Anda di halaman 1dari 78

MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI


INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU

PARULIAN JULIO ALBERTO


A24070099

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU

PARULIAN JULIO ALBERTO


A24070099

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
RINGKASAN

PARULIAN JULIO ALBERTO. Manajemen Penunasan pada Tanaman


Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di PT Inti Indosawit Subur,
Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. (Dibimbing oleh SUDIRMAN
YAHYA).
Kegiatan magang bertujuan menambah pengalaman dan keterampilan
kerja dalam proses kerja nyata pengelolaan kebun kelapa sawit, meningkatkan
pengetahuan tentang budidaya tanaman kelapa sawit baik teknis maupun
manajerial, serta secara khusus mempelajari teknik pemeliharaan kelapa sawit
yang baik melalui penunasan untuk mempertahankan jumlah pelepah optimum
sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar mendapat produksi maksimum.
Kegiatan magang dilaksanakan selama empat bulan mulai dari bulan
Maret hingga bulan Juli 2011 di PT Inti Indosawit Subur, Kabupaten Pelalawan,
Propinsi Riau. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang bekerja secara
langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu sebagai karyawan harian lepas
(KHL), pendamping mandor, sampai menjadi pendamping asisten Afdeling.
Penulis bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping
mandor pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua
bulan terakhir.
Pengumpulan data dan informasi magang dilakukan dengan metode
langsung dan tidak langsung dalam mencari data primer maupun data sekunder.
Data primer merupakan informasi yang diperoleh secara langsung melalui
pengamatan penulis di lapangan meliputi sistem penunasan, waktu dan sistem
pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan, jumlah bunga
jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan staf. Data
sekunder merupakan data yang diperoleh dari literatur dan laporan manajemen
mengenai kondisi umum perusahaan, kondisi iklim, peta, kondisi tanaman,
organisasi manajemen dan data produksi dari areal perkebunan tersebut.
Baik data primer maupun data sekunder dianalisis dengan metode
kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan
kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum. Tujuan
utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan
pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan
tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Kebijakan PT Inti Indosawit Subur untuk penunasan di kebun inti adalah
menggunakan sistem penunasan progresif, sedangkan untuk kebun plasma
menggunakan sistem penunasan periodik dengan rotasi sembilan bulan sekali.
Penunasan progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen bersamaan
dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah,
satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Jika sistem penunasan
progresif tidak berjalan dengan baik pada suatu blok, maka akan dibentuk
organisasi kelompok/gang khusus tunas. Pelepah daun yang telah ditunas
dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar
pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa
sawit.
MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN
KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq.) DI PT INTI
INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN PELALAWAN,
PROPINSI RIAU

Skripsi sebagai salah satu syarat


untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PARULIAN JULIO ALBERTO


A24070099

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA


FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2011
Judul : MANAJEMEN PENUNASAN PADA TANAMAN

KELAPA SAWIT (Elaesis guineensis Jacq.) DI PT


INTI INDOSAWIT SUBUR, KABUPATEN
PELALAWAN, PROPINSI RIAU
Nama : PARULIAN JULIO ALBERTO
NRP : A24070099

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc)


NIP 19490119 197412 1 001

Mengetahui,
Ketua Departemen

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr)


NIP 19611101 198703 1 003

Tanggal Lulus :……………


RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 7 Agustus 1988 di Jakarta. Penulis


merupakan anak kedua dari pasangan Bapak Tonggo Tambunan dan Ibu Arie
Adriany Gultom.
Penulis lulus dari SD Strada Bhakti Wiyata II Bekasi Barat pada tahun
2001. Tahun 2004 penulis menyelesaikan studi di SLTP Strada Bhakti Wiyata
Bekasi Barat, kemudian melanjutkan studi ke SMAN 31 Jakarta dan lulus pada
tahun 2007.
Tahun 2007 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor
melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian. Selama menjadi mahasiswa, penulis juga turut
serta mengikuti aktivitas non akademik sebagai anggota Persekutuan Mahasiswa
Kristen (PMK) IPB dan Himpunan Mahasiswa Agronomi (HIMAGRON) IPB.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat
dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan kegiatan magang dan penulisan
skripsi dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir akademik sebagai syarat
untuk menyelesaikan studi program sarjana di Departemen Agronomi dan
Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini merupakan
hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang telah dilaksanakan
penulis selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini penulis
mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak (Tonggo Tambunan) dan Ibu (Adriany Gultom) tercinta serta seluruh
keluarga besar atas segala doa, dukungan, dan bantuan.
2. Prof Dr. Ir. Sudirman Yahya, MSc. selaku pembimbing skripsi yang telah
memberikan dukungan, bimbingan, saran, serta nasihat selama pelaksanaan
magang dan penyusunan skripsi.
3. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi
dan Hortikultura.
4. Dr. Ir. Ahmad Junaedi, MSi dan Dr. Ir. Eny Widajati, MS selaku dosen
penguji ujian skripsi.
5. Ir. Faisal selaku Estate Manager, Ir. Benjamin Basuki Yulianto S selaku
Training Center Manager dan keluarga besar PT Inti Indosawit Subur,
Pelalawan, Riau, terutama Bapak Nirwan Ginting selaku asisten di
Afdeling II yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis.
6. Alice, Josia Tambunan, Christopher, Syahrizan, Guntur, Elizabet Sagala,
dan semua teman-teman AGH 44 atas segala bantuan, dukungan, dan saran.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Bogor, September 2011

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii
PENDAHULUAN....................................................................................... 1
Latar Belakang ................................................................................ 1
Tujuan.............................................................................................. 2
TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................. 3
Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit ........................................... 3
Daun Kelapa Sawit .......................................................................... 3
Penunasan Tanaman Kelapa Sawit.................................................. 4
Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit ..................................... 6
METODE MAGANG ................................................................................. 7
Tempat dan Waktu .......................................................................... 7
Metode Pelaksanaan ........................................................................ 7
Pengamatan dan Pengumpulan Data ............................................... 8
Analisis Data dan Informasi ............................................................ 8
KEADAAN UMUM ................................................................................... 9
Letak Geografi................................................................................. 9
Keadaan Iklim dan Tanah................................................................ 9
Luas Areal dan Tata Guna Lahan .................................................... 10
Keadaan Tanaman dan Produksi ..................................................... 10
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG............................................... 13
Aspek Teknis ................................................................................... 13
Aspek Manajerial ............................................................................ 31
PEMBAHASAN ......................................................................................... 34
Sistem Penunasan ............................................................................ 35
Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan ..................................... 37
Teknik Penunasan ........................................................................... 40
Jumlah Pelepah yang Dipertahankan .............................................. 42
KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 51
Kesimpulan...................................................................................... 51
Saran ................................................................................................ 52
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 53
LAMPIRAN ................................................................................................ 54
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun


2006 - 2010 ...................................................................................... 10

2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010 12

3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong ............................ 18

4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS) ......................... 19

5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman ........................ 25

6. Fraksi Matang Buah ......................................................................... 27

7. Alat-alat Panen ................................................................................. 28

8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok ................................. 30

9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah ...................................... 31

10. Norma Prestasi Penunas Gang Tunas .............................................. 36

11. Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Progresif Afdeling II ... 37

12. Data Losses Berondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah ................... 38

13. Data Losses Buah Tinggal di Pokok................................................. 38

14. Hasil Pengamatan Teknik Songgo oleh Pemanen di Kebun Inti


dan Kebun Plasma ........................................................................... 41

15. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Sesuai


SOP PT Inti Indosawit Subur .......................................................... 43

16. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok


B89a (Tahun Tanam 1989)............................................................. 43

17. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok


B91d (Tahun Tanam 1991) ............................................................. 43

18. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di


Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) .................... 44

19 . Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di


Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) .......................... 45
vi

20. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah


Tandan di Blok B89a (Tahun Tanam 1989) .................................... 46

21. Data Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan


Jumlah Tandan di Blok B91d (Tahun Tanam 1991) ....................... 46

22. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah


Tandan di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991) ......... 47

23. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah


Tandan di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989) ... 47

24. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelepah Terhadap Produksi .......... 49


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pemasangan Gorong-gorong .............................................................. 17

2. Pokok yang Harus Dirempes .............................................................. 16

3. Pemberian POME di Lahan ................................................................ 20

4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out ........................................... 22

5. Pancang Hanca Gang Tunas............................................................... 37

6. Teknik Penunasan Songgo I ............................................................... 42

7. Bunga Kelapa Sawit (a. Jantan dan b. Betina) ................................... 47

8. Kondisi Pokok Kelapa Sawit (a. Overpruning dan b. Underpruning) 48


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas


(KHL) di PT Inti Indosawit Subur .................................................. 55

2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor


di PT Inti Indosawit Subur .............................................................. 57

3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten


di PT Inti Indosawit Subur .............................................................. 59

4. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations,


Indragiri Hulu, Riau Periode 2007 - 2010 ...................................... 62

5. Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau .............................. 63

6. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di


PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ...................................... 64

7. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau ... 65


PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelapa sawit adalah tanaman penghasil minyak nabati yang merupakan


salah satu primadona tanaman perkebunan yang menjadi sumber penghasil devisa
negara. Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2000), potensi konsumsi dunia
terhadap minyak kelapa sawit akan terus meningkat baik akibat pertambahan
penduduk sebagai konsumen maupun akibat pertumbuhan global. Minyak nabati
yang dihasilkan dari pengolahan buah kelapa sawit berupa minyak sawit mentah
(CPO atau Crude Plam Oil) yang berwarna kuning dan minyak inti sawit (PKO
atau Palm Kernel Oil) yang tidak berwarna (jernih). Menurut Lubis (1992),
minyak kelapa sawit mempunyai kemampuan daya saing yang cukup kompetitif
dibandingkan dengan minyak nabati lainnya, karena produktivitas per hektarnya
cukup tinggi dan juga ditinjau dari aspek gizinya minyak kelapa sawit tidak
mengandung kadar kolesterol yang tinggi.
Kegiatan penangananan dan pemeliharaan pada kelapa sawit sangat
penting untuk dilakukan agar hasil produksinya tetap maksimum. Salah satu
kegiatan penanganan dan pemeliharaan kelapa sawit adalah penunasan, yaitu
pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta pemotongan pelepah yang tidak
produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan
penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar
mendapat produksi yang maksimum. Penunasan dilakukan dalam rangka
pengaturan jumlah pelepah yang harus ditinggalkan untuk tujuan pengaturan
kapasitas produksi, walaupun pada prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen
panen buah (ketentuan songgo satu dan songgo dua).
Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan
kegitatan panen (potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika
penunasan tidak pada waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan
terhadap pelepah yang menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama
pada pokok yang buah sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa
penunasan (curi buah) umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya
masih rendah (dengan alat panen dodos).
2

Tujuan

Tujuan umum kegiatan magang ini adalah:


1. Meningkatkan kemampuan professional dan keterampilan kerja dalam
memahami proses kerja nyata pengelolaan perkebunan kelapa sawit.
2. Meningkatkan kemampuan teknik budidaya dan manajerial pengelolaan
perkebunan kelapa sawit.

Tujuan khusus kegiatan magang ini adalah mempelajari teknik


pemeliharaan kelapa sawit yang baik melalui penunasan, untuk mempertahankan
jumlah pelepah optimum sesuai dengan umur tanaman kelapa sawit agar
mendapat produksi yang maksimum.
TINJAUAN PUSTAKA

Kesesuaian Lahan untuk Kelapa Sawit

Kelapa sawit dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 500 m di atas permukaan


laut (m dpl) dengan curah hujan yang sesuai adalah 2 000 – 2 500 mm/tahun.
Suhu optimum penanaman kelapa sawit berkisar antara 24 – 28 0C. Walaupun
demikian, tanaman kelapa sawit masih dapat tumbuh pada suhu terendah 18 0C
dan tertinggi 32 0C. Intensitas penyinaran kelapa sawit adalah 5 – 7 jam/hari
dengan kelembaban ideal 80 – 90 %. Kelapa sawit dapat tumbuh pada
pH 4.0 – 6.0, tetapi nilai pH yang optimum untuk penanaman kelapa sawit adalah
5.0 – 5.6. Tanah dengan pH rendah biasanya dijumpai pada daerah pasang surut
terutama tanah gambut (Lubis, 1992).
Produktivitas kelapa sawit sangat dipengaruhi oleh bentuk wilayah dan
kondisi tanah. Perkebunan kelapa sawit dapat tumbuh baik pada tanah gembur,
subur, berdrainase yang baik, permeabilitas sedang, dan mempunyai solum yang
tebal sekitar 80 cm tanpa lapisan padas. Tanah yang kurang cocok untuk
penanaman kelapa sawit adalah tanah berpasir dan tanah gambut tebal. Topografi
yang dianggap cukup baik untuk tanaman kelapa sawit adalah areal dengan
kemiringan 0 – 150 (Fauzi et. al, 2008).

Daun Kelapa Sawit

Daun pertama yang keluar pada stadia bibit kelapa sawit adalah berbentuk
lanceolate yang kemudian akan berkembang menjadi bifurcate dan terakhir
berbentuk pinnate . Pada bibit kelapa sawit yang berumur 5 bulan akan dijumpai
5 lanceolate, 4 bifurcate dan 3 pinnate, sedangkan pada bibit yang berumur 12
bulan akan terdapat 5 lanceolate, 4 bifurcate, dan 10 pinnate.
Pangkal pelepah daun (petiole) adalah bagian daun yang mendukung atau
tempat duduknya anak/helaian daun yang terdiri atas rachis, tangkai daun
(petiolus), duri (spine), helai anak daun (lamina), ujung daun (apex folium), lidi
(nervatio), tepi daun (margo folium), dan daging daun (lintervenium).
4

Daun kelapa sawit memiliki rumus daun 1/8. Lingkaran atau spiralnya ada
yang berputar kiri dan kanan tetapi lebih banyak yang berputar kanan. Produksi
pelepah daun pada tanaman kelapa sawit dalam satu tahun dapat mencapai
20 – 30 pelepah. Panjang pelepah dapat mencapai 7.5 – 9.0 m pada tanaman
dewasa. Setiap pelepah diisi oleh anak daun di kiri dan kanan rachis. Jumlah anak
daun pada tiap sisi dapat mencapai 125 – 200. Anak daun yang di tengah dapat
mencapai panjang 1.2 m. Pada satu tanaman dewasa terdapat 40 – 50 pelepah.
Luas permukaan daun dapat mencapai 10 – 15 m2 pada tanaman dewasa yang
berumur 10 tahun atau lebih. Daun yang masih muda belum membuka dan tegak
berdiri. Daun mulai membuka dan tegak berdiri dalam waktu 2 tahun dan
kedudukannya makin condong sesuai dengan umurnya. Daun akan cepat
membuka pada tanah-tanah yang subur, sehingga akan makin efektif proses
asimilasinya.
Dalam satu bulan akan terbentuk dua sampai tiga pelepah daun pada
tanaman produksi sedang, sedangkan pada tanaman yang berproduksi tinggi
dalam waktu yang sama terbentuk tiga sampai empat pelepah daun. Untuk
tanaman yang normal terdapat 45 sampai 55 pelepah daun, serta dapat juga
sampai 60 pelepah jika tidak dipotong. Umur daun dari mulai terbentuk sampai
tua adalah sekitar enam hingga tujuh tahun. Letak pelepah daun pada batang
menurut garis spiral yang bergerak dari kanan atas ke kiri bawah. Letak daun
pertama hampir tepat sejajar pada spiral daun ke-9, 17, 25, 33, dan seterusnya atau
spiral lain daun ke-2, 10, 18, 26, 34 dan seterusnya. Pola ini berlaku untuk daun
ke-3, 4, 5, dan seterusnya.

Penunasan Tanaman Kelapa Sawit

Pengelolaan tajuk yang tepat merupakan aspek kunci maksimalisasi


produksi kelapa sawit (Pahan, 2008). Efisiensi tajuk dapat mengubah radiasi sinar
matahari menjadi karbohidrat. Kegiatan pengelolaan tajuk yang tepat dapat
dilakukan melalui penunasan, yaitu pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar mendapat produksi yang maksimum.
5

Penunasan dilakukan dalam rangka pengaturan jumlah pelepah yang harus


ditinggalkan untuk tujuan pengaturan kapasitas produksi, walaupun pada
prakteknya sangat ditentukan oleh manajemen panen buah (ketentuan songgo satu
dan songgo dua). Penunasan berpengaruh terhadap status hara dalam daun. Kadar
nitrogen dan kalium pada pelepah akan meningkat, tetapi magnesium akan
menurun bila tunas pokok dilakukan secara berlebihan (Pahan, 2008).
Implikasinya, bila ditemukan status N dan K lebih tinggi dan status Mg berkurang
maka hal tersebut menunjukkan terjadinya penunasan yang berlebihan sebelum
periode pengambilan contoh daun.
Sampai saat ini belum diperoleh informasi tentang jumlah pelepah yang
perlu dipertahankan terus menerus atau berbeda antara musim hujan dan kemarau
agar tercapai jumlah pelepah optimum, untuk menyeimbangkan antara kapasitas
fotosintesis bersih (termasuk untuk respirasi jaringan daun) dan pemenuhan
permintaan transpirasi. Laju berbagai proses fisiologi tersebut sangat dipengaruhi
oleh keadaan lingkungan tumbuh, terutama keadaan iklim. Dengan demikian perlu
pula diketahui kemungkinan adanya perbedaan tingkat penunasan atau pelepah
optimum dengan berbedanya keadaan iklim antara lokasi perkebunan.
Tujuan utama penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman,
memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui
berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok. Dalam
prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen
(potong) buah atau pada waktu lain secara periodik. Jika penunasan tidak pada
waktu panen, maka pemanen melakukan penunasan terhadap pelepah yang
menjepit buah guna memudahkan potong buah, terutama pada pokok yang buah
sudah tinggi (dengan alat panen egrek). Panen tanpa penunasan (curi buah)
umumnya dapat dilakukan pada tanaman yang buahnya masih rendah (dengan alat
panen dodos).
6

Teknik Penunasan Tanaman Kelapa Sawit

Teknik penunasan pada tanaman menghasilkan (TM) kelapa sawit sering


disebut dengan teknik songgo, yaitu hanya menyisakan beberapa pelepah dari
tandan buah paling bawah sebagai penyanggah buah kelapa sawit. TM kelapa
sawit memiliki tiga jenis teknik songgo, yaitu songgo satu, songgo dua, dan
songgo tiga. Teknik songgo ini disesuaikan dengan umur TM kelapa sawit
tersebut. Teknik songgo tiga, yaitu teknik yang hanya menyisakan tiga pelepah
dari tandan buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 4 – 7 tahun.
Teknik songgo dua, yaitu teknik yang hanya menyisakan dua pelepah dari tandan
buah paling bawah, dilakukan pada TM yang berumur 8 – 14 tahun, sedangkan
teknik songgo satu (menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling bawah)
dilakukan pada TM yang berumur di atas 15 tahun (Pahan, 2008).
Teknik songgo dua sering dilakukan pada tanaman kelapa sawit untuk
mendapatkan indeks luas daun (ILD) yang optimum. ILD adalah rasio luas daun
terhadap luas lahan. ILD yang optimum pada tanaman kelapa sawit yaitu 5 – 7.
Nilai ILD dipengaruhi oleh waktu penyinaran, suhu udara, kelembaban tanah, dan
karakteristik genetik tanah (Pahan, 2008). ILD akan optimum jika pentupan tajuk
optimum. Penutupan tajuk dianggap optimum jika lebih dari 80 % radiasi
matahari yang datang dapat diserap oleh tanaman.
METODE MAGANG

Tempat dan Waktu

Kegiatan magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur yang berada di


Kecamatan Pangkalan Kerinci, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau yang
dilaksanakan mulai dari tanggal 1 Maret sampai 1 Juli 2011.

Metode Pelaksanaan

Secara garis besar, metode pelaksanaan magang di lapangan adalah


dengan melakukan seluruh pekerjaan di lapangan produksi dengan berbagai
tingkat jabatan. Penulis bekerja langsung sesuai dengan tingkat jabatan, yaitu
sebagai karyawan harian lepas (KHL), pendamping mandor sampai menjadi
pendamping asisten Afdeling. Penulis pada saat melakukan kegiatan magang
bertanggung jawab sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor
pada bulan berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan
terakhir. Secara khusus kegiatan magang akan lebih diarahkan pada aspek
penunasan kelapa sawit.
Pengumpulan data dan informasi yang diperlukan diperoleh dengan
menggunakan dua metode, yaitu metode langsung untuk data primer dan metode
tidak langsung untuk data sekunder. Pengumpulan data dengan metode langsung
dilakukan melalui kerja dan pengamatan langsung di lapangan serta wawancara
langsung dengan staf dan karyawan kebun. Pengumpulan data dengan metode
tidak langsung dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dari laporan
manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan) yang merupakan arsip di
kantor kebun. Metode tidak langsung juga dapat dilakukan dengan
mengumpulkan data dan informasi melalui studi pustaka.
8

Pengamatan dan Pengumpulan Data

Data primer yang dikumpulkan selama magang difokuskan pada kegiatan


penunasan, data kegiatan penunasan meliputi : sistem penunasan, waktu dan
sistem pembayaran, teknik penunasan, jumlah pelepah yang dipertahankan,
jumlah bunga jantan dan bunga betina, serta diskusi langsung dengan KHL dan
staf. Untuk melengkapi informasi, selain pada kebun inti, pengamatan untuk
kajian aspek penunasan juga dilakukan pada kebun plasma milik masyarakat.
Data sekunder berupa kondisi umum dan data manajerial perusahaan. Data
sekunder kondisi umum yang dikumpulkan dari perusahaan adalah letak
geografis, topografi dan tanah, iklim dan curah hujan, luas areal dan tata guna
lahan, dan produktivitas tanaman. Data sekunder manajerial yang dikumpulkan
dari perusahaan adalah struktur organisasi dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

Analisis yang akan dilakukan untuk mengolah data penunasan yang


terdapat pada perkebunan kelapa sawit tersebut adalah dengan cara analisis
kualitatif dan kuantitatif, nilai rata-rata, persentase, dan perhitungan matematis
sederhana lainnya. Secara khusus analisis data dilakukan dengan membandingkan
kondisi penunasan antara kebun inti dan kebun plasma.
KEADAAN UMUM

Letak Geografi

Wilayah perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur berada pada


Desa Bukit Agung, Makmur, Delik dan Lalang Kabung, Kecamatan Pangkalan
Kerinci dan Lubuk Durian, Kabupaten Pelalawan, Propinsi Riau. Lokasi
perkebunan terletak antara 01o 40’ – 102o 15’ BT dan 0o 05’ – 0o 43’ LS.
Perkebunan kelapa sawit ini terletak di pusat kota dan dilewati oleh jalan raya
yang menghubungkan Propinsi Riau dengan Propinsi Jambi.
Batas-batas lokasi PT Inti Indosawit Subur adalah sebelah Utara
berbatasan dengan Desa Kerinci Kanan, sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Pangkalan Kerinci, sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pekanbaru, dan sebelah
Timur berbatasan dengan Kabupaten Indragiri Hilir.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan klasifikasi Schmidt and Ferguson (1951), areal perkebunan


termasuk dalam tipe A. Curah hujan maksimum hujan terjadi pada bulan Februari
dan curah hujan minimum pada bulan Agustus-September. Intensitas hujan tinggi
(27 cm) dengan rata-rata curah hujan 3600 mm per tahun (berkisar antara
2 500 – 5 400 mm per tahun). Rata-rata hari hujan adalah 129 hari per tahun.
Keadaan curah hujan bulanan di Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 5. Suhu rata-rata harian adalah berkisar antara 27 – 33 oC.
Jenis tanah pada areal kebun adalah alluvial dan podsolik merah kuning.
Pada wilayah datar agak berombak, bergelombang dan berbukit adalah podsolik
merah kuning. Tekstur tanah terdiri atas lempung liat berpasir, lempung berpasir
dan lempung dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Pada areal yang relatif
datar, jenis tanahnya adalah alluvial. Tekstur lempung berpasir sampai pasir
dengan kedalaman tanah lebih dari 100 cm. Adapun peta satuan peta tanah dan
sebaran kelas kesesuaian lahan PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat pada
Lampiran 7.
10

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Areal perkebunan kelapa sawit PT Inti Indosawit Subur terdiri dari kebun
inti dengan luas 5 549 ha, kebun inti tersebut memilik 6 Afdeling yang terdiri dari
Afdeling I dengan luas 881 ha, Afdeling II dengan luas 827 ha, Afdeling III
dengan luas 904 ha, Afdeling IV dengan luas 1 112 ha, Afdeling V dengan luas
883 ha, dan Afdeling VI dengan luas 942 ha. Selain itu, terdapat juga lahan
kemitraan pola PIR - Trans, dengan luas 10 946 ha serta lahan KKPA (Kredit
Koperasi Primer Anggota) yang terdiri dari 2 Afdeling yaitu Afdeling VII dengan
luas 851 ha dan Afdeling VIII dengan luas 649 ha.

Keadaan Tanaman dan Produksi

Jenis Tanaman kelapa sawit yang ditanam di PT Inti Indosawit Subur adalah
jenis Tenera yang dihasilkan oleh Lembaga Penelitian Perkebunan Marihat. Jarak
tanam yang digunakan adalah 9.2 m x 9.2 m x 9.2 m dengan jarak antar barisan
7.96 m dan jarak dalam barisan 9.2 m sehingga populasi per hektarnya 136 pokok.
Namun berdasarkan dari kondisi di lapangan, populasi tanaman rata-rata per
hektar lebih rendah dari populasi yang seharusnya. Hal tersebut disebabkan oleh
adanya tanaman yang mati karena terserang hama dan penyakit, kemiringan
tempat, jarak tanam yang tidak teratur, dan sebagainya. Produktivitas dan bobot
janjang rata-rata (BJR) TBS PT Inti Indosawit Subur tahun 2006 – 2010 dapat
dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Produktivitas dan BJR TBS di PT Inti Indosawit Subur Tahun


2006 - 2010
Tahun Luas Produksi Produktivitas BJR
Areal Jumlah TBS Bobot TBS (ton/ha) (kg/tandan)
(ha) (tandan) (ton)
2006 5 549 6 583 304 129 094 480 22.73 19.61
2007 5 549 6 486 647 133 869 140 23.57 20.64
2008 5 549 6 348 920 140 089 790 24.67 22.07
2009 5 549 6 182 967 143 665 640 25.77 23.24
2010 5 549 5 376 461 126 851 010 22.84 23.59
Sumber : Kantor Besar Kebun Buatan PT Inti Indosawit Subur (2011)
11

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan

Pada level manajemen kebun, PT Inti Indosawit Subur dipimpin oleh


seorang manajer yang membawahi asisten kepala, asisten Afdeling, Kepala Tata
Usaha (KTU), asisten traksi, asisten Quality Control (QC), asisten Humas, dan
asisten by product. Asisten kepala membawahi asisten Afdeling dan mandor
semprot, sementara asisten Afdeling membawahi mandor I dan kerani Afdeling,
sedangkan asisten traksi membawahi kepala bengkel, mandor transport, dan
kerani traksi.
Estate Manager (manajer kebun) memiliki tugas dan tanggung jawab
melaksanakan pengelolaan kebun secara menyeluruh sesuai dengan kebijakan
yang ditetapkan perusahaan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
dan evaluasi dalam pelaksanaan manajemen teknis, manajemen tenaga kerja, serta
manajemen keuangan kebun. Asisten kepala memiliki tugas untuk memimpin,
mengarahkan, dan menegur para asisten Afdeling dan juga mandor semprot dalam
melaksanakan kegiatan di lapangan. Asisten kepala juga dapat menggantikan
tugas manajer jika manajer kebun tidak berada di unit usaha serta
bertanggungjwab secara penuh kepada estate manager.
Asisten Quality Control (QC) bertanggung jawab dalam melakukan
pemeriksaan kualitas hanca dan mutu buah setiap Afdeling dalam kebun.
Pemeriksaan kualitas hanca diantaranya tunasan sengkleh, berondolan, dan buah
yang tinggal di tempat pengumpulan hasil (TPH), piringan, maupun jalan pikul,
sedangkan pemeriksaan mutu buah meliputi buah mentah (unripe), buah
busuk/janjangan kosong (empty bunch), buah lewat matang (overripe), dan buah
tangkai panjang (long stalk).
Asisten Afdeling memiliki tugas dan tanggung jawab memberikan arahan
dan perintah kepada mandor I, mandor, dan kerani, melakukan pengawasan dan
pembinaan terhadap karyawan di lapangan, menyusun rencana kerja bulanan
(RKB), memeriksa dan mengevaluasi laporan mandor dalam buku kerja mandor.
Asisten traksi memiliki tugas dan tanggung jawab secara penuh terhadap sistem
transportasi yang ada di kebun. Selain itu, mandor traksi juga mengatur kegiatan
pengoperasian alat-alat berat yang digunakan kebun seperti: dozer dan excavator.
12

Asisten Humas memiliki tugas melaksanakan analisis dan penyiapan


rancangan kebijakan pengelolaan informasi perusahaan dalam bidang hubungan
masyarakat. Asisten by product memiliki tugas dan tanggung jawab terhadap
pengelolaan limbah pabrik (janjangan kosong, Palm Oil Mill Effluent (POME),
abu janjang, dan decanter solid). KTU bertanggung jawab dalam bagian
administrasi kebun.
Ketenagakerjaan di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas karyawan staf dan
non staf. Perbedaan ini berdasarkan jenis pekerjaan dan sistem pengupahan.
Karyawan staf terdiri atas General Manager, Estate Manager (manajer kebun),
asisten kepala, asisten Afdeling, KTU, asisten traksi, asisten Quality Control
(QC), asisten Humas, dan asisten by product. Pemberian gaji berdasarkan
golongan dan kebijakan yang dibuat oleh perusahaan. Karyawan non staf terdiri
atas karyawan tetap Syarat Kerja Umum (SKU) dan karyawan harian lepas
(KHL). Jumlah karyawan staf dan non staf PT Inti Indosawit Subur dapat dilihat
pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah Staf dan Non Staf di PT Inti Indosawit Subur, Tahun 2010
No Jabatan Jumlah
1 Staf
General Manager 1
Estate Manager 1
Asisten Kepala 2
Asisten Afdeling 6
Asisten QC 1
Asisten Humas 1
Asisten By Product 1
Asisten Traksi 1
KTU 1
2 Non Staf
Tenaga kerja tak langsung
SKU B/H : - Traksi 48
SKU B/H : - Kantor 141
SKU B/H : - Afdeling 196

Tenaga Kerja langsung


SKU B/H : - Panen 292
SKU B/H : - Upkeep 616
Total SKU H/B + PHL 1293

Jumlah 1308
Sumber : Kantor Besar PT Inti Indosawit Subur (2011).
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Mahasiswa pada saat melakukan kegiatan magang bertanggung jawab


sebagai KHL selama satu bulan pertama, pendamping mandor pada bulan
berikutnya, dan pendamping asisten Afdeling selama dua bulan terakhir. Kegiatan
magang dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur dengan kegiatan yang dilakukan
meliputi aspek teknis dan aspek manajerial. Aspek teknis meliputi kegiatan
pemupukan (organik dan anorganik), pengendalian gulma (manual dan kimiawi),
pengendalian hama dan penyakit (sensus ulat api), pemeliharaan sarana dan
prasarana, sensus thining out, penunasan, dan pemanenan.
Pelaksanaan kerja di PT Inti Indosawit Subur secara umum dilaksanakan
selama enam hari kerja dalam seminggu dan penulis ditempatkan di Afdeling II
dengan asisten Afdeling Ir. Nirwan Ginting. Waktu hari kerja rata-rata selama
7 jam, yang dimulai pada pukul 07.00 WIB sampai dengan pukul 14.00 WIB.
Waktu istirahat/wolon dilakukan selama setengah jam dari pukul 11.30 WIB
sampai dengan pukul 12.00 WIB. Selain itu, penulis diwajibkan mengikuti muster
morning (apel pagi) yang dimulai pada pukul 05.30 WIB bersama asisten
Afdeling, mandor, dan kerani. Kemudian, kegiatan dilanjutkan pada sore hari di
kantor Afdeling mulai pukul 16.00 WIB sampai dengan pukul 18.00 WIB.

Aspek Teknis

Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma dilakukan untuk mengurangi kompetisi antara gulma
dengan tanaman utama dalam pemanfaatan unsur hara, mineral, CO 2, dan air.
Pengendalian gulma juga mempermudah pengontrolan kerja dan menghindari
serangan hama dan penyakit. Secara umum, pengendalian gulma di PT Inti
Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, jalan pikul, dan tempat
pengumpulan hasil (TPH).
Pengendalian gulma manual (dongkel anak kayu). Dongkel anak kayu
(DAK) adalah kegiatan menyiang tanaman dengan membongkar atau membuang
hingga akarnya (mendongkel) sehingga diharapkan tidak tumbuh kembali di
piringan maupun di gawangan. Alat yang digunakan untuk DAK adalah parang
14

(untuk membabat gulma berkayu) dan garu (untuk membersihkan piringan


pelepah-pelepah yang terjatuh). Gulma-gulma yang didongkel antara lain adalah
gulma-gulma yang umumnya berkayu seperti Climedia hirta, Melastoma
malabatricum, Chromolaena odorata, dan Lantana sp. Pengendalian gulma ini
selain berfokus terhadap gulma berkayu juga melakukan kegiatan pembersihan
piringan dengan membersihkan pelepah-pelepah yang berada di sekitar piringan
dengan menyusun secara letter “I” jika berada di dekat jalan raya dan menyusun
secara letter “U” jika berada di daerah tanjakan. Rotasi dari kegiatan DAK ini
adalah 3 bulan dengan prestasi kerja pekerja karyawan adalah dua jalan pikul
(4 – 5 ha). Prestasi kerja penulis adalah satu jalan pikul.
Pengendalian gulma kimiawi. Pengedalian gulma secara kimiawi yang
dilakukan di PT Inti Indosawit Subur dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang
langsung dibawah tanggung jawab asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS)
dibagi menjadi dua berdasarkan alat penyemprotan yaitu Knapsack sprayer
(RB-15/Solo) dan Controlled Droplet Applicator (CDA).
Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat Knapsack sprayer (RB-15/Solo)
terdiri dari satu unit kendaraan pengangkut tangki bahan kimia dan satu unit
kendaraan pengangkut karyawan semprot, alat semprot RB-15/Solo berjumlah 20
unit yang dibagi menjadi 18 unit untuk operasional dan dua unit sebagai cadangan
(jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor karyawan
semprot. Tenaga semprot berjumlah 20 orang yang terdiri dari 18 orang
penyemprot inti dan dua orang cadangan yang akan menggantikan bila tim inti
ada yang sakit, haid, mangkir, dan sebagainya. Alat semprot Knapsack sprayer
(RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat konsentrasi 0.50 % dengan
merek dagang Gromoxon dan bahan aktif Methyl metsulfuron konsentrasi 0.03 %
dengan merek dagang Trapp. Jenis bahan aktif ini bersifat sistemik yang berarti
bekerja melalui jaringan di dalam tanaman. Gulma-gulma yang menjadi sasaran
adalah pakis-pakisan dan kentosan yang terdapat pada piringan, pasar pikul, dan
TPH. Kapasitas tangki semprot sebesar 15 liter. Prestasi kerja pada karyawan
sebanyak 8 kap/orang atau ± 264 pokok sedangkan prestasi kerja penulis sebesar
3 kap atau ± 99 pokok.
15

Tim Unit Semprot (TUS) dengan alat semprot CDA terdiri dari satu unit
kendaraan pengangkut tangki bahan kimia (truk + tangki 600 liter) dan satu unit
kendaraan pengangkut karyawan semprot, 12 unit alat semprot (Micron Herbi
Sprayer) yang dibagi menjadi 10 unit untuk operasional dan dua unit sebagai
cadangan (jika terjadi kerusakan) dan telah diberi nomor urut sesuai nomor
karyawan semprot. Alat semprot CDA biasa dikenal dengan nama micron herbi
dan digunakan untuk Ultra Low Volume (ULV) dengan volume semprot rendah
< 50 liter/ha. Hasil semprotannya menghasilkan butiran halus yang terkendali
dengan ukuran seragam (± 250 mikron) dan konsentrasi herbisida yang tinggi.
Kapasitas tangki dengan alat ini adalah 10 liter. Bahan aktif yang digunakan
adalah Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek dagang Bionasa dan bahan aktif
2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin. Gulma-gulma yang
menjadi sasaran utama adalah Asystasia dan rumput-rumputan yang terdapat di
jalan pikul, piringan dan TPH. Prestasi kerja karyawan sebanyak 5 ha/HK.

Pemeliharaan Sarana dan Prasarana.


Kegiatan pemeliharaan sarana dan prasarana yang dilakukan di PT Inti
Indosawit Subur merupakan kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air
melalui pemasangan gorong-gorong (untuk mengalirkan air) dan rempesan
pelepah.
Pemasangan gorong-gorong. Gorong-gorong adalah salah satu sarana
prasarana unit jembatan yang berfungsi untuk mengalirkan air agar jalan tidak
tergenang air sehingga transportasi yang berkaitan dengan kegiatan operasional
dapat berjalan dengan baik terutama untuk pengangkutan TBS. Gorong-gorong
yang digunakan di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur memiliki diameter sebesar
30 cm dengan panjang 4 m dan ditanam pada kedalaman 75 cm dari permukaan
tanah kemudian ditimbun kembali dengan tanah agar tidak pecah bila dilewati
kendaraan dan juga agar tidak tersumbat lumpur. Kemudian, pada bagian pangkal
dari gorong-gorong dibuat rorak (tempat menampung air dari parit) dengan
ukuran 75 cm x 75 cm, kedalaman 1 m, sedangkan pada bagian ujung lainnya
dibuat parit yang berukuran 1 m2 untuk mengalirkan air ke saluran tempat
pembuangan air. Bagian ujung kiri dan kanan di atas gorong-gorong yang telah
tertimbun kemudian diletakkan karung goni yang berisi tanah sebanyak
16

± 30 karung agar tanah tidak mudah longsor (Gambar 1). Prestasi kerja yang
diperoleh untuk kegiatan ini adalah 1 unit/2 HK. Prestasi kerja karyawan adalah 1
unit/2 HK dan prestasi kerja penulis sama dengan prestasi karyawan.

Gambar 1. Pemasangan Gorong-gorong

Rempesan pelepah. Kegiatan rempesan pelepah ini bertujuan untuk


membuang pelepah yang tidak produktif pada tanaman pokok yang dapat
menghalangi lajunya jalan kendaraan di sepanjang jalan koleksi (collection road).
Selain itu, kegiatan merempes juga bertujuan agar sinar matahari yang masuk
menerangi badan jalan semakin banyak dan jalan-jalan yang tergenang air
menjadi cepat mongering. Tahapan rempesan pelepah antara lain: 1) Memotong
pelepah yang menutupi jalan dan disisakan sekitar satu meter, 2) Pelepah yang
berserakan di sepanjang jalan dipotong menjadi tiga bagian dan disusun dengan
rapi di gawangan mati.
17

Gambar 2.Pokok yang Harus Dirempes

Pemupukan
Pemupukan kelapa sawit merupakan pekerjaan penambahan unsur hara
secara efektif dan berimbang yang diberikan secara langsung ke tanaman maupun
tidak langsung ke dalam tanah untuk mempertahankan kesuburan. PT Inti
Indosawit Subur mensubstitusi sebagian pupuk anorganik dengan pupuk organik
yang berasal dari by product pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) seperti
janjangan kosong, abu janjang, decanter solid, dan Palm Oil Mill Effluent
(POME). Penggunaan by product pabrik sebagai pupuk organik signifikan dalam
mengurangi biaya pemupukan, mempertahankan produksi TBS, peremajaan
tanah, dan mengurangi polusi lingkungan.
Janjangan kosong. Janjangan kosong merupakan tandan kosong dari
pabrik minyak kelapa sawit (PMKS) yang berasal dari stasiun rebusan dan stasiun
pemipilan. Janjangan kosong memiliki kandungan bahan organik yang berguna
bagi tanaman. Saat pengaplikasian janjangan kosong, gawangan mati harus
dibersihkan terlebih dahulu. Jika gawangan mati pada saat pengaplikasian
janjangan kosong tidak dibersihkan dari gulma, maka pada saat penyerapan unsur
hara, akar tanaman kelapa sawit tidak dapat menyerapnya secara keseluruhan.
18

Tabel 3. Persentase Unsur Hara dalam Janjangan Kosong


Persentase unsur hara Per ton janjangan
dalam janjangan kosong (%) kosong sebanding
Hara utama
dengan pupuk
Kisaran Rata-rata
anorganik
Nirogen (N) 0.32 – 0.43 N 0.37 N 8.00 kg Urea
Fosfor (P) 0.03 – 0.05 P2O5 0.04 P2O5 2.90 kg RP
Kalium (K) 0.89 – 0.95 K2O 0.91 K2O 18.30 kg MOP
Magnesium (Mg) 0.07 – 0.10 MgO 0.08 MgO 5.00 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Data-data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid


sebanding dengan 8.00 kg Urea, 2.90 kg RP, 18.30 kg MOP, dan 5.00 kg Kieserit.
Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah kalium (K) dengan
rata-rata persentase sebesar 0.91 % K2O.
Aplikasi janjangan kosong dilakukan dengan membuat petakan janjangan
kosong yang berukuran lebar 8 janjangan kosong dan panjang 11 janjangan
kosong dengan bobot janjangan di petakan sebesar ± 370 kg. Pengaplikasian
janjangan kosong dapat menggunakan angkong dan gancu. Satu angkong dapat
memuat 30 – 35 janjangan kosong dimana bobot satu janjangan 20 % dari bobot
janjangan sebelum diolah sehingga pada saat sekali membawa angkong, bobot
yang dibawa sebesar 120 – 150 kg. Untuk satu ukuran janjangan kosong
dibutuhkan 3 kali angkong sehingga total janjangan kosong di satu ukuran
90 – 105 janjangan kosong. Rotasi janjangan kosong dilaksanakan setiap satu kali
dalam setahun pada areal yang sama, karena pada saat itu janjangan kosong sudah
hancur berbentuk tanah. Norma kerja karyawan adalah 10 titik/hari dan norma
kerja penulis 5 titik.
Decanter solid. Decanter solid merupakan produk akhir dari pengolahan
TBS dengan memakai sistem decanter yang akan menghasilkan padatan lumpur
dan bersifat asam. Decanter solid diaplikasikan diantara dua pokok kelapa sawit
dan disebar merata diatas rumpukan pelepah di gawangan mati dengan dosis
empat until, dimana satu until berbobot 18 kg. Norma kerja karyawan untuk
aplikasi decanter solid ini adalah 150 until per HK. Rotasi pengaplikasian
decanter solid adalah satu kali dalam setahun. Prestasi kerja penulis untuk
decanter solid adalah 24 until.
19

Tabel 4. Persentase Unsur Hara dalam Decanter Solid (DS)


Per ton decanter
Rata-rata
solid (DS) sebanding
Unsur hara utama persentase hara
dengan pupuk
dalam decanter solid (%)
anorganik
Nirogen (N) 0.47 N 10.30 kg Urea
Fosfor (P) 0.05 P2O5 3.30 kg RP
Kalium (K) 0.30 K2O 6.10 kg MOP
Magnesium (Mg) 0.07 MgO 4.50 kg Kieserit
Sumber : Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Data-data pada Tabel 4 menunjukkan bahwa 1 ton decanter solid


sebanding dengan 10.30 kg Urea, 3.30 kg RP, 6.10 kg MOP, dan 4.50 kg Kieserit.
Kandungan unsur hara tertinggi pada decanter solid adalah nitrogen (N) dengan
rata-rata persentase sebesar 0.47 %.
Abu janjang. Abu janjang/bunch ash merupakan produk akhir
pembakaran janjangan kosong (JJK) pada incenerator PMKS. Kandungan unsur
hara tertinggi yang terkandung dalam abu janjang adalah K yaitu 35 – 47 % K2O,
kemudian diikuti dengan kandungan unsur hara Mg dan Ca sebesar 4 – 6 % MgO
dan CaO, dan P sebesar 2.5 - 3.5 % P2O5. Kandungan nutrisi abu janjang dari
unsur hara K2O dapat mensubstitusi kelebihan biaya pupuk anorganik MOP
sehingga perusahaan dapat menghemat biaya pemupukan.
Palm Oil Mill Effluent (POME). Palm Oil Mill Effluent (POME)
merupakan limbah cair yang mengandung bahan organik tinggi yang berasal dari
pengolahan PMKS terutama dari steilizer condensate, sludge dari klarifikasi, dan
air buangan hydrocyclone yang dapat digunakan sebagai pengganti pupuk
anorganik, sebagai sumber air bagi tanaman terutama pada saat musim kering, dan
juga dapat mengurangi polusi yang dapat ditimbulkan jika dibuang ke sungai.
Aplikasi limbah cair dialirkan melalui pipa PVC dari pabrik ke flatbed yang
berukuran 7 m x 1.5 m x 1 m dengan volume 3.5 m3/flatbed. Rata-rata untuk 1 ha
lahan terdapat ± 53 flatbed. Rotasi pengisian flatbed adalah tiga bulan sekali.
Layanan aplikasi limbah cair tetap harus dilakukan setiap enam bulan sekali
setelah pengisian, agar kondisi tanah dari flatbed tetap baik dan juga bersih dari
gulma.
20

Gambar 3. Pemberian POME di Lahan

Pemupukan anorganik. Pemupukan anorganik yang ada di PT Inti


Indosawit Subur terdiri atas pupuk Dolomit, ZA (Zwavelzuur ammonia), MOP
(Muriate of Potash), RP (Rock Phosphate), dan HGFB (High Grade Fertilizer
Borate). Aplikasi pemupukan di PT Inti Indosawit Subur berdasarkan
rekomendasi dari Departemen R & D PT Asian Agri yang terletak di Tebing
Tinggi. Rekomendasi tersebut diformulasikan berdasarkan beberapa faktor yaitu:
produksi TBS, umur tanaman, status hara tanaman (analisis daun dan observasi
lapangan), sejarah pemupukan, kesuburan tanah, data curah hujan, dan hasil
percobaan pupuk.
Dalam pengadaan pupuk, PT Inti Indosawit Subur bekerjasama dengan
perusahaan penyedia pupuk, kemudian pupuk yang telah dibeli disimpan ke dalam
gudang sentral. Gudang tersebut merupakan tempat penyimpanan bahan-bahan
keperluan kebun yaitu herbisida dan pupuk. Prosedur penyaluran pupuk ke tiap
Afdeling adalah berdasarkan jumlah permintaan pupuk dari tiap Afdeling. Prinsip
4T yaitu: tepat dosis, waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat
penting untuk diperhatikan dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama
pemupukan anorganik.
Penguntilan pupuk menggunakan alat takar until pupuk yang telah
dikalibrasi berdasarkan jenis dan dosis pupuk rekomendasi yang akan
diaplikasikan. Tiap satu untilan berisi pupuk untuk dosis delapan pokok. Jumlah
tenaga kerja penguntil pupuk di PT Inti Indosawit Subur adalah enam orang.
21

Norma kerja karyawan penguntil pupuk adalah 1 500 kg/HK sehingga jumlah
bobot untilan pupuk untuk satu hari adalah sebesar 9 000 kg. Ketepatan
penguntilan sangat dipengaruhi oleh penggunaan alat takar until, keterampilan
tenaga kerja penguntil, dan kontrol mandor until pupuk. Selain itu, perlu juga
dilakukan kontrol dengan menggunakan timbangan agar dosis pupuk sesuai
dengan bobot untilan yang dibuat.
Pengeceran pupuk dilakukan dengan mengangkut pupuk ke tempat
peletakkan pupuk (TPP) dengan menggunakan dump truck. Pemuatan untilan ke
dalam kendaraan dilakukan pada pagi hari ke TPP blok yang akan dipupuk pada
hari itu juga. Mandor pupuk harus mengetahui dan memastikan untilan pupuk
sudah diecer pada TPP, sesuai dengan jumlah untilan/TPP yang tertera pada
pokok.
Pelangsiran pupuk adalah membawa untilan pupuk yang berada di pinggir
jalan ke dalam blok dan diletakkan setiap selang 8 pokok/baris. Penaburan pupuk
pun dilakukan setelah pelangsiran untilan pupuk selesai. Penabur diberikan
takaran pupuk yang sesuai untuk jenis dan dosis pupuk yang akan diberikan.
Pupuk yang ditabur harus tersebar merata di piringan dan tidak menumpuk.
Norma kerja pemupuk adalah 400 kg/HK dengan premi “mati” sebesar
Rp 5 000.00 apabila melewati norma kerja pemupuk tersebut. Prestasi kerja
penulis adalah delapan until.
Karung bekas untilan yang telah ditabur dikumpulkan oleh para pemupuk
ke gudang pupuk. Pekerjaan pengumpulan karung untilan pupuk penting
dilakukan sebagai alat kontrol terhadap kehilangan pupuk di lapangan dan juga
sebagai alat monitoring terhadap karung untuk penguntilan.

Sensus Thinning Out (TO)


Tiap afdeling suatu kebun memerlukan 2 – 3 tim sensus dengan prestasi
kerja 5 – 7 ha/HK. Satu tim beranggotakan tiga petugas, yaitu Petugas A (sebagai
penghitung dan pencatat jumlah pokok) dan Petugas B (sebagai pembuat nomor
dan pembawa cat) dan Petugas C (sebagai petugas pembuat administrasi
lapangan). Bahan dan alat yang harus dipersiapkan dalam pekerjaan sensus, yaitu:
triplek (hard cover), pulpen 4 warna, formulir sensus, kuas, parang/sendok (alat
pengerok), cat warna putih, tempat cat, dan map penyimpan files.
22

Saat sensus, petugas menghitung dan mencatat status pokok berdasarkan


tanda pada formulir sensus. Ciri-ciri pokok yang akan di thinning out adalah
pokok-pokok yang sudah tersambar petir, tidak berbunga lagi, dan yang sudah
mati/tidak berproduksi lagi. Fungsi diadakan sensus thinning out adalah untuk
menandakan pokok yang sudah mati/yang sudah tidak dapat berproduksi lagi dan
digunakan sebagai rekomendasi jumlah untilan pupuk per TPP. Petugas berjalan
di jalan pikul pada setiap TPP yang ada pada blok yang akan disensus dengan
berjalan menurut arah barisan. Petugas A mensensus dua baris pokok
(baris 1 dan 2). Secara bersamaan petugas B membersihkan/mengerok pelepah
pokok terluar pada barisan tersebut sebagai tempat pencatatan hasil sensus.
Petugas A menyensus seluruh pokok dalam barisan tersebut dan memberitahu
jumlah pokok normal/hidup dan pokok mati/kosong ke petugas B. Apabila
ditemukan pokok yang harus di thinning out, maka petugas B langsung mengecat
pada pelepah tersebut, seperti yang disampaikan pada Gambar 4.

Gambar 4. Tanda Pokok yang akan di Thinning Out

Kemudian, petugas B berjalan menuju pokok paling ujung untuk menuliskan


jumlah pokok hasil sensus dan jumlah untilan dalam TPP pada pokok tersebut.
Seluruh hasil sensus diinformasikan dan dibawa ke Afdeling. Jumlah TPP yang
harus disensus thinning out adalah 25 – 27 TPP/hari.
23

Sensus Ulat Api


Sensus ulat api merupakan salah satu bentuk pengendalian hama dan
penyakit tanaman. Sistem pemantauan rutin sangat membantu pelaksanaan
kebijakan pengendalian hama terpadu, yang memberi peluang perkembangan
musuh alami sehingga memungkinkan terjadinya keseimbangan alami. Sistem
sensus tetap meliputi deteksi dan penghitungan hama pada baris sensus (BS)
setiap 10 baris pokok dan titik sensus (TS). Skema dalam penentuan TS adalah
titik sensus pada seluruh titik sensus dimulai dari pokok keempat di tepi jalan
kemudian setiap 10 pokok yakni TS 14, TS 24, TS 34, dan seterusnya, bila setelah
TS terakhir masih tersisa > 4 pokok maka ditambahkan satu TS pada pokok
terakhir, setiap TS terdiri dari tiga pokok yaitu pokok TS ditambahkan dua pokok
di sampingnya, agar tidak terjadi over pruning akibat pemotongan pelepah karena
sensus setiap bulan, maka TS dapat digeser maju atau mundur 1 – 2 tanaman.
Setiap TS yaitu pada setiap 10 pokok sepanjang baris sensus harus diberi nomor
pada pangkal pelepah yang telah ditunas rapi dengan cat dasar warna kuning dan
tulisan berwarna biru.
Dalam pelaksanaan sensus ulat terdiri atas 2 tim, yang masing–masing tim
terdiri atas 3 orang, yaitu satu laki-laki sebagai penunas dan dua perempuan
sebagai pencatat jenis hama ulat api yang terlihat dan sebagai penyusun pelepah di
gawangan mati. Tim sensus ini harus menghitung hama pemakan daun.
Penghitungan hama pemakan daun hanya pada satu pelepah contoh pada setiap
pokok dari 3 pokok, dengan memperhatikan pelepah yang menunjukkan gejala
serangan baru dan pelepah yang memiliki populasi hama tertinggi. Sensus ulat api
dilaksanakan setiap akhir bulan, setiap tanggal 20. Apabila semua blok telah
selesai disensus maka asisten Afdeling dan mantri hama dan penyakit langsung
merekapitulasi dan menganalisis data hasil pengamatan. Ambang populasi kritis
diartikan sebagai rata-rata populasi larva sehat per pelepah. Ambang kritis untuk
ulat api adalah 5 ekor per pelapah.
Jenis ulat api yang menjadi sasaran utama untuk penanggulangan adalah
Setora nitens dan Setothosea asigna yang menyerang pelepah muda dan Darna
trima yang menyerang pelepah tua. Pengendalian ulat api dilakukan dengan
pengasapan dengan bahan aktif berupa Polydor dicampur Solar. Dalam satu kap
24

alat pengasapan mengandung 4.6 liter Solar dicampur 0.4 liter Polydor. Umumnya
satu hari diperlukan 5 kap untuk 5 ha lahan pengendalian ulat api.

Penunasan
Penunasan merupakan pemangkasan daun sesuai umur tanaman serta
pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah sengkleh, pelepah kering, dan
pelepah terserang hama dan penyakit) untuk menjaga luasan permukaan daun
(leaf area) yang optimum agar diperoleh produksi yang maksimum. Tujuan utama
penunasan adalah untuk menjaga sanitasi tanaman, memudahkan pemanenan,
serta mencegah terjadinya kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di
ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Jika ingin mencapai tujuan penunasan dan tetap mempertahankan produksi
yang maksimum, maka harus dihindari terjadinya over pruning dan under
pruning. Over pruning adalah terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara
berlebihan yang akan mengakibatkan penurunan produksi. Penurunan produksi ini
terjadi karena berkurangnya areal fotosintesis dan pokok mengalami stres yang
terlihat melalui penurunan nisbah seks (penurunan jumlah bunga betina dan
peningkatan jumlah bunga jantan), dan penurunan bobot janjang rata-rata (BJR).
Tanaman yang mengalami kondisi under pruning atau tidak mengalami kegiatan
penunasan yang baik dan teratur, juga dapat menimbulkan dampak negatif
terhadap produksi, yaitu dapat mengganggu proses panen serta meningkatkan
kehilangan hasil melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal
di pokok.
Dalam prakteknya, penunasan dapat dilakukan bersamaan dengan
kegitatan potong buah atau pada waktu lain secara periodik. Kebijakan PT Inti
Indosawit Subur adalah menggunakan sistem penunasan progresif. Penunasan
progresif adalah penunasan yang dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan
dengan panen. Penunasan progresif dilakukan per blok dalam enam seksi wilayah,
satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali dalam satu tahun. Teknik penunasan
yang dilaksanakan adalah dengan teknik songgo satu, yaitu hanya menyisakan
satu pelepah dari tandan buah paling bawah. Pelepah daun yang telah ditunas
dipotong menjadi tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar
pelepah yang sudah kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa
25

sawit. Biaya penunasan progresif per hektar sebesar Rp 108 000.00. Jumlah
pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman disajikan pada
Tabel 5.

Tabel 5. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman


Jumlah pelepah dipertahankan
Umur tanaman (tahun) Songgo
/ pokok
3–4 58 – 64 3
5–8 48 – 54 2
9 – 14 40 – 46 2
>14 32 – 36 1
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Gang tunas. Gang tunas merupakan organisasi khusus yang dibentuk oleh
perusahaan yang bertugas untuk membantu kegiatan penunasan agar kegiatan
penunasan di setiap Afdeling dapat berjalan dengan baik. Setiap karyawan tunas
menghanca satu jalan pikul (2 baris kiri kanan). Rata-rata jumlah total tenaga
kerja gang tunas yang dibutuhkan di Afdeling II adalah 6 – 11 orang. Saat
menjadi KHL untuk kegiatan penunasan, penulis ikut melaksanakan kegiatan
penunasan yang dilaksanakan di blok B89a, anggota tunasan berjumlah 16 orang
yang terdiri dari 8 orang laki-laki sebagai penunas dan 8 orang wanita sebagai
penyusun pelepah. Tenaga kerja gang tunas ini dapat diambil dari KHL mandoran
lain maupun anggota khusus yang didatangkan dari daerah lain. Norma kerja dari
kegiatan ini adalah minimal satu pasangan pekerja (terdiri dari satu penunas dan
satu penyusun pelepah) harus dapat menunas minimal 40 pokok dalam satu jalan
pikul dengan pembayaran per pokok sebesar Rp 1 500.00. Selama melaksanakan
kegiatan penunasan, penulis dapat menunas 5 pokok.

Pemanenan
Pemanenan merupakan kegiatan pengambilan buah kelapa sawit yang
memenuhi kriteria matang panen dari pohonnya, mengumpulkan dan mengutip
berondolan yang terjatuh di piringan atau gawangan, serta menyusun tandan buah
matang di TPH, selanjutnya bersama-sama berondolannya dikumpulkan untuk
diangkut ke pabrik. Tujuan utama kegiatan panen adalah untuk mendapatkan
26

rendemen minyak dan kernel yang tinggi dengan mutu minyak yang tinggi (kadar
ALB yang rendah). Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut antara
lain: menjalankan ketentuan panen yang baik seperti: sistem panen, kriteria buah
matang, dan persentase berondolan; mengangkut hasil panen sesegera mungkin ke
pabrik pengolahan TBS dengan menggunakan angkutan panen; dan melakukan
pengolahan TBS secepat mungkin di pabrik.
Standard Operating Procedure (SOP) panen di PT Inti Indosawit Subur,
yaitu: 1) Buah matang dipotong semua, 2) Buah mentah tidak ada, 3) Berondolan
dikutip semuanya, 4) Buah disusun rapi dan cangkem kodok, 5) Pelepah disusun
rapi di gawangan mati, 6) Pelepah sengkleh tidak ada, 7) Administrasi diisi
dengan teliti dan tepat waktu.
Persiapan panen. Persiapan panen merupakan kegiatan yang penting
dilakukan sebelum kegiatan panen berlangsung, agar perusahaan dapat mencapai
produksi yang diinginkan. Kegiatan yang perlu dilakukan adalah perbaikan dan
perawatan jalan poros, penyediaan tenaga kerja panen, pembagian seksi panen
yang jelas, penyediaan alat-alat kerja dan lain-lain. Persiapan panen ini dilakukan
secara bertahap sampai kegiatan panen berlangsung.
Sistem panen. Sistem panen merupakan suatu ketentuan atau aturan yang
membagi daerah atau wilayah dari masing-masing pemanen. Sistem panen yang
dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur menggunaan sistem hanca tetap dimana
setiap pemanen diberi hanca dengan dengan luas 3 ha. Jika ada pemanen yang
tidak masuk ataupun persentase kematangan hasil taksasi produksi harian tinggi
(membutuhkan banyak tenaga kerja), maka akan ada transfer anggota pemanen di
antara masing-masing mandoran panen. Pemanen tetap harus bertanggung jawab
menyelesaikan panen sesuai dengan luas yang telah ditentukan mandor panen.
Apabila pemanen tidak bekerja, maka mandor panen harus dapat mencari
penggantinya.
Rotasi (pusingan) panen. Rotasi panen adalah lamanya waktu yang
diperlukan antara panen yang satu dengan panen berikutnya di tempat yang sama.
PT Inti Indosawit Subur menggunakan rotasi panen 6/7, yang artinya dalam satu
minggu terdapat enam hari panen dan selang pemanenan dalam seksi yang sama
27

areal dibagi menjadi enam seksi. Namun seringkali rotasi panen berubah karena
tergantung kondisi kerapatan buah.
Kriteria matang panen. Kriteria matang panen merupakan indikasi yang
dapat menolong pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kriteria
matang panen yang dipakai di PT Inti Indosawit Subur yaitu berdasarkan jumlah
berondolan yang terlepas dari tandannya dan jatuh ke tanah secara alami. Tabel 6
dapat digunakan sebagai acuan untuk memudahkan pemahaman terhadap kriteria
matang panen tersebut. tersebut dianggap buah mentah.

Tabel 6.Fraksi Matang Buah


Umur tanaman BJR (kg) Setelah Panen Sebelum Panen
(Tahun)
2.5 – 3 3 ≥ 3 berondolan per Satu berondolan per
janjang setelah panen janjang saat sebelum
panen
4–5 6 ≥ 6 berondolan per Dua berondolan per
janjang setelah panen janjang saat sebelum
panen
6–9 10 ≥ 10 berondolan per Dua berondolan per
janjang setelah panen janjang di piringan
sebelum panen
10 – 15 15 ≥ 15 berondolan per Dua berondolan per
janjang setelah panen janjang di piringan
sebelum panen
>15 20 ≥ 20 berondolan per Tiga berondolan per
janjang setelah panen janjang di piringan
sebelum panen
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Buah dapat dipanen jika terpenuhi kriteria “Untuk tiap 1 kg bobot tandan
terdapat berondolan lepas di TPH yang bukan berondolan parthenokarpi atau
berondolan muda karena serangan tikus atau penyakit”, misalnya bobot janjang
rata-rata (BJR) blok adalah 24 kg maka buah yang dapat dipanen pada blok
tersebut adalah buah dengan berondolan yang lepas sebanyak 24 berondolan, jika
terdapat buah yang jumlah berondolannya kurang dari 24 berondolan, maka buah
tersebut dianggap buah mentah.
Peralatan panen. Penggolongan alat kerja dibagi menjadi 3 bagian, yaitu
alat untuk memotong tandan buah segar (TBS), alat untuk membawa TBS ke
TPH, dan alat untuk bongkar muat TBS. Pisau egrek, dodos, kapak, dan batu asah
28

merupakan alat yang digunakan untuk memotong TBS. Angkong, gancu, dan
karung goni merupakan alat yang digunakan untuk membawa TBS ke TPH, serta
tojok besi merupakan alat untuk bongkar muat TBS dari TPH ke PMKS (Tabel 7).
Tabel 7. Alat-alat Panen
No Nama alat Penggunaan/pemakaian
Dodos Kecil Potong buah tanaman umur 3 s/d 4 tahun
Dodos Besar Potong buah tanaman umur 5 s/d 8 tahun
Pisau Egrek Potong buah tanaman umur lebih dari
9 tahun (tinggi pohon > 3 m)
Angkong Sebagai tempat atau wadah TBS dan
berondolan untuk diangkut ke TPH
Keranjang Sebagai tempat atau wadah TBS dan
berondolan untuk diangkut ke TPH
Goni eks pupuk Sebagai tempat atau wadah TBS dan
berondolan untuk diangkut ke TPH
Kapak Sebagai alat pemotong tangkai tandan
yang panjang pada tanaman lebih dari
9 tahun
Tali Nilon Pengikat pisau egrek
Batu Asah Pengasah dodos dan pisau egrek
Bambu Egrek Gagang pisau egrek
Allumunium Pole Sebagai gagang pisau egrek.
a. Ebor Gold Pole Ebor Gold Pole lebih berat, keras, dan
b. Ultra-Light Pole tahan lama serta digunakan pada pokok
yang lebih rendah dibandingkan Ultra-
Light Pole
Gancu Memuat dan membongkar TBS dari dan
ke alat transportasi
Tojok Memuat dan membongkar TBS dari dan
ke alat transportasi
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Pelaksanaan panen. Pelaksanaan panen di PT Inti Indosawit Subur


dimulai dari muster morning antara pemanen dengan mandor panen yang
dilaksanakan di lapangan untuk mengabsen masing-masing pemanen,
memberikan arahan untuk memperbaiki kualitas panen hari demi hari dan
mengharuskan semua tandan matang harus dipanen dan tidak ada yang tertinggal,
serta memeriksa alat pelindung diri (APD) masing-masing pemanen. Sistem
panen yang digunakan adalah sistem hanca tetap per mandoran, sehingga para
pekerja sudah mengetahui hancanya masing-masing. Kegiatan panen dimulai
29

dengan memotong pelepah yang menghalangi TBS yang akan dipanen dengan
syarat minimal songgo satu (progressive pruning).
Pelepah yang menopang tandan buah dipotong rapat ke batang, kemudian
pelepah tersebut dipotong menjadi dua bagian disusun rapi memanjang searah
barisan di gawangan mati dan di antara pohon dalam barisan membentuk
U-shape. Semua TBS yang sudah dipanen disusun teratur di TPH dengan
menggunakan angkong, kemudian tangkai tandan yang panjang dipotong rapat
membentuk “cangkem kodok” dengan menggunakan kampak dan ditulis nomor
pemanen. Semua berondolan dikutip bersih dan tidak boleh ada yang tertinggal
baik yang berada di piringan dan gawangan dengan menggunakan karung goni
bekas pupuk dan mengumpulkannya di TPH.
Taksasi produksi. Taksasi produksi merupakan kegiatan menghitung
jumlah tandan buah segar (TBS) yang akan dipanen. Taksasi produksi
dilaksanakan sehari sebelum dilaksanakan kegiatan pemanenan. Taksasi produksi
harian ini dilaksanakan oleh mandor panen dengan cara mengambil sampel
400 pokok secara acak pada areal yang akan dipanen esok hari. Perhitungan
taksasi produksi harian di PT Inti Indosawit Subur ini dapat memperkirakan
persentase kematangan buah suatu blok yang akan dipanen, jumlah janjang
masak, bobot total buah matang, dan jumlah tenaga panen esok hari. PT Inti
Indosawit Subur juga melaksanakan taksasi produksi setiap 6 bulan sekali (sensus
produksi) yang bertujuan untuk mengetahui target produksi yang harus dicapai
oleh perusahaan untuk enam bulan ke depan. Sensus produksi ini dilaksankan
setiap akhir bulan Juni dan akhir Desember.
Tenaga panen. Kebutuhan tenaga pemanen yang dialokasikan setiap
harinya harus berpedoman kepada hasil sensus kerapatan buah yang dibandingkan
dengan output rata-rata tenaga potong buah yang dapat dicapai setiap hari pada
bulan berjalan. Setelah menghancakan para pemanen, mandor panen
melaksanakan taksasi potong buah pada hanca yang akan dipanen besok.
Kebutuhan tenaga kerja panen setiap Afdeling berbeda-beda, disesuaikan dengan
luas TM Afdeling. Berikut ini adalah rumus untuk kebutuhan tenaga kerja panen
di Afdeling II:
Kebutuhan tenaga kerja panen Afdeling II =
30

Basis dan premi panen. Basis panen adalah batas minimum jumlah
janjang masak yang harus dicapai pemanen untuk mendapatkan premi. Basis
panen di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas basis siap borong dan basis lebih
borong. Basis siap borong adalah batas minimum yang harus didapat pemanen
dalam satu hari kerja yaitu 50 tandan untuk hari Senin-Sabtu kecuali hari Jumat,
sedangkan basis siap borong pada hari Jumat adalah 36 tandan, jika pemanen
dapat memenuhi basis siap borong ini maka pemanen mendapat pembayaran HK
sebesar Rp 35 000.00 untuk pemanen yang sudah mendapat SKU dan
Rp 49 360.00 untuk pemanen yang belum mendapatkan SKU.
Basis lebih borong adalah basis yang didapat pemanen jika pemanen dapat
melewati basis siap borong. Basis ini didapat setiap tambahan 50 tandan dari basis
siap borong. Premi panen adalah pembayaran yang diberikan kepada pemanen
apabila pemanen mendapatkan basis. Premi terdiri atas premi siap borong dan
premi lebih borong. Premi siap borong didapatkan jika pemanen mendapatkan
basis siap borong dan basis lebih borong. Untuk basis siap borong pemanen
mendapatkan premi sebesar Rp 7 000.00, sedangkan untuk setiap tambahan 50
tandan dari basis siap borong (basis lebih borong), pemanen mendapatkan
tambahan premi siap borong sebesar Rp 9 000.00. Premi lebih borong didapatkan
melalui perhitungan: jumlah tandan pemanen yang lebih dari basis siap borong
dikalikan dengan premi lebih borong per blok. Perbedaan pembayaran pada premi
lebih borong per blok ini berdasarkan rata-rata BJR setiap blok (Tabel 8).
Tabel 8. Premi Lebih Borong di Afdeling II Tiap Blok
Blok Luas (ha) Premi lebih borong (Rp)/janjang
B89a 96 1160
B89b 92 1160
B90a 103 1160
B90b 99 1160
B90c 103 1200
B90d 75 1160
B91a 40 1000
B91b 55 1160
B91c 85 1160
B91d 75 1000
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)
31

Sistem pengawasan dan denda. Sistem pengawasan dan pemeriksaan


hasil panen di PT Inti Indosawit Subur dilaksanakan secara rutin setiap hari kerja.
Parameter denda karyawan potong buah disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Parameter Denda Karyawan Potong Buah


Jenis kesalahan (parameter) Denda
Potong Buah Mentah (A) Rp 5 000/janjang
Gagang Panjang tidak dipotong rapat Rp 1 000
Buah masak tinggal dipokok / tidak dipanen (S) Rp 5 000
Buah mentah diperam di hanca (M1) Rp 5 000
Buah mentah tinggal di piringan / di hanca / di Rp 5 000
parit
Buah Matahari / berondolan di potong gagang Rp 1 000/janjang
(M3)
Berondolan tidak dikutip bersih Rp 3 000/pokok
Pelepah tidak disusun rapi di gawangan Rp 1 000/gawangan
Pelepah sengkleh Rp 1 000/pokok
Tidak siap borong - Denda di per-7 (dipotong
jam kerja)
- 3x berturut-turut diberi
peringatan
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Aspek Manajerial

Karyawan Non Staf


Setelah penulis berstatus sebagai KHL, selanjutnya penulis berstatus
sebagai pendamping mandor selama satu bulan. Mandor mempunyai peranan
penting dalam pelaksanaan tugas di lapangan dan paling bertanggung jawab
terhadap kualitas dan kuantitas setiap pekerjaan. Mandor bertugas mengawasi
pekerjaan karyawan, memberikan arahan kepada karyawan, memberikan motivasi
kepada karyawan serta menegur karyawan apabila karyawan melakukan
kesalahan. Setiap pagi hari pada pukul 06.30 WIB, semua mandor mengikuti
kegiatan muster morning (apel pagi) bersama asisten Afdeling untuk mendapatkan
pengarahan tentang pekerjaan yang akan dilaksanakan serta melaporkan dan
memberikan solusi terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan. Setiap sore
hari pada pukul 16.00 WIB, setiap mandor mengisi lembar attendance & gang
activity yang berisi tentang data kehadiran KHL dan jenis pekerjaan yang
32

dilaksanakan pada hari itu. Selain itu, mandor juga harus membuat rencana kerja
harian (RKH) yang akan dilaksanakan untuk keesokan harinya.
Pendamping Mandor I. Mandor I bertugas untuk melakukan koordinasi
secara langsung tehadap mandor ataupun karyawan di lapangan. Selama menjadi
pendamping mandor I, penulis membantu memeriksa laporan mandor, mengawasi
kegiatan yang dilakukan mandor dan karyawan di lapangan, serta melakukan
pemeriksaan atas kemungkinan adanya buah restan ataupun berondolan yang tidak
dikutip oleh pemanen pada blok-blok yang telah dipanen.
Pendamping mandor pupuk anorganik. Prinsip 4T yaitu: tepat dosis,
waktu, cara, dan tempat merupakan faktor yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam menentukan efisiensi pemupukan terutama pemupukan anorganik. Selama
menjadi pendamping mandor pupuk, penulis bertugas mengawasi kegiatan
pemupukan mulai dari pengeluaran pupuk dari gudang, penguntilan, pelangsiran
hingga pengaplikasian di lapangan. Pelaksanaan pemupukan di PT Inti Indosawit
Subur sudah berjalan dengan baik, meski masih terdapat beberapa kendala yang
ditemui penulis di lapangan, seperti keefektifan jam kerja. Pemupukan biasanya
dimulai setelah jam kerja lewat dari jam normal yaitu pukul 07.00 WIB. Hal ini
karena kurangnya pengkoordinasian yang teratur antara pengangkut pupuk dan
mandor sehingga pelangsiran pupuk terlambat yang mengakibatkan pupuk
kadang-kadang belum ada di lapangan walaupun jam kerja telah dimulai.
Pendamping mandor semprot. Secara umum, pengendalian gulma di PT
Inti Indosawit Subur difokuskan pada gulma di pringan, pasar pikul, dan TPH.
Pengendalian gulma secara kimiawi yang dilakukan di PT Inti Indosawit Subur
dikelola oleh Tim Unit Semprot (TUS) yang langsung dibawah tanggung jawab
asisten kepala. Tim Unit Semprot (TUS) dibagi menjadi dua berdasarkan alat
penyemprotan yaitu knapsack sprayer dan Controlled Droplet Applicator (CDA).
Alat semprot knapsack sprayer (RB-15/Solo) menggunakan bahan aktif Paraquat
konsentrasi 0.50 % dengan merek dagang Gromoxon dan Methyl metsufuron
konsentrasi 0.03 % dengan merek dagang Trapp, sedangkan alat semprot micron
herbi sprayer menggunakan bahan aktif Glifosat konsentrasi 4 % dengan merek
dagang Bionasa dan 2.4D konsentrasi 2 % dengan merek dagang Lindomin.
Selama menjadi pendamping mandor semprot, penulis membantu mandor
33

menakar bahan atau obat yang akan diaplikasikan di lapangan dan mengawasi
jalannya kegiatan penyemprotan.
Pendamping kerani panen. Selama bertugas sebagai pendamping kerani
panen, penulis membantu kerani mengecek buah dan berondolan yang telah
disusun di TPH, memberikan cap/stempel buah yang sudah dicek, menghitung
jumlah buah yang telah dipanen tiap pemanen dan menuliskannya di dalam buku
penerimaan buah. Penulis bekerja hingga pemanen terakhir telah menyelesaikan
hancanya. Setelah kembali ke kantor Afdeling, penulis membantu kerani membuat
laporan potong buah dan menghitung jumlah premi yang didapat pada hari
tersebut.
Pendamping mandor panen. Penulis bersama dengan mandor panen
mengawasi tenaga pemanen agar buah yang dipanen tidak ada yang tertinggal di
pohon dan pelepah yang dipotong disusun rapi di gawangan mati. Selain itu,
penulis bersama denga mandor juga melakukan taksasi produksi harian, yaitu
kegiatan menghitung jumlah TBS yang akan dipanen esok hari. Permasalahan
yang sering dijumpai adalah masih ada pemanen yang memanen buah kurang
matang maupun buah mentah, berondolan yang tidak dikutip, dan juga masih
adanya buah matang yang tertinggal di pohon akibat penunasan tidak berjalan
dengan baik.

Karyawan Staf
Penulis berstatus sebagai pendamping asisten Afdeling pada bulan ketiga
dan keempat dan penulis ditempatkan di Afdeling II. Asisten Afdeling
bertanggung jawab dalam pengelolaan kebun yang dipimpinnya, tanggung jawab
tersebut berupa pencapaian produksi yang maksimal, menyusun rencana kerja
bulanan, melaksanakan program sesuai dengan rencana yang telah dibuat,
membina karyawan untuk meningkatkan produktivitas kerja, dan melaksanakan
program monitoring berkesinambungan terhadap setiap laporan mandor dan
kerani. Selama menjadi pendamping asisten Afdeling, penulis melakukan
pengawasan pekerjaan di lapangan serta membantu kegiatan administrasi di
kantor Afdeling.
PEMBAHASAN

Kebijakan penunasan di PT Inti Indosawit Subur adalah mempergunakan


sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang
dilakukan oleh pemanen dengan bersamaan dengan panen. Penunasan progresif
dilakukan per blok dalam 6 seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan
sekali dan pembayaran dilakukan pada awal bulan ketiga dalam satu tahun.
Misalkan pada bulan Maret-April dilaksanakan penunasan progresif pada seksi A
pada blok B91a dan B90d, maka kedua blok tersebut harus dapat diselesaikan
pada bulan April dan pembayaran hasil tunasan progresif seksi A dibayarkan pada
awal bulan Mei.
Dalam pelaksanaan tunasan progresif, pemanen bertanggung jawab untuk
mempertahankan jumlah pelepah sesuai dengan ketentuan dan menurunkan
pelepah sengkleh dan kering. Pelepah daun yang telah ditunas dipotong menjadi
tiga bagian dan ditata dengan rapi di gawangan mati agar pelepah yang sudah
kering dapat berfungsi sebagai mulsa bagi tanaman kelapa sawit. Dalam setiap
bulannya pohon kelapa sawit membentuk 1 – 3 pelepah baru yang dipengaruhi
oleh umur, pertumbuhan tanaman, dan lingkungan dengan susunan kedudukan
daunnya berbentuk spiral. Setiap spiral terdapat 8 daun per putaran spiral, ada
yang ke arah kiri dan ada yang ke arah kanan, penyebabnya adalah faktor genetik.
Pokok yang ditunas terlalu berlebihan/over pruning diukur berdasarkan
jumlah pelepah per pokok lebih sedikit dibandingkan dengan ketentuan yang
ditetapkan, sedangkan untuk pokok yang tidak tertunas/under pruning diukur
berdasarkan jumlah pelepah per pokok lebih banyak dibandingkan dengan
ketentuan yang ditetapkan sesuai dengan umur tanaman. Kualitas penunasan yang
baik dalam suatu kebun dapat diperoleh dengan manajemen penunasan yang baik.
Manajemen penunasan dapat berkaitan dengan sistem penunasan, waktu dan
sistem pembayaran penunasan, teknik penunasan, serta jumlah pelepah yang
dipertahankan.
35

Sistem Penunasan

Sistem Penunasan
Sistem penunasan di PT Inti Indosawit Subur terdiri atas sistem penunasan
progresif dan juga sistem gang tunas.
Sistem penunasan progresif. Penunasan progresif adalah penunasan yang
dilakukan oleh pemanen bersamaan dengan panen. Penunasan progresif dilakukan
per blok dalam enam seksi wilayah, satu seksi ditunas setiap dua bulan sekali
dalam satu tahun. Sistem penunasan ini memiliki beberapa karakteristik,
diantaranya sistem hanca panen tetap, pemanen bertanggungjawab penuh
menunas hancanya sendiri, dan jumlah tenaga panennya harus cukup, sehingga
rotasi panennya relatif akan stabil. Sistem penunasan ini pun memiliki beberapa
kekurangan yaitu pendapatan pemanen dapat berkurang dan membutuhkan tenaga
kerja panen yang banyak.
Sistem penunasan progresif di Afdeling II PT Inti Indosawit Subur pada
kenyataannya masih belum berjalan dengan baik karena kurangnya tenaga kerja
pemanen, sehingga dapat mengakibatkan rotasi panen lebih lama. Berikut ini
adalah perhitungan jumlah tenaga kerja panen Afdeling II:

Kebutuhan tenaga kerja panen Afdeling II =

= 46 – 55 pemanen
Keterangan: 6 = Jumlah seksi panen, (2.5 s/d 3) ha = luas hanca pemanen

Jadi, kebutuhan tenaga kerja panen di Afdeling II adalah 46 – 55 pemanen,


tetapi tenaga kerja panen di Afdeling II hanya sebanyak 33 pemanen. Kekurangan
tenaga kerja panen inilah yang mengakibatkan penunasan progresif di Afdeling II
tidak dapat berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kebijakan yang dilakukan PT
Inti Indosawit Subur adalah membentuk suatu kelompok khusus tunas yang
disebut gang tunas.
Sistem gang tunas. Gang tunas merupakan organisasi khusus yang
dibentuk oleh perusahaan yang bertugas untuk membantu kegiatan penunasan
agar kegiatan penunasan di setiap Afdeling dapat berjalan dengan baik. Sistem
36

penunasan ini adalah sistem hanca giring, yaitu satu mandor tunas menggiring
perpindahan penunas dari satu blok ke blok berikutnya dalam satu Afdeling.
Norma prestasi kerja penunas gang tunas dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Norma Prestasi Penunas Gang Tunas

Jenis tunas an Umur tanaman (tahun) Norma prestasi (HK/ ha)


Tunas Pasir < 3 (1 – 2 bulan sebelum TM) 0.7 – 1.0
Tunas 4 – 7 tahun 1.0 – 1.3
Periodik ≥ 8 tahun 1.7 – 3
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Dalam memperhitungkan kebutuhan tenaga kerja gang tunas per hari


dalam suatu Afdeling dapat dipergunakan rumus sebagai berikut:

Kebutuhan tenaga kerja gang tunas =

Keterangan: 9 bulan = Rotasi penunasan/tahun

25 hari = Hari Kerja/bulan

Berdasarkan rumus di atas, maka perhitungan kebutuhan tenaga kerja gang


tunas per hari di Afdeling II adalah sebagai berikut :

Diketahui: Luas Afdeling II = 827 ha


Karena umur tanaman di Afdeling II ≥ 8 tahun, maka norma prestasi
kerja penunas = 1.7 – 3 (hk/ha)

Kebutuhan tenaga kerja gang tunas =

= 6 – 11 penunas/hari

Jadi, kebutuhan tenaga kerja gang tunas per hari di Afdeling II adalah
6 – 11 penunas. Tenaga kerja tunas dapat berasal dari KHL mandoran lain
maupun anggota khusus yang didatangkan dari luar daerah. Tenaga tunas harus
terlatih dan tidak boleh diganti-ganti dengan orang yang belum terbiasa menunas.
Setiap penunas harus memasang nomor hanca (pancang hanca) di jalan pikul yang
akan ditunas. Hal ini diperlukan untuk memudahkan pengontrolan oleh asisten
Afdeling, mandor I, maupun mandor tunas. Sistem pembayaran gang tunas
disesuaikan dengan pokok-pokok yang telah ditunas, dengan biaya per pokok
sebesar Rp 1 500.00.
37

Pelepah

7 Nomor Penunas
Arah Ancak
Tanggal Tunas 5
4 Bulan Tunas

Gambar 5. Pancang Hanca Gang Tunas

Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan

Ketepatan waktu penunasan diukur berdasarkan penyimpangan dalam


satuan bulanan selama satu tahun dan berkaitan dengan sistem pembayaran.
Penunasan progresif di kebun inti PT Inti Indosawit Subur dilakukan per blok
dalam 6 seksi wilayah pada masing-masing hanca pemanen, satu seksi harus
ditunas setiap dua bulan sekali dan pembayaran dilakukan pada awal bulan ketiga
dalam satu tahun. Waktu penunasan dan sistem pembayaran yang harus
dilaksanakan di Afdeling II pada tahun 2011 disajikan pada Tabel 11.

Tabel 11. Waktu dan Sistem Pembayaran Penunasan Progresif Afdeling II


Bulan Seksi Blok Keterangan
Januari B90d Pembayaran tunas seksi F
A
Februari B91a
Maret B90a Pembayaran tunas seksi A
B
April B89a
Mei B89a Pembayaran tunas seksi B
C
Juni B90b
Juli B89b Pembayaran tunas seksi C
D
Agustus B90c
September E B90c Pembayaran tunas seksi D
Oktober B91d
November B91b Pembayaran tunas seksi E
F
Desember B91c
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Realisasi penunasan progresif di Afdeling II dilakukan pada bulan Maret 2011


dan diselesaikan pada bulan Mei 2011. Keterlambatan waktu penunasan progresif
pada tahun 2011 ini disebabkan penunasan progresif pada tahun 2010 baru dapat
diselesaikan pada bulan Februari 2011 yang berdampak pada jumlah pelepah yang
38

dipertahankan dan kehilangan hasil (losses). Pembayaran hasil penunasan


progresif di kebun inti per hektar adalah sebesar Rp. 108 000.00, satu hanca
pemanen biasanya seluas 3 ha, jadi pembayaran total yang didapat pemanen setiap
seksi yang telah diselesaikan adalah sebesar Rp. 648 000.00. Waktu penunasan
pada kebun plasma dilaksanakan setiap 9 bulan sekali dengan pembayaran sebesar
Rp. 900 000.00/kavling. Keterlambatan waktu penunasan di kebun inti ini dapat
berpengaruh terhadap kehilangan hasil (losses) melalui berondolan tersangkut di
ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok pada kedua blok pengamatan yaitu blok
B89a dan B91d. Data losses berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah
tinggal di pokok dari 55 pokok sampel dapat dilihat pada Tabel 12 dan 13.

Tabel 12. Data Losses Berondolan Tersangkut di Ketiak Pelepah


Blok ∑ Berondolan tersangkut di ketiak pelepah Bobot total ∑ Pokok
(kg)
B89a 2248 24.73 55
B91d 2402 26.42 55
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 12 dapat dilihat bahwa jumlah bobot berondolan


tersangkut di ketiak pelepah di blok B89a adalah sebesar 24.73 kg, sehingga rata-
rata bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah/pokok adalah sebesar 0.45 kg.
Jumlah bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah di blok B89a adalah
sebesar 26.42 kg, sehingga rata-rata bobot berondolan tersangkut di ketiak
pelepah/pokok adalah sebesar 0.48 kg.

Tabel 13. Data Losses Buah tinggal di Pokok


Blok ∑ Buah tinggal di pokok Buah tinggal (%) ∑ Pokok

B89a 1 1.80 55
B91d 3 5.45 55
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 13, blok B91d memiliki jumlah buah tinggal yang
lebih banyak daripada B89a dari 55 pokok sampel. Blok B91d memiliki jumlah
buah tinggal sebesar 3 buah dari 55 pokok sampel, sehingga persentase yang
didapat sebesar 5.45 %, sedangkan B89a memiliki jumlah buah tinggal sebesar 1
buah dari 55 pokok sampel, sehingga persentase yang didapat sebesar 1.8 %.
39

Contoh perhitungan kerugian akibat kehilangan hasil (losses) produksi


pada bulan April untuk Blok B89a dan bulan Mei untuk Blok B91d:
Diketahui :
Total pokok produktif : Blok B89a: 12 478 pokok
Blok B91d: 9 565 pokok
Bobot janjang rata-rata: Blok B89a: 24.41 kg
Blok B91d: 24.11 kg
Ekstraksi minyak dari berondolan/kg: CPO/kg : 33 %
PKO/kg : 6 %
Ekstraksi minyak dari TBS/kg: CPO/kg : 22 %
PKO/kg : 4 %
Harga jual minyak: CPO = Rp. 9 000.00/kg
PKO = Rp. 5 000.00/kg
Bobot berondolan tersangkut di ketiak pelepah/pokok:
Blok B89a = 24.73 kg/55 pokok = 0.45 kg/pokok
Blok B91d = 26.42 kg/55 pokok = 0.48 kg/pokok
Kerugiannya:
 Bobot total berondolan tersangkut di ketiak pelepah:
Blok B89a = 0.45 kg x 12 478 pokok = 5 615 kg
Blok B91d = 0.48 kg x 9 565 pokok = 4 591.2 kg
 Setelah diekstraksi:
1. Kerugian dari CPO
- Blok B89a = 5 615 kg x 33 % = 1 852.95 kg CPO, maka kerugian
keungannya:
= Rp 9 000.00/kg x 1 852.95 kg = Rp 16 676 550.00/bulan.
- Blok B91d = 4 591.2 kg x 33 % = 1 515.09 kg CPO, maka
kerugian keuangannya:
= Rp 9 000.00/kg x 1 515.09 kg = Rp 13 635 810.00/bulan.
2. Kerugian dari PKO
- Blok B89a = 5 615 kg x 6 % = 336.90 kg PKO, maka kerugian
keuangannya:
= Rp 5 000.00/kg x 336.90 kg = Rp 1 684 500.00/bulan.
40

- Blok B91d = 4 591.2 kg x 6 % = 275.47 kg, maka kerugian


keuangannya:
= Rp 5 000.00/kg x 275.47 kg = Rp 1 377 350.00/bulan.
 Jumlah total buah tinggal di pokok:
Blok B89a = 1.80 % x 12 478 pokok = 225 buah
Blok B91d = 5.45 % x 9 565 pokok = 521 buah
 Bobot total buah tinggal di pokok
Blok B89a = 225 x 24.41 kg = 5 492.25 kg
Blok B91d = 521 x 24.11 kg = 12 561.31 kg
 Setelah diekstraksi:
1. Kerugian dari CPO:
- Blok B89a = 5 492.25 kg x 22 % = 1 208.29 kg, maka kerugian
keuangannya:
Rp 9 000.00/kg x 1 208.29 kg = Rp 10 874 610.00/bulan.
- Blok B91d = 12 561.31 kg x 22 % = 2 763.49 kg, maka kerugian
keuangannya:
Rp 9 000.00/kg x 2 763.49 kg = Rp 24 810 410.00/bulan.
2. Kerugian dari PKO:
- Blok B89a = 1 208.29 kg x 4 % = 48.33 kg, maka kerugian
keuangannya: Rp 5 000.00/kg x 48.33 kg = Rp 241 650.00/bulan.
- Blok B91d = 2 763.49 kg x 4 % = 110.54 kg, maka kerugian
keuangannya: Rp 5 000.00/kg x 110.54 kg = Rp 552 700.00/bulan.

Teknik Penunasan

Teknik penunasan yang harus dilaksanakan di PT Inti Indosawit Subur adalah


teknik songgo satu, yaitu hanya menyisakan satu pelepah dari tandan buah paling
bawah. Hal ini dikarenakan umur tanaman rata-rata yang ditanam di PT Indosawit
Subur adalah di atas 15 tahun. Cara menunas di areal TM adalah pelepah dipotong
rapat ke batang agar berondolan yang jatuh tidak tersangkut pada batang. Pokok
yang pertumbuhannya kurang bagus atau kuning karena defisiensi hara, harus
ditunas lebih hati-hati, cukup membuang daun yang kering saja, dan pokok yang
41

telah dipastikan abnormal tidak perlu ditunas karena pada akhirnya akan di
thinning out.

Tabel 14. Hasil Pengamatan Teknik Songgo oleh Pemanen di Kebun Inti
dan Kebun Plasma

Kebun Blok Tahun tanam Songgo Persentase (%)


Inti B89a 1989 1 93.33
2 6.67
B91d 1991 1 80.00
2 20.00
Plasma Hamparan 20 1989 1 80.00
2 20.00
Hamparan 94 1991 1 66.67
2 23.33
3 10.00
Sumber : Data Primer

Data Tabel 14 didapat dengan mengamati teknik songgo di Afdeling II


(Blok B89a dan B91d) untuk kebun inti dan di satuan pemukiman (SP) II
(Hamparan 20 dan 94) untuk kebun plasma, dengan jumlah sampel tanaman pada
masing-masing blok pengamatan adalah 60 pokok dalam 3 hanca panen (masing-
masing 20 pokok/hanca). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa teknik
penunasan di kebun inti masih lebih baik dibandingkan kebun plasma meskipun
masih terdapat beberapa pokok yang belum songgo satu. Hal ini dapat dilihat dari
persentase songgo satu di kedua blok kebun inti lebih besar dibandingkan dengan
kebun plasma.
Blok B89a (tahun tanam 1989) memiliki persentase songgo satu 93.33 %,
dan songgo dua 6.67 %, sedangkan blok B91d (tahun tanam 1991) memiliki
persentase songgo satu sebesar 80.00 % dan songgo dua sebesar 20.00 %.
Hamparan 20 (tahun tanam 1989) memiliki persentase songgo satu sebesar
80.00 % dan songgo dua sebesar 20.00 %. Teknik penunasan pada Hamparan 94
masih terbilang belum baik, karena masih terdapat beberapa pokok dengan songgo
tiga yaitu sebesar 10.00 %. Persentase songgo satu pada Hamparan 94 juga masih
terbilang rendah dibandingkan blok-blok pengamatan yang lain, yaitu 66.67 %
dan diikuti dengan persentase songgo dua yang cukup tinggi pula dibandingkan
blok-blok pengamatan yang lain yaitu 23.33 %.
42

Ketidaktepatan dalam teknik penunasan progresif yang dilakukan oleh


pemanen terurtama disebabkan ketidakterampilan pemanen dalam menunas
songgo satu dan juga ketidaksempatan pemanen dalam menunas sambil memanen,
sehingga masih banyaknya pelepah-pelepah gondrong (under pruning).

Gambar 6. Teknik Penunasan Songgo I

Jumlah Pelepah yang Dipertahankan

Kemampuan tanaman mempertahankan jumlah pelepah, selain ditentukan


oleh faktor genetik, juga dapat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan tumbuh
melalui pengaruhnya terhadap laju proses penuaan daun. Patah pelepah (sengkleh)
yang sering terjadi diduga disebabkan kahat hara kalium dan cekaman kekeringan.
Ketepatan jumlah pelepah yang dipertahankan ini merupakan faktor yang sangat
penting dan dapat berpengaruh terhadap nisbah seks (perbandingan bunga jantan
dan bunga betina) dan yang terutama berpengaruh terhadap kapasitas produksi
kelapa sawit. Terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan (over
pruning) mengakibatkan areal fotosintesis daun berkurang dan pokok menjadi
stress, sehingga terjadi penurunan bunga betina dan peningkatan bunga jantan.
Semakin banyaknya jumlah pelepah yang dipertahankan tidak sesuai dengan
ketentuan (under pruning) dapat menyulitkan pemanen dalam memotong buah,
sehingga dapat meningkatkan losses produksi melalui berondolan tersangkut di
ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok
43

Jumlah pelepah yang harus dipertahankan berdasarkan umur tanaman dari


SOP PT Inti Indosawit Subur nomor AA-APM-OP-1100.13-RI adalah:

Tabel 15. Jumlah Pelepah Dipertahankan per Umur Tanaman Sesuai SOP
PT Inti Indosawit Subur

Jumlah pelepah dipertahankan


Umur tanaman (tahun) Songgo
/ pokok
3–4 58 – 64 3
5–8 48 – 54 2
9 – 14 40 – 46 2
>14 32 – 36 1
Sumber: Agricultural Policy Manual (APM) Asian Agri (2008)

Pengukuran ketepatan jumlah pelepah yang dipertahankan dapat dilakukan


dengan cara pengamatan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan, sehingga
dapat menunjukkan nisbah seks (perbandingan bunga jantan dan bunga betina)
dan jumlah tandan. Pengamatan ketepatan jumlah pelepah yang dipertahankan ini
dilaksanakan di kebun inti dan kebun plasma PT Inti Indosawit Subur.
Pemeriksaan pokok dilaksanakan secara sampling, yang diperoleh dari dua blok
pengamatan dengan umur tanam yang paling berbeda di Afdeling II untuk kebun
inti dan di satuan pemukiman (SP) II untuk kebun plasma. Data sampel
pengamatan diambil dari 60 pokok dalam 3 hanca pada masing-masing blok
pengamatan dengan jumlah pokok sampel per hanca sebesar 20 pokok. Berikut ini
adalah data-data pengamatan di kebun inti dan kebun plasma:
Kebun Inti

Tabel 16. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok
B89a (Tahun Tanam 1989)
Interval Jumlah Pelepah (%) ∑ Pokok
27 – 31 25.00 15
32 – 36 36.67 22
37 – 41 26.67 16
42 – 46 5.00 3
47 – 51 6.67 4
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 16, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada
interval 32 – 36 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 36.67 %,
sedangkan interval 42 – 46 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu
44

5.00 %. Secara umum, penunasan di Blok B89a sesuai dengan SOP PT Inti
Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah. Penunasan pada blok B89a harus tetap
dijaga untuk mencegah terjadinya over pruning dan under pruning.

Tabel 17. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di Blok
B91d (Tahun Tanam 1991)
Interval Jumlah Pelepah (%) ∑ Pokok
27 – 31 13.33 8
32 – 36 23.33 14
37 – 41 28.33 17
42 – 46 25.00 15
47 – 51 10.00 6
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 17, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada
interval 37 – 41 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 28.33 %,
sedangkan interval 47 – 51 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu
10.00 %. Secara umum penunasan di blok B91d masih belum sesuai dengan SOP
PT Inti Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah, karena masih banyak pokok yang
under pruning. Oleh karena itu, penunasan di blok B91d harus lebih dijaga lagi
sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Kebun Plasma

Tabel 18. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di


Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989)

Interval Jumlah Pelepah (%) ∑ Pokok


27 – 31 16.67 10
32 – 36 35.00 21
37 – 41 30.00 18
42 – 46 18.33 11
47 – 51 0.00 0
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 18, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada
interval 32 – 36 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 35.00 %,
sedangkan interval 47 – 51 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu
0.00 %. Secara umum penunasan di Hamparan 20 sesuai dengan SOP PT Inti
Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah, tetapi penunasan di Hamparan 20 harus
tetap dijaga, agar mencegah terjadinya over pruning dan under pruning.
45

Tabel 19. Data Persentase Jumlah Pelepah per Interval Pelepah di


Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991)

Interval Jumlah Pelepah (%) ∑ Pokok


27 – 31 11.67 7
32 – 36 15.00 9
37 – 41 33.33 20
42 – 46 31.67 19
47 – 51 8.30 5
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 19, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelepah pada
interval 37 – 41 pelepah memiliki nilai persentase tertinggi, yaitu 33.33 %,
sedangkan interval 47 – 51 pelepah memiliki nilai persentase terendah, yaitu
8.30 %. Secara umum penunasan di Hamparan 94 masih belum sesuai dengan
SOP PT Inti Indosawit Subur, yaitu 32 – 36 pelepah, karena masih banyak pokok
yang under pruning. Oleh karena itu, penunasan di Blok B91d harus lebih dijaga
lagi sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.
Secara umum, tabel-tabel data persentase jumlah pelepah per interval
jumlah pelepah baik di kebun inti maupun kebun plasma menunjukkan bahwa
pada jumlah pelepah pada interval 32 – 36 di kebun inti, Blok B89a (tahun tanam
1989), dan di kebun plasma, Hamparan 20 (tahun tanam 1989), memiliki
persentase yang lebih tinggi dibandingkan jumlah pelepah interval yang lain
dengan persentase sebesar 36.67 % untuk blok B89a dan 35.00 % untuk
Hamparan 20. Blok B91d (tahun tanam 1991) di kebun inti dan Hamparan 94
(tahun tanam 1991) di kebun plasma memiliki persentase yang tertinggi pada
interval 37 – 41 sebesar 28.33 % (B91d) dan 33.33 % (Hamparan 94) diikuti
dengan jumlah pelepah pada interval 42 – 46 sebesar 25.00 % (B91d) dan
31.67 % (Hamparan 94).
Berdasarkan data Agricultural Policy Manual (APM) PT Inti Indosawit
Subur, jumlah pelepah yang harus dipertahankan pada umur tanaman >14 tahun
adalah 32 – 36 pelepah dan songgo satu. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
penunasan pada blok B89a di kebun inti dan Hamparan 20 di kebun plasma masih
lebih baik dibandingkan dengan blok B91d dan Hamparan 94 karena memiliki
persentase jumlah pelepah pada interval 32 – 36 dengan songgo satu yang lebih
tinggi. Sebagian besar pokok tanaman pada blok B91d masih under prunning
46

(banyak pelepah gondrong) yang dapat menyulitkan pemanen dalam memotong


buah (pokok tidak songgo satu), sehingga dapat meningkatkan losses produksi
melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Jumlah pelepah yang dipertahankan juga dapat berpengaruh terhadap
nisbah seks dan jumlah tandan di kebun inti dan kebun plasma. Hal ini dapat
dilihat pada data Tabel 20 dan 21 untuk kebun inti serta Tabel 22 dan 23 untuk
kebun plasma.

Kebun Inti
Tabel 20. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Blok B89a (Tahun Tanam 1989)
Interval ∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina ∑ Tandan ∑ Pokok
27 – 31 3.07 2.90 2.00 15
32 – 36 2.05 2.91 2.64 22
37 – 41 2.25 3.25 2.75 16
42 – 46 1.67 3.67 3.30 3
47 – 51 2.00 2.75 3.25 4
Sumber : Data Primer

Tabel 21. Pengaruh Jumlah Pelepah terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Blok B91d (Tahun Tanam 1991)

Interval ∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina ∑ Tandan ∑ Pokok


27 – 31 2.88 1.90 1.50 8
32 – 36 2.00 2.88 2.96 14
37 – 41 2.47 2.84 3.00 17
42 – 46 2.13 2.90 2.80 15
47 – 51 2.17 2.33 3.00 6
Sumber : Data Primer

Berdasarkan data Tabel 21 dan 22 dapat dilihat bahwa semakin banyak


jumlah pelepah per interval maka semakin banyak pula jumlah tandan. Penurunan
nisbah seks (peningkatan jumlah bunga jantan yang diikuti dengan peningkatan
gugurnya bunga betina) pada kedua blok tersebut terjadi pada interval jumlah
pelepah 27 – 31. Ketentuan teknik penunasan berdasarkan jumlah songgo,
terutama songgo satu cenderung berakibat over pruning untuk pokok yang bunga
betina/tandan buahnya sedikit atau jarang, dengan teknik songgo ini penunas
mengikuti posisi buah, bukan berpedoman pada jumlah pelepah yang harus
dipertahankan. Terbuangnya sejumlah pelepah produktif secara berlebihan
mengakibatkan areal fotosintesis daun berkurang dan pokok menjadi stres.
47

Penurunan nisbah seks juga berdampak pada penurunan produksi yang


dapat dilihat pada rata-rata jumlah tandan yang terendah dibandingkan interval
yang lain. Penunasan berlebihan pada pokok-pokok yang demikan akan
memperparah kondisi fisiologi tanaman.

Pada pokok yang produksinya rendah, seyogyanya diberlakukan


penunasan berdasarkan jumlah pelepah, bukan teknik songgo.

a b

Gambar 7. Bunga Kelapa Sawit (a. Jantan dan b. Betina)

Kebun Plasma

Tabel 22. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Hamparan 94/Kerinci Sakti (Tahun Tanam 1991)
Interval ∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina ∑ Tandan ∑ Pokok
27 – 31 3.43 2.57 2.14 7
32 – 36 1.89 3.56 3.30 9
37 – 41 1.65 2.55 2.50 20
42 – 46 1.47 2.79 2.73 19
47 – 51 1.60 3.40 3.80 5
Sumber : Data Primer

Tabel 23. Pengaruh Jumlah Pelepah Terhadap Nisbah Seks dan Jumlah
Tandan di Hamparan 20/Sumber Makmur (Tahun Tanam 1989)
Interval ∑ Bunga Jantan ∑ Bunga Betina ∑ Tandan ∑ Pokok
27 – 31 2.60 2.90 2.20 10
32 – 36 1.62 3.05 2.57 21
37 – 41 2.17 3.00 2.56 18
42 – 46 3.09 2.73 2.54 11
47 – 51 - - - -
Sumber : Data Primer
48

Berdasarkan data Tabel 22 dan 23 dapat dilihat bahwa pada Hamparan 94


(tahun tanam 1991) terjadi peningkatan jumlah bunga jantan yang cukup tinggi
pada interval 27 - 31 yang disebabkan terjadinya over prunning, sedangkan pada
Hamparan 20 (tahun tanam 1989) peningkatan jumlah bunga jantan yang cukup
tinggi terjadi pada interval 42 – 46. Hal ini dapat disebabkan karena pokok
mengalami stres yang dapat disebabkan pokok kekurangan air dan unsur hara
(pemupukan tidak berjalan dengan baik). Selain itu, hal ini juga dapat disebabkan
karena pokok mengalami stres naungan yaitu terlalu banyak jumlah pelepah yang
dipertahankan sehingga pelepah yang terbawah tidak mendapat sinar matahari
yang cukup dan mengakibatkan peningkatan jumlah bunga jantan yang diikuti
dengan peningkatan gugurnya bunga betina. Penurunan nisbah seks pada
Hamparan 20 (tahun tanam 1989) ini pun berdampak pada rata-rata jumlah tandan
yang semakin menurun semakin bertambahnya jumlah bunga jantan, sedangkan
pada Hamparan 94 (tahun tanam 1991) rata-rata jumlah tandan cenderung
meningkat dengan bertambahnya jumlah interval pelepah.

a b

Gambar 8. Kondisi Pokok Kelapa Sawit (a. Under pruning dan b. Over pruning)
49

Tabel 24. Perbandingan Rata-rata Jumlah Pelepah Terhadap Produksi


Kebun Blok Rata-rata Ulangan Tanggal Σ TBS Bobot TBS
Σ pelepah (kg)
I 09-04-11 1 158 29 120
B89a
35.72 II 19-04-11 1 445 36 870
(1989)
III 29-04-11 1 639 39 510
Total 4 242 105 500
BJR 24.87
Inti
I 05-04-11 1 239 29 600
B91d
38.90 II 15-04-11 1 440 31 270
(1991)
III 26-04-11 2 350 51 260
Total 5 029 112 130
BJR 22.29
Hamparan I 23-05-11 1 599 34 370
20 36.87 II 03-06-11 2 208 48 615
(1989) III 13-06-11 1 852 41 215
Total 5 659 124 200
BJR 21.95
Plasma
Hamparan I 21-05-11 1 214 20 370
94 39.68 II 01-06-11 2 957 36 250
(1991) III 11-06-11 1 603 31 415
Total 5 774 88 035
BJR 15.25
Sumber: Data Primer

Data Tabel 24 menunjukkan bahwa nilai BJR tahun tanam 1989 lebih
besar dibandingkan BJR tahun tanam 1991. Blok pengamatan pada kebun inti
menunjukkan bahwa blok B89a dengan rata-rata jumlah pelepah yang
dipertahankan sebesar 35.72 (sesuai dengan ketentuan SOP) dari tiga ulangan
pengamatan yang dilakukan menghasilkan jumlah tandan sebesar 4 242 tandan
dengan bobot 105 500 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan sebesar 24.87. Blok
B91d dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 38.90 (tidak
sesuai dengan ketentuan SOP) menghasilkan jumlah tandan total sebesar 5 029
dengan bobot 112 130 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan sebesar 22.29.
Hasil pengamatan pada kebun plasma menunjukkan bahwa Hamparan 20
dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan sebesar 36.87 dari tiga
ulangan pengamatan yang dilakukan, menghasilkan jumlah tandan sebesar
5 659 tandan dengan bobot 124 200 kg, sehingga nilai BJR yang dihasilkan
sebesar 21.95. Hamparan 94 dengan rata-rata jumlah pelepah yang dipertahankan
sebesar 39.68 (tidak sesuai dengan ketentuan SOP) mengahasilkan jumlah tandan
50

total sebesar 5 774 tandan dengan bobot 88 035 kg, sehingga nilai BJR yang
dihasilkan sebesar 15.25.
Secara umum, pokok-pokok pada tahun tanam 1991 memiliki jumlah TBS
yang lebih tinggi dibandingkan dengan pokok-pokok pada tahun tanam 1989,
tetapi pokok-pokok pada tahun tanam 1989 memiliki nilai BJR yang lebih tinggi
dibandingkan pokok-pokok pada tahun tanam 1991. Hal ini dapat disebabkan
karena semakin tua umur suatu tanaman maka semakin tinggi bobotnya, karena
unsur hara yang diserap dan pasokan karbohidrat melalui fotosintesis pada
tanaman yang lebih tua lebih dikhususkan untuk menunjang produksi buah
daripada untuk pertumbuhan vegetatif tanaman. Nilai BJR pada kedua blok di
kebun inti secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan kebun plasma. Hal ini
dapat disebabkan karena kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit pada kebun
inti masih lebih baik dibandingkan kebun plasma.
Pengelolaan tajuk dengan menjaga jumlah pelepah yang dipertahankan
tetap optimal sangat penting untuk maksimalisasi produksi. Oleh karena itu,
penentuan jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan harus tetap dijaga
sesuai dengan umur tanaman. Sesuai dengan SOP umur tanaman >14 tahun,
jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan sebesar 32 – 36 pelepah.
51

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Penunasan merupakan pemotongan pelepah yang tidak produktif (pelepah


sengkleh, pelepah kering, dan pelepah terserang hama dan penyakit) untuk
menjaga luasan permukaan daun (leaf area) yang optimum agar mendapat
produksi yang maksimum. Tujuan penunasan adalah untuk menjaga sanitasi
tanaman, memudahkan pemanenan, serta mencegah terjadinya kehilangan hasil
panen melalui berondolan tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Berdasarkan data, penunasan berlebihan, dengan jumlah pelepahnya di bawah 32,
umumnya terjadi pada pokok-pokok yang nisbah seks bunga betina/jantannya
rendah. Hal ini berkaitan penerapan teknik songgo dan tidak berdasarkan jumlah
pelepah yang harus dipertahankan.
Pada keadaan lain, semakin banyak jumlah pelepah yang dipertahankan
pada umur tanaman > 14 tahun maka semakin besar pula kehilangan hasil melalui
jumlah berondolan yang tersangkut di ketiak pelepah dan buah tinggal di pokok.
Pengelolaan tajuk dengan menjaga jumlah pelepah yang dipertahankan tetap
optimal sangat penting untuk maksimalisasi produksi. Untuk itu, penentuan
jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan sesuai umur tanaman harus
tetap dijaga seoptimal mungkin. Rata-rata umur tanaman yang ada di PT Inti
Indosawit Subur adalah >14 tahun, sesuai dengan SOP PT Inti Indosawit Subur,
untuk umur tanaman >14 tahun, jumlah pelepah optimal yang harus dipertahankan
sebesar 32 – 36 pelepah.
Saran

Perlu adanya pengawasan ketat yang harus dilakukan oleh mandor yang
mengawasi kegiatan penunasan. Pelatihan dan simulasi terutama kepada pemanen
dan anggota gang khusus tunas juga harus dilakukan, sehingga para pemanen
dapat menunas secara benar sesuai dengan ketentuan jumlah pelepah yang harus
dipertahankan. Rata-rata umur tanaman yang ada di PT Inti Indosawit Subur
adalah >14 tahun, sehingga teknik penunasan yang harus dilakukan adalah teknik
songgo satu dan jumlah pelepah yang harus dipertahankan sebesar 32 – 36
pelepah. Teknik songgo satu seyogyanya tidak diberlakukan pada pokok yang
berproduksi rendah atau nisbah bunga betina/jantannya rendah, karena akan
berakibat over pruning, disarankan menerapkan teknik berdasarkan jumlah
pelepah yang dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA

Adiwiganda, R. dan Siahaan, M.M. 1994. Kursus Manajemen Perkebunan Dasar


Bidang Tanaman. Lembaga Pendidkan Perkebunan Kampus Medan.
Medan. 68 hal

Asian Agri Group. 2008. Agricultural Policy Manual (APM). Deli Serdang,
Medan.

Fauzi, Y., Y. E. Widyastuti, I. Satyawibawa, dan R. Hartono. 2008. Kelapa sawit:


Budidaya, Pemanfaatan Hasil dan Limbah, Analisis usaha dan
Pemasaran. Edisi revisi. Penebar swadaya. Jakarta. 168 hal.

Lubis, A. U. 1992. Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Di Indonesia. Pusat


Penelitian Kelapa Sawit Marihat. Pematang Siantar.

Mangoensoekarjo dan Semangun. 2000. Manajemen Agrobisnis Kelapa Sawit.


Gadjah Mada University. Yogyakarta. 605 hal.

Pahan, I. 2008. Panduan Lengkap Kelapa Sawit Manajemen Agribisnis dari Hulu
hingga Hilir. Jakarta : Penebar Swadaya.

PPKS. 2003. Budidaya Kelapa Sawit. Pusat Penelitian Kelapa Sawit. Medan.
145 hal.

Sastrosayono, S. 2008. Budidaya Kelapa Sawit. Agromedia Pustaka. Jakarta.


65 hal.

Setyamidjaja, D. 2006. Kelapa Sawit. Kanisisus. Jakarta. 127 hal.

Sunarko. 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit.


Agromedia Pustaka. Jakarta. 70 hal.

Wawan, P. 2011. Botani Kelapa Sawit. http://puputwawan.wordpress.com.


[25 Juni 2011]

Yahya, S. 1990. Budidaya Kelapa Sawit (Elaeis guinensis Jacq.). Jurusan


Budidaya Pertanian. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
52 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL) di PT Inti Indosawit Subur
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Pekerja Standar
...…………….(satuan/HK)………….....
28-02-2011 Tiba di lokasi - - - Mess AALI
01-03-2011 Briefing dan Orientasi Lapang - - - Kantor besar PT IIS
02-03-2011 Sebar Janjang Kosong (JJK) 3 titik 10 titik 10 titik Blok B91c
03-03-2011 Pemupukan 6 until 26 until 25 until Blok B91b
04-03-2011 Perbaikan gorong-gorong 1 gorong-gorong 1 gorong-gorong - Blok B90b
07-03-2011 Dongkel Anak Kayu (DAK) ½ jalan pikul 1 jalan pikul 1 jalan pikul Blok B90c
08-03-2011 Penyemprotan Herbisida 1 ha 5 ha 5 ha Blok B90c
09-03-2011 Penyemprotan Herbisida ½ ha 3 ha 3 ha Blok B89b
10-03-2011 Pemanenan 5 TBS 66 TBS 50 TBS Blok B91a
11-03-2011 Taksasi Potong Buah - - - Blok B89a
12-03-2011 Taksasi Potong Buah - - - Blok B89b
14-03-2011 Taksasi Potong Buah - - - Blok B89a
15-03-2011 Sensus TO - 50 batang/hari 50 batang/hari Blok B90b
16-03-2011 Rempesan pelepah - 50 pohon - Blok B89b
17-03-2011 Pemanenan - 50 TBS 50 TBS Blok B91d
18-03-2011 Dongkel Anak Kayu 1 jalan pikul 1 jalan pikul 1 jalan pikul Blok B91d
19-03-2011 Penunasan 10 pokok 40 pokok 40 pokok Blok B90b
21-03-2011 Pemeliharaan Flatbed POME - 3 pasar 3 pasar Inti 19
22-03-2011 Pemupukan 8 until 28 until 25 until Blok B90c
23-03-2011 Pemupukan 8 until 27 until 25 until Blok B90c
24-03-2011 Pemupukan 8 until 26 until 25 until Blok B90c
25-03-2011 Pemanenan - 60 TBS 50 TBS Blok B90b
26-03-2011 Sensus Ulat Api 6 jalan pikul 6 jalan pikul 6 jalan pikul TPP B91b
27-03-2011 Hutan lindung (penyulaman) 15 tanaman 30 tanaman 30 tanaman Hutan Lindung Afd II

55
Lampiran 1. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pekerja Harian Lepas (PHL) di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
Penulis Karyawan Standar
...…………….(satuan/HK)………….....
29-03-2011 Penguntilan pupuk 1500 kg 1500 kg 1500 kg Gudang pupuk
30-03-2011 Penunasan 5 pokok 50 pokok 50 pokok Blok B89a
17-03-2010 Hutan lindung (pembibitan) 125 bibit 400 bibit 400 bibit Blok B91d
tanaman tanaman tanaman

56
Lampiran 2. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur
Prestasi Kerja
Jumlah KHL Luas Areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan
(orang) (ha) (jam)
01-04-2011 Mengawasi Pemanenan 10 46 7 Blok B89b
02-04-2011 Mengawasi Pemanenan 8 46 7 Blok B89b
04-04-2011 Mengawasi Pemanenan 11 41 7 Blok B91d
05-04-2011 Mengawasi Pemanenan 9 38 7 Blok B91d
06-04-2011 Mengawasi Pemanenan 10 57 7 Blok B91b
07-04-2011 Mengawasi Penunasan 15 48 7 Blok B89a
08-04-2011 Mengawasi Penunasan 13 48 7 Blok B89a
09-04-2011 Mengawasi Penunasan 15 48 7 Blok B89a
11-04-2011 Mengawasi Pemupukan 14 18 4 Blok B90a
12-04-2011 Mengawasi Pemupukan 15 27 4 Blok B90a
13-04-2011 Kerani Panen 8 41 4 Blok B91d
14-04-2011 Kerani Panen 11 41 7 Blok B91d
15-04-2011 Mengawasi Pemupukan 12 29 7 Blok B90b
16-04-2011 Mengawasi pemupukan 12 27 4 Inti 44
18-04-2011 Mengawasi Penyemprotan Herbisida 20 50 4 Inti 14
19-04-2011 Mengawasi Penyemprotan Herbisida 11 50 7 Blok B89a
20-04-2011 Mengawasi Pemanenan 11 48 7 Blok B90b
21-04-2011 Mengawasi penguntilan pupuk 5 - 4 Gudang pupuk
23-04-2011 Mengawasi Pemanenan 12 46 7 Blok B89b
25-04-2011 Mengawasi Pemupukan 19 36 7 Blok B91d
26-04-2011 Mengawasi Pemupukan 14 22 7 Blok B91d
27-04-2011 Mengawasi Pemupukan 16 24 7 Blok B89b

57
Lampiran 3. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Mandor di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Jumlah KHL Luas areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
yang Diawasi yang Diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
28-04-2011 Kunjungan ke PMKS II - - - PMKS II
29-04-2011 Kunjungan ke PMKS II - - - PMKS II
30-04-2011 Kunjungan ke PMKS II - - - PMKS II
02-04-2011 Kunjungan ke PMKS II - - - PMKS II

58
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur

Prestasi Kerja
Jumlah Mandor Luas Areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
yang Diawasi yang Diawasi Kegiatan
(orang) (ha) (jam)
03-05-2011 Mengawasi Pemanenan 3 130.5 7 Blok B90c & B91d
04-05-2011 Mengawasi Pemanenan 3 140 7 Blok B91b & A91c
05-05-2011 Mengawasi Pemanenan 3 117 7 Blok B90d & B91a
06-05-2011 Mengawasi Penunasan 1 96 7 Blok B89a
07-05-2011 Mengawasi Penunasan 1 96 7 Blok B89a
09-05-2011 Mengawasi Pemupukan 1 18 7 Blok B90b & B89b
10-05-2011 Mengawasi Pemupukan 1 59 7 Blok B89b & B91d
11-05-2011 Mengawasi Penguntilan pupuk 1 - 7 Gudang pupuk
12-05-2011 Supervisi - - - AALI
13-05-2011 Mengawasi Pemupukan 1 23 7 Blok B90d
14-05-2011 Mengawasi Pemanenan 3 95 7 Blok B91c & B91d
16-05-2011 Mengawasi Penguntilan pupuk 1 - 7 Gudang pupuk
17-05-2011 Mengawasi Penguntilan pupuk 1 - 7 Gudang pupuk
18-05-2011 Mengawasi Pemupukan 1 29 7 Blok B90b
19-05-2011 Mengawasi Pemupukan 1 27 7 Blok B90a
20-05-2011 Mengawasi Pemanenan 3 111 7 Blok B90c & B90b
21-05-2011 Adninistrasi - - 5 Kebun Plasma
23-05-2011 Adninistrasi - - 5 Kebun Plasma
24-05-2011 Administrasi - - 5 Kebun Plasma
25-05-2011 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma

59
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Jumlah Mandor Luas Areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
yang Diawasi yang Diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
26-05-2011 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma
27-05-2011 Pelatihan K3 - - 4 Kebun Plasma
28-05-2011 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma
30-05-2010 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma
31-05-2011 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma
01-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma
03-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 50 7 Kebun Plasma
04-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
06-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
07-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
08-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
09-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
10-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
11-06-2011 Mengawasi Pemanenan 1 44 7 Kebun Plasma
13-06-2011 Administrasi - - 5 Kebun Plasma
14-06-2011 Mengawasi Pemupukan 1 25 7 Blok B91d
15-06-2011 Mengawasi Penguntilan Pupuk 1 - 7 Gudang Pupuk
16-06-2011 Mengawasi Pemanenan 3 107.5 7 Blok B89a & B90b
17-06-2011 Mengawasi Penguntilan Pupuk 1 - 7 Gudang Pupuk
18-06-2011 Mengawasi Penguntilan 1 - 7 Gudang Pupuk
20-06-2011 Mengawasi Penguntilan 1 - 7 Gudang Pupuk
21-06-2011 Mengawasi Penguntilan 1 - 7 Gudang Pupuk

60
Lampiran 4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Sebagai Pendamping Asisten di PT Inti Indosawit Subur (Lanjutan)
Prestasi Kerja
Jumlah KHL Luas areal Lama
Tanggal Uraian Kegiatan Lokasi
yang Diawasi yang Diawasi kegiatan
(orang) (ha) (jam)
22-06-2011 Administrasi - - 7 Kantor Afdeling 2
23-04-2011 Administrasi - - 7 Kantor Afdeling 2
24-06-2011 Administrasi - - 7 Kantor Afdeling 2
25-06-2011 Administrasi - - 7 Kantor Afdeling 2
27-06-2011 Persiapan Presentasi - - - -
28-06-2011 Persiapan Presentasi - - - -
29-06-2011 Persiapan Presentasi - - - -
30-06-2011 Presentasi - - - Kantor Kebun Buatan
01-07-2011 Pulang

61
Lampiran 5. Curah Hujan dan Hari Hujan di PT Tunggal Perkasa Plantations, Indragiri Hulu, Riau Periode 2007 - 2010

Bulan 2007 2008 2009 2010


CH HH CH HH CH HH CH HH
Januari 255 13 91 6 141 8 140 12
Februari 114 7 240 6 160 5 129 6
Maret 136 8 260 9 355 13 179 10
April 355 10 232 10 37 3 227 9
Mei 160 10 58 6 282 8 51 6
Juni 127 8 40 5 35 6 104 7
Juli 169 8 209 5 240 11 219 12
Agustus 169 8 207 11 178 9 159 6
September 223 11 415 12 80 4 316 10
Oktober 168 7 242 13 398 11 222 4
November 265 11 77 8 363 15 141 8
Desember 162 8 142 6 240 11 97 8
Jumlah 2 303 109 2 213 97 2 509 104 1 981 98
Keterangan : CH = Curah Hujan
HH = Hari Hujan

62
Lampiran 6.Peta PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau

63
Lampiran 7. Peta Satuan Peta Tanah dan Kesesuaian lahan di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau.

64
Lampiran 8. Struktur Organisasi di PT Inti Indosawit Subur, Pelalawan, Riau

65

Anda mungkin juga menyukai