ii
iii
ABSTRAK
JASTRI MEY SARAGIH. Pengelolaan Lahan Gambut di Perkebunan Kelapa
Sawit di Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,
Riau. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Teluk Bakau Estate, PT
Bhumireksa Nusa Sejati (BNS), Kalimantan Selatan dengan tujuan umum
mengetahui dan mengikuti praktek perusahaan dalam mengelola lahan gambut
untuk tanaman kelapa sawit, serta dengan tujuan khusus mempelajari sistem
pengelolaan tata air perkebunan. Kegiatan dilaksanakan selama 4 bulan mulai
Februari Juni 2013. Pada umumnya sasaran ketinggian air di Perkebunan PT
BNS adalah 25 50 cm di bawah permukaan tanah. Sistem drainase di PT BNS
terdiri atas kanal utama, kanal cabang, kanal cabang baru, kanal kolektor, parit
kolektor, parit tengah, dan field drain. Upaya-upaya untuk mempertahankan
ketinggian air antara lain membuat water zoning, memasang piezzometer, pintu
air, over flow gate, pintu air parit tengah, pembuatan emergency gate, pemasangan
spillway, perawatan kanal, dan pembuatan peta dan standar operasional prosedur
sistem pengelolaan tata air. Analisis regresi linier sederhana dilakukan untuk
menduga pengaruh curah hujan terhadap ketinggian air. Kajian menunjukkan
bahwa curah hujan berpengaruh nyata (P value = 0.014) terhadap ketinggian air.
Kenaikan 1 % curah hujan akan menaikkan ketinggian air 0.06893% di bawah
permukaan tanah. Analisis regresi linier berganda dilakukan untuk menduga
pengaruh curah hujan dan ketinggian air terhadap produksi. Kajian menunjukkan
curah hujan dan ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap produksi. Secara
keseluruhan ketinggian air di Kebun Teluk Bakau terkontrol dengan baik. Secara
keseluruhan kondisi sistem drainase baik dan dapat dilalui kendaraan air. Sistem
pengelolaan tata air dikelola dengan baik.
Kata kunci: drainase, ketinggian air, pengelolaan tata air, Riau
ABSTRACT
Internship was conducted at the Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa
Sejati (BNS), Riau in order to follow the practise of the company in managing
peatland for oil palm crop, as well as to study the water management system of
estates. Activity was carried out for 4 months from February to June 2013. Target
of water level at PT BNS plantation commonly is in range 25 to 50 cm below the
ground surface. Drainage system in PT BNS consists of main canals, branch
canals, new branch canals, collection canals, collection trenches, middle
trenches, and field drain. The efforts to maintaining the water level are building
up water zoning, installing piezzometers, water gates, over flow gates, water
flows, building up emergency gates, installing spillway, treating canals, and
making maps and standard operational procedure of water management system.
Simple linear regression analysis was used to estimate the effect of rainfall to
water level. Result showed that the rainfall significantly (p value = 0.014) affected
the water level. Increasing 1% of the rainfall would increase the water level by
0.06899% below the ground surface. Multiple linear regression analysis was used
to estimated the effect of rainfall and water level to production. Results showed
that the rainfall and the water level did not affect the production. Most of the
water levels at Teluk Bakau Estate are controlled well. Most of the drainage
system conditions are good and can be passed by conveyance of water. Water
management system is managed well.
Keywords: drainage, Riau, water level, water management
Disetujui oleh
Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Tanggal Lulus:
10
11
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Skripsi merupakan
syarat kelulusan S1 di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas
Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi merupakan hasil dari kerja dan analisis
selama kegiatan magang yang dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan
kelapa sawit Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation, Riau
Terima kasih penulis ucapkan kepada kepada kedua orang tua, Bapak
Jamansur Saragih, Ibu Murni Br Perangin Angin, Abang Jon Iman Tuah
Bremanda Saragih, kakak-kakakku yang tercinta, dan seluruh keluarga besar atas
doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis, Bapak Dr Ir Hariyadi, MS
selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta
arahannya selama pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi. Bapak Dr Ir
Supijatno, MSi dan Bapak Dr Ir Ade Wachjar, MS selaku dosen penguji yang
telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi. Ibu Dr Ir
Yudiwanti Wahyu E. K, MS selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis selama menjalankan studi. Bapak Mohamad Faozi Toan
selaku Manajer Kebun Teluk Bakau dan Bapak Kamsul Effendi selaku Manajer
Kebun Mandah, dan keluarga besar PT Bhumireksa Nusa Sejati, Kebun Teluk
Bakau, Minamas Plantation, Riau, terutama Bapak Bistha Senior Asisten Divisi I
dan Bang Suryadi selaku Asisten Divisi II yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Terima kasih juga untuk teman-teman seperjuangan,
Warkop AGH 46, Agrolina, AGH angkatan 46, KPP 46, PARMASI 46, IMKA
46, dan Parsamosir 46, beserta semua pihak yang telah membantu dalam
penyelesaian skripsi ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
12
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut
Sifat dan Ciri Lahan Gambut
Perkebunan Kelapa Sawit di Lahan Gambut
METODE
Waktu dan Tempat
Pelaksanaan Magang
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Keadaan Iklim dan Tanah
Luas Areal dan Tata Guna Lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Persiapan Lahan Peremajaan (Replanting)
Penanaman
Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman
Pemanenan
Pengaturan Ketinggian Air
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Tata Air
Sistem Drainase
Water Zoning
Pengaruh Curah Hujan terhadap Ketinggian Air
Pengaruh Curah Hujan dan Ketinggian Air terhadap Produksi
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
vii
viii
1
1
1
2
2
3
4
5
5
5
6
6
7
7
7
8
8
8
10
10
10
16
23
24
26
29
32
32
33
36
37
39
40
40
40
40
43
64
13
DAFTAR TABEL
1.
2.
3.
4.
DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
14
31 Field drain
32 Bendungan KCB dan bendungan kolektor
33 Grafik hubungan curah hujan dengan ketinggian air di bawah permukaan
tanah periode Januari 2012 Mei 2013
34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012 Mei 2013
35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 Mei 2011), dan
produktivitas (Januari 2012 Mei 2013)
36
37
38
38
39
DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kebutuhan buah kelapa sawit meningkat tajam seiring meningkatnya
kebutuhan CPO dunia, seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini
terutama sejalan dengan peningkatan kebutuhan untuk industri turunan dan
pengembangan bio energy sebagai alternatif bahan bakar (Yanuar 2011).
Peningkatan permintaan terhadap produksi kelapa sawit tersebut di samping
menguntungkan juga menjadi tantangan bagi negara Indonesia sebagai salah satu
negara pengekspor kelapa sawit karena perlu peningkatan produksi kelapa sawit
untuk memenuhi kebutuhan tersebut sedangkan lahan subur untuk pertanian
kelapa sawit semakin terbatas. Perluasan lahan kelapa sawit pada lahan marjinal
seperti lahan gambut adalah solusi penting dalam meningkatkan produksi kelapa
sawit di Indonesia.
Lahan gambut merupakan lahan yang potensial untuk tanaman kelapa sawit.
Menurut Winarna (2007) produksi kelapa sawit pada lahan gambut mencapai 27
ton/ha/tahun, sehingga tidak kalah jika dibandingkan dengan produksi kelapa
sawit pada jenis tanah lain. Menurut Suryana et al. (2007) produktivitas rata-rata
kelapa sawit Indonesia sebesar 20.25 ton/ha/tahun. Menurut Noor (2010) luas
lahan gambut di Indonesia 15 juta ha. Menurut Sabiham dan Sukarman (2012) 9
juta ha sesuai syarat untuk pertanian. Namun yang sudah dibuka dan
dikembangkan baru 0.5 juta ha untuk tanaman pangan yang dikelola oleh para
transmigran serta 1.2 juta ha untuk perkebunan khususnya kelapa sawit. Oleh
karena itu sangat diperlukan upaya-upaya optimalisasi sumber daya lahan gambut
untuk perkebunan kelapa sawit di Indonesia.
Budidaya kelapa sawit pada lahan gambut selalu melibatkan pengelolaan
tata air, pemadatan tanah, dan pemupukan, dan jika ketiga faktor tersebut tidak
dikelola dengan baik, kelestarian lahan gambut akan terancam. Di samping faktor
agronomi tanaman, pengelolaan tata air merupakan faktor paling kritis terhadap
pertumbuhan dan produksi tanaman. Pengelolaan tata air yang buruk akan
berpengaruh secara signifikan terhadap penurunan produksi. Level air yang terlalu
rendah akan meningkatkan laju subsiden dan risiko kecelakaan kebakaran gambut.
Drainase yang buruk akan menyebabkan kondisi kering tak balik (irreversible).
Oleh karena itu pengelolaan tata air adalah syarat awal keberhasilan pengelolaan
lahan gambut untuk budidaya kelapa sawit (Melling dan Hatano 2010).
Menurut Hatano et al. (2010) level air merupakan faktor penting dalam
menentukan regulasi emisi gas rumah kaca pada tanah gambut. Level air yang
semakin rendah akan meningkatkan emisi CO2 dan N2O, sedangkan kondisi banjir
akan menghasilkan emisi CH4. Oleh karena itu level air diusahakan pada kisaran
50-75 cm di bawah permukaan tanah.
Tujuan
Tujuan umum magang untuk meningkatkan kemampuan penulis dalam
mempelajari dan memahami proses produksi kelapa sawit di lahan gambut serta
dapat bekerja secara nyata pada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Tujuan
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian dan Kriteria Lahan Gambut
Pengertian lahan gambut berdasarkan rumusan semiloka nasional
pemanfaatan lahan gambut berkelanjutan di Bogor tanggal 28 Oktober 2010 ialah
sebagai suatu area yang ditutupi endapan bahan organik dengan ketebalaan >50
cm yang sebagian besar belum terlapuk secara sempurna dan tertimbun dalam
waktu lama serta mempunyai kandungan C-organik >18% (Sabiham dan
Sukarman 2012). Dalam klasifikasi tanah (soil taxonomy), tanah gambut
dikelompokkan ke dalam ordo hitosol (histos dari bahasa Yunani = jaringan) atau
sebelumnya dinamakan organosol yang mempunyai ciri dan sifat yang berbeda
dengan tanah jenis tanah mineral umumnya (Noor 2001).
Kriteria lahan gambut untuk kebun kelapa sawit harus memenuhi Peraturan
Menteri Pertanian (PERMENTAN) Nomor 14/Permentan/PL.110/2/2009 Tahun
2009, yaitu:
1. Berada pada kawasan budidaya
Kawasan budidaya dimaksud dapat berasal dari kawasan hutan yang
telah dilepas dan/atau areal penggunaan lain (APL) untuk usaha budidaya
kelapa sawit.
2. Ketebalan lapisan gambut kurang dari 3 (tiga) meter
Lahan gambut yang dapat digunakan untuk budidaya kelapa sawit: (1)
dalam bentuk hamparan yang mempunyai ketebalan gambut kurang dari
3 (tiga) meter; (2) dan proporsi lahan dengan ketebalan gambutnya
kurang dari 3 (tiga) meter minimal 70% (tujuh puluh persen) dari luas
areal yang diusahakan.
3. Lapisan tanah mineral di bawah gambut
Substratum menentukan kemampuan lahan gambut sebagai media
tumbuh tanaman. Lapisan tersebut tidak boleh terdiri atas pasir kuarsa
dan tanah sulfat masam.
4. Tingkat kematangan gambut
Areal gambut yang boleh digunakan adalah gambut matang (saprik) dan
gambut setengah matang (hemik) sedangkan gambut mentah dilarang
untuk pengembangan budidaya kelapa sawit.
5. Tingkat kesuburan tanah
Tingkat kesuburan tanah dalam kategori eutropik, yaitu tingkat
kesuburan gambut dengan kandungan unsur hara makro dan mikro yang
cukup untuk budidaya kelapa sawit sebagai pengaruh luapan air sungai
dan/atau pasang surut air laut (Departemen Pertanian 2009).
Gambut memiliki berat volume rendah, porositas tinggi, dan daya tambat air
(water holding capacity) sangat tinggi. Gambut di Indonesia rata-rata memiliki
berat volume antara 0.07 sampai 0.27 g/cm3, porositas berkisar 83.62 sampai
95.13 persen dan kandungan air dapat mencapai 1 272 persen. Semakin menurun
BV tanah gambut akan diikuti secara linear oleh peningkatan porositas tanah dan
kandungan air tanah kapasitas jenuh. Pori-pori tanah dalam keadaan tergenang
akan diisi oleh air, sehingga semakin tinggi porositas tanah maka akan semakin
tinggi air yang akan ditambat pada tanah gambut. Karena berat volume gambut
yang rendah maka daya dukung (bearing capacity) tanah gambut juga rendah.
Daya hantar air (hydraulic conductivity) tanah gambut ke arah vertikal sangat
rendah sedangkan ke arah lateral relatif tinggi. Selain itu, gambut memiliki sifat
kering tak balik sehingga perlu pengelolaan yang baik terutama pengelolaan muka
air tanah (Barchia 2006).
Sifat Kimia Tanah Gambut
Tanah gambut sebagian besar bereaksi masam sampai sangat masam
dengan pH < 4. Kandungan N total tinggi tetapi tidak tersedia bagi tanaman,
karena rasio C/N yang tinggi juga sehingga tanaman bersaing dengan
mikroorganisme. Kandungan unsur hara Mg tinggi, sementara P dan K rendah.
Kandungan unsur hara mikro terutama Cu, B, Zn sangat rendah. Daya sangga
(buffering capacity) air tinggi. Oleh karena itu perlu ameliorasi tanah gambut
untuk mengatasi tingginya kemasaman tanah dan buruknya kesuburan tanah yang
merupakan dua faktor pembatas dalam meningkatkan produktivitas lahan gambut
(Barchia 2006).
dalam (deep peat land) bukan sumber emisi maupun penyerap CO2 (bila dikoreksi
emisi CO2 dari dekomposisi dan respirasi mikroorganisme yang secara alamiah
ada di lahan gambut). Rataan emisi CO2 55 ton/ha/tahun lebih rendah daripada
emisi hutan gambut tropis 78.5 ton/ha/tahun (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit
Indonesia 2013).
Tabel 1 Anjuran pemupukan untuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut
Umur
tanaman
(bulan)
Awal/lubang
1
3
6
9
12
16
20
24
28
32
Jumlah
Urea
100
200
350
350
500
500
750
750
1 000
1 000
5 500
RP
250
500
750
1 000
1 000
3 500
350
150
250
250
250
500
500
500
750
3 500
15
100
200
250
250
815
ZnSO4
15
15
HGFborate
20
30
30
100
METODE
Waktu dan Tempat
Kegiatan magang dilaksanakan selama 4 bulan dari Februari Juni 2013
di Kebun Teluk Bakau Estate, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas Plantation,
Kecamatan Pelangiran, Kabupaten Indragilir Hilir, Riau.
Pelaksanaan Magang
Kegiatan magang dilakukan pada tiga tingkat jabatan. Selama satu bulan
pertama penulis berperan sebagai Karyawan Harian Lepas (KHL). Pekerjaan yang
dilakukan penulis sebagai KHL meliputi penanaman, pemeliharaan, pengendalian
hama penyakit tanaman, dan pemanenan. Selama bulan kedua penulis berperan
sebagai pendamping mandor. Tugas sebagai pendamping mandor antara lain
mengawasi pekerjaan beberapa KHL agar sesuai instruksi perusahaan. Penulis
berperan sebagai pendamping mandor I, mandor panen, mandor penanaman,
mandor pemupukan, mandor chemist, mandor perawatan, dan kerani panen.
Selama dua bulan yaitu bulan ketiga dan keempat, penulis berperan sebagai
Uji regresi berganda ini dilakukan untuk menduga nilai produksi berdasarkan
curah hujan dan ketinggian air.
Nilai produksi merupakan peubah tak bebas (Y) yang nilainya dipengaruhi
oleh curah hujan (X1) dan ketinggian air (X2) yang bertindak sebagai peubah
bebas. Model yang digunakan adalah model Gomez dan Gomez (1995). Model
persamaan yang digunakan dalam analisis produksi sebagai berikut:
Y = + 1X1 + 2X2
Y
: Produksi
KEADAAN UMUM
Letak Geografi
Lokasi Kebun Teluk Bakau, PT Bhumireksa Nusa Sejati, Minamas
Plantation secara administratif terletak di Kecamatan Pelangiran, Kabupaten
Indragiri Hilir, Propinsi Riau. Perjalanan ke Kebun Teluk Bakau dari Batam
pertama-tama melalui darat dari bandara Hang Nadim Batam menuju Pelabuhan
Sekupang selama 30 menit, kemudian melalui laut menuju Pelabuhan Sungai
Guntung menggunakan kapal fery selama 2 - 4 jam, dan kemudian menggunakan
speed boat menuju Kebun Teluk Bakau kurang lebih selama 30 menit. Kebun
Teluk Bakau juga dapat ditempuh dari Pekanbaru melalui Tembilahan, Ibu Kota
Kabupaten Indragiri Hilir, melalui sungai menggunakan speed boat selama 4 - 6
jam. Peta Kebun Teluk Bakau terdapat pada Lampiran 1.
Jumlah (orang)
1
1
3
1
0
36
192
247
53
40
55
629
3 493.19 ha
0.18
10
11
12
Gambar 3 Pre lining (kiri) dan pancang mata tiga untuk pembongkaran
pokok (kanan)
(4) Pembongkaran pokok. Pembongkaran pokok terdiri atas penumbangan,
chiping, dan pembongkaran dan pencacahan bonggol/perakaran (Gambar 4).
Tanaman ditumbang terlebih dahulu sejajar dengan arah barisan kemudian
dilakukan chiping atau pencincangan. Chiping adalah pencincangan batang pokok
sawit ke bentuk irisan-irisan dengan tebal maksimal 10 cm agar terurai lebih cepat
oleh mikroorganisme. Setelah itu dilakukan pembongkaran akar kemudian
dicacah. Sisa pokok yang telah dibongkar harus dirumpuk rapi sejajar dengan
barisan berdasarkan pancang pre lining untuk memudahkan operator excavator
lainnya dalam pelaksanaan kegiatan selanjutnya yaitu pembuatan parit. Akar
harus dibongkar untuk mengurangi intensitas serangan ganoderma yang
menyebabkan busuk pangkal batang. Kegiatan pembongkaran pokok diborongkan
kepada kontraktor dengan biaya Rp 65 000/H dan Rp 20 000/M (untuk gali
bonggol/perakaran pokok mati).
Pembongkaran pokok dilakukan alat berat dengan prestasi kerja (PK) 21
23 pokok/jam. Capaian PK ini jauh lebih tinggi dibandingkan di tanah mineral
(11 13 pokok/jam) karena pokok digambut lebih lunak dan lebih rendah (tinggi
rata-rata 12 m).
(5) Penataan kembali blok untuk kegiatan peremajaan. Blok-blok lama
harus ditata ulang agar sesuai dengan kebutuhan kegiatan peremajaan. Penataan
kembali merupakan bagian dari inovasi ke arah yang lebih baik. Dalam
pelaksanaannya Kebun Teluk Bakau menggunakan jasa kontraktor. Kegiatankegiatan penataan kembali blok antara lain pembuatan kanal cabang baru, parit
tengah, CECT, dan field drain.
Kanal cabang baru (KCB baru) dahulunya merupakan parit tengah yang
membagi blok dua bagian yang sama, namun diubah menjadi KCB baru untuk
akses jalan kendaraan air pengangkut TBS dan logistik ke tengah blok. Parit KCB
baru memiliki ukuran lebar permukaan atas 4 m, kedalaman 3 m, dan lebar
permukaan bawah 3 m (4 m x 3 m x 3 m). Prestasi kerja pembuatan KCB baru
adalah 20 m/BU artinya 20 meter per jam oleh alat berat (excavator) dengan biaya
kontrak Rp 55 000/m. Terkadang pembuatan parit KCB baru terlalu lebar dari
ukuran yang ditentukan sehingga dapat mengurangi populasi tanaman per hektar
(SPH). Oleh karena itu kegiatan pembuatan KCB baru perlu diawasi secara
langsung di lapangan.
Parit tengah atau parit kontrol adalah parit sekunder untuk drainase blok
yang memiliki ukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah sejajar dengan KCB baru.
Kombinasi parit tengah dan KCB baru membagi blok menjadi empat bagian
13
(petak A, B, C, D) yang dahulunya hanya dua bagian yang dipisahkan oleh parit
tengah. Hal ini dilakukan agar pasar pikul lebih pendek sehingga evakuasi TBS ke
TPH lebih efisien. Water flow dibuat di setiap pertemuan antara parit tengah
dengan kanal kolektor untuk mempertahankan ketinggian muka air tanah. Prestasi
kerja pembuatan parit tengah adalah 50 m/BU dengan biaya kontrak Rp 9 000/m.
(a)
(b)
(d)
(c)
Gambar 4 Proses pembongkaran pokok: penumbangan pokok (a),
chipping (b), hasil chipping (c), dan pembongkaran akar (d)
Parit CECT (Close Ended Conservation Trenches) adalah parit tempat
dirumpukkan sisa tanaman hasil pembongkaran pokok yang sudah kering
(Gambar 5) untuk mengurangi intensitas serangan hama kumbang tanduk
(Oryctes rhinoceros) dan rayap (Coptotermes curvignathus). Sisa-sisa tanaman
diupayakan agar tergenang air sehingga kumbang tanduk tidak dapat bertelur pada
sisa-sisa tanaman tersebut. Genangan air juga mencegah sisa-sisa tanaman
menjadi sumber makanan bagi rayap. Ukuran parit CECT adalah l.2 m x 1.2 m x
1.8 m. Parit CECT dibendung pada kedua sisinya agar tidak mencemari air kanal.
Prestasi kerja pembuatan CECT 49 m/BU dengan biaya kontrak Rp 18 000/m.
14
Field drain adalah parit untuk drainase lahan dan sering disebut sebagai
parit tersier. Ukuran field drain adalah 1 m x 0.8 m x 0.8 m. Rasio parit CECT
dan field drain masing-masing terhadap baris tanaman adalah 1:4 dan dibuat
selang-seling. Artinya dalam 4 baris tanaman terdapat 1 parit CECT dan 1 parit
field drain. Jarak parit CECT ke field drain 14 m sehingga jarak parit CECT ke
parit CECT berikutnya 28 m demikian juga dengan jarak field drain ke field drain
berikutnya juga 28 m. PK pembuatan field drain 55 m/BU dan biaya kontrak Rp 6
250/m. Perbedaan blok sebelum peremajaan dan setelah peremajaan dapat dilihat
pada Gambar 6. Layout petak blok dapat dilihat pada Gambar 7.
U
15
U
Keterangan:
16
(a)
(b)
(c)
(d)
17
ke pancang kepala selatan. Jarak antar simpul merah dengan biru adalah 7 m
sehingga jarak antar simpul merah ke merah berikutnya 14 m. Pada baris pertama
anak pancang akan dipancang pada simpul warna merah kemudian pada baris
kedua dipancang pada simpul warna biru kemudian pada baris ketiga kembali
dipancang pada simpul warna merah dan demikian seterusnya secara bergantian
sehingga pola tanam akan membentuk pola tanam segitiga sama sisi 7.93 m x 7.93
m x 7.93 m. Pemancangan dilakukan buruh kontraktor dengan PK 1.7 ha/HK.
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
Gambar 10 Alat berat pelubang tanam (a), bibit dan lubang tanam (b),
sketsa alat pembuat lubang (c), lubang tanam tampak samping
(d), tampak atas (e)
18
Hole in hole merupakan lubang tanam bertingkat yang terdiri atas lubang
atas dan lubang bawah. Lubang atas lebih luas berbentuk persegi sedangkan
lubang bawah lebih sempit berbentuk lingkaran (Gambar 10). Pembuatan lubang
tanam juga diborongkan kepada kontraktor. Prestasi kerja (PK) pembuatan
lubang tanam 0.9 ha/BU.
(3) Pemupukan lubang tanam. Jenis pupuk yang digunakan adalah Rock
Phosphate (RP) yang bertujuan untuk merangsang pertumbuhan akar dengan
dosis 500 gram/lubang tanam. Dalam pengaplikasiannya karyawan menggunakan
takaran yang sudah dikalibrasi. Penggunaan pupuk RP dibandingkan TSP (Triple
Super Phosphate) dikarena RP mengandung cukup banyak kalsium (Ca) yang
dapat mengurangi kemasaman gambut. Oleh karena itu penggunaan RP lebih
tepat. Prestasi kerja karyawan dan penulis adalah
3.5 ha/HK. Kendala yang
dihadapi adalah tergenangnya lubang tanam akibat tingginya level air oleh air
hujan sehingga saat lubang tanam dikuras pupuknya ikut terbuang (Gambar 11).
Gambar 11 Aplikasi RP (kiri) dan lubang tanam yang tergenang air (kanan)
(4) Penanaman pokok. Bibit ditanam pada lubang bawah. Jika lubang terlalu
dalam maka ditimbun atau sebaliknya jika terlalu dangkal maka digali atau jika
tergenang air maka dikuras terlebih dahulu. Kemudian great polybag dikoyak
dengan pisau lalu bibit diletakkan dengan hati-hati ke dalam lubang. Setelah itu
lubang ditimbun dan dipadatkan hingga leher akar persis sejajar dengan
permukaan tanah lubang bawah sehingga piringan akan berbentuk cekung ke
dalam. Mutu tanam dikategorikan baik harus memenuhi: (1) piringan cekung
(tidak rata), (2) tanaman tidak miring/tegak, (3) tanaman tidak tercekik, (4)
timbunan padat, dan (5) akar tanaman tidak timbul. Norma kerja penanaman
adalah 40 pokok/HK dengan premi Rp 2000/pokok. Rata-rata PK karyawan 65
pokok/HK dan penulis 16 pokok/HK.
Kesalahan-kesalahan yang harus dihindari pada penanaman kelapa sawit
antara lain: (1) bibit ditanam terlalu dalam sehingga tanaman tercekik, (2) bibit
ditanam terlalu tinggi sehingga akar timbul, (2) bibit ditanam miring, (3) tanah
pada great polybag (bola tanah) pecah dan dibuang. Kesalahan penanaman yang
ditemukan penulis di lapangan selang 1 sampai 2 minggu setelah tanam yaitu
tanaman yang menguning akibat saat penanamannya bola tanah pecah (Gambar
12d).
Penulis melakukan pengamatan terhadap mutu tanam di lahan peremajaan.
Dari 756 tanaman contoh penulis menemukan 96.18 % tanaman baik (Gambar
11a), 3.43 % tanaman miring (Gambar 12b), 0.26 % piringan rata (Gambar 12c),
dan tidak ada akar timbul dan timbunan tidak padat, maka mutu tanam masih
dalam kategori tinggi. Hasil ini dilaporkan pada mandor dan segera dilakukan
perbaikan. Hasil pengamatan dapat diihat pada Tabel 3.
19
(a)
(b)
(c)
(d)
Gambar 12 Penanaman yang baik (a), pokok miring (b), piringan rata (c),
dan tanaman menguning akibat pecahnya bola tanah saat
menanam (d)
Tabel 3 Mutu tanam di lahan peremajaan
Kriteria
Miring
Rata
Tercekik
Akar timbul
Tidak Padat
Baik
Jumlah
Jumlah (pokok)
Persentase
26
2
1
0
0
727
756
3.43 %
0.26 %
0.13 %
0.00 %
0.00 %
96.18 %
100%
20
Gambar 13 Lubang tanam normal (kiri) dan lubang tanam terlalu dekat parit
field drain (kanan)
Gambar 14 Posisi pokok normal (kiri) dan pokok terancamg longsor (kanan)
(5) Penyemprotan insektisida awal setelah tanam. Setelah bibit ditanam
segera pada sore harinya dilakukan penyemprotan insektisida untuk melindungi
daun tanaman dari serangan ulat api, ulat kantong, dan Apogonia sp. Insektisida
yang digunakan bermerk dagang Decis 25 EC yang merupakan insektisida racun
kontak dan lambung berbentuk pekatan, berwarna kuning jernih, dan berbahan
aktif deltametrin 25 g/l. Konsentrasi aplikasinya adalah 0.4 % dengan volume
semprot 135 ml/pokok. Kemudian insektisida bermerk dagang Capture 50 EC
yang merupakan insektisida racun kontak dan lambung berbentuk pekatan,
berwarna kuning pekat, dan berbahan aktif cypermethrin 50 g/l. Selain fungsi di
atas insektisida ini memiliki fungsi tambahan melindungi tanaman dari serangan
kumbang tanduk (Oryctes rhinocerous). Konsentrasi aplikasinya 1.6 % dengan
volume semprot 135 ml/pokok. Penyemprotan menggunakan knapsack sprayer
kapasitas 12 atau 15 liter.
21
22
(a)
(b)
(c)
Gambar 16 Hasil penanaman pakis (a), M. bracteata umur 2 bulan (b),
campuran kacangan Pj dan Mc umur 2 minggu (c)
Pemupukan. Pemupukan awal dilakukan 6 MST dengan pupuk NPK 65 dan
pupuk cair FeSO4. Pupuk NPK 65 ditabur melingkari pokok dengan radius 20 cm.
Fungsi pupuk NPK 65 adalah untuk pertumbuhan vegetatif tanaman,
perkembangan akar, dan meningkatkan daya tahan tanaman terhadap hama dan
penyakit tanaman. Dosis pupuk NPK 65 adalah 350 g/pokok dengan PK karyawan
dan penulis 2.9 ha/HK. Tanaman yang belum diberi pupuk NPK 65 akibat
piringannya tergenang air diberi tanda dan akan diberi pupuk ketika piringannya
sudah mengering. piringannya tergenang air tidak boleh ditaburi pupuk dan diberi
tanda Konsentrasi pupuk cair FeSO4 0.33 % dan volume semprot 135 ml/pokok
dengan PK karyawan 3.7 ha/HK sedangkan penulis 1.7 ha/HK. Fungsi pupuk
FeSO4 adalah untuk meningkatkan jumlah klorofil daun dan daya tahan tanaman.
Saat memasukkan larutan pupuk FeSO4 ke dalam knapsack sprayer, larutan
disaring menggunakan saringan tambahan dua lapis kain kasa agar butiranbutiran kecil pupuk FeSO4 yang belum terlarut sempurna tidak ikut masuk ke
dalam tangki knapsack sprayer. Hal ini dilakukan untuk mencegah butiran-butiran
kecil pupuk menempel pada daun yang bisa menyebabkan kegosongan pada daun.
Rekomendasi dosis pemupukan lahan peremajaan dapat dilihat pada lampiran 5.
Pengendalian gulma. Pengendalian gulma bertujuan untuk mengurangi
kompetisi hara, air dan sinar matahari, menekan populasi hama, dan
mempermudah kegiatan pemeliharaan. Pengendalian gulma di lahan peremajaan
dilakukan secara kimia dan manual.
Pengendalian gulma secara kimia yang diikuti oleh penulis adalah
penyemprotan gulma berdaun lebar. Herbisida yang digunakan bermerk dagang
Starane 290 EC yang merupakan herbisida purna tumbuh yang sistemik dan
selektif, berbentuk pekatan, berwarna coklat tua, dan berbahan aktif fluroksipir
metil heptil ester 295 g/l dengan konsentrasi 0.15 %. Knapsack sprayer yang
digunakan berkapasitas 19-20 liter dan Nozelnya diberi sarung plastik yang
terbuat dari kotak sabun colek agar radius pola semprotan nozelnya merata dan
tidak terlalu lebar. Prestasi kerja kayawan 2.5 ha/HK tergantung kondisi kerapatan
gulma.
Pengendalian gulma secara manual yang diikuti oleh penulis adalah
konsolidasi dan mencabut rumput. Konsolidasi dilakukan minimal 4 MST untuk
membersihkan piringan dari gulma dengan menggunakan cangkul. Selain itu
konsolidasi juga bertujuan untuk memperbaiki piringan dan menegakkan tanaman
yang miring. Norma kerja konsolidasi 1.2 ha/HK sedangkan PK penulis 0.4
ha/HK. Kegiatan mencabut rumput juga dilakukan tetapi hanya terhadap gulma
23
24
(a)
(b)
(c)
(d)
(e)
(f)
Gambar 18 Serangan hama kumbang tanduk (a), tunas tumbuh kembali pasca
penyerangan (b), pherotrap kumbang tanduk (c), penanaman
beneficial plant, (d) bedengan beneficial plant (e), pembibitan
beneficial plant (g)
Pemanenan
Pemanenan merupakan kegiatan yang menentukan dalam pencapaian
produktivitas suatu unit kebun. Panen adalah memotong semua tandan masak
panen dengan rotasi panen kurang dari sembilan hari, mutu panen yang sesuai
25
standar, mengutip seluruh brondolan (loose fruit), serta mengirimkan seluruh TBS
dan brondolan yang dipanen ke PKS selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam.
Sistem panen yang digunakan di Divisi I Kebun Teluk Bakau adalah
sistem Block Harvesting System (BHS). Sistem BHS merupakan program
implementasi pengerjaan kegiatan panen yang terkonsentrasi pada satu seksi yang
harus diselesaikan dalam satu hari.
Kriteria matang panen merupakan indiksasi yang dapat membantu pemanen
agar memotong TBS pada saat yang tepat. Berikut merupakan kriteria matang
panen di Kebun Teluk Bakau.
Tabel 3 Kriteria panen di kebun teluk bakau berdasarkan jumlah brondolan yang
lepas dari tandan
Jumlah brondolan lepas dari tandan
Tingkat kematangan
05
Buah Mentah ( Un Ripe )
69
Buah Mengkal (Under Ripe )
> 10
Buah Masak ( Ripe )
> 70%
Buah terlalu Masak ( Empty Bunch )
Sumber: Kantor Besar Kebun Teluk Bakau
Rotasi panen adalah jumlah hari yang diperlukan pemanen untuk kembali ke
seksi panen awal pada kegiatan panen. Sistem BHS membagi divisi menjadi 6
seksi panen. Sehingga membentuk rotasi panen 6/7 yang artinya terdapat enam
hari kerja dan kembali ke seksi panen awal pada hari ke-7. Seksi-seksi kemudian
dibagi menjadi beberapa hanca tetap untuk memudahkan pengawasan.
Pelaksanaan kegiatan panen dimulai dengan apel pagi pukul 06.00 WIB
oleh pemanen dengan mandor panen. Mandor memeriksa kehadiran pemanen dan
memberi pengarahan pekerjaan mengenai kegiatan yang akan dilakukan pada hari
itu dan menyampaikan hasil evaluasi hasil kegiatan panen hari sebelumnya.
Pelaksanaan panen di Kebun Teluk Bakau mengikuti kaidah Sapta Disiplin
Potong yang berisi: (1) Buah matang dipanen semua, (2) Tidak memanen buah
mentah, (3) Seluruh brondolan dikutip bersih, (4) Pelepah disusun rapi dan
dirumpukkan di gawangan berbentuk U, (5) buah diantrikan dan disusun rapi di
TPH dan diberi tanda, (6) Pelepah sengkleh tidak ada, dan (7) Administrasi
dikerjakan secara benar dan segera. Kutip brondolan dilakukan oleh tim pengutip
brondolan yang sebagian besar terdiri dari KHL sehari setelah potong buah pada
seksi yang sama.
Pengangkutan TBS dari TPH ke PKS menggunakan transportasi air. Proses
pengangkutan terbagi menjadi dua pekerjaan, yaitu pengangkutan TBS dari TPH
ke Collection Point (CP) dengan menggunakan bargas (Gambar 19b) berkapasitas
6.3 ton dan pengangkutan TBS dari CP ke PKS menggunakan ponton (sejenis
kapal) berkapasitas 15 ton.
26
(a)
(b)
Gambar 19 Potong buah (a), pengangkutan TBS menggunakan bargas (b)
Pengaturan Ketinggian Air
Ketinggian air di lapangan harus dijaga agar tidak kekeringan di musim
kemarau atau kebanjiran di musim hujan. Kebanjiran akan menghambat proses
pemanenan sehingga memperlambat rotasi panen. Kondisi ini menyebabkan
kehilangan (losses) akibat buah tinggal atau busuk. Kekeringan menyebabkan
ketinggian air di kanal rendah atau bahkan kering sama sekali sehingga tidak bisa
dilewati kendaraan air pengangkut TBS. Kondisi ini menyebabkan kehilangan
akibat TBS tidak terangkut (restan). Upaya-upaya pengaturan ketinggian air
(Water Level Control) antara lain memasang piezzometer, membuat pintu air,
over flow gate, emergency gate, spillway, membuat peta water zoning, dan
merawat kanal secara berkala
Pemasangan piezzometer. Piezzometer merupakan alat pengukur ketinggian
air yang terbuat dari pipa paralon yang berdiameter 3 inchi, panjang 2 meter, dan
dilengkapi skala (Gambar 20). Piezzometer dipasang di titik tertentu pada
bendungan, KUT, KCB, emplasemen, pintu air, over flow gate, emergency gate,
spillway, dan pabrik. Sasaran ketinggian air yang terbaca pada masing-masing
piezzometer berbeda-beda bergantung posisi ditempatkannya piezzometer. Pada
umumnya sasaran ketinggian air pada hulu lebih rendah daripada hilir. Seperti
piezzometer di km 5 kebun TBE yang merupakan hilir memiliki sasaran
ketinggian air 40 cm sampai 60 cm dpt, sedangkan di km 18 kebun RSE yang
merupakan hulu memiliki sasaran ketinggian air 50 sampai 80 cm dpt. Hal ini
ditujukan untuk mencegah kekeringan pada kebun yang berada di hulu atau
kebanjiran pada kebun yang berada di hilir akibat perbedaan topografi. Informasi
ketinggian air yang terbaca pada piezzometer dilaporkan setiap hari ke kantor
besar kebun TBE melalui radio. Data ketinggian air menjadi acuan pengaturan
ketinggian air.
Gambar 20 Piezzometer di km 5
27
Pemasangan pintu air (water gate). Pintu air adalah alat untuk mengatur
ketinggian air dengan cara membuka dan menutup aliran air (Gambar 21). Pintu
air pada umunya ditempatkan di setiap hilir kanal yang menuju ke luar wilayah
water zoning ataupun ke luar wilayah perkebunan. Setiap pintu air dilengkapi
piezzometer. Perkebunan PT BNS memiliki 1 pintu air perbatasan water zoning
dan 4 pintu air perbatasan dengan masyarakat. Pintu air perbatasan masyarakat
akan membuang kelebihan air ke sungai atau laut.
28
Gambar 23 Spillway
Perawatan kanal. Semua sistem drainase kebun harus tercatat secara
administrasi baik jumlah maupun panjangnya. Hal ini ditujukan untuk
memudahkan kegiatan perawatan kanal. Setiap tahunnya diadakan pencucian
kanal 30 % dari total keseluruhan. Tujuan pencucian kanal antara lain untuk
mengoptimalkan fungsi kanal baik untuk tanaman maupun kendaraan air,
memperlancar sirkulasi air untuk menekan pertumbuhan gulma air terutama lumut
(Bryophyta sp.), dan mencegah terganggunnya kipas baling-baling kendaraan air.
Pencucian kanal dapat dilakukan secara mekanik dan manual.
Pencucian kanal secara mekanik menggunakan excavator long arm untuk
KUT dan short arm untuk KCB dan kanal kolektor. Pencucian dilakukan dengan
cara penggalian kembali sedimentasi dari dasar kanal ke luar secara periodik.
Kegiatan ini dilakukan saat kondisi air cukup dan kanal tidak boleh digali terlalu
dalam (melebihi kedalaman awal) karena dapat menimbulkan longsor. Excavator
long Arm (PC>200/seri 9) memiliki PK 3 meter/BU untuk KUT, Excavator short
arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 5 meter/BU untuk kanal kolektor, dan
Excavator short arm (PC 200/seri 7) memiliki PK 10 meter/BU untuk KCB.
29
Aspek Manajerial
Pendamping Mandor Peremajaan (Replanting)
Mandor peremajaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan penanam
pokok tanaman pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi,
mengecek cangkul sebagai alat tanam, dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD)
kerja setiap karyawan penanam. Mandor peremajaan bertugas mengawasi tim
penanam agar mutu tanam terjaga. Karyawan yang mutu tanamnya buruk akan
ditegur dan diberi sangsi jika perlu oleh mandor dan diperintahkan untuk segera
memperbaikinya kembali. Mandor peremajaan juga bertanggung jawab terhadap
kegiatan penyisipan dan logistik bibit dari areal pembibitan ke areal peremajaan.
Mandor peremajaan melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM)
dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring jumlah bibit yang telah
ditanam dan disisip.
Pendamping Mandor Pemeliharaan
Mandor pemeliharaan memimpin lingkaran pagi dengan karyawan
pemeliharaan pada jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi,
mengecek alat pemeliharaan sesuai dengan kegiatan hari tersebut (cangkul atau
parang) dan mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan
penanam. Mandor pemeliharaan mengawasi kegiatan konsolidasi, penanaman
tanaman penutup tanah, dan perawatan sisi kanal. Mandor pemeliharaan
melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor (BKM) dan buku prestasi
30
kerja dan membuat buku monitoring penggunaan bahan jika menggunakan bahan
seperti benih atau bibit kacang-kacangan.
Pendamping Mandor Semprot (Chemist)
Mandor chemist memimpin lingkaran pagi dengan karyawan semprot pada
jam 06.00 WIB, memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga semprot,
mengatur dan mengecek alat semprot untuk masing-masing penyemprot,
mengecek Alat Pelindung Diri (APD) kerja setiap karyawan semprot. Pada saat di
lapangan penulis mengawasi pencampuran bahan dan memastikan racun sesuai
dosis di gudang divisi, mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan semprot di
lapangan dan membawa sabun untuk cuci tangan.. Selesai menyemprot, seluruh
alat semprot dan bahan sisa dicuci bersih dan disimpan di gudang divisi. Limbah
bahan beracun berbahaya (B3) seperti botol, galon tempat racun dikumpulkan ke
gudang Limbah B3. Hasil kerja dilaporkan dalam buku kegiatan mandor (BKM)
dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan dan peta
ealisasi kerja.
Pendamping Mandor Pupuk
Mandor membuat lingkaran pagi dengan karyawan pupuk pada jam 06.00
WIB untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga pemupukan kemudian
melaporkannya kepada asisten. Mandor pupuk bertanggung jawab dalam
mengatur dan membagikan takaran pupuk yang standar dan sesuai dosis pupuk
yang akan ditabur pada masing-masing pemupuk. Pekerjaan yang dilakukan di
kebun merupakan tanggung jawab semua pihak sehingga mandor wajib mengecek
Alat Pelindung Diri (APD) seperti: Sepatu, sarung tangan, dan topi pada setiap
karyawan pemupukan. Pelaksanaan di lapangan mandor melakukan pengawasan
penuh pada pekerjaan pupuk dengan memastikan penaburan pupuk dilakukan
secara benar. Mandor membawa sabun untuk cuci tangan tim pupuk. Selesai
pemupukan, seluruh alat kerja ( ember dan takaran ) dicuci bersih dan disimpan di
gudang divisi. Limbah bahan B3, seperti karung kemasan pupuk serta plastik
dikumpulkan ke gudang limbah B3 dan dilaporkan pada kerani gudang untuk
dicatat. Mandor pupuk melaporkan hasil kerja dalam buku kegiatan mandor
(BKM) dan buku prestasi kerja dan membuat buku monitoring pemakaian bahan
dan peta realisasi kerja.
Pendamping Mandor Panen
Mandor membuat lingkaran pagi dengan pemanen pada jam 06.00 WIB
untuk memberi pengarahan serta mengabsensi tenaga panen. Setiap mandor
mengecek alat kerja yang digunakan apakah dalam kondisi baik dan dilengkapi
dengan alat pelindung serta mengecek Alat Pelindung Diri (APD) setiap karyawan
panen. Tanggung jawab mandor mengarahkan dan mengawasi penuh pekerjaan
karyawan panen di lapangan dengan memastikan buah matang seluruhnya
dipanen dengan menjaga jumlah pelepah yang harus dipertahankan yaitu umur
tanaman lebih dari 10 tahun 48 pelepah dan umur tanaman kurang dari 10 tahun
56 pelepah. Selain itu, memastikan TBS yang dipanen minimal 5 brondol yang
lepas di piringan. Seluruh TBS dan Brondolan yang dihasilkan dari blok
seluruhnya diantrikan di TPH tanpa ada yang tertinggal dengan disusun rapi dan
diberi nomor pemanen yang jelas.
31
32
bertugas mengatur kegiatan setiap operator bargas termasuk bargas lumut dalam
melaksanakan pencucian kanal.
Pendamping Asisten
Kegiatan penulis saat menjadi pendamping asisten divisi bersifat teknis di
lapangan dan administrasi di kantor. Kegiatan yang dilakukan sebagai
pendamping asisten adalah memimpin apel pagi, mengarahkan serta mengawasi
kerja karyawan dan para mandor di lapangan. Penulis juga membantu membuat
RKH (Rencana Kerja Harian) dan bersama dengan asisten melakukan
pemeriksaaan ke lapangan meliputi kegiatan penggunaan alat berat (excavator),
pemupukan sesuai dengan pedoman BMS (Block Manuring System) , penanaman
beneficial plant, pemantauan hasil chemist, pengontrolan hama dan penyakit dan
kegiatan pemanenan, serta mengikuti kegiatan Field day.
33
TBS (ton/ha/tahun)
30
25
20
15
10
5
0
+25 - 25
25 - 50
50 - 75
75 - 100
(PT BNS)
Ketinggian air (cm dpt)
>100
Gambar 25 Grafik hubungan ketinggian air dengan hasil TBS (TM 14) di
kebun gambut di Riau, Sumatera, Indonesia (Huan et al. 2012)
Gambar 25 menunjukkan bahwa produksi TBS maksimum akan tercapai
pada ketinggian air di 50 cm sampai 75 cm di bawah permukaan tanah (dpt),
namun pada umumnya sasaran ketinggian air di PT BNS adalah pada 25 sampai
50 cm dpt karena air sistem drainase dimanfaatkan untuk prasarana transportasi
dan pengolahan TBS di pabrik. Dengan demikian penurunan ketinggian air yang
drastis pada musim kemarau tidak akan menghambat kegiatan transportasi dan
pengolahan TBS di pabrik. Dalam satu minggu di musim kemarau ketinggian air
dapat mengalami penurunan sebesar 4 cm.
Sistem Drainase
Prinsip dasar dari suatu sistem drainase yaitu menyekap air, kemudian
mengumpulkannya, dan akhirnya dibuang keluar areal. Dengan demikian,
drainase harus dirancang dalam bentuk jaringan yang memanfaatkan topografi dan
mengalirkan kelebihan air berdasarkan gaya berat. Merancang sistem drainase
yang baik harus mengacu pada peta topografi dan bukan berdasarkan visual saja
(Pahan 2012). Sistem jaringan drainase PT BNS merupakan rekomendasi dari tim
research and development (R & D) Mimanamas Plantation yang telah melakukan
survey dan pengamatan.
Perkebunan PT BNS memiliki sistem drainase yang berbeda dengan sistem
drainase lahan gambut di perkebunan kelapa sawit pada umumnya karena di
perkebunan ini sistem drainasenya selain dimanfaatkan untuk pembuangan air
juga dimanfaatkan untuk prasarana transportasi air. Sistem drainase perkebunan
ini terdiri atas kanal utama (KUT), kanal kolektor, kanal cabang (KCB), kanal
cabang baru (KCB baru), parit tengah, dan field drain. Kanal-kanal dimanfaatkan
untuk prasarana transportasi air sehingga ukurannya lebih luas sedangkan parit
tengah dan field drain hanya sebagai saluran pembuangan air. Sistem drainase
dapat dilihat pada Gambar 5.
Kanal Utama (KUT). Kanal utama merupakan saluran pembuangan akhir
sistem drainase sebelum dialirkan ke luar wilayah perkebunan dan terletak di
34
tengah wilayah perkebunan (Gambar 26). Kanal utama juga merupakan prasarana
tranportasi TBS dari kebun ke pabrik kelapa sawit (PKS) dan akses keluar masuk
perkebunan. Kanal utama langsung bermuara ke sungai sehingga pada muara
KUT dipasang pintu air yang disebut spill way agar ketinggian air di KUT tetap
terjaga sehingga dapat dilewati kendaraan air. Ukuran KUT ialah 12 m x 4 m x 8
m. Kanal utama dilengkapi jembatan penyeberangan. Sisi KUT Divisi I Kebun
Teluk Bakau belum sepenuhnya tertutupi tanaman sarang buaya sehingga masih
terancam erosi oleh ombak akibat kendaraan air terutama speed boat yang
melintas. Oleh karena itu perlu pemeliharaan tanaman sarang buaya di sepanjang
sisi KUT. Kondisi KUT Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa dilalui
kendaraan air. Artinya populasi gulma air (lumut dan eceng gondok) tidak
mengganggu baling-baling kendaraan air dan kanal utama juga terbebas dari
sampah.
Gambar 26 KUT
Kanal Kolektor. Kanal kolektor adalah drainase pengumpul air dari KCB
dan mengalirkannya ke KUT melalui KCB tertentu yang topografinya lebih
rendah (Gambar 27). Kanal kolektor juga merupakan prasarana transportasi TBS
dan logistik dari KCB sebelum ke KUT. Sebagian kanal kolektor merupakan batas
hamparan blok kebun dengan wilayah luar. Ukuran kanal kolektor ialah 6 m x 3 m
x 2 m dan sejajar dengan KUT. Kanal kolektor dilengkapi jembatan
penyeberangan ke daerah okupasi. Kondisi kanal kolektor Divisi I Kebun Teluk
Bakau baik dan bisa dilalui bargas namun masih ada dalam kondisi buruk tapi bisa
dilalui bargas. Artinya populasi gulma air di titik tertentu pada kanal kolektor
mengganggu baling-baling bargas. Konsumsi bahan bakar oleh bargas semakin
boros sehingga mengurangi efisiensi biaya, laju bargas makin melambat sehingga
mengurangi efisiensi waktu, bahkan pada kondisi tertentu dapat merusak mesin
bargas. Oleh karena itu penggunaan bargas lumut masih perlu dimaksimalkan lagi.
35
Gambar 28 KCB
Kanal Cabang baru (KCB baru). Kanal cabang baru merupakan kanal
yang dibangun di antara dua KCB yang berdekatan dengan ukuran 4 m x 3 m x 3
m dan sejajar dengan KCB (Gambar 29). Kanal cabang baru dibangun pada area
replanting untuk memudahkan akses pengangkutan TBS dari TPH dan logistik ke
tengah blok. Kanal cabang baru untuk sementara tidak dihubungkan langsung
degan KUT karena dapat mempengaruhi ketinggian air di dalam blok sehingga
perlu penelaahan lebih lanjut. Kanal cabang baru dilengkapi jembatan
penyeberangan. Kondisi KCB baru Divisi I Kebun Teluk Bakau baik dan bisa
dilalui bargas.
36
kolektor atau parit kolektor (Gambar 30). Parit tengah sejajar dengan KCB dan
berukuran 1 m x 1 m x 0.8 m. Parit tengah dilengkapi titi berupa balok beton.
Kondisi parit tengah Divisi I Kebun Teluk Bakau baik. Artinya tidak dangkal dan
terbebas dari gulma air dan sampah.
37
38
Gambar 34 Grafik ketinggian air dan curah hujan periode januari 2012
fgfgfgfgfgfMei 2013
39
450
-5
400
350
-10
300
-15
250
-20
200
-25
150
-30
100
-35
50
-40
Ketinggian air
CH
Produksi
Gambar 35 Grafik ketinggian air dan curah hujan (Januari 2010 Mei
2011), dan produktivitas (Januari 2012 Mei 2013)
Hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan nilai signifikansi curah
hujan dan ketinggian air terhadap produktivitas sebesar 0.649 dan 0.591. Artinya
curah hujan dan fluktuasi ketinggian air tidak berpengaruh nyata terhadap
produktivitas. Hal ini menunjukkan sistem pengelolaan tata air di kebun TBE
dikelola dengan baik. Produksi kebun TBE ialah 17886 kg TBS/ha/tahun yang
terdiri atas TM 18 20. Produksi ini tergolong kelas III pada lahan mineral.
Menurut Djafar et al. dalam Hardjowigeno (1996) produksi kelapa sawit pada
lahan mineral dapat dikelompokkan sebagai: kelas I>24 ton TBS ha/tahun, kelas
40
Saran
Perlu dilakukan analisis pengaruh kondisi pintu air terhadap ketinggian air
dan analisis pengaruh ketinggian air terhadap laju subsidensi. Seluruh operator
excavator perlu diberi pengarahan dan senantiasa diawasi dan dievaluasi dalam
pembuatan parit agar parit terutama parit CECT dan field drain tidak terlalu dekat
dengan baris tanaman yang dapat mengakibatkan tergenangnya pokok tanaman.
Pembuatan KCB baru yang terlalu lebar dari ketentuan oleh operator excavator
juga perlu diantisipasi agar tidak mengurangi areal penanaman. Pokok-pokok di
samping KCB baru yang rawan longsor sebaiknya diberi pagar pencegah longsor
yang terbuat dari batang kelapa agar pokok tidak tumbang.
DAFTAR PUSTAKA
Agus F. 2010. Cadangan, emisi, dan konservasi karbon pada lahan gambut. Bogor
(ID): Balai Penelitian Tanah. http://www.balittanah.litbang.deptan.go.id.
[2012 Mar 19]
Barchia MF. 2006. Gambut: Agroekosistem dan Transformasi Karbon.
Yogyakarta (ID): Gajah Mada University.
41
42
43
LAMPIRAN
44
45
(93.52 ha)
(2 407.05ha)
(325.89 ha)
(241.71 ha)
(400.1 ha)
Total Areal Tanaman :
3 473.19 ha
46
46
2008
HH (hari) CH (mm)
10.00
134.00
4.00
90.00
12.00
532.00
10.00
115.00
11.00
147.00
8.00
151.00
9.00
126.00
9.00
221.00
10.00
246.00
16.00
265.00
13.00
252.00
14.00
176.00
126.00
2 452.00
10.50
204.33
11
1
2009
2010
2011
2012
HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm) HH (hari) CH (mm)
4.00
108.50
12.00
127.00
15.00
398.80
5.00
71.00
7.00
58.00
7.00
149.50
5.00
71.70
10.00
136.00
14.00
310.40
11.00
110.00
19.00
173.00
11.00
125.40
15.00
153.50
12.00
156.00
18.00
218.20
19.00
168.70
18.00
224.50
14.00
147.50
14.00
133.90
16.00
195.00
11.00
111.00
19.00
167.50
16.00
114.90
11.00
120.90
12.00
107.50
14.00
114.70
9.00
90.10
10.00
186.00
10.00
139.50
14.00
411.60
10.00
159.00
9.00
99.40
11.00
114.00
9.00
145.90
11.00
101.80
10.00
135.00
16.00
233.50
10.00
121.74
14.00
222.90
19.00
227.10
20.00
175.50
16.00
248.90
19.00
252.90
15.00
275.40
12.00
201.50
15.00
142.80
15.00
316.50
13.00
203.70
150.00
1 937.40 153.00
2 043.14 165.00
2 253.70 148.00
1 943.60
18.75
242.18
19.13
255.39
20.63
281.71
74.00
971.80
11
12
12
12
1
0
0
0
Keterangan :
BB = Bulan Basah (Curah Hujan > 100 mm)
BK = Bulan Kering ( Curah Hujan < 60 mm)
CH = Curah Hujan
HH = Hari Hujan
47
2009
TBS
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
Nopember
Desember
Jumlah
5 840 044
5 159 596
3 105 091
5 057 000
4 727 260
5 770 833
29 659 824
2010
TBS/ha
1 667
1 473
886
1 444
1 349
1 647
8.466
TBS
TBS/ha
4 890 076
1 396
4 176 982
1 192
4 739 770
1 353
5 119 795
1 461
5 761 118
1 645
6 113 203
1 745
5 475 359
1 563
4 268 331
1 218
3 845 344
1 098
4 574 435
1 306
4 124 741
1 177
4 684 015
1 337
57 773 169
16 49
2012
2013
TBS
TBS/ha
4 920 169
1 409
4 026 921
1 153
4 243 433
1 222
4 454 866
1 283
4 743 750
1 366
5 163 168
1 487
5 719 342
1 861
4 294 642
1 397
5 630 433
1 832
4 823 032
1 569
5 244 316
1 706
4 693 469
1 527
57 957 541 17 812
TBS
TBS/ha
5 105 438
1 661
3 976 845
1 294
3 387 253
1 102
3 968 958
1 291
3 562 339
1 159
20 000 833
6 507
47
48
48
49
Lampiran 5 Rekomendasi Dosis Pemupukan di Lahan Peremajaan Divisi I Kebun TBE, PT BNS
Dosis Pupuk ( kg/pokok )
Umur
Dengan Tanaman LCC
Tanpa Tanaman LCC
Tanaman
(Bulan)
NPK
NPK HGF
NPK
NPK HGF
RP
CuSO4 ZnSO4 ZnCu
MOP RP
CuSO4 ZnSO4 ZnCu
15-15-15 Borate 44
65
Borate 44
Lubang
tanam
0.50
0.50
2
0.30
0.35
5
0.50
0.65
6
0.07
0.07
8
0.80
0.90
12
1.20
1.30
16
1.40
1.55
18
0.08
0.08
20
1.80
0.10
2.00
0.10
24
2.00
2.20
28
3.50
3.50
29
0.10
0.05
0.10
0.05
32
3.50
3.50
33
MOP
2.00
49
50
51
52
53
Lampiran 9 Peta posisi pintu air dan spill way PT BNS, Riau
54
55
55
56
56
Lampiran 12 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas (KHL) di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal
12/02/2013
13/02/2013
14/02/2013
15/02/2013
16/02/2013
18/02/2013
19/02/2013
20/02/2013
21/02/2013
22/02/2013
23/02/2013
25/02/2013
26/02/2013
27/02/2013
28/02/2013
01/03/2013
02/03/2013
04/03/2013
05/03/2013
06/03/2013
07/03/2013
08/03/2013
09/03/2013
11/03/2013
12/03/2013
13/03/2013
14/03/2013
15/03/2013
16/03/2013
Uraian kegiatan
Perkenalan kebun
Penanaman
Penanaman
Training sampling daun
Penanaman
Compacting & cambring
Pembuatan lubang
Pemupukan RP
Konsolidasi
Persentasi Produk CAS
Penanaman pakis
Penyemprotan FeSO4
Penyemprotan pestisida
Penanaman M. Bracteata
Penyemprotan FeSO4
Pemupukan NPK 65
Pemupukan NPK 65
Pembuatan CECT
Penumbangan pokok
Panen
Panen
Panen
Penanaman kecambah PN
Konsolidasi PN (timbun bb)
Libur nasioanal
Klasifikasi & seleksi PN
Pre lining
Konsolidasi MN
Filling gb
Penulis
25 pokok
25 pokok
25 pokok
4 ha
0,4 ha
1,1 ha
400 pokok
400 pokok
1 ha
400 pokok
2 karung
2 karung
1 ha
1 ha
0.7 ha
2500 bb
43200 bb
10800 bb
100 gb
1100 gb
300 gb
Prestasi Kerja/HK
Karyawan
65 pokok
65 pokok
65 pokok
1, 2 ha**
158 lubang**
4 ha
1 ha
1,1 ha
800 pokok
800 pokok
1 ha
800 pokok
3.5 karung
3.5 karung
49 m**
21 -23 pokok**
3.5 ha
3.5 ha
2.3 ha
2500 bb
43200 bb
10800 bb
200 gb
1333 gb
350 gb
Lokasi
Standar
40 pokok
40 pokok
40 pokok
150 lubang**
4 ha
1 ha
1 ha
800 pokok
800 pokok
1 ha
800 pokok
3.5 karung
3.5 karung
45 m**
19 pokok**
3.5 ha
3.5 ha
2.3 ha
2500 bb
43200bb
10800 bb
200 gb
1333 gb
300 gb
D003C
D003C
D003C
Divisi II
D003D
D002A
D003D
D003D
D003B
D003A
D003A
D003A
D003B
D003C
D003B
D003A
D003B
E001
Blok 02-13
E003
E003
E004
Divisi II
Divisi II
Divisi II
Divisi II
Divisi II
Divisi II
57
Lampiran 13 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal
18/03/2013
19/03/2013
20/03/2013
21/03/2013
22/03/2013
23/03/2013
25/03/2013
26/03/2013
27/03/2013
28/03/2013
29/03/2013
30/03/2013
01/04/2013
02/04/2013
03/04/2013
04/04/2013
05/04/2013
06/04/2013
08/04/2013
09/04/2013
10/04/2013
11/04/2013
12/04/2013
13/04/2013
15/04/2013
16/04/2013
17/04/2013
18/04/2013
19/04/2013
20/04/2013
Uraian Kegiatan
Pengawasan panen
Pengawasan sensus pokok
Rekap data sensus pokok
Pengawasan kutip brondolan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Libur nasional
Kerani buah
Pengawasan semprot hama
Pengukuran lahan
Pengawasan semprot gulma
Pengukuran lahan
Pengukuran lahan
Pengukuran lahan
Pengukuran lahan
Pengendalian hama rayap
Pengukuran lahan
Field day
Pengukuran lahan
Pengukuran lahan
Kerani divisi
Water management
Pengukuran lahan
Pengawasan semprot gulma
Pengawasan pemupukan
Pengawasan panen
Lokasi
Blok 05-13
Blok 03-14
Kantor
04-15 & 04-14
D002C
D002C
D002D
Blok 02-12
Blok 02-12
Blok 02-12
03-13 & 03-14
Blok 02-12
D002
D003A
D003A & B
D002C & D
D002A & B
D002C
Blok 05-12
D002D
Blok 05-12
D001A & B
D001C & D
Kantor divisi
Km 00
Blok 01-12
Blok 02-12
Blok 01-12
Blok 03-14
57
58
58
Lampiran 14 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal
22/04/2013
23/04/2013
24/04/2013
25/04/2013
26/04/2013
27/04/2013
29/04/2013
30/04/2013
01/05/2013
02/05/2013
03/05/2013
04/05/2013
06/05/2013
07/05/2013
08/05/2013
09/05/2013
10/05/2013
11/05/2013
13/05/2013
14/05/2013
15/05/2013
16/05/2013
17/05/2013
18/05/2013
20/05/2013
21/05/2013
22/05/2013
23/05/2013
24/05/2013
Uraian kegiatan
Pengawasan penanaman
Pengawasan penanaman
Pengawasan penanaman
Pengawasan panen
Pengawasan panen
Pengawasan lansir bibit
Pengawasan lansir bibit
Pengawasan pemeliharaan
Pengawasan pemeliharaan
Pengawasan pemeliharaan
Pengawasan pemeliharaan
Pengawasan pemeliharaan
Pengawasan penyemprotan
Pengawasan penyemprotan
Pengawasan penyemprotan
Libur nasional
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan pemupukan
Pengawasan transplantasi bibit
Rekapitulasi data pengukuran parit
Lama kegiatan
7
7
7
7
5
7
7
7
7
7
5
7
7
7
7
5
7
7
7
7
7
5
7
7
7
7
7
5
Lokasi
D003D
D003D
D003B
D003A
D003A
D003A
D003B
D003C
D003A
D003A
D003B
D003C
E001
E001
E001
D003
D003
D003
D003
D003
D003
D003
D003
D001
D001
D001
Divisi II
Kantor Kebun
59
Lampiran 14 lanjutan jurnal harian sebagai pendamping asisten di PT BNS Kebun Teluk Bakau, Riau
Tanggal
25/05/2013
27/05/2013
28/05/2013
29/05/2013
30/05/2013
31/05/2013
01/06/2013
03/06/2013
04/06/2013
05/06/2013
06/06/2013
07/06/2013
08/06/2013
10/06/2013
Uraian kegiatan
Libur nasional
Pengamatan Water management
Pengamatan Water management
Pengamatan Water management
Pengawasan Water management
Pengawasan Water management
Pengamatan Water management
Pengamatan Water management
Pengamatan Water management
Libur nasional
Pengawasan penanaman benefical plant
Pengawasan penanaman benefical plant
Pengawasan panen
Persentasi
Lokasi
Lama kegiatan
7
7
7
7
5
7
7
7
7
5
7
-
KM 00
Kebun Mandah
Kebun Mandah
Kebun Mandah
Kebun Mandah
Kebun Mandah
Kebun Mandah
Kebun Mandah
D001
D001
E005
Kantor Manajer
59
60
60
Jan
-30
-31
-31
-32
-40
-40
-35
-40
-31
-32
-32
-36
-36
-31
-29
-29
-30
-33
-33
-30
-35
-33
-35
-34
-35
-35
-35
-37
-40
-41
34,0333
Feb
-40
-40
-40
-40
-40
-40
-43
-43
-42
-44
-44
-40
-40
-40
-40
-40
-40
-39
-32
-30
-30
-30
-30
-30
-30
-32
-32
-30
-37,1786
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2010 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
-30
-29
-25
-16
-5
-25
-25
-30
-29
-25
-19
20
-25
-31
-26
-29
-29
-12
18
-25
-31
-21
-32
-32
-14
-3
-32
-33
-21
-32
-27
-14
-4
-35
-37
-20
-32
-28
-16
-8
-20
-39
-24
-31
-27
-16
2
-22
-37
-26
-31
-21
-18
-5
-24
-42
-26
-27
-20
-22
-3
-27
-42
-24
-27
-26
-22
-5
-27
-40
-24
-30
-20
-25
-15
-29
-42
-24
-30
-25
-24
-22
-34
-46
-20
-30
-26
-18
-24
-40
-41
-21
-23
-25
-23
-26
-35
-40
-25
-22
-25
-25
-26
-30
-40
-27
-25
-23
-28
-24
-31
-40
-26
-25
23
-27
-12
-35
-40
-26
-27
-25
-29
-6
-30
-40
-20
-27
-27
-30
-4
-33
-41
-27
-27
-27
-34
-4
-36
-37
-27
-27
-27
-32
-1
-39
-38
-27
-27
-27
-30
-5
-44
-39
-27
-27
-23
-20
-9
-43
-36
-27
-25
-24
-20
-16
-36
-36
-27
-30
-19
-20
-17
-33
-30
-28
-30
-15
-22
-12
-20
-36
-29
-30
-16
-23
-25
-19
-31
-29
-32
-20
-19
-30
-28
-34
-29
-33
-20
-23
-31
-34
-30
-29
-27
-22
-26
-36
-36
-22
-26
-24
-31,1333
-25,5667
-28,2258
-22,4333
-22,3548
-11,6774
-30,9
-37,0345
Mar
-35
-35
-39
-39
-37
-37
-37
-37
-37
-35
-35
-34
-29
-27
-25
-30
-31
-21
-31
-26
-30
-30
-31
-32
-32
-21
-22
-25
-25
-29
Nov
Des
-35
-35
-35
-30
-34
-27
-20
-20
-23
-21
-27
-30
-32
-32
-35
-37
-37
-28
-28
-15
-15
-16
-27
-29
-31
-34
-31
-31
-28,3929
-35
-38
-38
-30
-37
-42
-42
-39
-39
-42
-44
-38
-35
-43
-45
-27
-33
-35
-35
-38
35
-35
-37
-38
-37
-39
-42
-43
-44
-43
-43
-36,1613
61
Jan
-40
-40
-37
-34
-37
-41
-40
-40
-37
-39
-35
-34
-30
-32
-30
-35
-37
-36
-38
-36
-35
-37
-35
-38
-40
-38
-13
-8
10
27
31
-29,1613
Feb
27
23
20
26
14
6
4
-5
-10
-15
-21
-26
-24
-24
-23
-29
-31
-32
-32
-35
35
-37
-37
-36
-36
-38
-39
-39
-14,7857
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2011 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
-41
-38
-20
-34
-34
-44
-41
-40
-41
-32
-25
-34
-37
-42
-41
-41
-41
-37
-29
-35
-37
-43
-43
-41
-42
-33
-27
-36
-35
-42
-40
-41
-45
-31
-30
-36
-36
-35
-40
-32
-45
-31
-32
-26
-38
-36
-40
-33
-45
-30
-30
-26
-33
-37
-43
-32
-45
-38
-32
-26
-28
-37
-43
-36
-45
-35
-32
-33
-30
-37
-43
-35
-45
-31
-35
-32
-37
-42
-43
-35
-45
-34
-36
-34
-37
-42
-45
-35
-45
-34
-35
-34
-30
-42
-45
-28
-45
-35
-36
-35
-34
-42
-47
-30
-45
-35
-36
-30
-35
-43
-48
-29
-45
-35
-36
-32
-39
-43
-47
-35
-45
-36
-37
-24
-34
-40
-48
-35
-40
-32
-36
-30
-33
-40
-49
-35
-40
-32
-34
-31
-35
-40
-49
-35
-40
-34
-34
-32
-34
-40
-50
-37
-33
-35
-34
-32
-36
-42
-50
-34
-30
-35
-35
-36
-38
-40
-50
-32
-25
-35
-35
-36
-40
-35
-50
-32
-24
-25
-36
-36
-39
-36
-45
-30
-27
-24
-37
-37
-40
-41
-44
-32
-30
-21
-27
-36
-40
-40
-44
-36
-30
-25
-25
-36
-36
-39
-43
-34
-34
-29
-30
-36
-37
-39
-35
-34
-34
-31
-32
-38
-40
-36
-34
-35
-27
-35
-38
-41
-38
-34
-38
-26
-35
-37
-41
-40
-39
-38
-36
-43
-39
-38,8065
-31,8667
-32,5484
-33,2667
-36,3548
-39,963
-44
-34,6774
Nov
-41
-26
-24
-26
-26
-33
-34
-36
-36
-38
-39
-32
-35
-25
-26
-28
-33
-34
-38
-40
-39
-31
-32
-28
-28
-31
-32
-31
-29
-18
-31,6333
Des
-14
-10
-13
-21
-22
-29
-29
-33
-37
-38
-36
-37
-39
-36
-37
-41
-41
-30
7
17
12
6
1
-4
23
20
14
14
6
-1
-6
-14
61
62
62
Jan
-36
-36
-49
-54
-60
-60
-63
-69
-70
-71
-71
-71
-71
-71
-72
-73
-74
-74
-74
-71
-68
-70
-74
-76
-76
-77
-78
-79
-82
-83
-85
-68,9677
Feb
-86
-83
-83
-83
-83
-85
-86
-88
-90
-92
-93
-95
-97
-98
-97
-97
-95
-90
-88
-76
-74
-68
-68
-69
-73
-74
-76
-74
-71
-83,8621
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2012 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
-71
-79
-56
-67
-90
-75
-95
-83
-67
-69
-59
-70
-93
-80
-96
-83
-73
-69
-61
-72
-93
-80
-96
-80
-74
-63
-65
-74
-93
-83
-97
-81
-76
-65
-67
-72
-93
-85
-97
-82
-77
-65
-70
-72
-93
-78
-72
-74
-69
-67
-70
-76
-94
-79
-71
-75
-68
-61
-71
-77
-92
-80
-74
-67
-68
-63
-70
-77
-90
-81
-75
-68
-69
-67
-73
-78
-89
-85
-75
-66
-72
-69
-70
-80
-86
-86
-70
-67
-72
-50
-69
-81
-85
-88
-71
-67
-70
-51
-59
-83
-84
-89
-75
-69
-71
-57
-57
-82
-84
-90
-72
-67
-74
-61
-61
-84
-70
-92
-74
-66
-77
-59
-61
-84
-68
-93
-76
-70
-76
-61
-64
-85
-68
-97
-78
-66
-77
-58
-66
-87
-72
-99
-82
-69
-79
-63
-69
-90
-74
-100
-84
-52
-80
-65
-71
-90
-69
-100
-84
-51
-80
-61
-66
-91
-61
-100
-85
-56
-82
-54
-67
-92
-65
-100
-86
-60
-76
-54
-64
-93
-67
-101
-86
-63
-69
-58
-59
-94
-70
-100
-89
-67
-66
-56
-54
-95
-69
-102
-91
-69
-67
-59
-52
-93
-67
-95
-92
-70
-68
-61
-55
-89
-76
-95
-90
-72
-70
-66
-58
-91
-79
-95
-82
-74
-71
-66
-61
-91
-75
-97
-80
-78
-73
-57
-62
-75
-97
-81
-73
-79
-65
-75
-96
-70
-72,9355
-61,8
-63,6129
-83,1034
-79,3226
-90,9032
-82,5333
-69,5161
Nov
-72
-73
-72
-72
-55
-53
-58
-62
-52
-47
-52
-54
-59
-62
-56
-65
-61
-61
-60
-57
-60
-49
-49
-53
-59
-60
-58
-53
-48
-53
-58,1667
Des
-62
-57
-58
-45
-49
-51
-52
-53
-48
-35
-34
-37
-33
-32
-39
-38
-40
-45
-43
-50
-54
-56
-60
-59
-64
-66
-67
-66
-68
-71
-69
-51,6452
63
Jan
-26
-36
-34
-34
-36
-38
-38
-41
-44
-45
-45
-45
-48
-48
-49
-50
-51
-52
52
-52
-53
-54
-56
-57
-59
-61
-62
-63
-65
-65
-66
-46
Feb
-67
-67
-68
-69
-69
-65
-65
-64
-64
-49
-45
-42
-42
-33
-28
-29
-29
-28
-27
-27
-21
-21
-25
-29
-25
-29
-27
-29
-42
Mar
-30
-31
-32
-34
-36
-39
-41
-44
-44
-46
-48
-50
-50
-53
-54
-55
-57
-58
-59
-59
-56
-57
-50
-38
-34
-28
-27
-24
-23
-23
-27
-42
Ketinggian Air Kebun Teluk Bakau Tahun 2013 [cm di bawah permukaan tanah (dpt)]
Apr
Mei
Jun
Jul
Agust
Sept
Okt
-27
-30
-20
-29
-25
-28
-20
-31
-19
-34
-24
-35
-26
-33
-28
-32
-29
-27
-32
-29
-26
-30
-27
-29
-29
-30
-30
-32
-30
-32
-29
-33
-27
-34
-29
-27
-30
-28
-32
-28
-34
-28
-35
-26
-37
-31
-39
-29
-40
-27
-39
-27
-37
-28
-33
-30
-29
-31
-30
-38
-34
-30
-30
Nov
Des
63
64
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purba Dolok, Kabupaten Simalungun, Provinsi
Sumatera Utara pada tanggal 3 Mei 1991. Penulis merupakan anak ketujuh dari
tujuh bersaudara dari Bapak Jamansur Saragih Alm. dan Ibu Murni Br Perangin
Angin.
Pada tahun 2003 penulis lulus dari SD Negeri 091354 Purba Dolok,
kemudian pada tahun 2006 penulis menyelesaikan studi di SLTP Swasta
Methodist 1 Medan, kemudian pada tahun 2008 mutasi sekolah dari SMA Swasta
HKBP Serbelawan dan lulus dari SMA Methodist 1 Medan pada tahun 2009.
Pada tahun 2009 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui seleksi
nasional SNMPTN sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura,
Fakultas Pertanian.
Selama di IPB, penulis mengikuti beberapa organisasi dan kepanitiaan.
Tahun 2010 penulis menjabat sebagai anggota divisi dana dan usaha (danus) pada
kepanitiaan kebaktian awal tahun persekutuan mahasiswa Kristen (KATA PMK),
dan menjabat sebagai ketua pada acara penyambutan mahasiswa Karo, dan
menjabat sebagai anggota divisi peralatan dan perlengkapan (perkap) pada
kepanitiaan retret PMK angkatan 47. Tahun 2011 penulis menjabat sebagai staff
departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) pada himpunan
mahasiswa agronomi dan hortikultura (Himagron), dan menjabat sebagai wakil
koordinator bagian pembinaan (wakorbin) pada komisi pembinaan pemuridan
(KPP) PMK, dan juga menjabat sebagai ketua pada unit kegiatan mahasiswa
organisasi mahasiswa daerah (UKM OMDA) parsadaan mahasiswa Simalungun
(PARMASI), dan diberi amanah sebagai penanggung jawab kontingen olahraga
dan seni Agronomi dan Hortikultura di acara SERI-A, dan menjabat sebagai staff
logistik dan transportasi (logstran) pada kepanitiaan SERI-A dan kepanitiaan
masa perkenalan departemen (MPD) serta kepanitiaan fortysix day (Fox Day), dan
menjadi kepala divisi perkap pada acara retret KPP 47. Tahun 2012 penulis
kembali menjadi staff PSDM pada Himagron, dan menjabat sebagai staff acara
pada kepanitiaan Agrosportment III, dan dipercaya sebagai penanggung jawab
kontingen seni dan olahraga AGH 46 pada acara Agrosporment III, dan menjadi
ketua pada acara retret KPP 48, dan menjadi kepala divisi danus pada kepanitiaan
retret PMK angkatan 49. Tahun 2013 menjadi staff logstran merangkap menjadi
staff penyediaan sarana pameran pada kepanitiaan Festival Bunga dan Buah
Nusantara (FBBN) yang diselenggarakan oleh HIMAGRON dan bekerja sama
dengan Kementrian Pertanian, BUMN, dan IPB. Organisasi lainnya yang diikuti
penulis adalah UKM OMDA Ikatan Mahasiswa Karo (IMKA), dan Parsamosir.
Penulis juga aktif pada grup pecinta alam Agrolina AGH 46.