TUGAS AKHIR
NIM : 0801370
Menyetujui,
Mengetahui,
RINGKASAN
Penelitian ini dilaksanakan bulan Mei hingga Juli 2012 Di Balai Penelitian
Sungei Putih. Penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif yaitu mengetahui
Data Produktivitas Tanaman Karet (Hevea Brasiliensis) Klon IRR Seri 200
Dengan Sistem Sadap Ganda (Double Cut) Di Balai Penelitian Sungei Putih.
Salah satu langkah yang dapat mendorong peningkatan produksi karet
Indonesia adalah menggunakan sistem sadap ganda (double cut) dengan notasi 2 x
Sd/3.ET2.5%. Dari segi konsumsi kulit dan biaya produksi, sistem ini hampir
sama dengan sistem sadap konvensioanal (1/2 S d/3.ET2.5%), namun produksi
lateksnya dapat meningkat sangat nyata 50 90%.
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mendorong peningkatan produksi
karet, mulai dari jenis sistem sadap, jenis klon, hingga pada penggunaan bahan
dan alat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman karet klon IRR seri 200 hasil
produksi lateksnya lebih tinggi dibandingkan dengan klon-klon seri lainnya.
DAFTAR ISI
Halaman
RINGKASAN ............................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................. ii
RIWAYAT HIDUP ...................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ..................................................................... ..... viii
DAFTAR GAMBAR .................................................................. .... ix
I. PENDAHULUAN ................................................................... 1
III. METODOLOGI.................................................................... 16
A. Kesimpulan............................................................................ 32
B. Saran...................................................................................... 32
DAFTAR PUSTAKA.............................................................. 33
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
meskipun tanaman karet sendiri baru diintroduksi pada tahun 1864. Dalam kurun
waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal
perkebunan karet di Indonesia telah mencapai 3.262.291 hektar. Dari Total areal
rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% yang merupakan milik negara.
(Didit, 2008)
bersama dua negara Asia Tenggara lainnya, yaitu Malaysia dan Thailand, sejak
dekade 1920-an sampai sekarang merupakan pemasok karet utama dunia. Puncak
kejayaan karet Indonesia terjadi pada tahun 1926 sampai menjelang Perang Dunia
II. Ketika itu Indonesia merupakan pemasok karet alam terkemuka di pasar
internasioanal. Pada tahun 2002 kebutuhan dunia mencapai 27,7 juta ton, jauh
pada tahun 2020 mendatang kebutuhan karet dunia mencapai lebih dari 25 juta ton
dan 13,472 juta ton di antaranya karet alam. Padahal, kemampuan negara-negara
produsen karet alam untuk memenuhinya hanya sekitar 7,8 juta ton, sehingga
masih kekurangan 5.654 juta ton. Bagi Indonesia, meningkatnya kebutuhan dunia
terhadap karet alam memberikan harapan cerah karena peluang untuk mengisi
pasar internasional terbuka lebar. Apalagi produksi karet alam dua negara pesaing
(Didit, 2008)
hasil kulit pulihan yang baik. Selanjutnya banyak introduksi dan adopsi klon-klon
baru diperkebunan karet, termasuk klon-klon yang berasal dari negara lain yang
memiliki karakter berbeda. Dalam situasi pasar karet dunia mengalami stagnasi
dan harga lebih ditentukan oleh konsumen, maka bagi negara produsen khususnya
Indonesia, agribisnis karet kurang menarik, terlebih setelah memasuki masa krisis
rendah. Dengan eksploitasi berlebihan malah terjadi kerusakan panel yang luas,
(Sumarmadji, 2006)
berbentuk gas etilen untuk menggali produksi sesaat secara nyata. Data evaluasi
optimal. Pada masa transisi ini perlu diantisipasi dengan meluruskan sistem sadap
yang benar namun lebih progresif, yang spesifik, diskriminatif, sehingga diperoleh
tingkat produksi yang tinggi dan dapat mendorong percepatan peremajaan yang
rasional.
produktivitas dalam jangka pendek dengan sistem sadap yang progresif, kemudian
Dalam hal ini mutlak diadopsi klon-klon yang berproduksi tinggi disertai dengan
sistem eksploitasi yang optimal sejak awal. Persepsi tersebut diharapkan dapat
(Sumarmadji, 2006)
terhadap produksi yang semakin menurun dan singkatnya umur ekonomi tanaman.
fisiologi pembentukan lateks. Panjang irisan sadap, frekuensi sadap dan aplikasi
stimulan yang berlaku umum telah menjadikan kebanyakan kebun karet dalam
menguntungkan.
B. Perumusan Masalah
lateksnya dapat meningkat sangat nyata 50 90%. Sistem sadap ganda juga dapat
mengantisipasi dan mengurangi kejadian KAS. Sistem sadap ganda lebih disukai
para pekebun, namun masih kurang praktis bila penyadapan menggunakan dua
pisau berbeda. Oleh karena itu kini telah didisain sebuah pisau sadap yang diberi
nama Twocut-SP untuk sistem sadap ganda. Dengan sistem ini di produksi lateks
Gambar 1. Sadap S
C. Hipotesis
produktivitas
D. Tujuan Penelitian
(Hevea Brasiliensis) pada klon IRR seri 200 dengan menggunakan sistem sadap
E. Kegunaan Penelitian
A. Botani Karet
Funtumia elastica, dan bangsa India menyadap Ficus elastica. Ketiga jenis
sehingga akhirnya setiap pembahasan tentang karet yang dimaksud adalah Hevea
sebagai berikut.
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dycotyledonae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiacae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis
B. Morfologi Karet
1. Akar
Sebagai tanaman berbiji belah, akar pohon tanaman karet berupa akar
tunggang yang mampu menopang batang tanaman yang tumbuh tinggi keatas.
Dengan akar seperti itu pohon karet bisa berdiri kokoh, meskipun tingginya bisa
mencapai 25 meter.
2. Batang
dengan diameter batang cukup besar. Umumnya, batang karet tumbuh lurus ke
atas dengan percabangan di bagian atas. Di batang inilah terkandung getah yang
3. Daun
Daun karet terdiri dari tangkai utama sepanjang 320 cm dan tangkai
anak daun sepanjang 310 cm dengan kelenjar diujungnya. Setiap daun karet
biasanya terdiri dari tiga anak daun yang berbentuk elips memanjang dengan
ujung runcing. Daun karet ini berwarna hijau dan menjadi kuning atau merah
4. Bunga
betina dalam satu pohon, terdapat dalam malai payung yang jarang. Pangkal
tenda bunga berbentuk lonceng dan diujungnya terdapat lima tajuk yang sempit.
Bunga betina berambut vilt dengan ukuran sedikit lebih besar dibandingkan
5. Buah
karet dan memiliki pembagian ruangan yang jelas, biasanya 36 ruang. Setiap
ruangan berbentuk setengah bola. Jika sudah tua, buah karet akan pecah dengan
6. Putik
Kepala putik yang merupakan organ kelamin betina dalam posisi duduk
berjumlah tiga buah. Organ kelamin jantan berbentuk tiang yang merupakan
gabungan dari 10 benang sari. Kepala sari terbagi menjadi dua ruangan, yang satu
C. Syarat Tumbuh
Sebagai tanaman yang berasal dari wilayah Amerika tropis, karet bisa
saja tetap tumbuh, tetapi pertumbuhannya lambat. Tanaman bisa menjadi kerdil
dan kurus dengan percabangan banyak. Lebih buruk lagi, produksi lateksnya
rendah sehingga secara ekonomis tidak menguntungkan. Meskipun dilakukan
Karet termasuk tanaman dataran rendah, yaitu bisa tumbuh baik di dataran
tersebut, suhu harian 25300C. Jika dalam jangka waktu yang cukup panjang
suhu rata-rata kurang dari 200C, tempat tersebut tidak cocok untuk budidaya karet.
Suhu yang lebih dari 300C juga mengakibatkan karet tidak bisa tumbuh dengan
baik.
kelembapan yang cukup. Karenanya, wilayah dengan curah hujan yang tinggi
(2.0002.500 mm/tahun) sangat disukai tanaman ini. Lebih bagus lagi jika curah
hujan tersebut merata sepanjang tahun. Sebagai tanaman tropis, karet juga
perkebunan lain, seperti kopi, tembakau, teh, coklat, dan lada, karet relatif toleran
diproduksi.
wilayahnya berupa tanah podsolik merah kuning yang kurang subur, karet bisa
ditanam dengan produktivitas yang memuaskan. Tanah lotosol dan aluvial juga
beberapa peneliti sebelumnya. Dinyatakan bahwa sadap iris ganda dengan jarak
irisan tunggal dengan intensitas sadap yang sama. Akan tetapi, kenaikan produksi
pertumbuhan yang kurang baik, sadap iris ganda hanya mampu meningkatkan
Secara teoritis dapat disebutkan bahwa sistem sadap iris ganda mampu
memberikan hasil yang tinggi karena produksi lateks yang diperoleh berasal dari
daerah aliran lateks yang lebih luas. Dipersiapkan daerah aliran lateks berkisar
antara 80 cm 120 cm di bawah alur sadap untuk sistem sadap kearah bawah
(down-ward tapping). Dengan demikian, apabila jarak antar irisan pada sadap iris
ganda lebih dari 120 cm, diperkirakan tidak terjadi tumpang tindih daerah aliran
Kelemahan dari sistem sadap iris ganda ini adalah jumlah tanaman yang
dapat disadap untuk setiap penyadap lebih sedikit dibandingkan dengan sitem
panel atas. Oleh karena itu biaya penyadapan untuk setiap pohon akan meningkat.
Dalam tulisan ini dilaporkan hasil percobaan sistem sadap iris ganda
selama dua tahun, baik yang berhubungan dengan produksi maupun pertumbuhan
tanaman.
Pada perusahaan perkebunan karet lebih suka mengadopsi klon Quick
Starter dengan pertimbangan puncak produksi dapat dicapai lebih cepat dan
pasar yang fluktuatif. Meskipun demikian, adopsi jenis klon ini belum disertai
dengan paket teknologi eksploitasi yang spesifik. Untuk itu, sistem eksploitasi
produksi yang ada pada tanaman. Tentunya sistem eksploitasi yang baik selain
yang mengacu pada tipologi klonal, namun di lapangan beberapa kendala dalam
penyadapan klon Quick Starter sering dijumpai antara lain kering alur sadap
(KAS) pada panel bawah (B0) sehingga panel B0 sering tidak tuntas disadap dan
konsumsi kulit yang tinggi menyebabkan umur ekonomis tanaman lebih pendek.
Selain itu klon ini umumnya memiliki morfologi batang yang tidak terlalu tegap
akibat serangan angin. Sehingga di lokasi kebun yang berada pada jalur lintasan
Quick Starter terus meningkat. Klon ini lebih responsive terhadap irisan pendek
kearah atas dengan intensitas pemberian stimulan yang relative rendah. Penelitian
irisan kearah atas sebenarnya telah lama dilakukan dan hasilnya menunjukkan
sistem sadap satu irisan (single cut) kearah atas sampai saat ini kurang populer.
(Iswayudi, 2011)
Sistem sadap yang berbeda antar klon didasari oleh perbedaan tingkat
metabolisme pada masing-masing klon unggul yang ada saat ini. Sistem sadap ini
karet serta penelitian mengenai sistem sadap ganda (double cut). Pada sistem
sadap ini klon-klon karet dibedakan berdasarkan tingkat metabolisme lateks yakni
Metabolisme tinggi:
RRIM 712, RRIM 623PB 340, PB280, PB 260, PB235, IRR 1-8, IRR10, IRR 39,
Metabolisme sedang:
PR 255, PR 261, PR 300,GT 1, BPM 1, BPM 24, PB 330, RRIC 100, RRIC 110,
RRIC102, PR 303., LCB 479, LCB 1320, PR 228, PR 302, RRIC 101, RRIM 600,
Klon Quick Starter ini memiliki beberapa sifat khusus yaitu produksi awal
serangan KAS, kulit pulihan kurang/tidak potensial (tipis atau benjol-benjol), dan
(Iswayudi, 2011)
Sistem sadap untuk klon-klon Quick Starter memiliki ciri penerapan sadap irisan
pendek (1/4 Sd/3) pada panel H0-1 setelah penyadapan pada panel B0-1 dan
pada H0-2 setelah penyadapan panel B0-2. Sistem sadap untuk klon-klon Slow
Starter memiliki ciri spesifik yaitu penerapan sadap ganda (double cut) 2 x S
d/3 pada panel H0-1 dan BI-1 serta H0-2 dan BI-2 setelah penyadapan pada panel
B0-1 dan B0-2. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sadap irisan ganda 2 x
starter.
Seperti kita ketahui bahwa titik puncak produksi yang dapat dicapai oleh
tanaman karet dipengaruhi oleh jenis klonnya. Untuk klon Slow Starter dapat
sedangkan klon Quick Starter dapat mencapai 2.700 2.800 kg/ha/tahun, pada
beberapa kondisi agro ekosistem capaian tersebut dapat mencapai angka yang
telah disebutkan di atas. Waktu pencapaian titik puncak juga berbeda antara klon-
klon Slow Starter dan klon-klon Quick Starter. Klon-klon Slow Starter umunya
sadap, untuk klon Quick Starter umumnya mencapai titik puncak pada umur 7 9
tahun.
Perbedaan lainnya adalah pada sistem sadap untuk klon-kon Quick Starter
tidak menggunakan kulit pulihan, karena umumnya tidak potensial (tipis, benjol-
benjol atau banyak terserang KAS). Selain itu penggunaan stimulan pada panel
B0-1 dibatasi maksimal empat kali per tahun. Ciri spesifik pada penyadapan klon
Quick Starter pada sistem sadap baru adalah penyadapan intensitas rendah ( S
d/3). Pada tahun pertama sampai tahun ke lima penyadapan dilakukan pada panel
B0-1 dengan sistem sadap S d/3.ET 2,5%. Setelah tahun kelima, bila
penyadapan dilakukan di B0-2, maka banyak ditemukan KAS. Oleh sebab itu,
maka penyadapan dilakukan pada panel H0-1 selama empat tahun dengan sistem
bagi panel B0-2. Setelah penyadapan selama empat tahun pada panel H0-1, maka
(Iswayudi, 2011)
III. METODOLOGI
B. Pelaksnaan Penelitian
klon IRR seri 200 dengan sistem sadap ganda (double cut).
C. Pengamatan
2. Standard produksi
A. Karakter pertumbuhan
pertimbangan dalam seleksi klon unggul baru. Klon IRR seri 200 merupakan
klon hasil persilangan tahun 1990 yang sebagian besar merupakan turunan dari
induk betina klon PB 260, oleh karena itu pertumbuhannya sedang dan
penampilannya seperti klon PB 260 (self prunning dan terdapat benjolan bekas
cabang). Perkembangan lilit batang klon IRR seri 200 pada pengujian plot
memiliki peluang sebagai salah satu populasi calon klon unggul baru.
Perkembangan lilit batang klon IRR seri 200 pada tahun ke-9 sampai ke-16
Umur
tanaman Rata-rata
(tahun) pertam-
bahan
lilit
No. Klon 4 5 6 7 8 9 10 11 batang
Lilit batang (cm) (cm/thn)
1 IRR 200 62,4 64,9 66,1 66,2 71,5 76,4 77,3 79,5 2,4
2 IRR 201 53,7 54,5 55,3 55,9 57,5 61 63,1 64,4 1,53
3 IRR 202 66,5 70,2 74,2 74,7 82,9 86,3 90,8 91,7 3,6
4 IRR 203 56 57,4 58,7 59,7 62,6 63 65,7 65,7 1,39
5 IRR 204 55,2 56,3 57,1 58,7 61,3 64,1 67,5 68,3 1,87
6 IRR 205 57,1 58,4 59,2 59,7 61,5 70,1 71,2 71,9 2,11
7 IRR 206 54,4 55,7 56,5 58,7 59,6 60,6 67,1 68,6 2,03
8 IRR 207 63,2 64,7 65,6 65,9 69,8 73,5 78 78,6 2,2
9 IRR 208 56,2 57,4 59,1 59,4 61,2 65,6 66 66,3 1,44
10 IRR 209 53,3 54,7 55,3 55,9 60,3 61,8 66,1 69,6 2,33
11 IRR 210 70,2 71,4 74,8 75,7 71,1 78,1 85,8 89,4 2,74
12 IRR 211 58,6 60,2 61,3 62,1 63,1 71,3 72,9 73,3 2,1
13 IRR 212 58,5 59 61,5 62 64 67,9 73,1 74,6 2,3
14 IRR 213 50,5 51,4 53,1 54,1 61,7 62,9 64,7 65,2 2,1
15 IRR 214 55,55 56,1 57,3 58,3 60,7 64,2 68,8 69,7 2,03
16 IRR 215 59,6 61,1 63,7 64,4 67,9 72 78,8 81,5 3,13
17 IRR 216 52,9 54,3 55,1 55,6 57,8 62,9 65,4 65,8 1,84
18 IRR 217 52,7 53,6 54,1 54,4 56,1 58,2 60 62,2 1,36
19 IRR 218 69,9 73 73,9 74,1 74,9 83,5 85,1 855,3 2,2
20 IRR 219 23,3 62,8 63,4 64 65,4 70,1 74,7 77,4 2,16
21 IRR 220 61,5 63,4 64 65,1 68,8 71,8 73,4 75,6 2,01
Klon pembanding
22 BPM 24 49,1 50,2 51,2 52,1 52,2 56,1 56,2 59,3 1,46
23 PB 217 57,3 58,4 59,9 60,2 62,2 64,4 67,1 69,1 1,69
24 PB 260 54 54,8 56,6 56,9 58,2 60,4 63,3 69,1 2,16
Rata-rata pertambahan lilit batang
4
3
2
1
0
IRR 200
IRR 201
IRR 202
IRR 203
IRR 204
IRR 205
IRR 206
IRR 207
IRR 208
IRR 209
IRR 210
IRR 211
IRR 212
IRR 213
IRR 214
IRR 215
IRR 216
IRR 217
IRR 218
IRR 219
IRR 220
BPM 24
PB 217
PB 260
Klon
Gambar 3. Lilit batang klon IRR seri 200 di plot promosi Kebun Percobaan
Sungei Putih pada tahun ke-4 sampai ke-11 setelah tanam.
Secara umum pertumbuhan klon-klon IRR seri 200 lebih jagur dibanding
dengan ketiga klon pembanding (BPM 24, PB 217, dan PB 260). Kejaguran pada
mempunyai laju perkembangan lilit batang saat sadap yang cukup baik seperti
halnya klon RRIM 600. Sedangkan pertumbuhan klon IRR seri 200 lainnya
pertumbuhan tanaman, potensi kayu yang dihasilkan pada umur 13, 15,20, dan 25
tahun dapat di estimasi. Klon IRR seri 200 mempunyai pertumbuhan jagur dan
BPM 24, PB 217, dan PB 260. Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tanaman
klon IRR seri 200 yaitu meninggi, self pruning dan tajuk berbentuk cemara
dengan percabangan yang kecil-kecil. Potensi kayu yang dihasilkan oleh klon IRR
seri 200 sangat penting diketahui karena paradigma baru karet disamping
penghasil lateks, kayu ini juga dapat dimanfaatkan untuk furniture. Hasil analisis
kimia dan fisika menunjukkan bahwa kayu karet termasuk kayu kelas dua. Rata-
rata lilit batang klon IRR seri 200 setelah tanam adalah 73,6 cm, sedangkan klon
pembanding sebesar 65,83 cm. Lilit batang terendah pada klon IRR 217 (62,2
cm) sedangkan tertinggi pada klon IRR 202 (917 cm). Dari hasil pengamatan
terhadap perkembangan lilit batang klon-klon IRR seri 200 (79,5 cm), IRR 202
(91,7 cm), IRR 207 (78,6 cm), 210 (89,4 cm), IRR 212 (81,5 cm), IRR 219 (77,4
Laju pertumbuhan lilit batang klon-klon IRR seri 200 diplot promosi
cukup bervariasi (CV= 25,34%) dengan rata-rata 2,14 cm/th. Laju pertumbuhan
IRR seri 200 yang memiliki laju pertumbuhan di atas rata-rata adalah IRR 200
(2,44 cm//th), IRR 202 (3,60 cm/th), IRR 207 (2,20 cm/th), dan IRR 209 (2,33
cm/th), IRR 210 (2,74 cm/th), IRR 215 (3,13 cm/th), IRR 218 (2,20 cm/th), IRR
219 (2,16 cm/th). Pertumbuhan tanaman yang jagur dengan pertambahan lilit
potensi produksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan klon-klon yang sudah
yang sangat tepat sehingga produksi yang diperoleh tinggi dan berkelanjutan.
Sumarmadji (2000) menyatakan bahwa eksploitasi tanaman karet dewasa ini
Pada populasi klon IRR seri 200 ini dilakukan pengujian dengan
menggunakan sistem sadap S/2 d2 dan S/2 d3.ET2.5% Gal 180y (2w) (Apr-Dec)
dan S/2 d3+S/4U d3.ET2.5% Bal(1.5) 18/y(2w) (Apr-Dec) pada tahun sadap ke-4
sampai ke-8. Potensi produksi dari klon IRR seri 200 dilihat dari kemampuannya
menghasilkan lateks pada sistem sadap S/2 d2, sistem sadap ini dianggap sebagai
acuan dasar pemanenan lateks yang memiliki intensitas penyadap 100%. Rata-
rata potensi produksi masing-masing klon dengan sistem sadap S/2 d2 disajikan
pada Tabel 2.
seri 200 dengan menggunakan sistem sadap S/2 d2 selama lima tahun pengamatan
adalah 47,3 g/p/s dengan nilai koefisien keragaman yang cukup tinggi
pembandingkan BPM 24 (46,7 g/p/s) namun dibanding PB 217 (53,4 g/p/s) dan
PB 260 (54,5 g/p/s). Dari 21 klon IRR seri 200 yang diuji, terdapat empat klon
yang memiliki potensi produksi lebih tinggi dibandingkan dengan tiga klon
pembanding pada perlakuan sistem sadap S/2 d2 yaitu IRR 202 (65,9 g/p/s), IRR
208 (58,2 g/p/s), IRR 210 (62,2 g/p/s) dan IRR 220 (61,1 g/p/s) atau sekitar 6,8
20,9%. Bedasarkan hasil pengamatan tersebut dapat diduga bahwa keempat klon
cukup responsif terhadap interval sadap tinggi (d2) dan sangat potensial sebagai
Pada periode yang sama dilakukan pengujian dengan sistem sadap S/2
Hasil pengamatan terhadap produksi masing-masing individu klon IRR seri 200
Tabel.
Tabel 5. Potensi produksi masing-masing klon dengan sistem sadap S/2
d3.ET2.5%Gal 18/y2(w) (Apr-Dec)
Persentase
Tahun sadap ke-n (%)
Produksi
No. Klon 4 5 6 7 8 Rataan terhadap
Produksi per pohon (g/p/s) PB 260
1 IRR 200 33,8 38,1 49 54,7 67,5 48,6 89,2
2 IRR 201 38,9 39,2 51,2 49,3 56,8 47,1 84,1
3 IRR 202 53,5 57,3 90,7 82,7 131,7 83,2 148,6
4 IRR 203 29,3 27,92 47,6 67,5 67,1 47,9 85,5
5 IRR 204 40,2 34,8 50,3 71,2 93,2 57,9 103,4
6 IRR 205 37,7 29,8 59,1 60 66,7 50,7 90,5
7 IRR 206 34,9 33,7 55,5 50,2 59,7 46,8 83,6
8 IRR 207 38,8 46,9 61,9 78,9 84,8 62,3 111,3
9 IRR 208 43 47,3 55,6 64,9 83,8 58,9 105,2
10 IRR 209 30,6 29,9 42,5 49,8 56,5 41,9 74,8
11 IRR 210 38,8 58,7 62,9 74,9 94,9 66 117,9
12 IRR 211 43,94 38,6 59 61,9 84,2 57,5 102,7
13 IRR 212 36 44,6 46,8 54,8 63,9 49,3 88
14 IRR 213 36,5 36,7 56,2 70,6 76,4 55,3 95,2
15 IRR 214 41,3 37,9 54,1 87,3 102,2 64,6 115,4
16 IRR 215 34,9 39 51,5 65,6 78,6 53,9 96,3
17 IRR 216 30,5 29 53,2 59,7 64,5 47,4 84,6
18 IRR 217 39 34,1 52,3 60,8 73,1 51,9 92,7
19 IRR 218 30,8 24,2 38,5 47,9 53,8 39 69,6
20 IRR 219 33,9 37,8 51,5 55,7 59,2 47,6 85
21 IRR 220 44,1 42,7 55,5 64,4 104,1 62,2 111,7
Klon pembanding
22 BPM 24 42 35,6 60,7 47,5 58,8 48,9 87,3
23 PB 217 34,4 44,5 52,6 89,3 104,5 65,1 116,3
24 PB 260 36,4 36,5 53,1 67,7 86,3 56 100
Persentase (%) Produksi terhadap PB
260
160
140
120
100
80
60
40
20
0
IRR 200
IRR 201
IRR 202
IRR 203
IRR 204
IRR 205
IRR 206
IRR 207
IRR 208
IRR 209
IRR 210
IRR 211
IRR 212
IRR 213
IRR 214
IRR 215
IRR 216
IRR 217
IRR 218
IRR 219
IRR 220
BPM 24
PB 217
PB 260
Gambar 5. Potensi produksi masing-masing klon dengan sistem sadap S/2
d3.ET2.5%Gal 18/y2(w) (Apr-Dec)
Dari Tabel 3 diketahui bahwa rata-rata potensi produksi klon-klon IRR seri
200 sebesar 54,3 g/p/s dan juga memiliki keragaman yang cukup tinggi (CV=
BPM 24 (48,9 g/p/s) namun lebih rendah dibanding PB 217 (65,1 g/p/s) dan PB
etephon 2,5% pada interval sadap menjadi d3 secara umum terjadi peningkatan
tanpa stimulan. Pada sistem sadap ini terdapat dua klon IRR seri 200 yang
menunjukkan potensi produksi diatas klon-klon pembanding yaitu IRR 202 (83,2
Disamping itu, terdapat enam klon yang memiliki potensi cukup potensial,
IRR 208 (58,9 g/p/s), IRR 214 (64,6 g/p/s) dan IRR 220 (62,2 g/p/s) atau sekitar
105,2 148,6 %. Klon PB 217 termasuk klon yang sangat responsif terhadap
sebesar 21,8% dibanding tanpa aplikasi. Klon-klon IRR seri 200 yang memiliki
respon baik terhadap stimulan antara lain IRR 202 (26,3%), IRR 204 (25,6%),
IRR 207 (29,8%), IRR 213 (32,4%) dan IRR 214 (41,8%). Potensi produksi yang
tinggi pada klon IRR 210 dan IRR 220 diduga disebabkan metabolisme lateks
yang sudah tinggi, terbukti dengan penyadapan S/2 d2 (tanpa stimulansia) telah
terhadap faktor panjang irisan dan potensi kulit pulihan masing-masing klon IRR
seri 200. Hasil pengamatan selama 3 Tahun (tahun sadap ke-9 sampai ke-11)
bahwa dengan penyadapan DC (double cut) terdapat delapan klon yang memiliki
potensi produksi lebih tinggi dibandingkan dengan klon pembanding yaitu klon
IRR 202 (68,3 g/p/s), IRR 205 (51,0 g/p/s), IRR 207 (62,1 g/p/s), IRR 208 (43,9
g/p/s), IRR 210 (70,3 g/p/s), IRR 213 (69,8 g/p/s), IRR 214 (55,6 g/p/s), dan IRR
220 (45,8 g/p/s), adapun klon pembanding BPM 24, PB 217 dan PB 260 masing-
masing memiliki potensi produksi 34,6 g/p/s, 43,0 g/p/s dan 35,6 g/p/s.
Tabel 6. Potensi produksi klon IRR seri 200 menggunakan sistem sadap S/2
d3+S/4U d3.ET2.5%Bal(1.5) 18/y(2w) (Aprl-Dec)
Tahun sadap ke-n Persentase (%)
No. Klon 9 10 11 Rataan Produksi terhadap
........ Produksi per pohon ........ PB 260
1 IRR 200 30,2 19,8 23,3 24,4 68,5
2 IRR 201 29,4 21,6 16,9 22,6 63,5
3 IRR 202 53,4 88,4 62,9 68,3 191,9
4 IRR 203 49,5 27,5 27,6 34,8 97,8
5 IRR 204 43,6 49,3 31,7 41,5 116,6
6 IRR 205 75,1 45,8 32,2 51 143,3
7 IRR 206 43,1 35,5 29,7 36,6 102
8 IRR 207 83,1 68,8 34,5 62,1 174
9 IRR 208 49,6 54,1 27,9 43,9 123,3
10 IRR 209 36,1 26,6 26 29,6 83,1
11 IRR 210 56,2 98,1 56,5 70,3 197,5
12 IRR 211 35,3 26,6 25 29 81,55
13 IRR 212 40,4 27,5 24,2 30,7 86,2
14 IRR 213 107,3 63,2 38,9 69,8 196,1
15 IRR 214 76,3 62,4 288 55,6 156,2
16 IRR 215 36,1 36,5 20,3 31 87,1
17 IRR 216 40,7 43,9 26,4 37 103,9
18 IRR 217 45,5 29,2 21,4 32 89,9
19 IRR 218 42,7 26,7 26,5 32 89,9
20 IRR 219 29,7 43,6 25,6 33 92,7
21 IRR 220 63,9 42,4 31 45,8 128,7
Klon pembanding
22 BPM 24 33 33,6 37,3 34,6 97,2
23 PB 217 51,5 44,3 33,2 43 120,8
24 PB 260 47,2 33,8 25,8 35,6 100
Persentase (%) Produksi terhadap PB
260
250
200
150
100
50
0
IRR 200
IRR 201
IRR 202
IRR 203
IRR 204
IRR 205
IRR 206
IRR 207
IRR 208
IRR 209
IRR 210
IRR 211
IRR 212
IRR 213
IRR 214
IRR 215
IRR 216
IRR 217
IRR 218
IRR 219
IRR 220
BPM 24
PB 217
PB 260
Gambar 6. Potensi produksi klon IRR seri 200 menggunakan sistem sadap S/2
d3+S/4U d3.ET2.5%Bal(1.5) 18/y(2w) (Aprl-Dec)
penyadapan DC (double cut) masing-masing klon IRR 205, IRR 207, IRR 210
dan IRR 213. Keempat klon tersebut sangat responsif terhadap penambahan
panjang irisan dan memiliki potensi kulit pulihan yang baik. Sedangkan klon IRR
202, IRR 208, IRR 214 dan IRR 220 tidak responsif terhadap pertambahan
klon IRR seri 200 yang diuji coba yaitu klon IRR 202, IRR 205, IRR 207, IRR
208, IRR 210, IRR 213, IRR 214 dan IRR 220. Klon IRR 208 dan IRR 220
dengan interval tinggi namun kurang responsif terhadap pemberian stimulan dan
diturunkan hanya meningkatan produksi kurang dari 5%. Selain itu, kulit pulihan
kurang potensial sehingga pada irisan ganda (DC) produktivitas tanaman tidak
meningkat. Potensi produksi yang tinggi pada kedua klon ini diduga lebih
disebabkan metabolisme lateks yang tinggi sehingga pemberian stimulan dan
penambhan irisan tidak berpengaruh signifikan. Sedangkan klon IRR 202, IRR
205, IRR 207, IRR 208, IRR 210, IRR 213, dan IRR 214 cenderung memberi
respon baik pada aplikasi stimulan dan penyadapan ganda (DC). Oleh sebab itu,
Sifat lateks dan karet dari klon IRR seri 200 disajikan pada tabel 5 dan
spesifikasi produk yang dihasilkan pada tabel 6. Berdasarkan atas karakter lateks
dan sifat karet dari beberapa klon IRR seri 200, maka dapat dubuat spesifikasi
produk yang dapat dihasilkan seperti lateks pekat, SIR high grade dan RSS dapat
dihasilkan dari klon IRR 207, IRR 208, IRR 210, dan IRR 219. Sedangkan SIR
3L dapat dproduksi dari klon IRR 202, IRR 208, dan IRR 218. Produk SIR low
grade dapat dihasilkan dari lateks IRR 200, IRR 205, IRR 211, dan IRR 212.
Produk yang dihasilkan dari lateks klon IRR 207, IRR 208, IRR 210, dan IRR 209
(Anas,2004)
Tabel 7. Karateristik lateks dan karet klon IRR seri 200
PB 217 S - S -
PB 260 S - S -
Sumber : Anas (2004); S = Sesuai
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Produksi klon IRR seri 200 dengan menggunakan sistem sadap S/2 d2
selama lima tahun pengamatan adalah 47,3 g/p/s. Pada sistem sadap
potensi kulit pulihan yang baik, yaitu klon IRR 205, IRR 207, IRR 210
B. Saran
yang baru untuk mendapatkan hasil produksi yang lebih bagus lagi, khususnya
Aidi Daslin et al.,. Prosiding Lokakarya Budidaya Tanaman Karet. 2005. Buletin
Perkaretan. Balai Penelitian Sungei Putih
Didit Heru S., Drs. Agus Andoko. 2008. Petunjuk lengkap budi daya karet.
AgroMedia Pustaka. Jakarta Selatan
Istianto et al.,. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Tahun ke-7, 1989. Buletin
Perkaretan. Balai Penelitian Karet, 1989
Jurnal Penelitian Karet. Volume 28. No. 1. 2010. Pusat Penelitian Karet Indonesia
Siregar et al.,. Tipilogi Klon IRR seri 200. 2008. Buletin Karet. Balai Penelitian
Sungei Putih