Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN


INSPEKTASI HIGIENE SANITASI DEPOT AIR MINUM
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LUBUK PINANG

OLEH :
MEILANI A NOVISTA
NIM. 221613252456

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN LINGKUNGAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYAGAMA
HUSADA
MALANG
2023
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Praktik Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui sebagai hasil kegiatan

PKL untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Program Alih Jenjang Kesehatan

Lingkungan, Program Studi S-1 Kesehatan Lingkungan,

STIKES Widyagama Husada

Periode : 10 November 2022 – 13 Januari 2023

Malang, …………….

Kepala UPTD Puskesmas Lubuk Dosen Pembimbing


Pinang

Ns. Bayu Arfina Faridawati, S.Kep Tiwi Yuniastuti,S.Si.,M.Kes


Nip. 198210182006042013 NIDN.0722088002

Kaprodi S1 Kesehatan
Lingkungan

Irfany Rupiwardani,SE., MMRS


NDP. 2000.14

ii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan yang

berjudul “Inspeksi hygiene sanitasi depot air minum, sekolah dan pangkas rambut

di wilayah kerja Puskesmas Lubuk Pinang”. Laporan ini menggambarkan tentang

keadaan dan sanitasi di setiap depot air minum, sekolah dan pangkas rambut

Puskesmas Lubuk Pinang. Penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan yang

telah diberikan oleh berbagai pihak, maka penulis menyampaikan ucapan

terimakasih kepada :

1. Irfany Rupiwardani, SE., MMRS selaku Kaprodi Kesehatan Lingkungan

2. Bayu Arfina selaku Kepala Puskesmas Lubuk Pinang.

3. Dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku dosen pembimbing.

4. Tiwi Yuniastuti, S.SI., M.Kes selaku pembimbing lapangan.

5. Seluruh karyawan dan staff Puskesmas Lubuk Pinang.

6. Bapak dan Ibu dosen STIKES Widyagama Husada Malang.

7. Orang tua yang telah memberikan dukungan baik materi maupun motivasi.

8. Teman-teman semester V STIKES Widyagama Husada Malang.

Penulis menyadari bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, kami

mengharapkan saran untuk menyempurnakannya.Semoga laporan ini bermanfaat.

Lubuk Pinang, Januari 2023

Penulis
DAFTAR ISI

COVER

COVER DALAM....................................................................................................i

LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL.................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR............................................................................................vii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................viii

BAB I PENDAHULAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................3

1.3 Tujuan.............................................................................................................3

1.3.1 Tujuan Umum..........................................................................................3

1.3.2 Tujuan Khusus.........................................................................................3

1.4 Waktu Dan Tempat.........................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................4

2.1 pemgertian mikrobiologi...............................................................................................4

2.2 pengertian depot air minum ..........................................................................................7

2.3 peralatan depot air minum.............................................................................................7

2.4 Proses Produksi Depot Air Minum................................................................................9

2.5 Higiene Sanitasi Depot Air Minum...............................................................................10

2.6 Standar Kualitas Air Minum..........................................................................................17

BAB III TINJAUAN KASUS..............................................................................21


v

3.1 Pengolahan Depot air minum........................................................................................21

3.2 Sumber-Sumber Air Baku DAM...................................................................................21

BAB IV PEMBAHASAN.....................................................................................23

4.1 Profil UPT Puskesmas Lubuk Pinang..........................................................23

4.1.1 Visi Strategis.........................................................................................26

4.1.2 Misi Strategis.........................................................................................26

4.2 Pembahasan Kasus.......................................................................................27

BAB V PENUTUP................................................................................................30

5.1 Kesimpulan...................................................................................................30

5.2 Saran.............................................................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

LAMPIRAN..........................................................................................................33
DAFTAR TABEL

N Judul Tabel Halama

o n

4. Tabel Nama Desa Dan Luas Wilayah Kerja


25
1

4. Tabel Nama Desa, Kepala Desa, dan Bidan Desa


25
2

4. Tabel Hasil Inspeksi Sanitasi DAM


27
3
DAFTAR GAMBAR

N Judul Gambar Halama

o n

1 Depot Air Minum 7


DAFTAR LAMPIRAN

N Judul Lampiran Halama

o n

1 Formulir Inspeksi Sanitasi DAM 32

2 Dokumentasi 3
BAB I

PENDAHULAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan kebutuhan yang mendasar dan sangat diperlukan oleh manusia,

hewan maupun tumbuhan. Oleh manusia air dimanfaatkan untuk berbagai

keperluan hidup seperti minum, mandi, memasak, mencuci dan keperluan lainnya.

Kebutuhan akan air untuk keperluan sehari-hari berbeda untuk tiap tempat dan

tiap tingkatan kehidupan artinya semakin tinggi taraf kebutuhan hidup manusia,

semakin meningkat pula jumlah air yang diperlukan (Suriawiria 1996). Menurut

Peraturan Menteri Kesehatan (PERMENKES) No. 492 Tahun 2010, Air minum

adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang

memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum. Kecenderungan

penggunaan air minum isi ulang oleh masyarakat di perkotaan semakin

meningkat, salah satu penyebabnya adalah pencemaran air tanah yang semakin

parah hingga saat ini. Air minum isi ulang adalah salah satu jawaban pemenuhan

kebutuhan air minum masyarakat yang murah dan praktis. Hal ini yang menjadi

alasan mengapa masyarakat memilih air minum isi ulang untuk dikonsumsi. Air

minum isi ulang adalah salah satu jenis air minum yang dapat langsung diminum

tanpa dimasak terlebih dahulu, karena telah mengalami proses pemurnian baik

secara penyinaran ultraviolet, ozonisasi, ataupun keduanya. Pada era sekarang ini

kesadaran masyarakat untuk mendapatkan air yang memenuhi syarat kesehatan

semakin meningkat. Seiring dengan hal tersebut maka dewasa ini semakin

menjamur pula depot air minum isi ulang (DAMIU) yang menyediakan air siap
2

minum. Namun tidak semua depot air minum isi ulang (DAMIU) dikelola dengan

baik sesuai persyaratan permenkes nomor492/menkes/per/IV/2010tentang

persyaratan kualitas air minum baik parameter fisika, kimia maupun biologi.

Parameter fisika adalah salah satu parameter yang digunakan untuk mengukur

kadar kualitas air yang berhubungan dengan fisika seperti suhu, kecepatan arus,

kecerahan dan tinggi air, kecerahan, kedalaman, warna air, kekeruhan, salinitas,

TDS (total dissolved solid) atau TSS (total suspended solid).

Parameter kimia adalah parameter yang sangat penting untuk menentukan air

tersebut dikatakan baik atau tidak.Parameter kimia meliputi dissolved oxygen

(DO), pH, amoniak, nitrat, nitrit,kesadahan, sulfat maupun logam.

Parameter biologi meliputi ada atau tidaknya bahan organik atau

mikroorganisme seperti bakteri coli, virus, bentos dan plakton. Organisme yang

peka akan mati di lingkungan air yang tercemar. Bakteri patogen yang

memengaruhi kualitas air sesuai Kepmenkes yaitu bakteri coliform, seperti

Escherichia coli, Clostridium perfringens, dan Salmonella. Bakteri coliform

adalah golongan bakteri intestinal, yaitu hidup didalam saluran pencernaan

manusia. Bakteri coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik

lain. Lebih tepatnya, bakteri coliform fekal adalah bakteri indikator adanya

pencemaran bakteri patogen.Penentuan coliform fekal menjadi indikator

pencemaran dikarenakan jumlah koloninya pasti berkorelasi positif dengan

keberadaan bakteri pathogen E. coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan

dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. coli

merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah

terbukti bahwa galur-galur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf


3

sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan

untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius

(Suriaman 2008). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian

mengenai uji kualitas depot air minum isi ulang di wilayah Tangerang Selatan

sehingga dapat diketahui layak atau tidak untuk dikonsumsi sesuai dengan baku

mutu yang ditetapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana parameter fisika pada depot air minum ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui proses pengolahan air baku pada depot air minum.

1.3.2 Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui gambaran kondisi dari hygiene sanitasi depot air

minum isi ulang.

2. Untuk mengetahui Air baku dan air minum.

1.4 Waktu Dan Tempat

Kegiatan praktik kerja lapangan ini dilaksanakan pada :

Hari : Senin s/d Sabtu

Tanggal : 08 Desember 2022- 27 Januari 2023

Waktu : 07.00 - 14.00

Tempat : Puskesmas Lubuk Pinang


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Mikrobiolgi

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme yang

berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata telanjang

melainkan harus menggunakan bantuan mikroskop. Organisme yang sangat

kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau kerap diucap mikroba ataupun

jasad renik. Saat ini, mikrobiologi sangat berkembang luas pada bermacam

bidang ilmu pengetahuan, misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan

hidup, bidang pangan, bahkan bidang antariksa(Waluyo,2009). Dalam

mikrobiologi, dibutuhkan suatu metode khusus untuk mempelajari

mikroorganisme. Di laboratorium mikrobiologi dan bakteriologi untuk

meningkatkan dan mempelajari sifat- sifat mikroorganisme seperti bakteri

diperlukan suatu media selaku tempat perkembangan mikroorganisme.

Pengembangan media kultur bakteri memegang peranan yang sangat

berarti di bidang mikrobiologi. Dengan mengisolasi suatu bakteri dan

menumbuhkanya dengan media buatan kita dapat mengidentifikasi, dan

mempelajari sifat suatu bakteri. Media perkembangan wajib memenuhi

persyaratan nutrisi yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Nutrisi yang

dibutuhkan mikroorganisme untuk pertumbuhannya meliputi karbon,

nitrogen, unsur non logam seperti sulfur dan fosfor, unsur logam seperti Ca,

Zn, Na, K, Cu, Mn, Mg, dan Fe, vitamin, air, dan energy(Radji,2011). Media

tersebut bisa berbentuk cair, padat, dan semipadat, tergantung

mikroorganisme yang hendak ditumbuhkan. Media yang umum digunakan


5

untuk meningkatkan mikroorganisme di laboratorium semacam bakteri yaitu

media Nutrient agar sedangkan media untuk meningkatkan jamur merupakan

saboroud agar, oatmeal agar serta PDA(Potato Dextrose Agar). Media NA,

saboroud agar, oatmeal agar merupakan media instant sebaliknya media PDA

ialah media racikan dari ekstrak kentang walaupun tersedia juga dalam

bentuk instant.

Harga media instant yang menggapai Rp 500. 000,- hingga Rp 1. 500.

000,- tiap 500 g dan melimpahnya sumber alam yang bisa digunakan sebagai

media perkembangan mikroorganisme mendorong para peneliti untuk

menemukan media alternatif dari bahan- bahan yang mudah didapat serta

tidak memerlukan anggaran yang mahal dan untuk memberikan alternatif

media pertumbuhan mikroorganisme dari bahan- bahan tertentu tidak hanya

kentang. Kentang dapaat digunakan sebagai media perkembangan

mikroorganisme karena kentang memiliki kandungan karbohidrat yang

lumayan besar. Menurut Radji(2011) Karbohidrat sangat diperlukan oleh

bakteri sebab karbohidrat merupakan substrat utama untuk metabolime

bakteri. Hampir setengah berat kering suatu bakteri adalah unsur karbon.

Karbon bisa ditemui dalam senyawa karbohidrat, sehingga karbohidrat sangat

berperan penting untuk menunjang perkembangan bakteri. Bahan- bahan lain

yang bisa digunakan sebagai media perkembangan bakteri adalah bahan yang

dapat menyedianakn nutrisi yang dibutuhkan untuk perkembangan bakteri

seperti dari bahan- bahan yang kaya akan karbohidrat dan protein.

Berbagai sumber protein berhasil digunakan sebagai media alternative

perkembangan mikroorganisme. Seperti yang dilakukan oleh


6

Arulananthan(2012) yang menggunakan sebagian biji dari suku

Leguminoseae yaitu kacang tunggak, kacang hijau, kacang kedelai hitam,

serta kedelai untuk pertumbuhan berbagai macam bakteri seperti Escherichia

coli, Bacillus sp., Staphyllococcus sp., Klebsiella sp. dan Pseudomonas sp.

Tidak hanya bakteri, bahan- bahan tersebut juga bisa digunakan sebagai

media perkembangan jamur(Ravimannan,2014).

Media perkembangan bakteri pula bisa dibuat dari buah dan sayur-

mayur.

Deivanayaki(2012) melakukan studi tentang media perkembangan bakteri

dari sayur- mayur seperti wortel, tomat, kubis, dan labu. Sayuran- sayuran.

tersebut menunjukkan hasil yang cukup baik terhadap perkembangan bakteri

baik itu pada medium cair ataupun padat. Sebagian buah juga digunakan

untuk medium perkembangan bakteri, seperti buah avokad dan buah bit.

Tidak hanya dari biji- bijian, sayur- mayur, ataupun buah, media

perkembangan bakteri juga bisa terbuat dari bermacam jenis umbi- umbian

yang kaya akan karbohidrat. Sebagian peneliti sudah melaksanakan penelitian

tentang media perkembangan bakteri dari bermacam sumber karbohidrat

seperti seperti singkong, kentang, umbi palmirah dan sagu(Tharmila,2011).

Sumber karbohidrat lain yang bisa ditemui dengan mudah adalah dari

jenis umbi- umbian semacam ganyong, gembili, dan garut. Umbi- umbi

tersebut mempunyai kandungan karbohidrat yang lumayan banyak serta

memiliki protein dan bermacam mineral yang cukup sehingga memungkinkan

untuk digunakan sebagai media perkembangan bakteri. Tidak hanya mudah

didapat, bahan- bahan tersebut mempunyai harga yang lebih murah bila
7

dibandingkan dengan penggunaan media instant, sehingga diharapkan dapat

digunakan sebagai media alternatif untuk penelitian- penelitian di

laboratorium.

2.2 Pengertian Depot Air Minum

Depot air minum (DAM) adalah usaha yang melakukan proses

pengolahan air baku menjadi air minum dalam bentuk curah dan menjual

langsung kepada konsumen. Proses pengolahan air pada prinsipnya harus

mampu menghilangkan semua jenis polutan, baik fisik, kimia maupun

mikrobiologi.

Depot air minum harus menjamin standar baku mutu atau

persyaratan kualitas air minum sesuai ketentuan peraturan

perundang- undangan serta memenuhi persyaratan higiene sanitasi dalam

pengelolaan air minum.

Gambar 2.1 Depot Air Minum

2.3 Peralatan Depot Air Minum

Menurut Purba(2011) Alat yang digunakan untuk mengolah air

baku menjadi air minum pada depot air minum isi ulang adalah :
8

2.3.1 Storage Tank

Storage tank berguna sebagai penampungan air baku yang

dapat menampung air sebanyak 3000 liter.

2.3.2 Stainless Water Pump

Stainless Water Pump berguna sebagai pemompa air baku dari

tempat storage tank kedalam tabung filter.

2.3.3 Tabung Filter

Tabung Filter mempunyai 3 (tiga) fungsi, yaitu :

a) Tabung yang pertama adalah active sand media filter

untuk menyaring partikel – partikel yang kasar dengan bahan dari

pasir atau jenis lain yang efektif dengan fungsi yang sama.

b) Tabung yang kedua adalah anthracite filter yang berfungsi untuk

menghilangkan kekeruhan dengan hasil yang maksimal dan

efisien.

c) Tabung yang ketiga adalah granular active carbon media filter

merupakan karbon filter yang berfungsi sebagai penyerap debu,

rasa, warna, sisa khlor dan bahan organik.

2.3.4 Mikro Filter

Mikro Filter merupakan saringan yang terbuat dari polyprophylene

yang berfungsi untuk menyaring partikel air dengan diameter 10

mikron, 5 mikron, 1 mikron dan 0,4 mikron dengan maksud untuk

memenuhi persyaratan air minum.

2.3.5 Flow Meter


9

Flow Meter digunakan untuk mengukur air yang mengalir kedalam

galon isi ulang.

2.3.6 Lampu ultraviolet dan ozon

Lampu ultraviolet dan ozon berguna sebagai desinfeksi pada air yang

telah diolah.

2.3.7Galon Isi Ulang

Galon isi ulang berfungsi sebagai wadah atau tempat untuk

menampung atau menyimpan air minum didalamnya. Pengisian

wadah dilakukan dengan menggunakan alat dan mesin serta dilakukan

dalam tempat pengisian yang higienis(Purba,2011).

2.4 Proses Produksi Depot Air Minum Isi Ulang

Menurut Keputusan Menperindag RI Nomor

651/MPP/Kep/l0/2004 tentang Persyaratan Teknis Depot Air Minum

dan Perdagangannya, urutan proses produksi air minum di depot air

minum isi ulang adalah sebagai berikut :

1) Penampungan air baku dan syarat bak penampung

Air baku yang diambil dari sumbernya diangkut dengan menggunakan

tangki dan selanjutnya ditampung dalam bak atau tangki penampung

(reservoir). Bak penampung harus dibuat dari bahan tara pangan (food

grade), harus bebas dari bahan-bahan yang dapat mencemari air.

Tangki pengangkutan mempunyai persyaratan yang terdiri atas:

a) Khusus digunakan untuk air minum

b) Mudah dibersihkan serta di desinfektan dan diberi

pengaman
10

c) Harus mempunyai manhole

d) Pengisian dan pengeluaran air harus melalui kran Selang dan pompa

yang dipakai untuk bongkar muat air baku harus diberi penutup

yang baik, disimpan dengan aman dandilindungi dari

kemungkinan kontaminasi.

2.5 Higiene Sanitasi Depot Air Minum

2.5.1 Pengertian Higiene

Higiene menurut (Depkes RI 2013) merupakan suatu sikap yang

otomatis terwujud untuk upaya kesehatan dengan cara memelihara dan

melindungan kebersihan individu dan subyeknya. Higiene juga

mencakup upaya perawatan kesehatandiri, termasuk ketepatan sikap

tubuh dan juga perlindungan bagi pekerja yang terlibat dalam proses

pengolahan makanan agar terhindar sakit, baik yang disebabkan oleh

penyakit pada umumnya, penyakit kerja yang tidak memadai. Apabila

ditinjau dari segi kesehatan yang mempelajari pengaruh kondisi

lingkungan terhadap kesehatan manusia, upaya mencegah timbulnya

penyakit karena pengaruh faktor lingkungan.

2.5.2 Pengertian Sanitasi

Sanitasi merupakan salah satu upaya pencegahan untuk

membebaskan lingkungan dari segala bahaya yang dapat mengganggu

atau merusak kesehatan. seseorang, makanan, tempat kerja, atau

peralatan higienis (sehat) dan bebas pencemaran yang diakibatkan oleh

bakteri, serangga, atau binatang lainnya.


11

2.5.3 Hygiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang

Higiene sanitasi adalah upaya untuk mengendalikan faktor resiko

terjadinya kontaminasi yang berasal dari tempat, peralatan dan

penjamah terhadap air minum agar aman dikonsumsi.

Higiene Sanitasi meliputi (Permenkes RI NO. 43 Tahun 2014)

yaitu:

1) Lokasi

Lokasi berada di daerah yang bebas dari pencemaran lingkungan

dan penularan penyakit.

2) Bangunan

a) Bangunan harus kuat, aman, mudah dibersihkan, dan

mudah pemeliharaannya.

b) Tata ruang usaha depot air minum paling sedikit terdiri dari :

-Ruangan proses pengolahan.

-Ruangan tempat penyimpanan.

-Ruangan tempat pembagian / penyediaan.

-Ruang tunggu pengunjung.

3) Lantai

a) Lantai depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut :

b) Bahan kedap air.

c) Permukaan rata, halus tetapi tidak licin, tidak reta, tidak

menyerap debu dan mudah dibersihkan.

d) Kemiringan cukup lantai untuk memudahkan pembersihan.

e) Tidak terjadi genangan air


12

4) Dinding

a) Dinding depot air minum harus memenuhi syarat sebagai berikut

b) Bahan kedap air.

c) Permukaan rata, halus, tidak menyerap debu dan

mudah dibersihkan.

d) Warna dinding cerah dan terang.

5) Atap dan Langit- Langit

a) Atap dan langit-langit harus kuat.

b) Konstruksi atap dibuat anti tikus (rodent proof).

c) Mudah Dibersihkan dan tidak menyerap debu.

d) Bahan langit-langit mudah dibersihkan dan tidak menyerap debu.

e) Permukaan langit-langit harus rata dan berwarna terang.

f) Mempunyai ketinggian yang memungkinkan adanya

pertukaran udara yang cukup atau lebih tinggi ndari ukuran

tandon air.

6) Pintu

a) Bahan pintu harus kuat dan tahan lama.

b) Berwarna terang dan mudah dibersihkan.

c) Pintu berfungsi dengan

baik.

7) Pencahayaan

a) Pencahayaan cukup terang untuk bekerja, tidak menyilaukan

dan
13

b) tesebar secara merata.

c) Ruangan pengolahan dan penyimpanan mendapat

penyinaran cahaya dengan minimal 10 foot candle.

8) Ventilasi

Ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran/ peredaran

udara dengan baik.

9) Kelembapan

Udara dapat mendukung kenyamanan dalam melakukan

pekerjaan/ aktivitas.

2.5.4 Memiliki Akses Fasilitas Sanitasi Dasar

Depot air minum sedikitnya harus memiliki akses terhadap

fasilitas sanitasi sebagai berikut :

1) Tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan air mengalir dan

sabun.

2) Fasilitas sanitasi (jamban dan peturasan).

3) Tempat sampah yang tertutup.

4) Memiliki Saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar

dan tertutup.

2.5.5 Sarana Pengolahan Air Minum

1) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan untuk pengolahan air

minumharus menggunakan peralatan yang sesuai dengan

persyaratan kesehatan (food grade), antara lain :

a) Pipa pengisian air baku

b) Tandon air baku


14

c) Pompa penghisap dan penyedot

d) Filter

e) Mikro Filter

f) Wadah/galon air baku atau air minum

a) Kran pengisian air minum

g) Kran pencucian/ pembilasan wadah/galon

h) Kran penghubung (hose)

i) Peralatan desinfeksi

2) Bahan sarana tidak boleh terbuat dari bahan yang mengandung

unsur yang dapat larut dalam air, seperti Timah Hitam (Pb),

Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd).

3) Alat dan perlengkapan yang dipergunakan seperti mikro filter dan

alat sterilisasi masih dalam masa pakai (tidak kadaluarsa).

2.5.6 Air Baku

1) Air baku adalah yang memenuhi persyaratan air bersih, sesuai

dengan Peraturan Menteri Kesehatan No 492/ MENKES/ PER/ IV/

2010 tentang persyaratan Kualitas Air Minum.

2) Jika menggunakan air baku lain harus dilakukan uji mutu

sesuai dengan kemampuan proses pengolahan yang dapat

menghasilkan air minum.

3) Untuk menjamin kualitas air baku dilakukan pengambilan

sampel secara periodik.

2.5.7 Air Minum


15

1) Kualitas Air minum yang dihasilkan adalah harus sesuai

dengan standar baku mutu atau persyaratan kualitas air minum

sesuai Peraturan Menteri Kesehatan No.

492/Menkes/Per/IV/2010 tentang persyaratan kualitas Air Minum

yaitu bahwa mikrobiologi pada air minum harus 0 (nol), menurut

Peraturan Menteri Kesehatan no 492, setiap usaha depot air minum

isi ulang tidak boleh melebihi nilai ambang batas.

2) Pemeriksaan kuatalitas bakteriologi air minum dilakukan setiap

kali pengisian air baku, pemeriksaan ini dapat menggunakan

metode H2S. Untuk menjamin kualitas air minum dilakukan

pengambilan sampel secara periodik.

2.5.8 Pelayanan Konsumen

1) Wadah/botol galon sebelum dilakukan pengisian harus dibersihkan

dengan cara dibilas terlebih dahulu dengan air produksi minimal

selama 10 detik

2) Setiap botol galon yang telah diisi langsung diberi tutup yang baru

dan bersih, dilakukan pengelapan/pembersihan wadah dari luar

dengan menggunakan kain/lap bersih.

3) Wadah/ botol galon yang telah diisi air harus langsung

diberikan kepada konsumen dan tidak boleh disimpan pada

DAM lebih dari 1x24 jam untuk menghindari kemungkinan

tercemar.

2.5.9 Penjamah Depot Air Minum (DAM)


16

1) Penjamah DAM sehat dan bebas dari penyakit menular seperti

penyakit bawaan air seperti diare dan lain-lain.

2) Penjamah DAM tidak menjadi pembawa kuman penyakit yaitu

carrier terhadap penyakit air seperti hepatitis dan dibuktikan

dengan pemeriksaan rectal swab.

3) Penjamah DAM bersikap higiene santasi dalam melayani

konsumen seperti tidak merokok dan menggaruk bagian tubuh.

4) Menggunakan Pakaian kerja yang bersih dan rapi untuk mencegah

pencemaran dan estetika

5) Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2

(dua) kali dalam setahun sebagai screening dari penyakit bawaan

air.

6) Operator/penanggung jawab/pemilik harus memiliki surat

keterangan telah mengikuti kursus higiene sanitasi depot air

minum sebagai syarat permohonan mengajukan sertifikat laik

sehat Depot Air Minum.

2.5.10 Pekarangan

1) Permukaan rapat air dan cukup miring sehingga tidak

terjadi genangan.

2) Selalu dijaga kebersihannya setiap saat.

3) Bebas dari kegiatan lain atau bebas dari pencemaran lainnya.

2.5.11 Pemeliharaan

1) Pemilik/penanggung jawab dan operator wajib memelihara

sarana yang menjadi tanggung jawabnya.


17

2) Melakukan sistem pencatatan dan pemantauan secara ketat,

meliputi:

a) Tugas dan kewajiban karyawan.

b) Hasil pengujian laboratorium baik intern atau ekstern.

c) Data alamat pelanggan (untuk tujuan memudahkan

investigasi dan pembuktian).

2.6 Standar Kualitas Air Minum

2.6.1 Pengertian Standar Kualitas

Standart Mutu Air merupakan Ciri kualitas yang diperlukan untuk

pemanfaatan tertentu dari sumber– sumber air. Dengan terdapatnya standard

kualitas air, orang bisa mengukur mutu dari bermacam berbagai air. Tiap

tipe air dapat diukur konsentrasi isi faktor yang tercantum didalam standard

mutu, dengan demikian bisa dikenal ketentuan kualitasnya, dengan kata lain

standard mutu bisa digunakan selaku tolak ukur. Standar mutu air bersih

dapat dimaksud selaku ketentuan- ketentuan bersumber pada Peraturan

Menteri Kesehatan standar mutu air minum Nomor. 492/ MENKES/ PER/

1V/ 2010 yang biasanya dituangkan dalam wujud statment ataupun angka

yang menampilkan persyaratan- persyaratan yang wajib dipadati supaya air

tersebut tidak memunculkan gangguan, kesehatan, penyakit, kendala teknis,

dan kendala dalam segi estetika.

Peraturan ini terbuat dengan iktikad kalau air minum yang memenuhi

ketentuan kesehatan memiliki peranan berarti dalam rangka pemeliharaan,

perlindungan dan mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Dengan

peraturan ini sudah diperoleh landasan hukum serta landasan teknis dalam
18

perihal pengawasan mutu air bersih. Demikian pula halnya dengan air yang

digunakan sebagai kebutuhan air bersih tiap hari, hendaknya air tersebut

tidak bercorak, tidak berasa, tidak berbau, jernih, serta memiliki temperatur

yang cocok dengan standar yang diresmikan sehingga memunculkan rasa

aman.

Faktor- faktor yang pengaruhi mutu air dipecah jadi 3 yaitu antara lain

aspek fisika, aspek kimia, serta aspek hayati. Dibawah ini hendak dijelaskan

faktor- faktornya ialah:

a) Aspek Fisik

Peraturan Menteri Kesehatan No 492 tahun 2010 tentang persyaratan

mutu air minum melaporkan kalau air yang layak dikonsumsi serta

digunakan dalam kehidupan tiap hari merupakan air yang mempunyai

mutu yang baik selaku sumber air minum ataupun air baku(air bersih),

antara lain wajib penuhi persyaratan secara raga, tidak berbau, tidak

berasa, tidak keruh, dan tidak bercorak. Ada pula sifat- sifat air secara

fisik bisa dipengaruhi oleh bermacam aspek antara lain selaku berikut:

1) Suhu

2) Bau dan Rasa

3) Kekeruhan

4) Warna

5) Zat Padat Terlarut(TDS) dan Residu Tersuspensi(TSS)

b) Faktor Kimia

Air bersih yang baik merupakan air yang tidak tercemar secara

berlebihan oleh zat- zat kimia yang beresiko untuk kesehatan antara lain
19

Besi(Fe), Flourida(F), Mangan(Mn), Derajat keasaman(pH),

Nitrit(NO2), Nitrat(NO3) dan zat- zat kimia lainnya. Kandungan zat

kimia dalam air bersih yang digunakan tiap hari sebaiknya tidak melebihi

kadar maksimum yang diperbolehkan untuk standar baku mutu air

minum dan air bersih. Ada pula sifat- sifat air secara kimia bisa

dipengaruhi oleh bermacam aspek antara lain selaku berikut:

1) Besi(Fe) dan Mangan(Mn)

2) Klorida(Cl)

3) Kesadahan(CaCO3).

4) Nitrat(NO3N) serta Nitrit(NO2N)

5) Derajat Keasaman(pH)

6) Kebutuhan Oksigen Biokimia(BOD)

7) Kebutuhan Oksigen Kimia(COD)

8) Oksigen Terlarut(DO) .

9) Fluorida(F)

10) Seng (Zn)

11) Sulfat (SO4)

12) Zat Organik (KMnO4)

c) Faktor Mikrobiologi

Mikrobiologi merupakan ilmu yang mempelajari organisme yang

berukuran sangat kecil sehingga tidak bisa dilihat dengan mata

telanjang melainkan harus menggunakan bantuan mikroskop.

Organisme yang sangat kecil ini disebut sebagai mikroorganisme, atau

kerap diucap mikroba ataupun jasad renik. Saat ini, mikrobiologi


20

sangat berkembang luas pada bermacam bidang ilmu pengetahuan,

misalnya pertanian, industri, kesehatan, lingkungan hidup, bidang

pangan, bahkan bidang antariksa. Dalam mikrobiologi, dibutuhkan

suatu metode khusus untuk mempelajari mikroorganisme. Di

laboratorium mikrobiologi dan bakteriologi untuk meningkatkan dan

mempelajari sifat- sifat mikroorganisme seperti bakteri diperlukan

suatu media selaku tempat perkembangan mikroorganisme.

Pengembangan media kultur bakteri memegang peranan yang sangat

berarti di bidang mikrobiologi.

Dengan mengisolasi suatu bakteri dan menumbuhkanya dengan

media buatan kita dapat mengidentifikasi, dan mempelajari sifat suatu

bakteri. Media perkembangan wajib memenuhi persyaratan nutrisi

yang dibutuhkan oleh suatu mikroorganisme. Sampel air minum isi

ulang diuji di laboratorium untuk mendapatkan kualitas mikrobiologi

(total bakteri coliform dan E.coli) air minum yang telah ditetapkan

oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

492/Menkes/PER/2010. Ada pula sifat- sifat air secara mikrobiologi

bisa dipengaruhi oleh bermacam aspek antara lain selaku berikut:

1) Total bakteri Coliform

2) Escherichia Coli
21

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengolahan Depot Air Minum Di Puskesmas Lubuk Pinang

Proses pengolahan depot air minum isi ulang di Puskesmas lubuk pinang

ini yakni sering kita temui bahwa kebanyakan DAM tidak mengganti alat

ultraviolet (UV) yang sebagian besar melewati batas maksimal pemakaian.

Setiap hari air selalu di gunakan untuk kebutuhan sehari-hari termasuk

dikonsumsi, maraknya kasus kurangnya kebersihan pemilik DAM dapat

mengakibatkan kerugian besar terhadap kita para pembeli.

Maka dari itu kami berupaya memberi penjelasan pada setiap Depot Air

Minum (DAM) agar lebih memperhatikan kualitas dan kuantitas air yang di

produksi.

3.2 Sumber-sumber air baku DAM

Berbeda dengan bisnis lainnya, bisnis air minum ini dapat dikatakan salah

satu bisnis yang bahan bakunya termasuk paling mudah didapatkan, yaitu

“AIR”. Yang dimana air merupakan kebutuhan dasar bagi manusia yang

dipakai sehari-hari dalam setiap aktifitas kita. Hampir tidak ada kendala

apapun dalam penyediaan bahan baku ini. Asal pemilik memiliki sumber air

bersih, tidak bau dan tidak berwarna dan memenuhi persyaratan air yang

layak, maka pemilik sudah memiliki bahan bakunya. Air ini bisa berupa air

dalam tanah, air sumur atau PDAM.


22

Namun, jika pemilik ingin menjaga kualitas, tidak ada salahnya jika pemilik

bekerja sama dengan perusahaan yang menyediakan air bersih yang standar

air minum, kemudian mereka pula yang mengirim bahan bakunya. Biasanya

dengan truk tangki dimana air didapatkan dari sumber mata air seperti mata

air pegunungan. tetapi dalam bekerja sama dengan cara membeli bahan baku

dari truk air minum. adapula beberapa hal yang tetap harus diperhatikan

supaya kita mendapatkan air baku yang paling maksimal.


23

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Profil UPT Puskesmas Lubuk Pinang

UPT Puskesmas Lubuk Pinang merupakan salah satu Puskesmas yang berada

di wilayah kerja Pemerintah Kecamatan Lubuk Pinang. Lubuk Pinang merupakan

salah satu pusat ekonomi, kebudayaan dan pendidikan di wilayah Provinsi

Bengkulu. Sebagai salah satu pusat perekonomian dapat dilihat dari banyaknya

pusat-pusat perbelanjaan dan pusat-pusat bisnis. Sebagai salah satu pusat

kebudayaan dapat dilihat dari banyaknya tempat-tempat yang bersejarah.

Puskesmas merupakan suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang

merupakan pusat kesehatan masyarakat yang memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

kegiatan pokok. Pembinaan kesehatan puskesmas diarahkan kepada keluarga

sebagai kesatuan masyarakat terkecil. Dengan kata lain, kegiatan pokok

puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari

masyarakat di wilayah kerjanya. Pelayanan yang diberikan meliputi pelayanan

promotif (peningkatan kesehatan), preventif (upaya pencegahan), kuratif

(pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan kesehatan). Wilayah kerja puskesmas

meliputi suatu kecamatan. Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, letak

geografis dan keadaan infrastruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan

dalam menentukan wilayah kerja puskesmas. Untuk perluasan wilayah jangkauan

pelayanan yang lebih sederhana yang disebut puskesmas pembantu dan

puskesmas keliling ditambah dengan polindes.


24

Wilayah UPTD Puskesmas Lubuk Pinang terdiri dari 7 desa dengan batas

desa :

 Sebelah Utara berbatas dengan Kabupaten Pesisir Selatan (Painan),

Provinsi Sumatra Barat

 Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan V koto dan Kecamatan

Air Manjunto

 Sebelah Timur berbatas dengan Kecamatan V Koto

 Sebelah Barat Berbatas dengan kecamatan XIV Koto

Luas wilayah Kerja Puskesmas seluruhnya 92,71km2 atau 2,30% dari luas

Kabupaten Mukomuko. Wilayahnya merupakan dataran rendah, ketinggian

diatas permukaan laut berkisar antara 14-32 meter. Hampir semua desa

dilalui DAS (Daerah Aliran Sungai). Dikenal dengan nama Sungai Air

Manjunto. Desa yang memiliki luas terbesar adalah desa Lubuk Pinang

dengan luas 24,10 km² atau sekitar 26% dari luas Kecamatan Lubuk

Pinang. Sementara desa yang memiliki luas terkecil adalah desa Lubuk

Gedang dengan luas 5,42 km² atau sekitar 5,85% dari luas Kecamatan.

Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Pinang terdiri dari 7 desa yaitu:

Tabel 4.1.Nama Desa dan Luas Wilayah Kerja

UPTD Puskesmas Lubuk Pinang

NO DESA LUAS WILAYAH Persentase DUSUN

( km2) (%)
25

1 Suka Pindah 682.04 Ha 1

2 Ranah karya 327.00 Ha 2

3 Lubuk Pinang 22.677 Ha 4

4 Arah Tiga 1.663.25 Ha 3

5 Lubuk Gedang 584.0 Ha 2

6 Tanjung Alai 1.001.00 Ha 2

7 Sumber Makmur 2.047,00 Ha 4

Jumlah Seluruh Wilayah 100 18

Tabel 4.2.Nama Desa, Kepala Desa, Dan Bidan Desa Diwilayah

Kerja UPTD Puskesmas Lubuk Pinang Tahun 2022

NO Nama Desa Kepala Desa Bidan Desa

1 Suka Pindah Dedi Sumarlin Siska Anggraini, Amd.Keb

2 Ranah Karya Arman Jaya Moni Manda Sari, Amd.Keb

3 Lubuk Pinang Harafik Tita Febriani, Amd.Keb

4 Arah Tiga Marius Rita Yunita, Amd.Keb

5 Lubuk Gedang Nunna Suwardi Rosalia Nuryuli, S.Tr.Keb

6 Tanjung Alai Buzakri Zarliana, S.Tr.Keb

7 Sumber Makmur (Sp8) Hadi Sulistio Nursiani, Amd.Keb


Wonosalam Riza Umami, Amd.Keb

4.1.1 Visi Strategis

Terwujudnya masyarakat kecamatan lubuk pinang


yang sehat dan mandiri.

4.1.2 Misi Strategis

 Melaksanakan pelayanan kesehatan dasar yang prima profesional, merata dan

terjangkau.
26

 Meningkatkan dan memberdayakan sumber daya kesehatan secara konsisten dan

berkesinambungan.

 Mengupayakan pembangunan kecamatan lubuk pinang yang berwawasan

kesehatan.

 Mendorong kemandirian masyarakat dan meningkatkan kesadaran masyarakat

tentang hidup bersih dan sehat.

 Menjalin kerjasama lintas program dan lintas sektor.

4.2 Pembahasan Kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan inspeksi hygiene sanitasi yang dilaksanakan

pada bulan Desember 2022- Januari 2023 pada Depot Air Minum Isi Ulang

(DAM) yang berada di wilayah Puskesmas Lubuk Pinang Kota Bengkulu

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan narasi sebagai berikut :

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Hasil Inspeksi Pemeriksaan Kualitas

Hygiene

Sanitasi Pada Depot Air Minum Isi Ulang (DAM) di Wilayah Puskesmas

Lubuk Pinang Tahun 2023.

Hasil pemeriksaan higiene


Inspeksi sanitasi DAM
no Nilai
higiene sanitasi
A B C D

1. Tempat 28 14 16 22 26

2. Peralatan 29 24 22 26 29

3. Penjamah 18 18 16 16 18
27

4. Air baku dan air minum 25 6 5 0 17

Jumlah nilai skore 100 63 58 64 90

Keterangan TMS TMS TMS MS


Keterangan : 1. MS = Memenuhi Syarat, Jika Total Nilai Pemeriksaan >70
2. TMS = Tidak Memenuhi Syarat, Jika Total Nilai Pemeriksaan <70
3. Jika nilai telah mencapai 70 atau lebih,tetapi pada objek air baku dan air
minum tidak memenuhi syarat, berarti DAM yang bersangkutan tidak
memenuhi syarat.

Pemeriksaan Inspeksi Higiene Sanitasi Depot Air Minum Isi Ulang.

Berdasarkan hasil pemeriksaan inspeksi higiene sanitasi pada tabel 4.3

dapat diketahui kualitas higiene sanitasi Depot Air Minum (DAM) di

wilayah Puskesmas Lubuk Pinang yang memenuhi syarat sebanyak 1 DAM

dan yang tidak memenuhi syarat terdapat 3 DAM yang berada dibawah

standar PERMENKES No. 43 tahun 2014 tentang Hygiene Sanitasi Depot

Air Minum, hal ini di sebabkan karena pada depot A masih di dapatkan atap

dan langit-langit tidak kuat, tidak anti tikus, tidak mudah dibersihkan, tidak

menyerap debu, permukaan tidak rata, tidak berwarna terang dan tidak

mempunyai ketinggian yang cukup hal ini akan berdampak tempat

pengolahan air minum terasa lebih panas dan lebih kotor, tatanan ruang tidak

ada sehingga terlihat tidak bersih, tempat bekerja pun kurang

pencahayaannya yang bisa mengakibatkan mudah merasa lelah dan

menurunkan produktivitas, tidak terdapat tempat sampah yang tertutup bisa

menyebabkan sampah di hinggapi oleh lalat dan vector lainnya sehingga

menimbulkan penyakit bagi penjamah, tidak terdapat tempat mencuci tangan

dan lokasi tidak bebas dari tikus, lalat dan kecoa, tidak melakukan

pembersihan sebelum pengisian air padan botol galon, hanya memiliki satu

mikro filter yang mengakibatkan partikel-partikel berbahaya tidak dapat


28

tersaring, bahan baku nya tidak mempunyai hasil uji laboratorium

persyaratan fisik,kimia, ataupun mikrobiologi, pengangkutan air baku juga

tidak memiliki surat jaminan pasok air baku, dan tidak ada bukti tertulis

sumber air. Sedangkan pada depot B yang mengakibatkan DAMIU tidak

memenuhi syarat disebabkan oleh ruang yang tidak memiliki tatanan

sehingga terlihat kumuh, tidak terdapat tempat sampah yang tertutup bisa

menyebabkan sampah di hinggapi oleh lalat dan vector lainya, tidak terdapat

tempat cuci tangan, mikro filter hanya satu sehingga partikel-partikel didalam

air tidak tersaring dengan sempurna, air baku nya tidak ada uji laboratorium

sehingga kualitas air minum yang dihasilkan tidak memenuhi syarat dan

dapat mengakibatkan timbulnya penyakit seperti disentri, tipus, kolera,dan

bakteri lainnya. Kemudian pada depot C hanya tidak melakukan pencucian

terbalik dan air bakunya juga tidak memenuhi syarat, Sesuai yang tertera

pada Permenkes No. 43 tahun 2014 tentang higiene sanitasi depot air minum,

jika nilai telah mencapai 70 atau lebih, tetapi pada objek no 38 tidak

memenuhi syarat, berarti DAM yang bersangkutan tidak memenuhi syarat

kesehatan.

Berikut ini kriteria tempat pengolahan air minum yang baik :

1. Lokasi berada di daerah yang bebas pencemaran lingkungan misalnya

dekat dengan tempat pembuangan sampah sementara

2. Bangunan terbuat dari bahan yang kuat, aman, mudah dibersihkan

dan mudah pemeliharaannya seperti terbuat dari batu bata/batako

yang diplester
29

3. Lantai kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta kemiringan cukup

landai untuk memudahkan pembersihan dan tidak terjadi genangan air

4. Dinding kedap air, permukaan rata, halus, tidak licin, tidak retak,

tidak menyerap debu, dan mudah dibersihkan, serta warna yang terang

dan cerah agar tidak menjadi sumber kontaminasi

5. Atap dan langit-langit harus kuat, anti tikus, mudah dibersihkan,

tidak menyerap debu, permukaan rata, dan berwarna terang, serta

mempunyai ketinggian yang cukup memungkinkan adanya pertukaran

udara yang cukup dan lebih tinggi dari ukuran tandon air

6. tata ruang terdiri atas ruang proses pengolahan,

penyimpanan, pembagian/penyediaan, dan ruang tunggu

pengunjung/konsumen agar ruangan depot tertata rapih dan terhindar

dari penempatan barang yang tidak diperlukan

7. Pengukuran cahaya dilakukan dengan menggunakan lightmeter dengan

cara sebagai berikut :

a. Jumlah titik pengukuran minimal 10% dari luas ruangan

b. Waktu pengukuran dilakukan siang hari

c. Cara pengukuran dilakukan sesuai instruksi/petunjuk penggunaan

sebelum alat dioperasikan

d. Pengoperasian alat :

(1) Letakan alat ada tempat kegiatan pengelolaan DAM dilaksanakan


30

(2) Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang stabil

e. Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung, bila satuan

alat dalam food candle, maka perlu dikonversi pada lux dimana 1 lux =

10 FC

8. Ventilasi harus dapat memberikan ruang pertukaran udara dengan baik

sehingga suhu dalam ruang sama dengan suhu diluar ruang

9. Pengukuran kelembaban dilakukan dengan hygrometer dengan cara sebagai

berikut :

a. Jumlah titik pengukuran minimal10% dari luas

ruangan

b. Waktu pengukuran dilakukan pada siang hari

c. Cara pengukuran dilakukan sesuai instruksi/petunjuk penggunaan

sebelum alat dioperasikan

d. Pengoperasian alat :

(1) Letakkan alat pada dinding ruang atau dapat menggunakan tripot

(2) Pengukuran dilakukan sampai menunjukkan angka yang

stabil

e. Pembacaan hasil pengukuran dilakukan secara langsung

10. Akses terhadap fasilitas sanitasi adalah walaupun depot air minum tidak

memiliki sarana sanitasi seperti kamar mandi dan jamban, tetapi


31

dilingkungan tersebut ada sarana sanitasi yang dapat digunakan, baik milik

umum ataupun pribadi.

11. Saluran pembuangan air limbah yang alirannya lancar/tidak tersumbat dan

tertutup dengan baik

12. Tempat sampah dilengkapi tutup agar tidak menjadi sumber pencemar

13. Tempat cuci tangan dilengkapi air mengalir dan sabun dengan jumlah

yang mencukupi

14. Depot air minum harus bebas dari tikus, lalat dan kecoa, karena dapat

mengotori dan merusak peralatan

15. Peralatan yang digunakan terbuat dari bahan tara pangan antara lain pipa

pengisian air baku, tandon air baku, pompa penghisap dan penyedot, filter,

mikrofilter, kran pengisian air minum, kran pencucian/pembilasan galon,

kran penghubung, dan peralatan desinfeksi, seperti Tandon air sebaiknya

terbuat dari bahan tara pangan (food grade), seperti stainless steel atau

poly- vinyl-carbonate dan dilakukan pembersihan dalam tendon secara

berkala dan tidak mengandung unsur logam berbahaya antara lain timah

hitam (Pb), tembaga (Cu), seng (Zn), dan kadmium (Cd)

16. Masa pakai adalah umur (life time) dari mikro filter, masa pakai ini

biasanya sudah ditentukan oleh produsen (pabrik yang membuat) mikro

filter

17. Tandon penyimpanan air baku tidak terkena sinar matahari secara langsung.
32

18. Wadah/botol galon sebelum dilakukan pengisian harus dibersihkan dengan

cara dibilas terlebih dahulu dengan air produksi minimal selama 10

(sepuluh) detik dan setelah pengisian diberi tutup yang bersih

19. Wadah/galon yang telah diisi air minum harus langsung diberikan kepada

konsumen dan tidak boleh disimpan pada DAM lebih dari 1x24 jam untuk

menghindari kemungkinan tercemar

20. Sistem pencucian terbalik (back washing) adalah cara pembersihan

tabung filter dengan cara mengalirkan air tekanan tinggi secara terbalik

sehingga kotoran atau residu yang selama ini tersaring dapat terbuang

keluar. Untuk DAM yang tidak menggunakan sistem back washing maka

harus memiliki jadual penggantian tabung mikro filter secara rutin

21. Mikro filter terdapat lebih dari satu buah dengan ukuran berjenjang

dari besar ke kecil. Contoh 10 µ, 5 µ, 1µ, 0,4 µ (µ = mikron) agar

penyaringan kotoran/bakteri dalam air baku dapat berjalan dengan baik.

22. Peralatan sterilisasi/disinfeksi harus ada pada sebuah depot air minum,

dapat berupa Ultra Violet atau Ozonisasi atau peralatan disinfeksi lainnya

atau bisa lebih dari satu alat sterilisasi/desinfeksi yang berfungsi dan

digunakan secara benar, contohnya jika kemampuan peralatan tersebut

GPM (gallon per minute) berarti kran pengisian depot digunakan

untuk mengisi maksimal 1,5 botol galon per menit nya.

23. Fasilitas pencucian botol (galon) adalah sarana pencucian botol

untuk membersihkan botol yang terdapat pada depot, dengan cara


33

memutarkan botol/galon secara bersamaan dengan menyemprotkan air

produk selama 15 detik. Sebelum dilakukan pencucian penjamah

memeriksa kondisi fisik luar botol/galon, apakah ada kebocoran, apakah

umur botol/galon masih dalam batas aman, dan lain lain.

Umur botol/galon dapat dibaca pada bagian bawah, yang

menunjukkan bulan dan tahun pembuatan. Apabila lebih dari 5 tahun,

maka dapat disarankan untuk mengganti botol/galon tersebut dengan yang

baru. Penjamah juga wajib memeriksa botol/galon terhadap bau apapun,

apabila didapati bahwa botol/galon berbau, maka segera disarankan ke

pelanggan untuk menggati dengan yang tidak berbau dan apabila

ditemukan indikasi adanya kotoran, maka botol/galon dapat disikat

terlebih dahulu dengan mesin sikat yang dilengkapi dengan pembilasan

menggunakan air produk. Penggunaan mesin sikat ini harus berhati-hati

dan hanya sekitar 30detik. Hal ini untuk menghindari tergoresnya bagian

dalam botol/galon Fasilitas pembilasan Botol (galon) adalah sarana

pembilasan botol untuk membilas bagian dalam botol. Air yang digunakan

untuk membilas adalah air minum (air produk depot) dengan

penyemprotan air produk selama 10 detik

24. Fasilitas pengisian adalah sarana pengisian produk air minum ke dalam

botol

(galon) yang terdapat dalam ruangan

tertutup.

25. Setiap botol galon yang telah diisi langsung diberi tutup yang baru

dan bersih, tetapi bukan dengan metoda memasang segel (wrapping) dan
34

dilakukan pengelapan/pembersihan wadah dari luar dengan menggunakan

kain/lap bersih.

26. Penjamah DAM sehat dan bebas dari penyakit menular seperti

penyakit bawaan air seperti diare dll

27. Penjamah DAM tidak menjadi pembawa kuman penyakit yaitu

carrier terhadap penyakit air seperti hepatitis dan dibuktikan dengan

pemeriksaan rectal swab

28. Penjamah DAM bersikap higiene santasi dalam melayani konsumen

seperti tidak merokok dan menggaruk bagian tubuh.

29. Selalui mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setiap

melayani konsumen untuk mencegah pencemaran.

30. Menggunakan pakaian kerja yang bersih dan rapi untuk

mencegah pencemaran dan estetika

31. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara berkala minimal 2 (dua)

kali dalam setahun sebagai screening dari penyakit bawaan air

32. Operator/penanggung jawab/pemilik harus memiliki surat keterangan telah

mengikuti kursus higiene sanitasi depot air minum sebagai syarat

permohonan pengajuan sertifikat laik sehat DAM. Surat keterangan telah

mengikuti kursus hygiene sanitasi depot air minum bisa didapat dari

penyelenggara atau instansi yang melaksanakan kursus hygiene

sanitasi depot air minum, seperti Kementerian Kesehatan, Dinas

Kesehatan Propinsi, Kab/Kota atau asosiasi depot air minum.


35

33. Bahan baku yang dipakai sebagai bahan produksi air minum harus

memenuhi persyaratan kualitas air bersih sesuai Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang Syarat-

syarat Kesehatan dan Pengawasan Kualitas Air Bersih

34. Izin pengangkutan air mobil tanki dikeluarkan oleh instansi terkait,

misalnya Dinas Pertambangan atau dinas lainnya/jaminan pasok air

baku. Perusahaan pengangkutan air harus memberikan hasil uji lab air

baku ke pada DAM setiap 3 bulan sekali.

35. Kendaraan tangki air terbuat dari bahan yang tidak dapat melepaskan zat-

zat beracun ke dalam air/harus tara pangan untuk mencegah pencemaran

air oleh bahan kimia seperti Zn (seng), Pb (timbal), Cu (tembaga) atau zat

lainnya yang dapat membahayakan kesehatan.

36. Bukti tertulis bisa berupa nota pembelian air baku dari perusahaan

pengangkutan air/sertifikat sumber air

37. Pengangkutan yang melebihi waktu 12 jam memungkinkan

berkembangnya mikoorganisma yang membahayakan kesehatan, apabila

diperiksa air dalam tangki harus mengandung sisa klor sesuai peraturan

perundang-undangan

38. Kualitas air minum yang dihasilkan harus sesuai dengan standar baku mutu

atau persyaratan kualitas air minum sesuai Peraturan Menteri Kesehatan

Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum


BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Hasil inspeksi Higiene sanitasi DAM dapat disimpulkan bahwa

terdapat 3 DAM yang tidak memenuhi syarat hygiene sanitasi.

2. Hasil inspeksi Higiene sanitasi DAM dapat disimpulkan bahwa

terdapat 1 DAM yang memenuhi syarat hygiene sanitasi.

5.2 Saran

Bagi pemilik depot air minum (DAM) di haparkan untuk mengganti

peralatan seperti Mikro filter minimal 3 Bulan Sekali agar air minum yang di

hasilkan tidak tercemar dari bakteri.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Mashadi1, B. S. (2018). PENINGKATAN KUALITAS pH, Fe DAN


KEKERUHAN DARI AIR SUMUR GALI DENGAN METODE
FILTRASI. Jurnal Riset Rekayasa Sipil Universitas Sebelas Maret 10
Maret 2018 ISSN 2579-7999.

David Laksamana Caesar1, E. P. (2017). ANALISIS KUALITAS FISIK AIR


DESA CRANGGANG KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS.
Vol.5 No.1 Edisi Agustus 2017.

Dede Solihin, D. P. (2020). PEMANFAATAN BOTOL BEKAS SEBAGAI


PENYARING AIRBERSIH SEDERHANA BAGI WARGA DESA
CICALENGKAKECAMATAN PAGEDANGAN KABUPATEN
TANGERANG. Vol. 1, No. 3, September 2020, Hal (98-102).

Dinda Sekar Pramesti, S. (2020). ANALISIS UJI KEKERUHAN AIR MINUM


DALAM KEMASAN YANG BEREDAR DI KABUPATEN
37

BANYUWANGI. PREVENTIF: JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT


VOLUME 11 NOMOR 2 (2020), 75-85.

Dodit Ardiatma1, N. I. (2020). PENGARUH DIAMETER MEDIA FILTRASI


ZEOLIT TERHADAP TURBIDITY, TOTAL DISOLVED SOLIDS DAN
TOTAL SUSPENDED SOLIDS PADA REAKTOR FILTER. Jurnal
Pelita Teknologi, Vol. 15 (2) 2020, pp.95-105.

Gabriela F. Sual, jurnal kedokteran komunitas dan tropik : volume iv nomor 1


februari 2016, GAMBARAN MIKROBIOLOGI AIR MINUM DARI
DEPOT ISI ULANG DI KECAMATAN RANOYAPO

Handoko Rusiana Iskandar1, H. D. (2019). Eksperimental Uji Kekeruhan Air


Berbasis Internet of Things Menggunakan. 1-9.

Ibeng, Parta. (2019). Pengertian Perpindahan Kalor : Konduksi, Konveksi, dan


Radiasi.

JALALY, M. J. (2020). ECO FILTER AIR DENGAN MEMANFAATKAN


CANGKANG KERANG DARAH (Anadara granosa) SEBAGAI MEDIA
FILTRASI UNTUK MENURUNKAN KEKERUHAN DAN KADAR
TSS (Total Suspended Solid). 1-53.

Kemenkes. (2010). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


492/Menkes/Per/IV/2010 Tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.

MILLATISILMI, A. Q. (2020). ECO FILTER AIR DENGAN


MEMANFAATKAN CANGKANG KERANG DARAH (Anadara
granosa) SEBAGAI MEDIA FILTRASI UNTUK MENURUNKAN
KADAR TIMBAL (PB). TA/TL/2020/1212.

Nita, S. N. (2016). Taksonomi Kerang Lokan .

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32


TAHUN 2017 TENTANG STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN
LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN KESEHATAN AIR UNTUK
KEPERLUAN HIGIENE SANITASI, KOLAM RENANG, SOLUS PER
AQUA, DAN PEMANDIAN UMUM.

Randa Novalino1, N. S. (2016). Kualitas Air Sumur Gali Kelurahan Lubuk Buaya
Kecamatan Koto Tangah Kota Padang Berdasarkan Indeks Most Probable
Number (MPN). Jurnal Kesehatan Andalas. 2016; 5(3), 563-569.
38

Sari1, M. (2019). Analisis Bau, Warna, TDS, pH, dan Salinitas Air Sumur Gali.
ALKIMIA: Jurnal Ilmu Kimia dan Terapan Vol. 3 No. 1 2019, Vol. 3 No. 1
2019.

Silviana Dwi Kurniawati, H. S. (2017). Pasir Vulkanik sebagai Media Filtrasi


dalamm Pengolahan Air Bersih Sederhana untuk Menurunkan Kandungan
Besi (Fe), Mangan (Mn) dan Kekeruhan Air Sumur Gali. Sanitasi: Jurnal
Kesehatan Lingkungan Vol. 9, No.1, Agustus2017,
pp.20-25http://journalsanitasi.keslingjogja.net/index.php/sanitasip-ISSN:
1978-5763; e-ISSN: 2579-3896.

Anda mungkin juga menyukai