Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM

MANAJEMEN KUALITAS AIR

AAN KURIAWAN

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
LAPORAN SEMENTARA PRAKTIKUM
MANAJEMEN KUALITAS AIR

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat


Dalam Menyelesaikan Mata Kuliah
Manajemen kualitas Air

Oleh :

AAN KURNIAWAN
O27120057

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2022
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Laporan Praktikum Tentang Karbondioksida


Nama : AAN KURNIAWAN
Stambuk : O27120057
Kelompok :1
Kelas : Akua 301

Menyetujui

Koordinator Asisten Praktikum Asisten Praktikum


Manajemen Kualitas Air Manajemen Kualitas Air

Moh.Armansyah.R Sang Sang Dasa Antika S.Pi


O 271 17 118

Mengetahui

Koordinator Mata Kuliah


Manajemen Kualitas Air

Rusaini,S.Pi.,M.Sc.,Ph.D
Nip.19690627199903100
UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha

Esa, atas berkat Rahmat kesehatan dan kesempatan yang sudah di berikan

sehingga saya bisa menyelesaikan Laporan Praktikum Manajemen Kualitas Air.

Saya juga mengucapkan terimakasih kepada :

1. Orang Tua yang selalu mendukung dan memberi semangat serta do’a dalam

menyelesaikan laporan.

2. Dosen yang telah membantu dan membimbing dalam pembuatan laporan ini

khususnya kepada Rusaini, S.Pi.,M.Si.,Ph.D selaku kooordinator praktikum

Manajemen Kualitas Air.

3. Asisten praktikum yang dengan segala daya upaya telah membantu dalam

menyelesaikan laporan ini dengan baik dan lancar.

4. Teman-teman Akuakultur yang saling mendukung dan membantu satu sama

lain selama pembuatan laporan ini sampai selesai.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Oleh karena itu, diharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi

kesempurnaan laporan selanjutnya. Akhir kata, semoga laporan ini bermanfaat

bagi kita semua khususnya bagi penulis sendiri.

Palu, Maret 2022

Aan kurniawan
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL................................................................................... i
HALAMAN JUDUL....................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
UCAPAN TERIMASIKASIH....................................................................... iv
DAFTAR ISI................................................................................................... v
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... viii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................ 7
1.2 Tujuan Pratik Lapang .................................................................... 8
1.3 Manfaat Pratek Lapang
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi ikan patin........................................................................ 9
2.2 Kolam ikan .................................................................................. 11
2.3 Variabel Fisika air ........................................................................ 12
2.3.1 Suhu ......................................................................................
2.3.2 Kecerahan / Kekeruhan .........................................................
2.3.2 Kedalaman ............................................................................
2.3.4 Warna Perairan .....................................................................
2.4 Variabel Kimia Air .......................................................................
2.41 Ph ...........................................................................................

BAB 3 METODE PRAKTIKUM


3.1 Waktu dan Tempat.......................................................................... 13
3.2 Alat dan Bahan............................................................................... 13
3.3 Prosedur Kerja................................................................................ 14
3.4 Analisis Data .................................................................................. 15
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ............................................................................................... 16
4.2 Pembahasan ................................................................................... 16
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan......................................................................................... 19
5.2 Saran............................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Halaman

3-1 Alat yang kegunaan.................................................................................. 13


3-3 Bahan yang kegunaan............................................................................... 14
4-1 Hasil pengukuran Alkalinitas .................................................................. 15
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Budidaya atau akuakultur adalah salah satu subsektor dalam ruang lingkup

bidang perikanan dan kelautan. Budidaya memegang peranan penting dalam mata

rantai agribisnis sebagai sumber penghasil protein hewani, khususnya komoditas

perikanan. Selain itu, budidaya menjadi salah satu pemasok bahan baku bagi

bioindustri perikanan dan kelautan yang berguna untuk meningkatkan nilai

tambah produk dan memperluas pemasaran (Kurniawan.A.2012).

Kualitas air merupakan keadaan suatu perairan yang mempengaruhi pengg

unaannya yang di lihat dari aspek biologi, kimia dan fisika. Di bidang akuakultur,

kualitas air biasanya di definisikan sebagai kemampuan air dalam menunjang

kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, dan itu di atur oleh beberapa variabel

(Boyd, 1892). Keadaan suatu perairan akan mempengaruhi kelangsungan hidup

dari ikan itu sendiri. Ikan akan berkembang dengan baik dan dapat hidup

tergantung dari kualitas dari air tersebut. Seluruh fase kehidupan ikan di suatu

perairan akan dipengaruhi oleh kondisi dari perairan itu sendiri. Beberapa faktor

yang mempengaruhi kualitas perairan adalah parameter fisika, kimia dan biologi

yang mana ketiga faktor itu saling mempengaruhi satu sama lainnya (Yulfiperius

dkk, 2004).

Kegiatan budidaya perikanan banyak di lakukan oleh masyarakat, karena

pada sektor perikanan ini memberikan profit yang sangat banyak.Kegiatan


budidaya merupakan kegiatan mulai dari pembenihan, pemijahan, pendederan,

pembesaran hingga kegiatan pemanenan.Kegiatan budidaya ini, ada beberapa hal

yang perlu di perhatikan, yaitu mengenai kualitas air. Kualitas air pada suatu

perairan budidaya sangat berpengaruh terhadap biota yang ada di dalamnya.

Kualitas air sangat berpengaruh terhadap produktivitas, pertumbuhan serta

kelangsungan hidup ikan itu sendiri. Parameter tersebut yang perlu diperhatikan

adalah parameter fisika, kimia, dan biologi (Yulfiperius dkk.2004).

Menurut Kartamihardja (2008) dalam Aisyah dan Subehi(2012)

menyatakan bahwa, masing-masing ikan memiliki toleransi terhadap adanya

perubahan suatu kualitas perairan dan setiap perubahan yang terjadi akan

berpengaruh terhadap seluruh fase kehidupan biota tersebut. Beberapa parameter

kualitas air memiliki hubungan antara satu sama lainnya. suhu, kecerahan, O2

terlarut, pH, nitrat dan fosfat memiliki hubungan berbanding lurus, sementara

salinitas, CO2 bebas, salinitas memiliki hubungan berbanding terbalik (Patty,

2013).

Ikan merupakan hewan bertulang belakang (vertebrata) yang hidup dalam air

dan memiliki insang yang berfungsi untuk mengambil oksigen yang terlarut dari

air dan sirip digunakan untuk berenang (Adrim, 2010). Ciri-ciri umum ikan adalah

mempunyai rangka bertulang sejati dan bertulang rawan, mempunyai sirip tunggal

atau berpasangan dan mempunyai oprculum, tubuh ditutupi dan berlendir, serta

mempunyai bagian tubuh yang jelas antara kepala. Kebanyakan ikan berbentuk

torpedo pipih, namun ada juga berbentuk tidak teratur (Siagian, 2009).
1.2 Tujuan dan Kegunaan

Tujuan praktek lapang manajemen kualitas air adalah agar mahasiswa

dapat mengetahui dan memahami keberadaan kualitas air yang baik dalam

budidaya serta praktikan dapat mengaplikasikannya secara langsung. kegunannya

yaitu, dapat menambah wawasan dan ilmu pengetahuan serta dapat menunjang

mata kuliah manajemen kualitas air yang membahas mengenai kualitas air pada

suatu perairan atau pada proses budidaya.


BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi ikan patin

Ikan patin (pangasianodon hypophthalmus) merupakan salah satu jenis ikan air

tawar yang cukup mendapat perhatian besar dari pemerintah,yang dapat

diharapkan dapat menjadi penyumbang untuk peningkatan produksi

(Wijayanti.M.,dkk.2019).

Ikan patin termasuk kedalam Filum Chordata, Klas Pisces, Sub klas

Teleostei,Ordo Percomorphi, Subordo percoidea, Famili Cichlidae, Genus

Oreochromis, dengan Species Oreochromis Sp. (Arifin.M.Y. 2016).

Gambar 2-1 Ikan patin (pangasianodon hypophthalmus)

Secara umum karakteristik ikan ini yaitu; bentuk tubuh agak memanjang dan

pipih, memiliki garis vertical berwarna gelap sebanyak 3 buah pada sirip ekor,

pada bagian tubuh memiliki garis vertikal yang berjumlah 10 buah, dan pada ekor

terdapat 8 buah garis melintang yang ujungnya berwarna kehitamhitaman.Mata

agak menonjol dan pinggirannya berwarna hijau kebiru-biruan, letak mulut

terminal, posisi sirip perut terhadap sirip dada adalah thoric, sedangkan linea

lateralis terputus menjadi dua bagian, letaknya memanjang diatas sirip dada,
jumlah sisik pada garis rusuk berjumlah 34 buah, memiliki 17 jari-jari keras pada

sirip punggung, pada sirip perut terdapat 6 buah jari-jari lemah, sirip dada 15 jari-

jari lemah, sirip dubur 3 jari-jari keras dan 10 jari-jari lemah dan bentuk ekornya

berpinggiran tegak. (Arifin.M.Y. 2016).

2.2 Kolam Budidaya ikan

Kolam yang di gunakan dalam budidaya yaitu sebagai berikut:

a) Kolam Tanah

Kolam tanah adalah kolam yang paling sering digunakan untuk budidaya

ikan yang berukuran lebih besar.Kolam tanah sangat ideal digunakan

karna banyak mengandung unsur hara dan pakan alami.Akan tetapi kolam

tanah juga memiliki bebrapa kekurangan, di antaranya banyak bahan

pencemar yang masuk dalam kolam, serta hama yang dengan mudah

masuk dalam kolam.Selain itu kolam tanah yang bersifat outdorr

cenderung tidak bersahabat dengan kondisi cuaca yang tidak bersahabat,

sehingga akan sulit untuk melakukan pengontrolan terhadap kualitas air

dalam kolam tersebut.Adapun salah satu solusi untuk mengatasi masalah

tersebut yaitu, memberikan kapur terhadap kolam tanah tersebut.

(Satyani.D., Priono.B. 2012)


b) Kolam Semen/Beton

Kolam semen atau kolam beton adalah kolam yang terbuat dari campuran

semen.Biasanya kolam ini digunakan untuk proses pembesaran,

pemijahan, ataupun pembenihan.Adapun kelebihan kolam semen/beton

yaitu proses pembersihannya yang mudah serta awet atau tahan

lama.Sedangkan kekurangannya yaitu jika terjadi kebocoran pada kolam,

maka akan sulit untuk memperbaiki atau dibetulkan.Selain itu perlu waktu

yang lama agar kolam dapat digunakan,hal ini dilakukan untuk

menghilangkan bahan kimia berbahaya yang masih terkandung dalam

kolam semen/beton tersebut.( Satyani.D., Priono.B. 2012)

2.3 Variabel Fisika Air

2.3.1 Suhu

Suhu adalah salah satu sifat fisik yang dapat mempengaruhi nafsu makan

pertumbuhan mikroba atau organisme lainnya dalam perairan. Suhu juga dapat

mempengaruhi kecepatan pertumbuhan organisme, kebutuhan nutrisi, kegiatan

enzimatis dan komposisi sel. Kenaikan suhu dalam perairan maka dapat

menyebabkan kadar oksigen terlarut menjadi menurun (Suriawiria dalam Pratiwi

2014).

2.3.2 Kecerahan / Kekeruhan

Menurut Adawiyah (2011) Kecerahan air adalah bentuk pencerminan daya

tembus atau intensitas cahaya yang masuk dalam perairan. Kecerahan sangat
penting pada perairan untuk melakukan kegiatan budidaya sebab kecerahan sangat

erat kaitannya dengan proses terjadinya fotosintesis dalam perairan. Kecerahan

dapat di pengaruhi oleh terjadinya intensitas sinar matahari, warna air dan

kekeruhan. Peningkatan Kecerahan akan berpengaruh terhadap laju pertumbuhan

fitoplankton yang di sebabkan karena terjadi peningkatan fotosintesis dalam

lingkungan perairan.

2.3.3 Kedalaman

Setiap perairan memiliki kedalaman dan bentuk dasar perairan yang berbeda yang

biasanya dapat menyebabkan pola distribusi suhu, salinitas dan kadar oksigen

terlarut.(Sidabutar, E.A.2019). dan dimana kedalam dari kolam ikan patin yang

kami peroleh iyalah 1 meter

2.3.4 warna perairan

Warna suatu perairan kolam mempunyai hubungan dengan kualitas suatu

perairan.Warna perairan kolam coklat dipengaruhi oleh keberadaan padatan

tersuspensi dan padatan terlarut (Sastrawijaya, 2000 dalam Pujiastuti,

2013).Banyaknya padatan tersuspensi yang berada di dalam sungai juga

mempengaruhi kecerahan suatu perairan. Banyaknya padatan tersuspensi yang

terkandung di dalam tambak akan mempengaruhi masuknya cahaya matahari ke

dalam badan air, hal ini akan berpengaruh terhadap penetrasi cahaya matahari

kedalam suatu perairan, dengan kurangnya penetrasi cahaya maka proses

fotosintesis akan terhambat, hal ini di akibatkan oleh adanya blooming plankton

dan beberapa partikel-partikel dalam perairan. Kemudian jika plankton berlebihan


dalam suatu perairan akan berpengaruh terhadap kualitas air dan menyebabkan

fluktuliasi (Supono, 2008).

2.4 Variabel Kimia Air

2.4.1 Ph

Derajat keasaman merupakan suatu gambaran jumlah aktifitas atau ion

hydrogen dalam suatu perairan.Besarnya tingkat keasaman dalam suatu perairan

merupakan suatu gambaran umum niai pH. Pada perairan di katakan netral apabila

nilai pH antara = 7, dan dikatakan asam apabila pH antara = < 7 sedangan kondisi

basah pada prairan jika kandungan pH adalah >7 (Effendi,2003) dalam Silalahi

(2009). Organisme akuatik akan bertahan hidup jika pH dalam perairan tersebut

netral, suatu perairan dikatakan netral apabila ada keseimbangan antara asam dan

basah. Adapun pH yang ideal untuk kehidupan organisme akuatik yaitu berkisar

antara 7 – 8,5. Kondisi pHyang sangat asam dan basah akan berdampak negative

untuk organisme akuatik, karena akan menyebabkan mobilitas berbagai senyawa

logam berat yang bersifat toksik (Barus, 1996) dalam Silalahi (2009). Menurut

Pujiastusi (2015) bahwa nilai pH air tempat hidup ikan nila berkisar antara 6-8,5

ppm, namun pertumbuhan optimalnya terjadi pada pH 7-8 ppm.

2.4.2Oksigen Terlarut

Menurut Juliana (2010), oksigen merupakan salah satu gas terlarut di

perairan alami dengan kadar bervariasi yang dipengaruhi oleh suhu, salinitas,
turbulensi air dan tekanan atmosir.Selain diperlukan untuk kelangsungan hidup

organisme di perairan, oksigen juga diperlukan dalam proses dekomposisi

senyawa- senyawa organic menjadi senyawa nonorganik. Sumber oksigen terlarut

terutama berasal dari difusi oksigen yang terdapat di atmosfer

Menurut pernyataan Effendi (2003), oksigen yang terdapat dalam atmosfir

bumi berkisar 210 ml/liter. Kondisi air yang diam akan mempermudah proses

masuknya oksigen dari atmosfir ke dalam perairan. Selain itu, adanya pergolakan

massa air sepeti gelombang dan air akan menyebabakan oksigen dari atmosfer

akan masuk kedalam perairan. Namun, sumber oksigen terlarut dalam perairan

lebih banyak diperoleh dari hasil fotosintsis pada tumbuhan air.

2.4.3 Karbondioksida

Fotosintesis dalam suatu perairan dapat merubah kandungan karbon

menjadi karbon organic. Kemudian dengan adanya proses fotosintesis respirasi

dan dekposisi proses biologi dalam perairan dapat mengembalikan unsure karbon

ke atmofer. Didalam suatu perairan kabondioksida memeiliki presentase yang

sangat banyak, akan tetapi karbondioksida di atmosfer relative sangat sedikit. Hal

ini disebabkan oleh sifat karbondioksida yang memiliki tingkat kelarutan yang

tinggi (Jeffriess dan Mills, 1996 dalam Effendi, 2003) dalam Adawiya (2011).

Menurut Gufran dan Kordi (2007) dalam Frasawi (2013) batas maksimum

karbondioksida untuk kegiatan budidaya air tawar yaitu kisaran 2-9 mg/L. Pada

umunya perairan alami mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/L, pada

kosentrasi yang tinggi > 10 mg/L, karbondioksida dapat beracun, karena


keberadaanya dalam darah dapat menghambat pengikatan oksigen dan

haemoglobin.

2.4.4 Alkalinitas

Alkalinitas adalah suatu pengukuran kapasitas air untuk menetralkan asam-

asam lemah atau basah lemah dalam perairan (Limbong, 2008). Menurut Supono

(2008) alkalinitas dapat diartikan sebagai kapasitas penyangga untuk

menetralkan tambahan asam tanpa mempengaruhi penurunan pH larutan pada

perairan atau dapat dikatakan sebagai buffer terhadap pengaruh pengasaman.

2.4.5 Kesadahan

Kesadahan merupakan istilah yang digunakan pada air yang mengandung

kation penyebab kesadahan dalam jumlah yang tinggi. Pada umumnya kesadahan

disebabkan oleh adanya logam-logam atau kation-kation yang bervalensi 2,

seperti Fe, Sr, Mn, Ca dan Mg, tetapi penyebab utama dari kesadahan adalah

kalsium (Ca) dan magnesium (Mg), kesadahan yang mengalami peningkatan

dapat digunakan sebagai salah satu upaya untuk menjaga kestabilan nilai pH, hal

ini bertujuan agar tidak mengganggu keseimbangan (homeostatis) di perairan,

khususnya diperairan Budidaya akuatik (Widayat, 2002).

Kesadahan dalam air dapat mengakibatkan air menjadi keruh dan proses

penyabunan menjadi terganggu sebagai akibat dari mineral ion Ca dan Mg yang

bereaksi dengan anion sabun. Selain itu kesadahan dalam air dapat membuat alat-
alat masak seperti panic dan ketel menjadi berkerak, hal inilah yang membuat

terhambatnya kualitas pertumbuhan pada organisme yang dibudidayakan

(Megawati dkk, 2013).

2.4.5 Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)

Magnesium merupakan logam putih lentur dan Kalsium merupakan unsur

yang agak lembut kelabu kelogaman, dimana dari kedua parameter kimia ini

merupakan persyaratan kualitas dalam air, yang keberadaannya biasa disebut

dengan kesadahan air. Bagi air rumah tangga tingkat kesadahan yang tinggi

mengakibatkan konsumsi sabun lebih banyak karena sabun menjadi kurang efektif

akibat salah satubagian dari molekul sabun dikat oleh unsurCa/Mg, tapi dalam

sistem budidayadimana Ca dan Mg merupakan nutrient yang dibutuhkan oleh

organisme akuatik, hal ini sama halnya dengan pernyataan Marsidi,

(2001).Kalsium dan magnesium dalam perairan sangat dibutuhkan oleh organisme

perairan untuk proses pembentukan tulang agar ikan dapat berkembang dengan

baik dan sebagai faktor kerja enzim dalam metabolisme lemak, protein, dan

karbohidrat ( Tambunan dan Nainggolan, 2013).

2.5 Variabel Biologi Air

2.5.1 Hewan Tingkat Tinggi

Hewan tingkat tinggi atau biasa juga di sebut hewan vertebrata adalah satu

diantara tiga subfilum Chordata. Vertebrata merupakan kraniata bertulang

belakang. Vertebrata memiliki ciri utama, yaitu susunan saraf berada dirongga

tulang belakang dan mempunyai otak didalam kranium (tengkorak). yaitu


kelompok hewan yang memiliki ruas tulang belakang.Hewan Vertebrata dibagi

menjadi lima kelas, yaitu: ikan, amphibia, reptil, burung, dan mamalia.

2.5.2 Tumbuhan Air

Tumbuhan akuatik merupakan tumbuhan yang berhabitat di lingkungan

air. tumbuhan ini sangat mudah dijumpai karena habitatnya yang mudah di temui

oleh setiap orang. Tumbuhan air merupakan kumpulan dari berbagai golongan

tumbuhan, sebagian kecil terdiri dari lumut dan paku-pakuan, sebagian besar

terdiri dari Spermatophyta atau tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur

hidupnya berada di air. Tumbuhan akuatik sering disebut pula tumbuhan air yang

berfungsi sebagai produsen penghasil energi dalam ekosistem .Tumbuhan air

adalah tumbuhan yang hidup di dalam air dan memiliki organ yang beradaptasi

dengan lingkungan perairan, atau tumbuh di dekat badan air, terendam sebagian

atau seluruhnya. Tumbuhan akuatik ini umumnya sebagai tanaman hias, karena

keindahan bentuk dan warna, baik pada daun maupun bunga. Selain itu tumbuhan

akuatik dapat berfungsi sebagai pengelola pencemar atau yang disebut

fitoremedasi, dan cocok apabila ditata sebagai taman yang estetik.(Afiyah, N.,

dkk.2020)
2.5.3 Produktifitas Primer

Produktivitas primer menggambarkan jumlah pembentukan bahan organik baru

per satuan waktu. Senyawa organik yang baru akan terbentuk melalui proses

fotosintesis. Kegiatan fotosintesis di perairan waduk dilakukan oleh fitoplankton

dan tanaman air. Produktivitas primer ini sering dinyatakan dalam mg C/m3/jam

atau mg C/m3/hari untuk satuan volume air danmg C/m2/jam atau mg C/m2/hari

satuan luas kolom air.Produktivitas primer dapat dipakai untuk menentukan

keseburan suatu perairan. Klasifikasi tingkat kesuburan tersebut adalah: 0-200 mg

C/m3/hari termasuk oligotrofik, 200-750 mg C/m3/hari termasuk mesotrofik dan

lebih dari 750 mg C/m3/hari termasuk eutrofik.(Sunaryo, A. 2017)

Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kandungan bahan-bahan

organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh organisme berklorofil dan

mampu mendukung aktivitas biologi di perairan tersebut. Produktivitas primer

dapat diketahui nilainya dengan cara mengukur perubahan kandungan DO yang

dihasilkan dari proses fotosintesis. Produksi oksigen dapat menjadi dasar

pengukuran adanya kesetaraan yang kuat antara O2 dan pangan yang dihasilkan.

(Sunaryo, A. 2017)

Produktivitas primer menggambarkan jumlah pembentukan bahan

organik baru per satuan waktu. Senyawa organik yang baru akan terbentuk

melalui proses fotosintesis. Kegiatan fotosintesis di perairan waduk dilakukan

oleh fitoplankton dan tanaman air. Produktivitas primer ini sering dinyatakan

dalam mg C/m3/jam atau mg C/m3/hari untuk satuan volume air danmg


C/m2/jam atau mg C/m2/hari satuan luas kolom air.Produktivitas primer dapat

dipakai untuk menentukan keseburan suatu perairan. Klasifikasi tingkat kesuburan

tersebut adalah: 0-200 mg C/m3/hari termasuk oligotrofik, 200-750 mg C/m3/hari

termasuk mesotrofik dan lebih dari 750 mg C/m3/hari termasuk eutrofik.

(Sunaryo, A. 2017)

Produktivitas primer dapat diartikan sebagai kandungan bahan-bahan

organik yang dihasilkan dari proses fotosintesis oleh organisme berklorofil dan

mampu mendukung aktivitas biologi di perairan tersebut. Produktivitas primer

dapat diketahui nilainya dengan cara mengukur perubahan kandungan DO yang

dihasilkan dari proses fotosintesis. Produksi oksigen dapat menjadi dasar

pengukuran adanya kesetaraan yang kuat antara O2 dan pangan yang dihasilkan.

(Sunaryo, A. 2017)
BAB 3 MATERI DAN METODE PRATIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat pelaksanaan praktek lapang manajemen kualitas air

dilaksanakan pada hari Jumat, tanggal 22-23 Maret 2022 dari jam 16.00 WITA

sampai selesai, dilaksanakan di Balai Benih Ikan Lokal (BBIL) Sulawesi Tengah.

3.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum lapang fisika kimia perairan tertera
pada tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Alat dan kegunakan


No Alat Kegunaan
1. Erlenmeyer Wadah media yang di titrasi
2. Pipet tetes Mengambil larutan
3. Pipet skala Mengambil larutan untuk titrasi
4. Gelas Ukur Mengukur media untuk di titrasi
5. Karet Pengisapn Mengisap larutan
6. Botol BOD gelap/terang Wadah air sampel
7. Ember Wadah mengambil air tambak
8. Sendok Mengambil serbuk indikator EBT dan
Muroxida
9. Kertas Lakmus Mengukur pH tambak
10 Termometer Mengukur suhu air
11. Alat tulis Menulis hasil pengamatan
12. Kamera/HP Dokumentasi
Bahan yang di gunaka dalam praktek lapang fisika kima perairan yaitu

MnSO4, NaOH, H2SO4, Na2S2O3, air tambak, indikator pp, natrium karbonat,

inddikator methyl orange, aquades, Na EDTA, indikator EBT, larutan buffer,

NaOH 1 N, larutan muroxida.


3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Variabel Fisika Air

3.3.1.1 Suhu

Prosedur kerja dari pengekuran suhu, yaitu :

1. Mengambil termometer, kemudian mencelupkannya kedalam tambak

selama kurang lebih dua menit.

2. Selanjutnya termometer diangkat dan dilihat berapa nilai yang tertera di

termometer tersebut, setelah itu dicatat.

Pengamatan ini dilakukan dengan interval waktu tiga jam.

3.3.1.2 Kecerahan/Kekeruhan

Prosedur kerja dari pengekuran kecerahan, yaitu :

1. Mengambi secchi disk kemudian diturunkan ke dalam tambak hingga

secchi disk tidak dapat terlihat.

2. Setelah itu diberi tanda pada tali pengikat secchi disk kemudian diukur dan

dicatat batas kedalamannya

3. Selanjutnya secchi disk diturunkan kembali dan ditarik sampai batas

kedalamannya.

Mencatat kedalaman secchi disk.

3.3.1.3 Kedalaman

Setiap perairan memiliki kedalaman dan bentuk dasar perairan yang berbeda yang

biasanya dapat menyebabkan pola distribusi suhu, salinitas dan kadar oksigen

terlarut.(Sidabutar, E.A.2019). dan dimana kedalam dari kolam ikan patin yang

kami peroleh iyalah 1 meter


3.3.1.4Warna Perairan

Prosedur kerja untuk menentukan warna perairan, yaitu dengan hanya

dengan melihat secara kasat mata.

3.3.2 Variabel Kimia air

3.3.2.1 pH

Prosedur kerja dari pengekuran pH, yaitu :

1. Mengambil kertas ph, kemudian mencelupkannya ke dalam air sampel.

2. Melihat warna pada kerats pH.

Mencatat pH air.

3.3.2.2 Oksigen Terlarut

Adapun prosedur kerja pada praktikum oksigen terlarut yaitu :

1) Mengambil air sampel menggunakan botol BOD.

2) Menambahkan MnSO4 menggunakan pipet skala sampai ke dasar botol.

3) Menambahkan NaOH +KI menggunakan pipet skala sampai ke dasar dan

menutup kembli botol tanpa ada gelembung udara yang terbentuk.

Membolak-balikan botol sampai membentuk endapan dan mendiamkan

selama beberapa menit.

4) Membuka tutup botol dan menambakan H2SO4 pekat. Menutup kembli

botol tanpa ada gelembung udara yang terbentuk. Membolak-balikan botol

sampai semua endapan larut kembali.


5) Mengambil larutan sebanyak 50 ml menggunakan gelas ukur dan

memindahkan ke dalam Erlenmeyer. Menitrasi dengan Na2S2O3 sampai

berbah menjadi kuning muda.

6) Menambahkan amylum hingga membentuk warna kuning biru.

3.3.2.3 Karbondiksida (CO2)

Adapun prosedur kerja pada praktikum karbondioksida terlarut yaitu :

1. Mengambil air sampel sebanyak 50 ml dan memasukan kedalam

Erlenmeyer.

2. Menambahkan 5 tetes (0,25 ml) indicator PP.

3. Menitrasi dengan Na2CO3 0,45 N jika setelah diberi indikator PP tetapi

tidak berwarna.

4. Menitrasi dengan H2SO4 (HCL) 0,02N, jika pada penambahan indikator PP

larutan berubah mejadi warna pink, titrasi hingga berubah menjadi bening

kembali.

3.3.2.4 Alkalinitas

Adapun prosedur kerja yang kami lakukan saat praktikum alkalinitas pada

sampel I yaitu :

1. Air sampel yang digunakan sebanyak 25 ml.

2. Air sampel yang telah diukur, ditambakan dengan 5-7 tetes larutan PP.

3. Setelah ditambahkan dengan larutan PP lihat perubahan yang terjadi, jika

tidak berubah warna berarti tidak ada PP alkalinitas. Air sampel yang tidak
berubah ditambahkan kembali dengan MO sebanyak 5 tetes dan titrasi

dengan H2SO4.

4. Jika larutan berwarna, maka langsung titrasi dengan H2SO4 sampai warna

pink hilang.

5. Tambahkan 5 tetes indicator (MO) dan titrasi dengan H 2SO4 sampai warna

orange.

3.3.2.5 Kesadahan

Prosedur kerja praktikum kesdahan adalah sebagai berikut:

1) Masukkan air sampel 25 ml kedalam Erlenmeyer.

2) Tambahkan 0,5 larutan buffer dan aduk.

3) Tambahkan seujung sendok larutan indicator EBT.

4) Titrasi dengan penitar Na2EDTA sampai terjadi perubahan warna merah

anggur menjadi biru murni.

Catat volume peniter yang digunakan.

3.3.2.6 Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)

Prosedur kerja praktikum Ca dan Mg adalah sebagai berikut:

1. Memasukkan air sampel kedalam labu Erlenmeyer sebanyak 100 ml

2. Menambahkan 1 tetes NaOH2

3. Menambahkan 0,2 g indicatior muroxida, jika kalsium (Ca) ada, maka

warna pink akan terlihat

4. Mentitrasi dengan Na2EDTA sambil dikocok, sampai warna pink berubah

menjadi ungu anggrek.

Mencatat volume peniter yang digunakan


3.3.3 Variabel biologi

3.3.3.1 Hewan Tingkat Tinggi

Hewan tingkat tinggi yang ada pada kolam yang diamati yaitu Ikan patin , keong

3.3.3.2 Tumbuhan Air

Tumbuhan akuatik merupakan tumbuhan yang berhabitat di lingkungan air.

tumbuhan ini sangat mudah dijumpai karena habitatnya yang mudah di temui oleh

setiap orang. Tumbuhan air merupakan kumpulan dari berbagai golongan

tumbuhan, sebagian kecil terdiri dari lumut dan paku-pakuan, sebagian besar

terdiri dari Spermatophyta atau tumbuhan yang sebagian atau seluruh daur

hidupnya berada di air. Tumbuhan akuatik sering disebut pula tumbuhan air yang

berfungsi sebagai produsen penghasil energi dalam ekosistem .Tumbuhan air

adalah tumbuhan yang hidup di dalam air dan memiliki organ yang beradaptasi

dengan lingkungan perairan, atau tumbuh di dekat badan air, terendam sebagian

atau seluruhnya. Tumbuhan akuatik ini umumnya sebagai tanaman hias, karena

keindahan bentuk dan warna, baik pada daun maupun bunga. Selain itu tumbuhan

akuatik dapat berfungsi sebagai pengelola pencemar atau yang disebut

fitoremedasi, dan cocok apabila ditata sebagai taman yang estetik.(Afiyah, N.,

dkk.2020)
Sedangkan tumbuhan air yang ada pada kolam yang diamati yaitu tanaman

Kangkung

3.3.3.3 Produktifitas Primer

Tabel 4-3 Produktivitas primer

No. Jenis Botol BOD Kadar DO


1 BOD Gelap 8,8mg/l
2 BOD Terang 10,56 mg/l
Produktivitas Primer = 137,5 mgc/m3/jam

Dari tabel diatas dapat kita lihat bahwa kadar oksigen terlarut pada

botol BOD gelap yaitu 8,8mg/l, sedangkan kadar oksigen terlarut dalam botol

BOD terang yaitu 10,56 mg/l, sehingga dapat di peroleh produktivitas primernya

yaitu 137,5 mgc/m3/jam. Produktivitas primer dapat diketahui nilainya dengan

cara mengukur perubahan kandungan DO yang dihasilkan dari proses fotosintesis.

Produksi oksigen dapat menjadi dasar pengukuran adanya kesetaraan yang kuat

antara O2 dan pangan yang dihasilkan. (Sunaryo, A. 2017)

3.4 Analisis Data

3.4.1 pH

3.4.2 Oksigen Terlarut

Kadar oksigen dalam 1 liter air dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
1000
mg/L O2 terlarut = ------ × p ×N × 8
V
Dimana: 1000 = mL per liter air
8 = jumlah mg/L O2 setara 0,025 N N2S2O3

V = volume air sample yang dititrasi


N = Normalitas N2S2O3 (0,025N)
p = volume titran (N2S2O3) yang digunakan

3.4.3 Karbondioksida

1. Karbondioksida bebas (bening)

1000

mg/L CO2 bebas = ------ × p × 0,5

Dimana: 1000 = mL per liter air

0,5 = jumlah mg/L CO2 setara 0,045 N N2CO3

V = volume air sample yang dititrasi

p = volume titran(N2CO3) yang digunakan

2. Karbondioksida yang terikat dalam bentuk CaCO3 (merah muda)

2.1. Titrasi H2SO4 0,02N

1000

mg/L CO2 bebas = ------ × p × 0,5

Dimana: 1000 = mL per liter air


0,5 = jumlah mg/L CaCO3setara 0,02 N H2SO4

V = volume air sample yang dititrasi

p = volume titran(H2SO4) yang digunakan

2.2.Titrasi HCl 0,02N

1000

mg/L CO2 bebas = ------ × p ×1

Dimana: 1000 = mL per liter air

1 = jumlah mg/L CO2 setara 0,02 N HCl

V = volume air sample yang dititrasi

p = volume titran(HCl) yang digunakan

3.4.4 Alkalinitas

(P) (N) (50) (1000)


PP alkalinity = ----------------------- mg/L CaCO3
V

(M atau P + B) (N) (50) (1000)


Total alkalinity = --------------------------------------mg/L CaCO3
V

Dimana: M, P, B = volume peniter

N = normalitas peniter (H2SO4 0,02 N)

V = volume air sample


3.4.5 Kesadahan

(P) (M) (100) (1000)

Kesadahan total = ------------------------- mg/L CaCO3

Dimana: P = volume peniter

M = molaritas peniter (Na2EDTA 0,01M)

V = volume air sampel

3.4.6 Ca dan Mg

Kadar Ca sebagai CaCO3 = Volume peniter (mL) ×10 = ppm

Kadar Mg sebagai CaCO3 = Nilai kesadahan (ppm) – nilai Ca (ppm) =

ppm

Kadar Mg sebagai MgCO3 = Kadar Mg sebagai CaCO3 (ppm) ×0,84258

= ppm

Ca2+ = Ca sebagai CaCO3×0,4 = ppm

Mg2+ = Mg sebagao MgCO3×0,136 = ppm

3.4.7 Produktivitas Primer

Produktivitas primer di ukur dengan satuan berikut:

FB = (O2 dalam BT−O2 dalam BG) x 1000 x 0,375


PQ t
Keterangan:
FB : Fotosintesis Bersih (mgC/m3/jam)

O2 : Oksigen terlarut (mg/l)


BT : Botol Terang

BG : Botol Gelap

PQ : Koefisien Fotosintesis (06;00-,12;00)

t : Lama inkubasi (jam)


BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Parameter Fisika Air


4.1.1 Suhu

Berdasarkan data suhu diperoleh selama 24 jam pada kolam budidaya ikan

bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat dilihat pada

gambar grafik berikut

Suhu
40
35
30
25
20
Suhu ℃

Suhu
15
10
5
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu

Gambar 4-1 Data Pengukuran suhu selama 24 Jam pada kolam budidaya ikan
patin di Unit Perikanan

4.1.2 Kecarahan

Kecerahan/kekeruhan yang diperoleh pada stasiun atau kolam yang diamati

yaitu 30.cm.Hal ini biasa di pengaruhi oleh fitoplankton dan kedalaman perairan.
4.1.3 Kedalaman

Adapun kedalaman air pada kolam yang diamati yaitu menggunakan meter.dan

kedalam kolam berkisar 1 meter.

4.1.4 Warna Perairan

Adapun warna perairan pada kolam atau stasiun yang diamati yaitu

berwarna coklat, dimana warna coklat di perairan dapat diduga lebih banyak

disebabkan oleh keberadaan fitoplankton maupun alga yang memiliki klorofil.

Warna kuning dapat disebabkan oleh keberadaan Diatom seperti Chaetoceros,

Nitzschia, serta Skeletoma. Warna cokelat kemerahan dapat disebabkan oleh

Peridinium dan Schizothrix dari jenis alga biru yang mampu menghasilkan

endotoksin berbahaya. Selain oleh faktor biologi, warna perairan dapat

dipengaruhi oleh ion-ion logam yang terlaru seperti oksida besi menyebabkan air

berwarna kemerahan, oksida mangan dapat menghasilkan warna kecokelatan atau

kehitaman, kalsium karbonat menimbulkan warna kehijauan, dan partikel-partikel

tanah yang larut di perairan akan membuat warna air menjadi keruh.
4.2 Parameter Kimia Air
4.2.1 pH

Berdasarkan data pH diperoleh selama 24 jam pada kolam budidaya ikan

bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat dilihat pada

gambar grafik berikut

pH
7.2
7
6.8
6.6
6.4
6.2 pH
pH

6
5.8
5.6
5.4
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu

Gambar 4-3 Data Pengukuran pH selama 24 Jam pada kolam budidaya ikan patin
di Unit Perikanan

4.2.2 Oksigen Terlarut

Berdasarkan data oksigen terlarut diperoleh selama 24 jam pada kolam

budidaya ikan bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat

dilihat pada gambar grafik berikut


Oksigen Terlarut
12

10

8
Do (mg/L)

6
DO
4

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu

Gambar 4-3 Data Pengukuran oksigen terlarut selama 24 Jam pada kolam
budidaya ikan patinl di Unit Perikanan

4.2.3 Karbondioksida

Berdasarkan data karbondioksida diperoleh selama 24 jam pada kolam budidaya

ikan bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat dilihat pada

gambar grafik berikut

Karbondioksida
140
120
karbondioksida (mg/CaCo2)

100
80
60 Karbondioksida
40
20
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu
Gambar 4-4 Data Pengukuran karbondioksida selama 24 Jam pada kolam
budidaya ikan patin di Unit Perikanan

4.2.4 Alkalinitas

Berdasarkan data alkalinias diperoleh selama 24 jam pada kolam budidaya ikan

bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat dilihat pada

gambar grafik berikut

Alkalinitas
90
80
70
Alkalinitas (mg/LCaCo3)

60
50
40 Alkalintas
30
20
10
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu

Gambar 4-5 Data Pengukuran alkalinitas selama 24 Jam pada kolam budidaya
ikan patin di Unit Perikanan

4.2.5 Kesadahan

Berdasarkan data kesadahan diperoleh selama 24 jam pada kolam budidaya ikan

bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat dilihat pada

gambar grafik berikut


Kesadahan
400
350
300
Kesadahan mg/CaCo2

250
200
pH
150
100
50
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu

Gambar 4-6 Data Pengukuran Keasadahan selama 24 Jam pada kolam budidaya
ikan patin di Unit Perikanan

4.2.6 Kalsium (Ca) dan Magnesium (Mg)

Berdasarkan data ca dan mg diperoleh selama 24 jam pada kolam budidaya ikan

bawal bertempat di Unit Perikanan Rakyat (UPR) Saluyu dapat dilihat pada

gambar grafik berikut

pH
200
180
160
140
120
100 Ca
ppm

80 Mg
60
40
20
0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
.0 8.0 0.0 2.0 0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 0.0 2.0 4.0 6.0
16 1 2 2 0 0 0 0 0 1 1 1 1
Selang Waktu

Gambar 4-7 Data Pengukuran Ca dan Mg selama 24 Jam pada kolam budidaya
ikan patin di Unit Perikanan
4.3 Parameter Biologi Air
4.3.1 Hewan Tingkat Tinggi

Pada praktikum kali ini, pengamatan tentang hewan tingkat tinggi atau

vertebrata adalah jenis ikan patin (pangasianodon hypopthalmus). Ikan belanak

(pangasianodon hypopthalmus) merupakan jenis ikan vertebrata atau bertulang

belakang.

4.3.2 Tumbuhan Air

4.3.3 Produktifitas Primer

Berdasarkan data yang diperoleh dari pengukuran produktifitasa primer dari

jam 08.00 sampai 12.00 pada kolam budidaya ikan belanak (Moolgarda seheli)

dapat di liat pada tabel berikut

No. Jenis Botol BOD Kadar DO


1 BOD Gelap 8,8mg/l
2 BOD Terang 10,56 mg/l

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat kita tarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Rata-rata suhu pada kolam atau stasiun yang diamati berkisar

31◦C,sedangkan pH nya berkisar 7.adapun rata-rata oksigen terlarutnya

yaitu 6,31 mg/l, sedangkan rata-rata kadar karbondioksidanya yaitu 15,975

mg/l, sedangkan rata-rata kadar alkalinitasnya yaitu 28 mg/l, sedangkan

rata-rata dari kesadahan yaitu 176 mg/l, dan rata-rata kadar Ca sebagai
CaCO3, Mg sebagai CaCO3, Mg sebagai MgCO3, Ca2+, dan Mg2+

berturut-turut yaitu 36,7 ppm, 126,3 ppm, 79,3 ppm, 18,17 ppm, dan 26,63

ppm.dan produktivitas primernya yaitu 137,5 mgc/m6/jam.

2. Dari hasil tersebut berarti semua jenis variabek yang diperoleh masih

dapat ditoleransi pada organisme yang dibudidaya.

5.2 Saran

Dalam melakukan praktikum lapang, praktikan sebaiknya berhati-hati

dalam penggunaan bahan kimia yang berbahaya,

DAFTAR PUSTAKA

Afiyah, N., Sa’adah, L., Handayani,P., Laelesari, I.2020.Identifikasi Biodeversitas


Tumbuhan pada lingkungan Akuatik di Sungai Kabupaten Jepara. Journal
of Biology Education.Vol.1.No.1.Hal.32-43.

Arifin,M.Y.2016.Pertumbuhan dan survival rate Ikan Nila(Oreochromis Sp.)strain


merah dan strain hitam yang di pelihara pada media bersalinitas.Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari.Vol.16.N0.1.Hal.159-166.

Burhanuddin.,Hendrayat,E.A. 2011. PertumbuhN Ikan Nila Merah Gift F1 dan


Ikan Nila Merah diTambak. Prosiding Forum Inovasi Teknologi
Akuakultur.
Dwei, N.K., Prabowo, R.,Trimartuti, N.K. 2014. Analisi Kualitas Fisika Kimia
dan Kadar Logam Berat Pada Ikan Mas (Cyprinus carpio) dan Ikan Nila
(Oreochoromis niloticus L.) di Perairan Kali Larang. Jurnal of Biology &
Biology Education. Vol. 6. No. 2. Hal.133-140.
Daulat,A.,Kusumaningtyas,M.A.,Adi.R.A.,Pranowo,W.S.2014.Seabaran
kandungan CO2 terlarut di pesisir selatan Kepulauan
Natuna.Depik.Vol.3.No.2.Hal.166-177.

Kurniawan, A.2012.Penyakit Akuatik.Pangkalpinang:UBB Press.

Maturbongs, M.R.2015.Penagruh Tingkat Kekeruhan Perairan Terhadap


Komposisi Spesies Makro Algae Kaitannya Dengan Proses Upwelling
Pada Perairan Rutong-Leahari.Jurnal Agricola.Vol.5.No.1. Hal. 21-31.

Saraswati, N.L.G.R.U., Yulius., Rustam, A. 2017.Kajian Kualitas Air Untuk


Wisata Bahari di Pesisir Kecamatan Moyo Hilir dan Kecamatan Lape,
Kabupaten Sumbawa.Jurnal Segara.Vol.13.No.1.Hal 37-47.

Satyani, D., Priono, B.2012. Penggunaan Berbagai Wadah Pembudidaya Ikan Air
Tawar.Media Akuakultur.Vol.7.No.1.Hal.14-19.

Sucipto, W.A.2018.Pengembangan Album Koleksi Hewan Vertebrata Berbasis


Konsep Materi Klasifikasi Makhluk Hidup Sebagai Media Pembelajaran
Siswa Sekolah Mengah Pertama.Skripsi.

Sidabutar, E.A., Sartimbul, A., Handayani, M.2019.Distribusi Suhu, Salinitas, dan


Oksigen Terlarut Terhadap Kedalaman di Perairan Teluk Prigi Kabupaten
Trenggalek.Journal of Fisheries anda Marine
Research.Vol.3.No.1.Hal.46-52

Yulianto, D., Muskanofala, M.R., Purnomo, P.W. 2014.Tingkat produktivitas


Primer dan Kelimpahan Fitoplankton Berdasarkan Waktu yang berbeda di
Perairan Pulau Panjang Jepara.Journal of Maquares.Vol.3.No.4.Hal.195-
200
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai