan tplastik es dengan cara menarik ujung plastik es sehingga memudahkan dalam memasukkan atau menyungkup sambungan. Jika

sambungan terkena matahari maka di sungkup atau dibuatkan pelindung dari daun kakao. c. Pasca penyambungan Hasil sambungan dapat dilihat setelah berumur 2-3 minggu setelah

penyambungan

dan melakukan pengawalan hama dan penyakit dengan

menyemprotkan larutan fungisida, folior, dan insektisida dengan perbandingan dosis 2:2:1 perliter air. Alat yang digunakan dalam pengawalan hama dan penyakit adalah handsparyer dengan cara menyemprotkan ke sambungan dengan tetesan embun yang sampai pada sambungan. Pengawalan serangan 37

hama dan penyakit pada bibit sambungan dilakukan menggunakan larutan tersebut dengan interval penyemprotan 2 minggu sekali selama 3 bulan. Setelah sambungan berumur satu bulan dilakukan pelukaan pada batang bawah(paling dekat dengan tanah) dengan cara membuat jendela segi empat dengan panjang 2 cm. Jendela yang telah dibuat tadi ditutup dengan gundukan tanah dan dibiarkan selama satu bulan dengan tujuan agar bekas pelukaan tadi akan membuat perakaran sendiri. Sambungan yang telah berumur tiga bulan dilakukan peransangan pertumbuhan cabang-cabang baru melalui pemotongan pucuk sambungan (topping) dan 9 bulan berikutnya dilakukan poladring atau pemotongan batang utama dengan panjang potongan 15-30 cm dari atas permukaan tanah dengan arah miring agar tidak mengganggu hasil sambungan. Bekas pemotongan tadi kemudian diberi cat untuk memperlambatnya proses pelapukan.

38

Gambar 16. Sambung chupon 4.7.3. Penyisipan (fill in) Kegiatan peremajaan yang dilakukan pada tanaman kakao adalah penyisipan. Penyisipan adalah kegiatan menyulam atau menyisipkan tanaman yang kurang produktif, pertumbuhan terhambat, kerdil, rusak, dan terserang hama dan penyakit. Tanaman yang biasa disulam atau diganti adalah tanaman yang masih pertumbuhan vegetatif. Tujuan dilakukannya penyisipan atau penyulaman adalah untuk menyeragamkan tanaman yang sudah tumbuh, serta untuk mendapatkan tanaman yang sehat. Kegitan penyisipan sama dengan kegiatan penanaman baru pada lahan yang baru hanya saja penyisipan terlebih dahulu mencabut tanaman yang kurang produktif kemudian menanam tanaman baru diantara tanaman yang sudah tumbuh. 4.7.4. Penanaman ulang (replanting) Replanting merupakan cara atau kegiatan peremajaan kakao yang terakhir untuk mendapatkan produksi tinggi. Raplanting adalah kegiatan menanaman ualng tanaman kakao dengan cara mengganti tanaman yang tidak produktif, tua, rusak dengan bibit kakao yang unggul sehingga dapat menghasilkan produksi tang tinggi, tahan hama dan penyakit, mutu biji yang tinggi dengan tanaman yang 39

sifatnya

homogen.kegiatan

replanting

sama

halnya

dengan

kegiatan

penanaman tanaman pokok yang baru pada lahan yang telah ditanami tanaman kakao atau tanaman lain 4.8. Pengenalan Hama dan penyakit utama tanaman kakao

Salah satu kegiatan yang penting dilakukan dalam budidaya tanaman kakao untuk menunjang produksi yang tinggi adalah pengendalian hama dan penyakit. Hama dan penyakit pada tanaman kakao terdapat 100 jenis, namun hanya ada beberapa hama dan penyakit penting. Hama penting pada tanaman kakao antara lain hama penggerek buah kakao (PBK), pengisap buah kakao (Helopetis spp), penggerek batang, cabang dan ranting (Squamura sp, Zeuzera coffea dan Glenia celia),kutu putih (pseudococcus sp.). Sedang penyakit penting pada tanaman kakao antara lain busuk buah (Phytophthora palmivora butl.), kanker batang (Phytophthora palmivora Butl.), antraknosa (Colletotrichum

gloesporioides), Vascular Streak Deaback (Oncobasidium theobromae), dan jamur upas (Corticium salmonicolor). 4.8.1. Hama Hama adalah semua organisme yang menurunkan kualitas dan kuantitas produk tanaman yang diusahakan oleh manusia yang gejala dan penyebabnya dapat dilihat dengan mata telanjang. 1. Penggerek Buah Kakao (Conophomorpha cramerella) PBK adalah salah satu ancaman pertanaman kakao di Indonesia, kehilangan hasil akibat hama ini mencapai 80% (Wardojo, 1994),PBK termasuk dalam Ordo Lepidoptera, Famili Gracillariidae. Menyerang buah sebesar 3 cm, tetapi umumnya lebih menyukai yang berukuran sekitar 8 cm atau sebesar batu 40

baterai. Metamorfosis atau siklus hidup PBK merupakan siklus hidup yang sempurna yaitu telur, larva, pupa, imago. Telur berwarna orens, terletak pada alur buah dan masa stadium 3-7 hari. Larva berwarna putih kehijauan dengan masa stadium 14-18 hari. Setelah 18 hari dia akan menjatuhkan dirinya ke tanah lalu mencari daun kering untuk berubah menjadi pupa, masa stadium pupa 5-7 hari. Imago PBK ini berwarna hitam bintik- bintik kuning,dan ciri yang dikenali oleh pbk adalah berpola zig-zag sepanjang sayap depannya dan terdapat spot oranye pada ujung sayapnya. aktif pada malam hari pada siang hari dia beristirahat dibawak dahan yang horisontal yang aman dari sinar matahari dan angin. PBK selain menyerang tanaman kakao juga menyerang tanaman lain seperti: rambutan, langsat, nangka, dan serikaya a. Gejala serangan : Gejala yang biasa ditimbulkan oleh serangan hama PBK adalah Kulit buah terlihat belang kunig kehijauan atau tampak masak ,ketika buah diguncang tidak terdengar bunyi, hal ini disebabkan oleh biji-biji saling melekat di dalam, ketika buah dibelah nampak biji-biji berwarna hitam. b. Pengendalian Pengendalian yang dilakukan pada pertanaman kakao adalah diantaranya : Panen sering, Pemangkasan, Pemupukan, Sistem rampasan, setiap setahun sekali dilakukan rampasan yang berarti semua buah yang menggantung di pohon semua dirampas sehingga keberlanjutan PBK terputus, Sarungisasi buah (kondomisasi), Pemanfaatan agens hayati seperti Beauvaria bassiana .

41

Gambar 20. Hama PBK dan segaja serangannya

2. Kepik Pengisap Buah (Helopeltis sp.) Helopeltis sp. tergolong ke dalam Ordo Hemiptera, Famili Miridae. Helopeltis sp menyerang buah yang sudah tua sehingga berat biji akan menurun dan pada buah yang masih mudah mengakibatkan layu pentil dan buah tidak akan tumbuh normal, serangga ini juga menyerang pucuk tanaman kakao dengan cara menghisap cairan bagian tanaman tersebut. Siklus hidup helopeltis yaitu telur, nimfa (serangga pradewasa), imago. Telur helopeltis berwarna keputihan dan terletak pada selip pertulangan daun muda, tangkai atau ranting dan memiliki masa stadium selama 5-7 hari. Setelah 7 hari telur berubah menjadi nimfa dan dimasa ini dia akan mengisap buah. Nimfa atau serangga muda tidak bersayap dan tubuh berwarna coklat dan berjalan secara miring dan stadia nimfa selama 10-11 hari dan mengalami 4 kali ganti kulit. Imago berwarna coklat atau coklat kehitaman yang memiliki panjang tubuhnya 4,5-6 mm, pada bagian thoraxnya terdapat tonjolan seperti jarum pentul. Imago Helopeltis terletak dipermukaan buah dan tangkai buah dengan stadium hidup selama 16 hari atau Perkembangan dari telur hingga menjadi dewasa 21-24 hari.

42

a. Gejala serangan Gejala serangan Helopeltis pada bagian tanaman terserang seperti bagian buah tampak bekas tusukan yang membentuk bintik-bintik berwarna coklat kehitaman, pada ujung daun, muda terbakar dan pada tangkai daun terdapat bintik-bintik hitam. Akibat dari serangan hama ini dapat menurunkan produksi sebesar 4550%.

Gambar 21. Hama helopeltis sp. dan gejalanya a. Pengendalian Pengendalian serangan Helopltis biasa dilakukan dengan cara mekanis atau mengambil lansung imago atau nimfa, selain dapat juga dkendalikan dengan cara pemangkasan, pemupukan, panen teratur, sanitasi (P3S), cara biologis dengan memanfatkan semut hitam (Dolichoderus thoracicus) (Mariadi 2002), serta penyemprotan dengan insektisida golongan pyretrod. Penyemprotan efektif dilakukan pada pukul 18.00-22.00 karena pada saat itu penggerek Helopeltis lamban atau diam sama sekali. Pengendalin dapat dilakukan pada saat fase

43

nimfa karena pada saat fase nimfa belum memiliki sayap untuk terbang jadi mudah untuk dikendalikan. 3. Zeuzera coffeae, Squamura sp. Dan glenia sp. Zeuzera coffeae dan Squamura sp. termasuk ke dalam Ordo Lepidoptera,

Famili Cossidae sementara Glenea termasuk ke dalam Ordo Coleoptera, Famili Cerambycidae. Ketiga serangga ini merupakan penggerek batang. Untuk membedakan diantara ketiga serangga tersebut dapat dilihat dari cara atau letak gerekannya. a) Zeuzera coffeae Siklus hidup Zeuzera coffea adalah telur, larva, pupa dan imago. Telur terletak pada cela kulit atau kayu yang retak dengan stadium selama 7-10 hari. Larva berwarna kemerah-merahan dengan kepala hitam yang mempunyai panjang 4-5 cm. larva ini menggerek dalam batang selama 120 hari kemudian berubah menjadi pupa, masa stadium pupa sekitar 21- 30 hari. Imago mempunyai panjang 25 mm, berwarna putih bintik-bintik hitam pada sayap dan aktif selama 7 hari. a. Gejala serangan Gejala serangan Zeuzera coffea, menggerek pada batang dengan panjang gerekan 30 cm, dan sisa gerekannya yang kering jatuh ketanah sedangakan yang basah lengket pada mulut gerekan, selain itu bagaian batang yang diserang terlihat mudah patah bahkan mati.

44

b. Pengendalian Cara pengendalian dengan melakukan pemangkasan, pemupukan, sanitas. Secara mekanis yakni dengan memotong bagian tanaman yang terseran dengan jarak 5 cm dari lubang gerekan dan dimusnahkan dan untuk yang sudah mati dicincang dan dibakar sedangkan batang yang masih hidup disemprot atau ditutup dengan insektisida nafas.

Gambar 22. Hama zeuzera b) Squamura sp. Squamura sp memiliki siklus hidup yang sempurna mulai dari telur, larva, pupa dan imago. Stadium telur antara 7-10 hari, berwarna kuning kemerahan dengan ukuran 1 mm dan lebar 0,5 mm. Larva berwarna kecoklat-coklatan dengan stadium 150 hari dan berada pada kulit buah atau didalam batang, panjang 4 cm. Setelah berubah menjadi pupa dia pindah kelubang gerekan selama 21-30 hari. Imago squamura sp berupa kupu-kupu dengan sayap bintik- bintik tebal warna hitam, panjang tubuh 20-21 mm.

45

a. Gejala serangan Gejala serangan Squamura sp. adalah sisa gerekannya diletakkan diluar kulit batang dan terdapat benang-benang pada hasil gerekan. Pada malam hari dia menggerek diluar kulit didalam sisa gerekan dan pada siang hari dia menggerek didalam batang. b. Pengendalian Cara pengendalian Squamura sp. yaitu dengan melakukan pemotongan cabang yang digerek pada jarak sekitar 10 cm dari pangkal yang diukur dari lubang gerekan dan menginfus dengan menggunakan sabun atau detergen.

Gambar 23. Hama Squamura sp. Dan gejala serangannya. c) Glenia celia Ciri khas kumbang ini yakni pada antena yang ukurannya lebih panjang dari tubuhnya. Pada sayap (elitra) terdapat spot-spot berwarna putih, dengan warna dasar hitam atau coklat. Tanaman inang lainnya merupakan pohon-pohon yang terdapat di hutan Telur Glenia celia diletakkan satu persatu dalam kulit bagian kambium pohon kakao yang dibuat oleh betina dengan stadium 7-9 hari. Larva berwarna 46

putih, tidak memiliki tungkai (kaki), kepala besar dan stadium selama 80-90 hari. Setelah 90 hari larva berubah menjadi imago dengan masa stadium 19-21 hari. Imago glenia celia berupa kumbang yang memiliki antena panjang dengan masa stadium 1 bulan. a. Gejala serangan Gejala serangannya, Larva yang menetas menggerek batang kakao pada jaringan kambium. Arah gerekan menyamping (horizontal) dan dari lubang gerekan dikeluarkan sisa-sisa gerekan yang strukturnya berserat dan berbuih. Arah gerekan yang horizontal menyebabkan kerusakan kulit batang berbentuk cincin selain itu dapat pula dikenali pada tangkai gerekan terdapat lubang yang banyak sekitar 35-40 lubang, selain itu sisa gerekannya lebih halus dan dijatuhkan ketanah. b. Pengendalian Pengendalian dengan Cara mekanis dengan membersihkan lubang gerekan dan Memotong cabang yang terserang, serta melakukan pemangkasan,pemupukan, saniatsi, dan pengaplikasian insektisida dengan cara menginfus dengan insektisida racun nafas.

47

Gambar 24. Hama glenia dan serangannya 4. Tikus dan Tupai Hama tikus beraktifitas pada malam hari, dengan gejala serangan lubang gerekan dekat dengan pangkal batang, berbentuk bulat dan biji tidak dihabiskan secara keseluruhan. Sedangka tupai beraktifitas pada siang hari, membuat lubang gerekan pada pangkal, ujung dan tengah buah. Bentuk gerekannya berbentuk oval dan semua biji dihabiskan. 5. Pseudococcus sp. (Kutu Putih) Pseudococcus sp. Termasuk ke dalam Ordo Homoptera, Famili Psedococcoidae. Kutu ini berbentuk oval dengan panjang 3-4mm, tubuh ditutupi oleh lapisan lilin berwarna putih . Telur terbungkus oleh lapisan putih tebal yang terdapat pada bagian bawah tubuh imago betina. Nimfa berkumpul pada bagian ketiak-ketiak daun, pada bagian pucuk, dan pada bagian bekas sambungan. Lama siklus hidup 37-50 hari

48

a. Gejala serangan Gejala serangan yang ditimbulkan adalah membuat bagian tanaman menjadi salah bentuk.

Gambar 25. Hama speudococcus sp.

4.8.2. Penyakit Penyakit adalah semua mikroorganisme yang menyerang sistem fisiologi tanaman sehingga menimbulkan suatu gejala yang penyebabnya tidak mampu dilihat secara kasat mata. 1. Busuk Buah Kakao (Phytophthora palmivora) Busuk buah kakao disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora. Phytophthora SP.(Bultl.) salah satu pathogen paling penting di daerah tropis, menyerang berbagai jenis tanaman seperti kakao, kelapa, karet, pepaya, pinang, lada, nenas, kelapa sawit.

49

a. Gejala serangan Pertama-tama akan muncul bercak-bercak hitam basah pada buah kemudian meluas menyelubungi buah dalam waktu satu minggu. Bagian buah akan terjadi pembusukan sehingga biji pun ikut membusuk dan jika buah teselubungi maka akan tampak serbuk putih pada permukaan buah yang merupakan hifa cendawan. Serangan busuk buah dapat menyebabkan buah busuk. Jika penyakit ini menyerang pada buah yang masih muda buah akan rusak dan tidak bisa dipanen, tetapi bila menyerang pada buah yang sudah masak buah masih dipanen tetapi kualitas biji kurang bagus karena biji kempes. b. Penyebaran Phytophthora Penyakit busuk buah dapat berpindah melaui beberapa cara seperti percikan air hujan, dari buah yang terserang, serangga dan manusia. c. Pengendalian Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan Sanitasi, yakni buah yang terserang segera dimusnahkan paling sedikit 4 minggu sekali namun akan lebih baik jika seminggu sekali dengan cara memetik buah yang terserang kemudian Sisa sanitas tersebut dibenamkan didalam tanah sedalam 30 cm.penggunaan mikroba antagonis seperti trichoderma spp. dan pemangkasan dan pengaturan penaung dilakukan untuk menghindari kondisi kebun yang lembab, Ataukah dengan melakukan penyemprotan fungisida yang berbahan aktif tembaga

(cover sandoz, cobox dll) dengan konsentrasi 0,3 % selang waktu dua 50

minggu.penyemprotan dilakukan pada awal musim hujan yang disemprotkan pada perakaran tanaman dan bantalan bunga.

Gambar 26. Penyakit busuk buah

2. VSD (Vascular Streak Dieback) Penyakit vascular streak dieback (Oncobasidium theobromae) yang pertama kali ditemukan pada tahun 2002 di daerah Polmas dan Pinrang (Rosmana, 2005). O. theobromae menginfeksi pucuk dan cabang kakao, tetapi gejala hanya terlihat pada daun yang tampak klorotik dan dapat berkembang pada gejala khas

berupa belang hijau dengan latar belakang kuning a. Gejala serangan Tanaman yang terserang penyakit VSD menunjukkan gejala meranting. Gejala khusus adalah biasanya terdapat pada daun kedua dan ketiga dari pucuk, daun menguning dengan bercak-bercak hijau, ditapak dan tangkai daun ada 3 titik nokta berwarna kehitaman. Bila ranting dibelah membujur terlihat garis-garia coklat pada jaringan xylem yang bermuara pada bekas duduk daun. Selain itu permukaan tangkai daun dan cabang kasar. Kerusakan akibat serangan VSD dapat mencapai 3-60%. Serangan yang paling kritis adalah ketika dia menyerang tanaman dipembibitan ataukah tanaman muda. 51

b. Penyebaran Penyakit VSD menular dari dari tanaman satu ketanaman yang lain melalui spora yang dibawak oleh angin malam. VSD ini menyerang tanaman mulai pada tanaman muda sampai tanaman yang dewasa. c. Pengendalian Teknik pengendalian penyakit VSD ini adalah dengan kultur teknis dengan menebang atau pemangkasan pohon pelindung di musim hujan akan memungkinkan mengurangi kelembaban, melakukan pemangkasan, sanitasi dengan cara memotong cabang terserang 30 cm dari gejalanya kemudian dibakar, dan penggunaan klon tahan VSD serta penggunaan fungisida berbahan aktif tembaga oksida (CuO).

Gambar 27. Gejala serngan penyakit VSD

52

3. Jamur upas (Corticium salmonicolor) Begitu banyak jenis jamur merugikan yang menyerang tanaman kakao, salah satunya adalah jamur upas atau dalam bahasa latinnya Corticium Salmonicolor. Jenis jamur ini merupakan penyakit utama yang menyerang tanaman kakao dan dialami hampir oleh semua petani kakao. Penyebab utama penyakit ini adalah kebersihan kebun yang kurang serta minimnya pemangkasan. a. Gejala serangan Gejala serangan dapat dilihat pada percabangan yang sudah berkayu. Serangan jamur upas terdiri dari 4 tingkatan yaitu : 1. Tingkat laba-laba Jamur mula-mula membentuk miselium tipis mengkilat seperti sutera atau perak, sangat mirip dengan sarang laba-laba. Pada fase ini jamur belum masuk ke dalam jaringan kulit 2. Tingkat bongkol Jamur yang tadinya berwarna putih sudah bertambah tebal seperti gumpalangumpalan hifa. Jamur kemudian membentuk kerak yang berwarna merah jambu seperti warna ikan salem, kerak tersebut terdiri atas lapisan basidia, kulit cabang dibawah kerak menjadi busuk. 3. Tingkat corticium Pada tingkat corticium sudah bukan garis-garis tetapi jamur sudah membentuk kerah yang berwarna merah jambu (pink disease) dan membusuk. 53

4. Tingkat nekator Jamur berkembang terus dan akhirnya membentuk piknidia berwarna merah tua dan biasanya terdapat pada sisi yang lebih kering. Pada bagian ujung percabangan yang terserang akan layu kemudian mati. Pada bagian ujung dari cabang yang sakit, daun-daun layu mendadak dan banyak yang tetap melekat pada cabang, meskipun sudah kering. b. Penyebaran Penyakit ini disebabkan oleh jamur Corticium salmonikolor. Dalam

penyebarannya jamur upas dipencarkan oleh basidiospora yang terbawa oleh angin. Jamur ini bersifat polifag, dengan beberapa tanaman inang antara lain, karet, kopi, teh, kina dan beberapa tanaman keras lainnya. Tanaman penaung Tephrosia Candida dapat sebagai sumber infeksi karena sangat peka terhadap jamur upas.. Kelembaban yang tinggi sangat membantu perkembangan penyakit. Kerusakan akibat jamur upas tanaman akan mati ranting bahkan pada tingkat serangan berat dapat mematikan tanaman secara keseluruhan. c. Pengendalian Pengendalian jamur upas dapat dilakukan melalui pemangkasan dengan mamangkas bagian yang terserang kemudian dicincang atau dibakar.

Pamangkasaan juga bertujuan untuk tetap menjaga kelembaban. Apa bila seranagan masih pada tingkat laba-laba percabangan yang terserang masih bisa dipertahankan dengan cara mengupas bagian yang terserang kemudian diolesi dengan fungisida yang berbahan aktif tridemorf (Calixin RM) atau tembaga

54

konsentrasi 10% (Nordox, Cupravit, dll), dan menghilangkan dan memusnahkan sumber infeksi yang terdapat di dalam maupun di luar kebun. 4. Antraknose (Colletotrichum gloesporiedis) Penyakit antraknosa (mati ranting) yang menyerang pucuk dan ranting tanaman kakao merupakan penyakit yang banyak menimbulkan kerugian. Penyakit ini menyebabkan daun gugur, ranting meranggas dan mati. Akibat serangan penyakit ini tanaman kakao menjadi kehilangan daun padahal daun merupakan tempat untuk proses fotosintesis pada tanaman (Semangun, 2000). Tanaman terserang tumbuh merana dan produksinya rendah. Pada serangan lanjut tanaman menjadi mati meranggas.

Serangan penyakit semakin meningkat belakangan ini disebabkan banyaknya pekebun yang menanam kakao tanpa naungan. Padahal untuk tumbuh normal tanaman kakao adalah tanaman yang memerlukan naungan. Menurut Sunanto (2002) intensitas sinar matahari yang diterima sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman cokelat. Banyak ahli berpendapat bahwa intensitas sinar matahari yang optimum adalah 50%, tetapi bila keadaan tanah subur (tanaman yang dipupuk sesuai kebutuhan), intensitas bisa naik menjadi 70-80%. Disamping itu peningkatan suhu udara akibat global warming di duga turut memperbesar serangan penyakit.

a. Gejala serangan Gejala serangan antraknose dapat di lihat pada daun dan buah. Pada daun muda terlihat gejala bintik-bintik nekrosis berwarna cokelat. Setelah daun berkembang, bintik nekrosis menjadi bercak berlubang berwarna kuning 55

kemudian menggulung/menekuk (Semangun, 2000). Pada daun tua penyakit dapat menyebabkan terjadinya bercak-bercak nekrosis (jaringan mati) yang terbatas tidak teratur. Bercak-bercak ini kelak dapat menjadi lubang. Daun-daun yang terserang berat akan mudah gugur, sehingga ranting-ranting tanaman menjadi gundul (Sunanto,2002). Pada buah muda menimbulkan gejala kelayuan dengan bintik-bintik

cokelat. Bintik tersebut segera berkembang menjadi bercak cokelat yang berlekuk Akhirnya buah mengering menjadi mumi (buah mengeras, mengecil dan kering). Buah dewasa yang terinfeksi tidak menjadi layu, hanya mengerut pada bagian ujung (Semangun, 2000). Ciri penting gejala serangan

Colletotrichum pada tanaman kakao adalah terbentuknya lingkaran berwarna kuning (halo) disekeliling jaringan yang sakit, dan terjadinya jaringan mati yang melekuk (antraknosa). Halo dan antraknosa dapat terjadi pada daun maupun pada buah. Tanaman yang terserang berat oleh patogen ini berbuah sedikit sehingga daya hasilnya sangat menurun (Mahneli, 2007). b. Penyebaran Penyakit antraknose disebabkan oleh cendawan Colletetricum gloesporidies dan dapat menyebar ketanaman melalui angin dan air. Di Sumatera Utara diduga bahwa infeksi pada semai kakao di pembibitan berasal dari kebun karet yang ada didekatnya, yang sedang terserang penyakit gugur daun Colletotrichum (Semangun, 2000).

56

c. Pengendalian Teknik pengendalian penyakit antraknose dengan melakukan pemangkasan dan sanitasi buah-buah yang teserang. Sanitasi dilakukan dengan cara

pemangkasan ranting-ranting sakit dan pemetikan buah-buah busuk kemudian di bakar atau dipendam dalam tanah. Pangkasan sanitasi bertujuan menghilangkan ranting atau cabang sakit yang terserang jamur dan untuk mengurangi kelembaban kebun agar tidak sesuai untuk perkembangan penyakit.

Pemangkasan tunas air (mewiwil) pada batang atau cabang, karena bila infeksi terjadi pada daun tunas air (wiwilan) cabang dan batang yang berada dekat tunas air (wiwilan) juga akan terinfeksi dan mati lebih cepat( (Sulistiowati, dkk, 2003).

Gambar 28. Gejala penyakit antraknose

57

5. Kanker batang (Phytophthora palmivora Butl) Penyakit kanker batang pada tanaman kakao disebabkan oleh sejenis patogen yang menyerang batang kakao atau sering disebut juga Phytophthora Palmivora (Butl.) Butl, sama seperti patogen pada penyakit busuk buah kakao. a. Gejala serangan Gejala penyakit ini dapat dilihat pada kulit batang. Pada kulit batang tampak warna hitam / gelap agak berlekuk dan pecah-pecah kering, Sering terdapat cairan kemerahan yang kemudian tampak seperti lapisan karat, bila batang dibela akan ditemukan warna merah anggur. Kanker batang menyerang mulai pada tanaman muda sampai yang dewasa. Serangan penyakit kanker batang akan mengakibatkan jaringan pada batang rusak,. batang menjadi busuk dan berlendir. Kerusakan pada batang menyebabkan busuk dan seluruh cabang akan mati. b. Penyebaran Penyebaran penyakit kanker batang hampir sama dengan penyebaran penyakit busuk buah. buah yang terserang busuk buah yang tidak dipanen kemudian berkembang ketangkai buah. Dari tangkai buah inilah pathogen menjalar dan menginfeksi batang dan akhirnya terjadi kanker batang. Selain buah yang hitam penyakit kanker batang juga disebarkan melalui percikan hujan, dan kebun yang mempunyai kelembaban dan curah hujan yang tinggi atau sering tergenang air.

58

c. Pengendalian Pengendalian penyakit kanker batang dapat dikendaliakan dengan melakukan pemangkasan, sanitasi dengan membongkar tanaman yang terserang lalu dibakar. Jika serangan belum terlalu parah dapat dikandalikan dengan menggunakan fungisida. Batang atau cabang yang terserang dikupas kemudian diolesi dengan fungisida yang mengandung tembaga seperti Nordox atau sejenisnya dengan konsentrasi 5% formulasi. 4.9. Panen dan pasca panen

4.9.1. Panen buah Panen buah adalah kegiatan pemetikan buah kakao baik yang sudah masak maupun buah yang terserang hama dan penyakit.Buah yang layak untuk

dipanen adalah buah yang telah masak fisiologis.Untuk buah yang berwarna hijau jika sudah masak maka kulit buah berubah menjadi warna kuning dan buah yang berwarna merah akan berwarna orange. Hindari memanen buah yang terlalu masak dan terlalu tua karena akan menurunkan mutu biji kakao. Biasanya buah masak setelah berumur 6 bulan sejak terbentuknya bunga. Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan pemetikan buah antara lain, alat yang digunakan diantaranya sabit, sabit bergalah, gunting pangkas, keranjang,karung plastik, ember,dan lori-lori. Alat untuk memetik buah harus tajam dan melakukan pemetikan harus hati-hati untuk menjaga agar bantalan buah tidak rusak karena bantalan buah merupakan aset terpenting dalam tanaman kakao.

59

Gamabr 29. Panen buah 4.9.2. Sortasi Buah Sortasi buah adalah kegiatan memisahkan buah yang sehat dan buah yang terserang hama dan penyakit. Buah yang telah dipetik selanjutnya dikumpulkan pada suatu tempat dan dilakukan sortasi buah.Buah kemudian didiamkan atau diperam selama 5-9 hari dengan tujuan untuk mendapatkan buah masak seluruhnya atau keseragaman buah, mendapatkan aroama yang lebih baik, dan menurunkan kadar glukosa.

60

Gambar 30. Sortasi buah 4.9.3. Pemecahan buah Pemecahan buah dilakukan dengan menggunakan parang maupun alat pemecah lainnya,seperti kayu atau penjepit buah. Buah dibelah menggunakan parang harus hati-hati jangan sampai melukai keping biji atau buah saling dibenturkan. 4.9.4. Uji kualitas Biji Kualiti biji kakao adalah deskripsi atau gambaran kondisi biji kakao yang dihasilkan baik oleh petani,pedagang,eksportir maupun industry kakao.Beberapa factor yang mempengaruhi kualiti biji adalah factor internal dan eksternal.Faktor internal adalah factor yang berupa klon atau varietas dari kakao tersebut sedangkan factor internal adalah factor yang mempengauhi mutu dari luar,seperti praktek budidaya,geografi dan lingkungan serta penangan pasca panen. Menurut ukuran biji, dalam jumlah biji 100 gram yang tergolong dalam golongan A+ adalah yang mempunyai jumlah biji 85-100 biji tiap 100 gram, A jumlah bijinya 86 biji dalam 100 gram,B yaitu berjumlah 101-110 tiap 100 gram, C yaitu 111-120 biji dalam 100 gram, sedangkan golongan S biji yang berjumlah lebih dari 120 biji dalam 100 gram. 61

Spesifikasi persyaratan mutu biji kakao berdasarkan SNI 01-2323-2002 adalah sebagai berikut : No 1. 2. 3. Jenis biji Serangga hidup Kadar air Biji berbau asap/apnormal Dan berbau asing 4. 5. 6. 7. Kadar biji pecah Kadar kotoran/waste Kadar benda asing Kotoran mamalia % % % % Maks 2,0 Maks 2,5 Maks 0,2 Maks 0,1 Satuan % Persyaratan Tidak ada Maks 7,5 Tiadak ada

Tabel 3. Spesifikasi persyaratan mutu biji Catatan : - Total kadar kotoran dan kadar benda asing maksimal 2.5% - Total kadar benda asing dan kotoran mamalia maksimal 0,2%.

62

V.

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan tentang Praktek kerja Lapang (PKL) di perkebunan milik PT. Mars Incorporated MCDC Tarengge Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur Sulawesi Selatan dapat di simpulkan bahwa : Teknik budidaya kakao untuk peningkatan produksi yang dilakukan. dalam peremajaan kakao menggunakan klon unggul Sulawesi 1 (PBC123), Sulawesi 2 (BR 25), M 01, M 04, dan M 06. serta penerapan prinsip berkebun yang baik dengan P3S+Penyemprotan (Pemangkasan, Pemupukan, Panen

teratur, sanitasi dan Penyemprotan), Dan panen dan pasca panen yang baik. Dengan dilakukannya praktek kerja lapang (PKL) dapat menambah wawasan pengetahuan tentang bagaimana budidaya tanaman kakao yang dibudidayakan secara vegetatif maupun generatif. Tenik budidaya kakao yang dibudidayakan secara vegetatif adalah sambung pucuk, sambung samping, dan sambung chupon, adapun yang lain yaitu sambung mata tunas. Untuk budidaya secara generatif hanya sampai pada pembibitan. Pada kegiatan PKL teknik budidaya kakao lebih banyak mengarah pada tingkat rehabilitasi tanaman kakao yang sudah tidak produktif lagi menjadi lebih produktif lagi. Rehabilitasi yang paling menguntungkan adalah rahabilitasi dengan sambung pucuk karena tingkat produksinya lebih panjang dibandingkan dengan sambung samping yang disambung dengan batang bawah yang sudah tua.

63

5.2.

SARAN

Berdasarkan pada kenyataan yang ada pada lapangan penulis dapat menyarankan kalau tanamann kakao yang sudah tua, produksi rendah, dan terserang hama dan penyakit sebaiknya langsung direhabilitasi dengan metode sambung samping, sambung pucuk, sambung chupon, penyisipan, dan penanaman ulang untuk mendapatkan produktivitas yang tinggi dan optimal dengan dibarengi dengan teknik budidaya yang baik.

64

TINJAUAN PUSTAKA

Gerakan Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao Nasional.Peremajaan Tanaman Kakao.2009. PT. Mars Incorporated MCDC tarengge. Gerakan Peningkatan Produksi Dan Mutu Kakao Nasional.Penangan Helopeltis Spp.2009.Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. Mars cocoa development center. Manajemen Pembibitan Kakao.2012. PT. Mars Incorporated. Mars Cocoa Development Center Pemangkasan, Pemupukan, Panen teratur, Sanitasi. 2012. PT. Mars Incorporated. Mars Cocoa Development Center. Mars Incorporated. Rehabilitasi Tanaman Kakao. 2012. PT.

Mars Cocoa Development Center. Hama & Penyakit Tanaman Kakao. 2012. PT. Mars Incorporated. Mars Cocoa Development Center. Penanaman Ulang Kakao. 2012. PT. Mars Incorporated Semangun, H. 2000. Penyakit-penyakit Tanaman Perkebunan di Indonesia. UGM Press. Yogyakarta. Mars incorporate. 2012. Manual book peremajaan tanaman kakao dan praktek perkebunan yang baik.

65

66

67

Lampiran 2. Persiapan lahan

68

Lampiran 3. Pembibitan

69

Lampiran 4 .penanaman

70

Lampiran 5. Sambung samping

71

72

Anda mungkin juga menyukai