Anda di halaman 1dari 47

KAJIAN BIAYA REPLANTING TANAMAN KARET

(Hevea brasilliensis) DI AFDELING II KEBUN TANAH


RAJA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

TUGAS AKHIR

ANDIKA PRAMANA SIMATUPANG


0801353
PROGRAM STUDI
BUDIDAYA PERKEBUNAN

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN


AGROBISNIS PERKEBUNAN
MEDAN
2012
Judul Tugas Akhir : KAJIAN BIAYA REPLANTING
TANAMAN KARET (Hevea
brasilliensis) DI AFDELING II KEBUN
TANAH RAJA PT. PERKEBUNAN
NUSANTARA III

Nama : ANDIKA PRAMANA SIMATUPANG

NIM : 0801353

Program Studi : BUDIDAYA PERKEBUNAN

Menyetujui,

Ir. P. Sembiring
Pembimbing

Mengetahui,

Ketua Program Studi Ketua STIP-AP

( Ir. Mardiana Wahyuni, MP ) ( Ir. Sukirso, MS )

Tanggal lulus : 03 Agustus 2012


RINGKASAN

ANDIKA PRAMANA SIMATUPANG, Kajian Biaya Replanting Tanaman


Karet (Hevea brasilliensis) Di Afdeling II Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan
Nusantara III, dibimbing oleh Ir. P. Sembiring.
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga Juni 2012 Di Kebun Tanah
Raja PT. Perkebunan Nusantara III. Penelitian ini dilakukan dengan metode
deskriptif yaitu menguraikan komponen biaya dalam pelaksanaan Replanting
Tanaman Karet di Afdeling II Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara III.
Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui analisa biaya yang diperlukan dalam
Replanting Tanaman Karet (Hevea brasilliensis) di Afdeling II Kebun Tanah Raja
PT. Perkebunan Nusantara III.
Salah satu langkah yang dapat mendorong peningkatan produksi karet
Indonesia adalah peremajaan lahan karet yang telah memasuki tahapan tidak
produktif ( tanaman berusia di atas 20 tahun), di samping tetap melakukan
perluasan lahan. Apabila lahan tersebut dioptimalkan melalui peremajaan
diharapkan tingkat produksi akan meningkat 20 30 %.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan menguraikan komponen biaya
replanting tanaman karet, mulai dari pembukaan lahan di areal mekanis dan
chemis, penanaman, pemeliharaan hingga pada penggunaan bahan dan alat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa uraian pekerjaan dengan biaya
tertinggi adalah pada pembukaan lahan di areal mekanis dengan luas 81,05
sebesar 62 %. Sedangkan biaya terendah adalah pada Pembukaan lahan di areal
chemis dengan luas 32,00 Ha sebesar 3 %
DAFTAR ISI

Hal

RINGKASAN .............................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ................................................................................ 1

B. Perumusan Masalah ......................................................................... 3

C. Tujuan Penelitian............................................................................. 3

D. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 5

A. Botani dan Morfologi Tanaman Karet .............................................. 5

B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet........................................................ 10

1. Iklim ........................................................................................... 10

2. Tanah ......................................................................................... 12

C. Pembukaan Lahan Untuk Tanaman Karet ........................................ 13

III. METODE PENELITIAN..................................................................... 21

A. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................................... 21

B. Kegunaan Penelitian ........................................................................ 21

C. Pengamatan ..................................................................................... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 22

A. Informasi Umum Kebun Tanah Raja ............................................... 22


B. Data Inventaris Pohon TBM Karet Tahun 2011 Sesuai

dengan Hasil Pengukuran Defenitip ................................................. 26

C. Produksi Tanaman Karet Sebelum di Replanting ............................. 26

D. Persiapan Lahan Replanting Tanaman Karet di afdeling II Kebun

Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara III ....................................... 29

E. Data Biaya Replanting Tanaman Karet pada Afdeling II

Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara III ............................ 33

V. KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 41

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 42


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karet alam merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting untuk

Indonesia dan lingkup internasional. Di Indonesia, karet merupakan salah satu

hasil pertanian yang banyak menunjang perekonomian negara. Hasil devisa yang

diperoleh dari karet cukup besar. Bahkan, Indonesia pernah menguasai produksi

karet dunia dengan mengungguli hasil dari negara-negara lain dan negara asal

tanaman karet sendiri yaitu di daratan Amerika Selatan.

Karet merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Latin, khususnya

Brasil. Karena nama ilmiahnya Hevea brasiliensis. Sebelum dipopulerkan sebagai

tanaman budidaya yang dikebunkan secara besar-besaran, penduduk asli Amerika

Selatan, Afrika, dan Asia sebenarnya telah memanfaatkan beberapa jenis tanaman

penghasilan getah.

Tanaman karet termasuk famili Euphorbiare atau tanaman getah-getahan.

Dinamakan demikian karena golongan famili ini mempunyai jaringan tanaman

yang banyak mengandung getah ( lateks ) dan getah tersebut mengalir keluar

apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman

ini digolongkan ke dalam tanaman industri. (Anonim, 2010)


Pada tahun 1864 perkebunan karet mulai diperkenalkan di Indonesia.

Perkebunan karet dibuka oleh Hofland pada tahun tersebut didaerah pamanukan

dan Ciasem, Jawa Barat. Pertama kali jenis yang ditanam adalah karet rambung

atau Ficus elstica. Jenis karet Hevea ( Hevea Brasiliensis ) baru ditanam tahun

1902 di daerah Sumatera timur. Jenis ini di tanam di pulau Jawa pada tahun 1906.

Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di

dalam upaya peningkatan devisa Indonesia. Ekspor Karet Indonesia selama 20

tahun terakhir terus menunjukkan adanya peningkatan dari 1.0 juta ton pada tahun

1985 menjadi 1.3 juta ton pada tahun 1995 dan 1.9 juta ton pada tahun 2004.

Pendapatan devisa dari komoditi ini pada tahun 2004 mencapai US$ 2.25 milyar,

yang merupakan 5% dari pendapatan devisa non-migas. Sejumlah lokasi di

Indonesia memiliki keadaan lahan yang cocok untuk pertanaman karet, sebagian

besar berada di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Luas area perkebunan karet

tahun 2005 tercatat mencapai lebih dari 3.2 juta ha yang tersebar di seluruh

wilayah Indonesia. Diantaranya 85% merupakan perkebunan karet milik rakyat,

dan hanya 7% perkebunan besar negara serta 8% perkebunan besar milik swasta.

Produksi karet secara nasional pada tahun 2005 mencapai angka sekitar 2.2

juta ton. Jumlah ini masih akan bisa ditingkatkan lagi dengan memberdayakan

lahan-lahan pertanian milik petani dan lahan kosong / tidak produktif yang sesuai

untuk perkebunan karet. Dengan memperhatikan adanya peningkatan permintaan

dunia terhadap komoditi karet ini dimasa yang akan datang, maka upaya untuk

meningkatakan pendapatan petani melalui perluasan tanaman karet dan


peremajaaan kebun bisa merupakan langkah yang efektif untuk dilaksanakan.

(Anonim, 2011)

Salah satu langkah yang dapat mendorong peningkatan produksi karet

Indonesia adalah peremajaan lahan karet yang telah memasuki tahapan tidak

produktif (tanaman berusia di atas 20 tahun), di samping tetap melakukan

perluasan lahan. Strategi peremajaan dinilai cukup baik bagi lahan perkebunan

karet Indonesia yang saat ini (2008) telah mencapai luas sekitar 3,5 juta hektar.

Apabila lahan tersebut dioptimalkan melalui peremajaan, diharapkan tingkat

produksi akan meningkat sekitar 20 30%. (Anonim, 2011)

B. Perumusan Masalah

Replanting merupakan penanaman ulang tanaman karet setelah tanaman

yang lama dianggap tidak ekonomis lagi. Hal yang perlu diperhatikan dalam

replanting tanaman karet adalah pengolahan tanah dan persiapan tanam. Mulai

dari penebangan pohon yang lama, membongkar tunggul, hingga pada

pembersihan semua sisa tanaman, termasuk akar.

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian replanting tanaman karet ini,

sehingga mengetahui analisa biaya yang dikeluarkan perusahaan dan kebutuhan

tenaga kerja dalam replanting tanaman karet.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui analisa biaya yang

diperlukan dalam Replanting Tanaman Karet ( Hevea Brasiliensis ) di Afdeling II

Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara III.


D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman dan

pengetahuan bagi para pembaca mengenai kajian biaya untuk melakukan

peremajaan pada tanaman karet ( Hevea Brasilliensis ), dengan sistem replanting.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Botani dan Morfologi Tanaman Karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup

besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 25 m. Batang tanaman biasanya

tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi di atas. Di beberapa kebun

karet ada kecondongan arah yang tumbuh tanamannya agak miring ke arah utara.

Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal dengan nama

lateks.(Vademecum Karet, 1993)

Sesuai dengan nama latin yang disandangnya, tanaman karet

(Hevea Brasiliensis) berasal dari Brasil, tepatnya di daerah Amazone dan tersusun

dalam sistematika sebagai berikut :

Devisio : Spermatophyta
Subdevisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Species : Hevea brasiliensis

1. Akar ( Radix )

Sistem perakaran sebenarnya telah banyak diteliti, mula-mula oleh

Schweigner (1989, Cit Dijkonau 1951) kemudian RRIM dan pada tahun 1977

oleh Siregar dan Nasution adalah sebagai berikut :

1. Tanaman karet memiliki akar tunggang, akar lateral dan akar baru yang

lateral menyebar kesegala arah dimana perakaran hara vertikal sebagian

besar berada pada kedalaman 0 75 cm dari tanah.

2. Pada mulanya pertumbuhan akar hanya terbatas pada lingkungan yang

sempit disekitar pohon, pada tanaman dewasa akar cabang primer mulai

membentuk cabang pada jarak 50 150 cm dari pangkal.

3. Penyebaran perakaran hara pada tanaman ( Feeder root ) berumur lebih

dari 5 tahun meningkat mulai jarak 60 cm dari pohon kea rah ujung

mencapai 300 cm setelah itu mulai berkurang.

4. Pembentukan akar hara terjadi selama-lamanya membentuk tajuk baru dan

secara berangsur pembentukan akan menurun.

5. Pada umumnya akar tunggang tanaman karet mampu mencapai kedalaman

2 meter atau lebih, sedang perakaran lateralnya mampu menyebar sampai

20 meter atau lebih. Makin tinggi intensitas sifat-sifat tanah dalam


membatasi pertumbuhan akar menyebabkan penyebaran akar makin

terbatas. Akibatnya ruang gerak dan jangkauan perakaran tanaman dalam

memperoleh unsur-unsur hara, air, dan udara menjadi terbatas dan pada

gilirannya pertumbuhan bagian atas tanaman terhambat dan produknya

turun.(Vademecum Karet, 1993)

2. Kulit

Susunan anatomi kulit karet berperan penting dengan produksi lateks dan

produktifitas pohon tidak terlepas dari sifat anatomi dari sifat-sifat yang

diturunkan oleh pohon karet itu sendiri. Karet mempunyai struktur anatomi seperti

tanaman dikotil lainnya, secara umum jaringan kulit karet tersusun dan sel-sel

parenchymatis yang diantaranya terdapat jaringan pengangkut xylem dalam

pohon, keduanya dipisahkan oleh cambium.

Sesuai dengan umur tanam, kulit dapat dibedakan menjadi kulit perawan

(yang belum pernah disadap) dan kulit pulihan (yang sudah disadap). Kedua kulit

tersebut mempunyai susunan yang sedikit berbeda. Penyadapan menyebabkan

kehilangan karet primer sebanyak yang dikandung pembuluh lateks. Dengan

pengeluaran lateks ini tubuh pohon akan segera mengisi kembali pembuluh

tersebut maka kehilangan karet akan terpenuhi kembali. (Vademecum Karet,

1993)

3. Daun ( Folium )

Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi

kuning atau kemerah-merahan. Biasanya tanaman mempunyai jadwal kerontokan


daun pada setiap musim kemarau karena sifat tanaman menyesuaikan penguapan

tanaman.

Daun karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang

tangkai daun utama 3 20 cm dan anak daun 3 10 cm. Biasanya ada tiga anak

daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun berbentuk eliptis

memanjang dan tepinya rata dengan ujung meruncing.

Kadar hara daun merupakan barometer akan kebutuhan hara atau analisa

daun merupakan alat diagnose untuk menentukan kebutuhan pupuk (hara).

Kadar hara daun sangat peka dalam menunjukkan perubahan hara, umpamanya

oleh pemupukan N. Perubahan hara di dalam daun dibandingkan dengan daun

yang tidak dipupuk, penambahan tersebut adalah N = 0.29 0.58 %. Angka

tersebut memang kecil. Meskipun demikian setiap penambahan yang kecil itu

sudah membawa akibat yang besar.( Vademecum Karet, 1993 )

4. Bunga ( Flos )

Bunga merupakan organ reproduktif. Bunga dibentuk oleh meristem apical

khusus yang berkembang dari apex pucuk vegetative setelah dirangsang oleh

factor-faktor eksternal dan internal untuk keperluan itu. Bunga terdiri atas

sekumpulan daun yang khas : daun kelopak ( sepal ), daun mahkota ( petal ),

benang sari ( stamen), dan daun buah ( karpel ).

Kesemua sepal yang biasanya berwarna hijau secara kesatuan disebut

kelopak bunga ( kalix ), semua petal yang biasanya berwarna-warni dan menarik,

bersama-sama merupakan mahkota bunga ( corolla ).


Setiap stamen terdiri atas tangkai Filament yang mendukung kepala sari

(anther) tempat serbuk sari berkembang. Serbuk sari berisi gamet jantan

(sel sperma ). Karpel berupa organ tunggal atau dapat sebagai kumpulan, dan

membentuk putik ( pistil ) yang terdiri atas tiga buah yang dapat dibedakan :

1. Bagian dasar bakal buah ( Ovarium )

2. Bagian tengah yang ramping kurus ( Stilus )

3. Bagian atas kepala putik ( Stigma )

Ovarium mengandung bakal biji (Ovule) yang melekat pada papan biji

(Lokul), ovule ini menghasilkan gamet betina-sel telur. Serbuk sari disebarkan

oleh angina atau serangga dari kepala sari yang masak ke kepala putik bunga.

Proses ini disebut penyerbukan ( Polinasi ). Serbuk sari berkecambah pada kepala

putik untuk membentuk tabung sari, yang berisi dua sel sperma. Bila tabung sari

berhasil menembus bakal biji salah satu dari sel sperma membuahi sel telur dan

terbentuklah zigot. Pada taraf ini karpel mulai tumbuh dan membentuk dua dan

selanjutnya ovule berubah menjadi biji embrio berkembang menjadi zigot.

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam

malai paying tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng,

pada ujungnya terdapat 5 tajuk yang sempit. Panjang tenda bunga 4-8 mm. Bunga

betina berambut vilt ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan

mengandung bakal buah yang beruang 3. Kepala putik yang akan dibuahi dalam

posisi duduk juga berjumlah 3 buah. Bunga jantan mempunyai sepuluh benang

sari yang tersusun menjadi satu tiang (Ali. E.S, 2009).

5. Buah ( Fructus )
Buah karet memiliki pembagian ruang yang jelas masing-masing ruang

berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang-kadang sampai

enam ruang. Garis tengah buah 3 5 cm. Bila buah sudah masak maka akan pecah

dengan sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang-ruangnya.

Pemecahan biji ini berhubungan dengan pengembang biakan tanaman karet secara

alami. Biji-biji yang terlontar kadang-kadang sampai jauh, akan tumbuh dalam

lingkungan yang mendukung.( Ali. E.S, 2009)

6. Biji ( Semen )

Biji karet merupakan hasil persarian dari alat persarian yang terdiri dari

benang sari dan putik. Biji yang dihasilkan dibedakan atas tiga jenis, yaitu biji

illegitim, legitim, dan propalegitim. Biji illegitim merupakan biji yang dihasilkan

dari penyerbukan dimana bunga betinanya diketahui dengan pasti, sedangkan

bunga jantannya tidak diketahui. Contoh biji yang illegitim adalah biji sapuan dari

kebun karet tidak terpilih atau biji dari kebun klonal yang letaknya berdekatan

dengan kebun karet tidak terpilih.

Biji legitim merupakan biji yang diperoleh dari penyerbukan silang yang

bunga betina dan jantannya diketahui dengan pasti. Contohnya adalah klon karet

yang ditanam di kebun yang berdekatan dan kedua jenisnya diketahui. Sedangkan

biji propalegitim merupakan biji yang diperoleh dari penyerbukan silang dimana

bunga betinanya diketahui, tetapi bunga jantannya tidak pasti. Biji karet terdapat

dalam setiap ruang buah, jadi jumlah biji biasanya tiga kadang enam, sesuai

dengan jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warnanya cokelat

kehitaman dan bercak-bercak berkepala yang khas.( Vademecum Karet, 1993 )


B. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

1. Iklim

Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika Selatan, terutama Brasil yang

beriklim tropis, maka karet cocok ditanam di daerah-daerah tropis lainnya

(Siregar, 1997). Kelompok iklim yang digunakan adalah atas dasar system

klasifikasi tipe curah hujan dari Schmidt dan Ferguson. (Vademecum Karet, 1993)

Tipe : A : sangat cocok

B : cukup, sesuai

C : kurang sesuai

DEF : tidak sesuai

a. Curah Hujan

Tanaman karet menghendaki daerah dengan curah hujan antara 1.500

4.000 mm per tahun dan merata sepanjang tahun dengan terbagi antara 100 150

per hari hujan dengan tipe iklim A C dan daerah-daerah yang sering mengalami

hujan pada pagi hari akan mempengaruhi produksi. Walaupin demikian halnya

produksi masih lumayan di daerah-daerah dengan perbedaan tegas antara musim

kemarau dan musim hujan.

b. Temperatur

Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata-rata 25-30 C. Apabila

dalam jangka waktu panjang suhu harian rata-rata kurang dari 20 C, maka
tanaman karet tidak cocok ditanam di daerah tersebut. Walaupun demikian,

di daerah yang suhunya lebih tinggi, tanaman karet juga relative tidak sesuai.

c. Intensitas Sinar Matahari

Intensitas sinar matahari adalah hal yang amat dibutuhkan tanaman karet

dan sulit untuk ditawar. Bila terjadi penyimpangan terhadap factor ini, maka

mengakibatkan turunnya produktifitas. Di Negara-negara tropis sinar matahari

yang cukup melimpah merupakan syarat lain yang diinginkan tanaman karet.

Dalam sehari tanaman karet membutuhkan sinar matahari dengan intensitas yang

cukup paling tidak selama 5-7 jam.

d. Kecepatan Angin

Kerusakan oeh angin merupakan masalah serius diperkebunan karet. Angin

kuat mengakibatkan patahnya batang atau cabang dan tumbangnya tanaman.

Bahkan angin dapat merusak tanaman pada semua tingkat umur, lebih-lebih lagi

tanaman karet yang pertumbuhan akar tunggangnya terhambat akibat sifat fisik

tanah yang jelek atau serangan jamur akar putih juga dapat tumbang karena

angin.(Vademecum Karet, 1993)

2. Tanah

Lahan kering untuk pertumbuhan tanaman karet pada umumnya lebih

mempersyaratkan sifat fisik tanah dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini

disebabkan perlakuan kimia tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

karet dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan

sifat fisiknya. Berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman

karet baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut < 2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur, tekstur,

sulum, kedalaman air tanah, aerasi dan drainasenya, tetapi sifat kimianya secara

umum kurang baik karena kandungan haranya rendah.

Tanah alluvial biasanya cukup subur, tetapi sifat fisikanya terutama drainase

dan aerasenya kurang baik. Reaksi tanah berkisar antara pH 3,0 - pH 8,0 tetapi

tidak sesuai pada pH < 3,0 dan > pH 8,0. Sifat-sifat tanah yang cocok untuk

tanaman karet pada umumnya antara lain. (Anonim, 2011)

a. Sulum tanah sampai 100 cm, tidak terdapat batu-batuan dan lapisan

cadas.

b. Aerase dan drainase cukup.

c. Tekstur tanah remah, poreus dan dapat menahan air.

d. Struktur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

e. Tanah bergambut tidak lebih dari 20 cm.

f. Kandungan hara NPK cukup dan tidak kekurangan unsur hara mikro.

g. Reaksi tanah dengan pH 4,5 - pH 6,5.

h. Kemiringan tanah < 16%.

i. Permukaan air tanah < 100 cm.

j. Kemiringan tanah kurang dari 10%.

k. Jeluk efektif lebih dari 100 cm.

l. Tekstur tanah terdiri lempung berpasir dan liat berpasir.

m. Batuan di permukaan maupun di dalam tanah maksimal 15%.

n. pH tanah berkisar antara 4,3 5,0.

o. Drainase tanah sedang.


C. Pembukaan Lahan Untuk Tanaman Karet

Menurut (Nurhawaty Siagian, dkk 2006), pembukaan lahan untuk tanaman

karet dibedakan menjadi tiga berdasarkan vegetasi yang ada di areal tersebut yaitu

Tanaman ulang karet, Lahan eks hutan, Lahan alang-alang.

Tanaman ulang karet

Pada persiapan lahan untuk penanaman ulang karet dilakukan dua sistem yaitu :

a. Sistem mekanis : Untuk areal topografi rata

b. Sistem khemis : Untuk areal bertopografi berbukit dan rendahan

Gambar 1.
Tanaman tua

a. Sistem

mekanis untuk Tanaman Ulang Karet

Urutan pekerjaan adalah sebagai berikut :

a. Menumbang
b. Bongkar tunggul
c. Merumpuk / mengumpul sisa tanaman
d. Ripper I
e. Ayap akar 1
f. Ripper II
g. Ayap akar 2
h. Luku I
i. Ayap akar 3
j. Luku II
k. Ayap akar 4
l. Menggaru
m. Ayap akar 5
b. Sistem Khemis Untuk Tanaman Ulang Karet

a. Menumbang pohon ( pakai chain saw ), 30 cm dari permukaan tanah.

b. Merumpuk/mengumpul batang, cabang, dan ranting yang tidak dapat


dimanfaatkan, dipotong-potong dikumpulkan pada jalur yang telah
ditentukan.

c. Karet tua yang terserang JAP, tunggulnya dibongkar, dibakar habis.

d. Meracun tunggul segar pakai Garlon. Kulit tunggul pada ketinggian


10 cm dari kaki gajah dikupas ( lebar 20-30 cm ), lalu dioles larutan
Garlon (50 cc Garlon 480 EC per liter minyak solar atau minyak
tanah).

e. Untuk memperkecil serangan JAP, sebanyak 150 gr belerang Cirrus


96% S ( kehalusan 20 mesh ) ditebar merata disekeliling tunggul
dengan radius 50 cm. Aplikasi dilakukan dua kali setahun selama 3
tahun.

f. Mengimas dan menyemprot rumput/lalang. Pada areal yang


pertumbuhan gulmanya cukup tinggi ( >30 cm ) + anak kayu, rumput
disemprot herbisida rotasi 3 kali, interval 2-3 minggu menggunakan
herbisida kontak atau sistemik. Lalang disemprot 2 kali menggunakan
herbisida berbahan aktif Glyphosate konsentrasi 1 %, dosis 500
liter/ha pada penyemprotan I dan 50 liter/ha pada penyemprotan ke II.

1. Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah dimulai dari pembabatan pohon pohon yang tumbuh.

Pembabatan ini dilakukan dengan cara manual untuk kebun yang tidak luas dan

cara mekanis untuk kebun yang sangat luas. Untuk kebun yang luas, penggunaan

mesin pembabat pohon dan traktor lebih ekonomis dibanding tenaga manusia

yang banyak.

Gambar 2.

Pengolahan tanah

Tujuan Pengolahan Tanah :

a. Memperbaiki struktur dan aerasi tanah

b. Mencegah penyakit JAP

c. Menekan pertumbuhan gulma dan serangan hama rayap


d. Mempermudah pekerjaan pemancangan, pembuatan lubang tanam,
penanaman dan pemeliharaan lainnya.

2. Penataan Blok

Lahan kebun dipetak petak menurut satuan terkecil dan didata ke dalam

blok blok berukuran 10 20 Ha, setiap beberapa blok disatukan menjadi satu

hamparan yang mempunyai waktu tanam yang relatif sama.

3. Penataan Jalan

Jaringan jalan harus ditata dan dilaksanakan pada waktu pembangunan

tanaman baru ( tahun 0 ) dan dikaitkan dengan penataan lahan ke dalam

blok blok tanaman. Pembangunan jalan di areal datar dan berbukit dengan

pedoman dapat menjangkau setiap areal terkecil, dengan jarak pikul maksimal

sejauh 200 m. Lebar jalan disesuaikan dengan jenis / kelas jalan dan alat angkut

yang akan digunakan.

4. Penataan Saluran Drainase

Setelah pemancangan jarak tanam selesai, maka pembuatan dan penataan

saluran drainase ( field drain ) dilaksanakan. Luas penampang disesuaikan dengan

curah hujan pada satuan waktu tertentu, dan mempertimbangkan faktor peresapan

dan penguapan. Seluruh kelebihan air pada field drain dialirkan pada parit parit

penampung untuk selanjutnya dialirkan ke saluran pembuangan ( outlet drain ).

5. Persiapan Tanam
Tabel 1. Pemancangan
Jarak Tanam ( m ) Pohon/ ha
5 x 3,33 m 600
6,66 x 2, 70 m 555
5x3m 666
4,25 x 4, 25 ( mata lima ) 625
Jarak tanaman dalam satu baris minimal 2,5 m. Populasi optimal berdasarkan

produksi karet kering adalah 550 666 pohon/ha.

6. Pembuatan Lubang Tanam

Dalam pembuatan lubang tanam, dipakai dua ( 2 ) cara yaitu :

a. Memakai cangkul ( 40 50 lubang/HK ), dengan ukuran lubang

tanam: Atas 60 x 40 cm, Bawah 40 x 40 cm, Dalam 40 cm.

b. Memakai hole digger ( 1200 lubang/7 JKT ), dengan ukuran lubang

70 x 70 x 60 cm (Atas 70 x 70 cm, Bawah 70 x 60 cm, Dalam 70 cm).

Gambar 3. Lubang tanam karet.

7. Pemupukan Lubang Tanam

a. Pupuk untuk lubang tanam adalah pupuk P.

b. Dosis anjuran adalah 250 g Rock Phospate per lubang tanam.


c. Pemupukan dilakukan kira kira 1 bulan sebelum tanam.

d. Cara pemupukan lubang tanam dengan mencampur 1/3 bagian dosis


dengan tanah atas, 1/3 lagi dicampur tanah bawah, dan sisanya 1/3
sisanya ditabur di dinding dan dasar lubang.

8. Penanaman Kacangan Penutup Tanah ( Legume Cover Crops, LCC )

Penanaman kacangan penutup tanah ini dilakukan sebelum bibit karet mulai

ditanam dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan erosi, memperbaiki

struktur fisik dan kimia tanah, mengurangi penguapan air serta untuk membatasi

pertumbuhan gulma. Komposisi LCC untuk setiap hektar lahan adalah 4 kg.

Pueraria javanica, 6 kg Colopogonium mucunoides, dan 4 kg Centrosema

pubescens, yang dicampur ke dalam 5 kg Rock Phosphate ( RP ) sebagai media.

Selain itu juga dianjurkan unutk menyisipkan Colopogonium Caerulem yang

tahan naungan ( Shade Resistence ) ex biji atau ex steck dalam polibeg kecil

sebanyak 1.000 bibit/Ha. Tanaman kacangan dipelihara dengan melakukan

penyiangan dan pemupukan dengan 200 kg RP per hektar, dengan cara menyebar

rata diatas tanaman kacangan.

9. Kebutuhan dan Seleksi Bibit

a. Kebutuhan Bibit

Dengan jarak tanam 7 m x 3 m ( untuk tanah landai ), diperlukan bibit

tanaman karet untuk penanaman sebanyak 476 bibit, dan cadangan untuk

penyulaman sebanyak 47 ( 10% ) sehingga untuk setiap hektar kebun diperlukan

sebanyak 523 bibit karet. (Nurhawaty Siagian, dkk 2006)

b. Seleksi Bibit
Sebelum bibit tanam, terlebih dahulu dilakukan seleksi bibit untuk

memperoleh bahan tanam yang memiliki sifat sifat umum yang baik antara lain :

a. Berproduksi tinggi
b. Responsif terhadap stimulasi hasil
c. Resistensi terhadap serangan hama, penyakit daun dan kulit serta
pemulihan luka kulit yang baik.
III. METEDOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara

III. Waktu pelaksanaan penelitian ini direncanakan pada bulan Mei sampai dengan

bulan Juni tahun 2012.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dengan menggunakan metode deskriptif yaitu

menguraikan komponen biaya dalam pelaksanaan replanting pada tanaman karet

di Afdeling II Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara III.

C. Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

A. Informasi Umum Kebun Tanah Raja

B. Data Inventaris Pohon TBM Karet Tahun 2011 Sesuai Hasil


Pengukuran Defenitip.

C. Produksi Tanaman karet sebelum di replanting

D. Persiapan Lahan Replanting Tanaman Karet di afdeling II Kebun


Tanah Raja.

E. Data Biaya Replanting Tanaman Karet di Afdeling II Kebun Tanah


Raja PT. Perkebunan Nusantara III
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Informasi Umum Kebun Tanah Raja

Kebun Tanah Raja merupakan salah satu unit PTP. Nusantara III ( Persero )

Medan Sumatera Utara, yang bergerak dalam usaha Perkebunan Karet dan

Kelapa Sawit, dengan produksi lateks dan kompo dari karet, serta Tandan Buah

Segar ( TBS ) dari kelapa sawit.

Kebun Tanah Raja adalah kebun peninggalan bangsa Belanda dengan nama

Rubber Culture May Amsterdam, berdasarkan keputusan Menteri Pertanian

No 49/UU/58, tanggal 17 April 1958, diambil alih oleh Pemerintah Pembebasan

Irian Barat menjadi PPN ( Perusahaan Perkebunan Nasional ) Baru Cabang

Sumatera Utara.

Berdasarkan perundang undangan No 19/1968, tanggal 18 April 1968

PPN Baru Cabang Sumatera Utara dirubah menjadi PPN Baru Karet IV dan

berdasarkan UU No : 25/1968 tanggal 25 Mei 1968 dan Keputusan Menteri

Pertanian No. 55/Kep.NTP/1968, tanggal 18 April 1968, perubahan dari PPN

Baru Karet IV menjadi PPN V.

Peraturan Pemerintah No. 8 tanggal 14 Februari 1996 terjadi penggabungan

perusahaan perseroan PTP. III, IV dan V menjadi PTP. Nusantara III dengan akte

No. 36 tanggal 11 Maret 1996 dari Notaris Harun Kamil SH, Jakarta. Kebun

Tanah Raja sendiri terletak di dua kecamatan, Kecamatan Sei Rampah ( Afdeling

I, II, III, dan IV ) dan Kecamatan Teluk Mengkudu ( Afdeling V ) Kabupaten

Serdang Berdagai. Jarak dari kota Medan 56 km dan dari kota Tebing Tinggi

30 km.
Tabel 2. Data Luas Areal H.G.U Kebun Tanah Raja PTPN III
Uraian Luas Areal / Afdeling ( HA )
Tahun Tanam I II III IV V Jumlah ( Ha )

TM. Karet
1989 205,00 18,00 - - - 223,00
1991 40,70 15,20 - - - 55,90
1995 196,5 - - - - 196,50
1996 - 185,51 - - - 185,51

Jumlah TM. Karet 442,20 218,71 - - - 660,91


TBM. Karet
2008 - 194,84 - - - 194,84
2008 73,42 - - - - 73,42
Jumlah TBM. Karet 73,42 194,84 - - - 268,26
Ex. TM. Karet 1988
TU. Karet
111,80 -
2011 - - - 111,80
Jumlah Areal Karet 515,62 525,35 - - - 1040,97
TM. K. SAWIT
1993 - - 48,90 736,60 - 785,50
1994 - - 199,20 - - 199,20
1995 - - 13,20 - - 984,70
2001 - - - - 50,72 50,72
2002 - - 170,65 - 90,10 90,10
2003 - - - - 476,87 476,87
2004 - - 39,00 54,60 54,60
2005 - - 66,85 - 66,85
2006 - - - 47,25 35,80 83,05
Jlh. TM. K.Sawit - - 537,80 783,85 708,09 2029,74
TU. K.Sawit
62,45
2011 90,80 153,25
OPT. Lahan 2011 - - - - 6,70 6,70
Jlh. TBM.
-
K.Sawit - 62,45 - 97,50 159,95
Luas Tanaman
- - 600,25 783,85 805,59 2189,69
Kelapa Sawit
Luas Tanaman
515,62 525,35 600,25 783,85 805,59 3230,66
Karet + K.Sawit
Tabel 3. Total Luas Areal Kebun Tanah Raja PTPN III
Uraian Jumlah (Ha)
Luas Tanaman Karet 1040,97
Luas Tanaman K. Sawit 2189,69
Areal Lain - lain 126,54
Total 3357,20
Total luas H.G.U Kebun Tanah Raja PTPN III adalah 3357,20 Ha. Areal lain

meliputi, Emplasmen/Perumahan/Pabrik, Jaringan jalan, Areal puso ( EX TM.

Kelapa Sawit 1998 ), Rawa/Sungai, Perengan, dan Jalur PLN.

Karakteristik Kebun Tanah Raja

1. Tanah
Secara geografis, areal kebun tahah raja tergolong dalam formasi kuarter

dengan bahan induk tuff lipart Toba dan endapan aluvial. Fisiografi sebagian

besar areal merupakan daerah endapan dengan topografi datar. Jenis tanah yang

terdapat dikebun tanah raja adalah Typic Hapludults( podsolik merah kekuningan)

dan Typic Paleudults (podsolik kuning) dan Typic Ochraquults ( hidromorfik

kelabu).

Sifat fisik tanah tergolong sedang yang ditunjukkan oleh tekstur liat

berpasir, struktur tanah gumpal dengan konsentrasi tanah gembur sampai agak

teguh. Kelas kesesuaian lahan ( KKL) secara potensial pada sebgian besar areal

adalah berkisar S2 dan S3 dengan faktor pembatas sedang curah hujan.


2. Curah Hujan

Tabel 4. Data Curah Hujan 4 Tahun Terakhir Di Kebun Tanah Raja


Tahun
Rata rata
2007 2008 2009 2010
Bulan
Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah Hari Curah

Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan Hujan

Januari 13 149 2 9 5 88 5 63 6 77,25


Februari 2 10 2 2 6 40 4 65 4 29,25
Maret 4 14 16 165 18 160 7 148 11 121,75
April 12 192 9 71 14 151 4 74 10 122
Mei 13 183 8 84 9 122 9 143 10 133
Juni 4 20 3 68 3 61 8 170 5 79,75
Juli 17 288 6 112 8 139 10 117 10 164
Agustus 9 116 14 327 12 227 10 75 11 186,25
September 11 160 14 225 11 249 9 218 11 213
Oktober 24 273 19 387 12 174 8 244 16 269,5
Noember 17 169 25 205 13 237 14 250 17 215,25
Desember 12 126 17 231 9 95 10 94 12 136,5
Jumlah 138 1700 135 1886 120 1743 98 1661 123 1747,5

Kisaran curah hujan pada kebun tanah raja selama kurun waktu 4 tahun terakhir,

yaitu pada tahun 2007, 2008, 2009, dan 2010 adalah 1.600 1.900 mm/tahun

dengan 98 140 hari hujan/tahun.


300

Nilai Rata-rata Curah Hujan


250

200

150
Hari Hujan
100
Curah Hujan
50

-
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Bulan Januari - Desember

Gambar 4 . Rata rata Curah Hujan di Kebun Tanah Raja PTPN III Tahun 2007
2010

B. Data Inventaris Pohon TBM Karet Tahun 2011 Sesuai Hasil Pengukuran

Defenitip.

Data Inventaris Pohon TBM Karet Tahun 2011 ini menjelaskan tentang

jenis klon yang diaplikasikan pada afdeling II dengan luas 111,80 Ha. Luasan Ha

lahan berkurang 2 Ha dari jumlah luasan lahan sebelum dilakukannya replanting

pada tanaman karet yaitu 113,05 Ha. Hal ini disebabkan oleh adanya pelebaran

jalan. Hal ini dituliskan berdasarkan pengukuran Defenitip di lapangan.

Jenis klon yang ditanam pada areal lahan dengan luas 111,80 Ha ini adalah

N 33, PB 260 dan PB 340. Ketiga jenis klon ini didatangkan dari Kebun

Sarang Ginting PT. Perkebunan Nusantara III. Data Inventaris TBM Karet Tahun

2011 ini dapat disajikan pada tabel 11 dibawah


d ini :
Tabel 5. Data Inventaris Pohon TBM Karet Tahun 2011
Luas Inventaris Pokok
Afd. Thn/Tanam Klon Blok Keterangan
( Ha ) Jumlah Phon/Ha
Ex TM Karet
II 2011 N - 33 26/46 21,00 12.600 600 1988
PB - Ex TM Karet
260 27/47 27,05 16.230 600 1988
PB - Ex TM Karet
340 48/68 15,85 9.510 600 1988
PB - Ex TM Karet
260 66 22,80 13.680 600 1988
PB - Ex TM Karet
340 67 23,20 13.920 600 1988
PB - Ex TM Karet
340 107 1,90 1.140 600 1988
Jumlah 111,80 67.080
Ket :
N 33 : Jenis klon Nusantara yang berasal dari Malaysia

C. Produksi Tanaman Karet Sebelum Replanting

Replanting merupakan penanaman ulang tanaman karet setelah tanaman

yang lama dianggap tidak ekonomis lagi. Replanting ini dilakukan di afdeling II

Kebun Tanah Raja, pada tahun tanam 1988 dengan luas 113,05 Ha.

Beberapa alasan dilakukannya replanting di afdeling II Kebun Tanah Raja

ini antara lain :

a. Umur tanaman tidak ekonomis lagi

b. Kerapatan pohon < 200 btg/Ha

c. Produktivitas Rendah
Tabel 6.. Produktivitas Tanaman Karet
Kare Menghasilkan Tahun 2007 - 2011
Tahun Kg.KK/Tahun
Afd. Luas as (Ha)
(Ha
Tanam 2007 2008 2009 2010 2011
Produktif
1988 II 113,05 167.635 173.032 210.892 125.645 ...
Renc. TU
1988 II 77,95 ... ... ... ... 21.517
Ket :
KK : Karet Kering
250.000
Hasil Produksi Kg.KK/Tahun

200.000
2007
150.000 2008
2009
100.000 2010
2011
50.000

0
Gambar 5. Produktivitas tanaman karet Kg. KK/Tahun

Dari diagram diatas dapat kita lihat, produksi pada tahun 2007 hingga

tahun 2009 merupakan peningkatan produksi yang semakin meningkat. Hal ini

dipengaruhi oleh pemeliharaan yang baik terhadap tanaman karet, dari pemberian

pupuk hingga pada penyadapan yang teratur.

Namun pada tahun 2010 hingga 2011, produksi tanaman karet mengalami

penurunan. Umur tanaman yang semakin tua dan produktivitas yang semakin

rendah menjadikan satu alasan untuk dilakukannya replanting ini.


Tabel 7. Produktivitas Tanaman Karet Menghasilkan Per Hektar/Tahun
Kg.KK/Ha/Tahun
Tahun Tanam Afd.
Afd Luas ( Ha )
2007 2008 2009 2010 2011
Produktif
1988 II 113,05 1.483 1.531 1.865 1.111 ...
Areal Renc. TU
1988 II 77,95 ... ... ... ... 276

2.000
1.800
Hasil Produksi Kg.KK/Ha/Tahun

1.600
1.400 2007
1.200 2008
1.000 2009
800 2010
600 2011
400
200
0
Gambar 6. Produktivitas tanaman karet Kg. KK/Ha/Tahun

Dari diagram diatas dapat kita lihat, produksi tanaman karet mengalami

peningkatan per Ha/tahun dalam kurun waktu 2 tahun terakhir sebelum dilakukan

replanting. Namun pada tahun 2010 hingga 2011 dapat kita lihat, produksi kian

menurun akibat umur semakin tua


tua dan kerapatan pohon semakin berkurang.

Menurut survey dilapangan, berkurangnya kerapatan pohon tanaman karet per Ha

disebabkan oleh tekanan angin yang tinggi, membuat pohon tumbang.


D. Persiapan Lahan Replanting Tanaman Karet di afdeling II Kebun

Tanah Raja

Pada persiapan lahan untuk penanaman ulang karet


karet di afdeling II Kebun

Tanah Raja, menggunakan 2 sistem, yaitu sistem mekanis dan sistem khemis.

1. Sistem mekanis untuk tanaman ulang karet

a. Menumbang

Menumbang
umbang pohon karet yang berdiameter > 30 80 cm. Penumbangan

dilakukan secara sistematis agar arah tumbangan tidak menutupi jalan atau

saluran air yang ada. Arah tumbangan diupayakan arah Utara Selatan

dengan menggunakan alat berat yaitu bulldozer.

Gambar
7. Pohon
yang telah ditumbang

b. Bongkar Tunggul

Lubang tanam dibongkar dengan menggunakan traktor. Tunggul batang

karet dibongkar dengan Buldozer Traktor Roda Rantai ( TRR ) hingga akar

tunggangnya terangkat keatas permukaan tanah, kemudian dikumpul

dipinggir jalan.
Gambar
8.
Tunggul
yang telah
dibongkar
c. Merumpuk

Mengumpulkan dan menumpuk seluruh hasil tebangan atau potongan

potongan kayu karet yang telah membusuk dan mengering dipinggir areal

dengan menggunakan bulldozer, arah rumpukan Utara Selatan.

Gambar 9.

Merumpuk / Mengumpul sisa tanaman

d. Ripper I

Dilaksanakan dengan menggunakan alat berat TRR ( Traktor Roda Rantai )

yang dilengkapi alat ripper. Kedalaman cangkolan 30 cm dengan tujuan

dapat membongkar dan mengangkat keluar seluruh akar tanaman keatas


permukaan tanah serta meminimalisir penyakit jamur
jamur yang ada pada

tanaman karet. Dikerjakan menurut arah barisan tanaman Timur Barat.

Gambar 10.
Ripper

e. Ayap akar I

elaksanaan ayap akar I dilakukan sesudah pekerjaan ripper I. Akar yang


Pelaksanaan

muncul dipermukaan tanah dikumpulkan/dirumpuk.

Gambar 11.
Ayap Akar

f. Ripper II

Dilaksanakan 21 hari setelah ripper I. Kedalaman 50 cm, diharapkan

dengan ripper II ini sisa sisa akar akan terbongkar semua keatas
perrmukaan tanah, kemudian dikumpul/dirumpuk. Ripper II dikerjakan

menurut arah tegak lurus barisan tanaman Timur Barat.

g. Ayap Akar II

Ayap akar II dilaksanakan tidak jauh berbeda dengan pekerjaan ayap akar I,

yakni akar yang muncul ke permukaan tanah dikumpulkan kemudian

dirumpuk.

h. Luku I/II

Meluku I dan meluku II di laksanakan dgn traktor ban dgn kedalaman luku

minimum 30 cm. Jenis alat meluku adalah Disc Plough dgn diameter 25

inch. Interval Ripper II dgn meluku I adalah 21 hari, arah meluku I tegak

lurus dgn meluku II.


II

Gambar 12.
Meluku

i. Ayap akar III/IV

Ayap akar III dan IV dilaksanakan setelah pekerjaan meluku selesai. Ayap

akar III dan IV, tidak jauh berbeda dengan ayap akar I dan II yaitu
membersihkan akar yang berukuran kecil yang masih tertinggal di

permukaan tanah. Akar akar tersebut dikumpulkan/dirumpuk.

j. Menggaru/Rajang

Rajang di laksanakan dgn traktor ban.


ban Interval antara meluku II dgn rajang

14 hari, arah rajang tegak lurus dgn meluku II


II.

Gambar 13. Menggaru/Rajang

k. Ayap akar V

Setelah dilaksanakan pekerjaan merajang, dapat dilanjutkan pekerjaan ayap

akar V dgn mengayap seluruh akar yg muncul di permukaan tanah


tanah.

E. Data Kajian Biaya Repanting Tanaman Karet (Hevea


Hevea Brasilliensis)
Brasilliensis Pada

Afdeling II Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan Nusantara III.

Data
ta kajian biaya replanting tanaman karet (hevea
( brasilliensis)) pada

afdeling II kebun tanah raja, terbagi menjadi lima (5) bagian yaitu :
1. Pembukaan Lahan ( Areal Mekanis ) dengan luas 81,05 Ha

Tabel 8. Kajian Biaya Pembukaan Lahan ( Areal Mekanis ) = 81,05 Ha


Harga
No. Uraian Satuan Norma Fisik Satuan Jumlah Biaya
Rekg Dikejakan (Rp) (Rp)
040.00 TU. KARET 2011 ( AFD. II )
A Pembukaan Lahan
(Areal Mekanis) = 81,05 Ha
1 Bongkar/Tumbang Pokok Ha 5,00 BU/Ha 81,05 2,233,640 181.036.522
Mekanis
2 Mengumpul/Merumpuk Ha 6,00 BU/Ha 81,05 2,680,368 217.243.826
Mekanis
3 Membersihkan Sisa Tanaman Ha 50,00 Hk/Ha 81,05 750 60.787.500
4 Ripper I Ha 3,00 BU/Ha 81,05 1,340,184 108.621.913
5 Ayap Akar 1 Ha 25,00 Hk/Ha 81,05 375 30.393.750
6 Ripper II Ha 3,00 BU/Ha 81,05 1,340,184 108.621.913
7 Ayap Akar II Ha 20,00 Hk/Ha 81,05 300 24.315.000
8 Luku I Ha 4,00 BU/Ha 81,05 859,988 69.702.027
9 Ayap Akar III Ha 25,00 Hk/Ha 81,05 375 30.393.750
10 Luku II Ha 3,50 BU/Ha 81,05 752,492 60.989.315
11 Ayap Akar IV Ha 20,00 Hk/Ha 81,05 300 24.315.000
12 Rajang Ha 3,50 BU/Ha 81,05 752,49 60.989.315
13 Ayap Akar V Ha 15,00 Hk/Ha 81,05 225 18.236.250
14 Mobilisasi Alat Berat Unit 3 2,967,150 8.901.450
(3 Unit Trado)
15 Mendalamkan Parit Ukuran M 40 M/BU 6,7 10,541 70.624.700
1 M x 1 M x 1 M = 6.700 Mtr
16 Mendalamkan Parit Ukuran M 40 M/BU 3,6 10,541 37.947.600
2 M x 1 M x 1M = 2.400 Mtr
17 Mendalamkan Parit Ukuran M 40 M/BU 6,875 10,541 72.469.375
3 M x 2 M x 1 M = 2.750 Mtr
18 Buat Parit Kanan/Kiri Jalan M 40 M/BU 1,5 10,541 15.811.500
1 M x 1 M x 1 M = 1.500 Mtr
Jumlah A 1.201.400.706
Ket :
BU : Jam Kerja Traktor
M : Meter Kubik
Dari uraian pekerjaan pembukaan lahan pada areal mekanis, dapat kita lihat

bahwa total biayanya adalah Rp. 1.201.400.706 dengan luas areal 81,05 Ha dan

untuk biaya per hektar adalah Rp. 14.822.957. Jenis pekerjaan yang membutuhkan

biaya besar adalah mengumpul/merumpuk secara mekanis dengan jumlah biaya

Rp. 217.243.826.

2. Pembukaan Lahan (Areal Chemis) dengan luas 32,00 Ha

Tabel 9. Pembukaan Lahan (Areal Chemis) = 32,00 Ha


Harga Jumlah
No.
Uraian Satuan Norma Fisik Satuan Biaya
Rekg Dikejakan (Rp) (Rp)
B Pembukaan Lahan
(Areal Chemis) 32,00 Ha
1 Bongkar Tanaman Ex Bibitan Pkk 100,00 Pkk/Hk 240,000 150 36.000.000
( 30 Ha x 8.000 Pkk/Ha )
2 Menumbang/Memotong Pkk 5,00 Pkk/Hk 500 3.000 1.500.000
Pohon Btg. Karet (500 Pkk)
3 Meracun Pokok/Tunggul Pkk 15,00 Pkk/Hk 500 1.000 500.000
( 500 Pkk )
4 Bongkar Tunggul pada titik Ha 2,00 Hk/Pkk 200 30.000 6.000.000
tanam ( 500 Pkk x 10 % )
5 Rencek/Rumpuk dan Ha 35,00 Hk/Ha 32,00 525.000 16.800.000
Membersihkan Sisa Tanaman
6 Pemberantasan Gulma I Ha 8 Hk/Ha 32,00 120.000 3.840.000
7 Pemberantasan Gulma II Ha 4 Hk/Ha 32,00 60.000 1.920.000
Jumlah B 66.560.000
Ket :
Pkk : Pokok

Dari uraian pekerjaan pembukaan lahan areal chemis, dapat kita lihat total

biayanya adalah Rp. 66.560.000 dengan luas 32,00 Ha. Biaya per hektar adalah

Rp. 2.080.000. Pada pembukaan lahan areal chemis, jenis pekerjaan yang

membutuhkan biaya besar adalah bongkar tanaman ex bibitan ( 30 Ha x 8.000

Pkk/Ha ) dengan jumlah biaya Rp. 36.000.000.


Pada item pekerjaan pemberantasan gulma, perusahaan memakai herbisida

dengan jenis glifosat untuk gulma dan wipping. Dosis yang dipakai adalah 5,00

ltr/Ha untuk pemberantasan gulma, dan 0,05 ltr/Ha untuk pemberantasan wipping.

3. Penanaman Bibit 113,05 Ha

Tabel 10. Kajian Biaya Penanaman Bibit dengan Luas 113,05 Ha


Harga Jumlah
No. Uraian Satuan Norma Fisik satuan biaya
Rekg. Dikerjakan (Rp) (Rp)

C Penanaman = 113,05 Ha

Memancang ( Pola Tanam


1
600 Pk/Ha ) Ha 7,00 Hk/Ha 113,05 105.000 11.870.250
2 Menanam Kacangan Ha 7,00 Hk/Ha 113,05 105.000 11.870.250
Mucuna B.
3 Melobang dengan Holdger Lobang 70,00 Lbg/BU 48,630 3.071 149.342.730
4 Melobang dengan Manual Lobang 15,00 Lbg/Hk 19,200 1.000 19.200.000
5 Menabur Bio Fungisida Ha 1,50 Hk/Ha 113,05 22.500 2.543.625
6 Memupuk Lobang Ha 1,50 Hk/Ha 113,05 22.500 2.543.625
7 Pengangkutan Bibit Pokok 67,380 753 50.737.140
8 Melangsir Bibit Pokok 100 Pkk/Hk 67,380 150 10.107.000
9 Penanaman Pokok 15 Pkk/Hk 67,380 1.000 67.380.000
Jumlah C 325.594.620

Penanaman bibit pada afdeling II Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan

Nusantara III, menggunakan jenis klon N-33, PB-260 dan PB 340 sebanyak

67.080 bibit. Bibit tersebut diambil dari Kebun Sarang Ginting PT. Perkebunan

Nusantara III. Untuk Ketiga jenis klon ini merupakan klon yang berproduksi

tinggi. Klon N-33 merupakan jenis klon yang sering dipakai di kebun tanah raja,

klon ini adalah klon nusantara yang berasal dari Malaysia.

Pada pemupukan lubang tanam, perusahaan tidak memakai belerang untuk

mengantisipasi adanya penyakit jamur akar putih ( JAP ), tetapi perusahaan

menggunakan Bio fungisida untuk mencegah timbulnya penyakit JAP pada


tanaman karet tersebut. Pada penanaman bibit 113,05 Ha, pekerjaan melubang

dengan menggunakan Holdger merupakan item pekerjaan yang membutuhkan

biaya besar yaitu Rp. 149.342.730 dengan biaya per hektar adalah

Rp. 1.321.032/Ha.

4. Pemeliharaan 113,05 Ha

Tabel 11. Kajian Biaya Pemeliharaan dengan Luas 113,05 Ha


Harga Jumlah
No.
Uraian Satuan Norma Fisik Satuan Biaya
Rekg Dikejakan (Rp) (Rp)
D Pemeliharaan = 113,05 Ha
1 Wipping Lalang 3 Rotasi Ha 0,50 Hk/Ha 339,15 7.500 2.543.625
2 Menyiang P 1/2 M Ha 12,00 Hk/Ha 678,3 180.000 122.094.000
3 Mobilisasi Tenaga Kerja Trip 50 Hk/Trip 116,95 250.000 29.236.984
Menyiang
4 Konsolidasi Tanaman Ha 1,00 Hk/Ha 113,05 15.000 1.695.750
5 Memupuk Tanaman Ha 1,50 Hk/Ha 113,05 22.500 2.543.625
Jumlah D 158.113.984

Pada Pemeliharaan tanaman dengan luas 113,05 Ha, pekerjaan yang

membutuhkan biaya besar adalah pada pekerjaan menyiang dengan jumlah biaya

Rp.122.094.000 dengan biaya per hektar adalah Rp.1.080.000/Ha. Sedangkan

biaya terendah terdapat pada konsolidasi tanaman dengan jumlah biaya adalah

Rp.1.695.750 dengan biaya per hektar adalah Rp.15.000/Ha.


5. Bahan dan Alat

Tabel 12. Kajian Biaya Bahan dan Alat yang digunakan


Harga Jumlah
Fisik
E Bahan / Alat Satuan Norma satuan Biaya
dikerjakan (Rp) (Rp)
1 Glifosat untuk Gulma ( 32 Ha ) Ltr 5,00 Ltr/Ha 150 50.000 7.500.000
2 Glifosat untuk Wipping Ltr 0,05 Ltr/Ha 16,96 50.000 846.000
( 113,05 Ha x 3 Rot = 339,15 Ha )
3 Pancang Kepala St 10 st/Ha 1,13 400 452.000
4 Pancang Isi St 600 st/Ha 67,83 1.000 67.830.000
5 Kacangan Mucuna Brachteata St 700 st/Ha 79,135 1.000 79.135.000
6 Patok Blok ( Pasang ) St 0,06 st/Ha 7 210.000 1.470.000
Jumlah E 157.233.000
Ket :
Ltr : Liter
st : Satuan yang dipakai
Pada uraian bahan dan alat, biaya tertinggi terdapat pada Kacangan Mucuna

Brachteata dengan jumlah biaya adalah Rp.79.135.000 dengan biaya per hektar

adalah Rp.700.000/Ha. Untuk biaya terendah terdapat pada pancang kepala yaitu

dengan biaya Rp.452.000 dengan biaya per hektar adalah Rp.3.998/pancang.

Unsur biaya Replanting Tanaman Karet pada Afdeling II Kebun Tanah Raja

PT. Perkebunan Nusantara III, terdiri dari biaya Pembukaan Lahan ( Areal

Mekanis ) dengan luas 81,05 Ha, Pembukaan Lahan ( Areal Chemis ) dengan luas

32,00 Ha, Penanaman, Pemeliharaan, hingga pada penggunaan Bahan dan Alat.

Total biaya Replanting Tanaman Karet pada afdeling II di Kebun Tanah Raja PT.

Perkebunan Nusantara III, dapat disajikan sebegai berikut :


Tabel 13. Total Biaya Replanting Tanaman Karet dengan luas 113,05 Ha
No.
Rekg Uraian Pekerjaan Jumlah ( Rp )
040.00
A Pembukaan Lahan ( Areal Mekanis ) = 81,05 Ha 1.201.400.706
B Pembukaan Lahan ( Areal Chemis ) = 32,00 Ha 66.560.000
C Penanaman = 113,05 Ha 325.594.620
D Pemeliharaan = 113,05 Ha 158.113.984
E Bahan / Alat 157.235.000
F Gaji Kary. Pelaksana 33.123.680
Jumlah 1.942.027.990
PPN. 10 % 194.202.799
Jumlah Seluruhnya 2.136.230.789

Dari uraian tabel diatas, dapat kita lihat bahwa total biaya seluruhnya untuk

Replanting Tanaman Karet pada afdeling II Kebun Tanah Raja PT. Perkebunan

Nusantara III dengan luas 113,05 Ha adalah Rp. 2.136.230.789, dengan biaya per

Ha adalah Rp.18.896.336.

Pembukaan Lahan ( Areal


Mekanis ) = 81,05 Ha
2%
8% Pembukaan Lahan ( Areal
8%
Chemis ) = 32,00 Ha
Penanaman = 113,05 Ha
17%
62%
Pemeliharaan = 113,05 Ha

3% Bahan / Alat

Gaji Kary. Pelaksana

Gambar 14. Grafik Total Riaya Replanting Tanaman Karet Tahunahun 2011
Dari gambar grafik diatas, dapat kita lihat biaya pembukaan lahan di areal

mekanis lebih besar yaitu 62%, dibandingkan dengan biaya pekerjaan lain pada
replanting tanaman karet di afdeling II Kebun Tanah Raja yang hanya

mengumpulkan total biaya 38 % lebih sedikit dari pada pekerjaan pembukaan

lahan areal mekanis.


V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa total biaya replanting

untuk tanaman karet yaitu Rp. 2.136.230.789 dari total jumlah hektar 113,05

Ha dan untuk biaya per Hektar yaitu Rp. 18.896.336/Ha.

B. Saran

Dalam pekerjaan replanting tanaman karet ini membutuhkan biaya yang

cukup besar, sehingga dalam pelaksanaannya perlu dilakukan pengawasan

intensif pada tiap pekerjaan replanting dan pengawasan biaya yang maksimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, E.S. 2009 . Botani dan Morfologi Tanaman Karet. Sekolah Tinggi Ilmu
Pertanian Agribisnis Perkebunan. Medan.
Anonim. 2010 . Pemeliharaan Tanaman Karet ( Hevea Brassiliensis Muell. Arg.)
www.4m3ones.com. Diakses tanggal 29 Mei 2012.
Anonim. 2011 . Perkebunan karet. www. Perkebunan Karet blogspot.com.
Diakses tanggal 5 Juli 2012.
Anonim. 2011 . Budidaya Tanaman Karet .
www.htysite.com/budidaya%20karet.htm. Diakses tanggal 9 Juli 2012.
Anonim. 2011 . peremajaan-dan-perluasan-perkebunan-karet. www.binaukm.com.
Diakses tanggal 15 Juli 2012.

Karet, Vademcum. 1993 . Anjuran Sementara Pemupukan Karet PTP X. LPP .


Medan.
Siagian, Nurhawaty, dkk. 2006 . Teknik Penyiapan Lahan Dan Penanaman Karet.
Cetakan I . Balai Penelitan Sungei Putih. Sungei Putih.
Siagian, Nurhawaty dan Irwan Suhendry. 2008 . Teknologi Terkini Pengadaan
Bahan Tanam Karet Unggul. Cetakan II . Balai Penelitian Sungei Putih.
Sungei Putih.

Anda mungkin juga menyukai