Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

MANAJEMEN MARIKULTUR DAN AKUAKULTUR PAYAU

“PARAMETER FISIKA KUALITAR AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN”

Dosen Pengampu: Ir. Budiyanti, M.Si

DISUSUN OLEH:

ITA SARI (19410003)

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN

BAUBAU

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Manajemen Marikultur dan Akuakultur Payau dengan judul
“PARAMETER FISIKA KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA IKAN”
dengan sebaik-baiknya.
Tulisan ini adalah hasil dari berbagai sumber dan media yang telah kami
kumpulkan yang disertai dengan analisa dan kesimpulan serta hal yang lain sesuai
dengan tugas.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Bersama ini kami
juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
hingga terselesaikannya makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini tentulah jauh dari sempurna, oleh karena
itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi perbaikin dan
penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam
pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang.

Wangi-wangi, 31 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 3
A. Kualitas Air .................................................................................................. 3
1. Pengertian Kualitas Air ............................................................................ 3
2. Kuantitas Air Media Budidaya ................................................................. 3
B. Parameter Fisika ........................................................................................... 4
1. Cahaya ..................................................................................................... 4
2. Suhu .......................................................................................................... 6
3. Kecerahan dan Kekeruhan........................................................................ 7
4. Salinitas .................................................................................................... 8
5. Warna ....................................................................................................... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Media budidaya ikan merupakansuatu tempat hidup bagi ikan untuk tumbuh
dan berkembang yaitu air. Air yang dapat digunakan sebagai media hidup ikan
harus dipelajari agar ikan sebagai organisme air dapat dibudidayakan sesuai
kebutuhan manusia sebagai sumber bahan pangan yang bergizi dan relatif
harganya murah. Air yang dapat memenuhi kriteria yang baik untuk hewan dan
tumbuhan tingkat rendah yaitu plankton sebagai indikator paling mudah bahwa air
tersebut dapat digunakan untuk budidaya ikan.
Kebutuhan kondisi air ini sangat berpengaruh pada pengkondisian kualitas
yang sesuai dengan kebutuhan ikan. Untuk memudahkan pengelolaan dalam
kualitasair, maka parameter kualitas air dibedakan dalam 3 bagian yaitu
berdasarkan fisika,kimia dan biologi.
Kualitas air pada pemeliharaan ikan mudah sekali berfluktuasi yang
dipengaruhi oleh aktifitas kehidupan ikan itu sendiri maupun oleh lingkungan
sekitarnya. Kecenderungan akibat pengaruh ini seringkali dapat menurunkan
kualitas air yang dapat menyebabkan terganggunya fisiologis ikan. Hal ini akibat
dari ikan yang mengeluarkan hasil metabolisme berupa urine dan kotoran serta
pencemaran oleh lingkungan sekitarnya.
Kebutuhan parameter kualitas air sangat bergantung pada jenis dan stadia
ikan. Pada stadia larva dan anakan ikan, cenderung rentan terhadap perubahan
suatu parameter kualitas yang berfluktuasi tinggi.Untuk menciptakan lingkungan
hidup yang baik bagi telur, larva dan anakan ikan dalam wadah pemeliharaan
benih ikan,maka air sebagai media hidup harus dikelola agar memenuhi standar
kualitas dan kuantitas yang sesuai dengan syarat kebutuhan anak ikan tersebut.
Untuk hal tersebut,maka perlu dilakukan suatu pengelolaan kualitas dengan baik.
Pengelolaan suatu kualitas air dengan cara mengamati parameter-parameter
kualitasair yang dibutuhkan ikan. Oleh karena itu dengan pemahaman yang baik
tentang terminologi, karakteristik dan interkoneksi dari parameter-parameter

1
kualitas air akan membantu dalam melakukan pengelolaan kualitas air yang sesuai
untuk pemeliharaan ikan.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu kulitas air?
2. Apa saja parameter fisika dalam budidaya perairan?
C. Tujuan
1. Memenuhi tugas matakuliah
2. Menambah wawasan sekitar parameter fisika air dalam budidaya perairan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kualitas Air
1. Pengertian Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003). Kualitas air dapat dinyatakan dengan
parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter fisik, kimia, dan
mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji
kimia, fisik, biologi, atau uji kenampakan (bau dan warna).Pengelolaan kualitas
air adalah upaya pemaliharaan air sehingga tercapai kualitas air yang diinginkan
sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap dalam kondisi
alamiahnya.
2. Kuantitas Air Media Budidaya
Selama kegiatan pemeliharaan ikan, kuantitas (volume) air harus selalu
dipertahankan sesuai dengan volume yang ditetapkan. Pengaruh dari menyusutnya
volume air sistem teknologi budidaya memang tidak terlalu vital, namun cukup
berbahaya apabila tidak segera diatasi. Dampak dari penurunan volume air sistem
teknik budidaya adalah:
a. Suhu air akan berfluktuasi tinggi. Hal ini disebabkan pada volume air yang
sedikit air akan cepat panas, dan akan cepat juga melepas panas.
b. Konsentrasi salinitas air cenderung lebih tinggi, karena penguapan air
yang tinggi menyebabkan partikel-partikel garam yang mengendap
semakin banyak. Sebagai contoh adalah tambak garam yang airnya sengaja
dikeringkan untuk dipanen garamnya.

3
c. Untuk budidaya semi intensif dan intensif, kondisi volume air yang kurang
menyebabkan DO air turun, sehingga ikan-ikan akan mengalami krisis DO
yang berdampak terhambatnya metabolisme pada ikan.
Dalam mempelajari pengelolaan kualitas air, kita mengenal ada tiga parameter
kualitas air, yaitu parameter fisika, kimia dan biologi. Masing-masing parameter
terdiri dari banyak faktor, dimana antara faktor-faktor kualitas air ada yang
mempengaruhi faktor yang lain. Ada juga antar faktor kualitas air tersebut saling
mempengaruhi.
Contoh faktor kualitas air yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang
lain adalah Hubungan antara pH dan Alkalintas. Apabila alkalinitas tinggi maka
pH juga akan meningkat, sebaliknya apabila alkalinitas turun maka pH akan turun
juga.
Adapun faktor kualitas air yang mempengaruhi terhadap faktor kualitas air
lain yaitu suhu yang dapat mempengaruhi kelarutan oksigen terlarut di perairan.
B. Parameter Fisika
Parameter fisika kualitas air adalah kondisi fisik kualitas air yang ditunjukkan
oleh faktor-faktor kualitas air perairan. Yang termasuk parameter fisika itu antara
lain Cahaya, suhu, kecerahan dan kekeruhan, warna, dan salinitas.
1. Cahaya
Dalam pembesaran ikan, keberadaan cahaya sangat penting. Pemanasan air
media pembesaran sangat erat hubungannya dengan intensitas dan penetrasi
cahaya yang masuk ke dalam perairan tersebut. Cahaya merupakan sumber energi
utama pada ekosistem perairan. Cahaya memiliki 2 fungsi utama di perairan
(Jeffries dan Mills, 1996):
a. Memanasi air yang menyebabkan perubahan suhu dan berat jenis
(densitas) dan berakibat pada terjadinya percampuran massa dan kimia air.
Perubahan suhu juga mempengaruhi tingkat kecocokan perairan sebagai
habitat bagi suatu organisme akuatik, karena setiap organisme akuatik
memiliki kisaran suhu minimum dan maksimum tertentu untuk hidupnya.
b. Cahaya menjadi sumber energi bagi proses fotosintesis oleh algae dan
tumbuhan air.

4
Cahaya sangat berpengaruh pada tingkah laku organisme akuatik. Algae
planktonik memperlihatkan respon yang berbeda terhadap perubahan intensitas
cahaya. Ceratium hirudinella (Dinoflagellata) melakukan pergerakan vertikal pada
kolom air karena perubahan intensitas cahaya. Blue greenalgae (Cyanophyta)
mengatur volume vakuola gas untuk melakukan pergerakan secara vertikal pada
kolom air sebagai respon terhadap perubahan intensitas cahaya. Zooplankton
melakukan migrasi vertikal harian juga karena perubahan intensitas cahaya
(Jeffries dan Mills, 1996). Pigmen klorofil menyerap cahaya biru dan merah,
karoten menyerap cahaya biru dan hijau, fikoeritrin menyerap warna hijau, dan
fikosianin menyerap cahaya kuning (Cole, 1988).
Dari pernyataan-pernyataan di atas tentang cahaya, diantaranya yang
terpenting adalah:
a. Tidak semua radiasi cahaya matahari bisa digunakan oleh tumbuhan
berklorofil bisa dimanfaatkan untuk fotosintesis.
b. Jumlah radiasi yang mencapai permukaan perairan sangat dipengaruhi
oleh awan, ketinggian dari permukaan laut (altitute).
c. Posisi geografi, dan musim.
d. Cahaya matahari yang mencapai permukaan perairan sebagian diserap dan
sebagian lagi direfleksikan.
e. Pada perairan alami sekitar 53 % cahaya yang masuk mengalami
transformasi menjadi panas, dan sudah mengalami penghilangan
(extinction) pada kedalaman satu meter dari permukaan. Oleh sebab itu
kedalaman tambak yang ideal agar suhu airnya optimal sesuai dengan
persyaratan hidup ikan minimal satu meter.
f. Penetrasi cahaya matahari yang maksimal terjadi pada pukul 12.00, ini
berarti fotosintesis yang maksimal juga terjadi pada waktu itu.
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari
untuk tembus sampai kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air.
Dengan mengetahui kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai
dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi dalam air, lapisan-lapisan

5
manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang
tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan
dan udang budidaya
Jadi cahaya memegang peranan penting dalam pembesaran ikan baik
dalam memanasi suhu media budidaya maupun untuk keberadaan plankton.
2. Suhu
Suhu merupakan faktor kulitas air yang bisa mempengaruhi faktor kualitas air
lain, perubahan suhu berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan
air. Dengan kata lain turun naiknya suhu akan mmpengaruhi pada faktor kualitas
air yang lain. Jadi suhu merupakan “controlling factor”. Oleh sebab itu
keberadaan suhu di tambak harus bisa dipantau jangan sampai berada di bawah
atau di atas kriteria nilai untuk pembesaran ikan.
Ikan seperti halnya biota air lainnya merupakan hewan berdarah dingin
(Poikilotermal), oleh sebab itu suhu tubuhnya sangat tergantung oleh suhu air.
Namun begitu perubahan suhu baik berupa penurunan maupun peningkatan suhu
yang sangat besar (drastis) sama sekali tidak dapat ditolerir oleh ikan dan dapat
menyebabkan ikan „shock“. Kisaran suhu yang optimal bagi pemeliharaan ikan di
kolam adalah 23 – 30 oC.
Suhu rendah dibawah normal dapat menyebabkan ikan mengalami
lethargi, yaitu kehilangan nafsu makan, dan menjadi lebih rentan terhadap
penyakit. Sebaliknya suhu yang terlalu tinggi ikan dapat mengalami stress
pernapasan dan bahkan dapat menyebabkan kerusakan insang permanen.
Peningkatan suhu kadang-kadang diperlukan untuk meningkatkan laju
metabolisme ikan sehingga perlakuan tersebut diharapkan dapat menolong
mempercepat proses penyembuhan suatu penyakit, dan atau mempercepat siklus
hidup suatu parasit sehingga parasit tersebut dapat segera dihilangkan. Penurunan
suhu secara perlahan, jarang menimbulkan shock, meskipun demiki an temperatur
hendaknya dikembalikan ke kondisi semula secara perlahan-lahan dalam waktu
satu jam atau lebih.
Untuk menurunkan suhu air di tambak dan mempertahankannya pada suhu
rendah, dapat digunakan kincir.

6
3. Kecerahan dan Kekeruhan
Kecerahan adalah ukuran transparansi perairan, ditentukan secara visual
dengan menggunakan alat “Secchi disk” yang pertama kali dikembangkan oleh
Profesor Secchi sekitar abad XIX. Pada penggunaan secchi disk, ini beliau
berusaha mengkuantitatifkan kekeruhan air dalam suatu nilai dikenal dengan
kecerahan secchi disk (Jeffries dan Mills, 1996).
Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengatasi nilai kecerahan yang rendah
akibat sumber air yang banyak mengandung Padatan Tersuspensi Total, Padatan
Terlarut Total, dan Bahan Organik Total, adalah dengan membuat kolam
penampungan (tandon), sehingga lumpur dapat diendapkan. Apabila unit tambak
tidak memiliki kolam penampungan air (tandon), sumber air yang keruh bisa
dijernihkan menggunakan kapur. Kecerahan yang rendah tapi diakibatkan oleh
keberadaan plankton adalah yang diharapkan/dibuat, karena plankton adalah
pakan alami bagi ikan. Disamping itu juga plankton dari hasil fotosintesisnya
menghasilkan DO yang bermanfaat untuk aktifitas metabolisme ikan. Namun
keberadaan plankton yang terlalu pekat bisa berbahaya bagi ikan, karena pada
malam hari plankton juga akan mengambil oksigen dari air untuk respirasinya,
sehingga bisa menyebabkan krisis DO pada malam. Oleh sebab itu pada tambak
intensif fenomena tersebut diatasi dengan memasang kincir agar difusi oksigen
bebas dengan air akan menambah konsentrasi DO di air tambak.
Menurut ketentuan angka kecerahan yang baik bagi air media budidaya dalam
pembesaran ikan adalah 25 – 45 cm. Bila kecerahan kurang dari 25 cm maka perlu
dilakukan upaya-upaya untuk menguranginya dengan penggantian air, sebaliknya
apabila lebih dari 45 cm hal yang dilakukan adalah pemberian pupuk secara tepat
jenis dan dosisnya. Blooming plankton juga bisa membahayakan ikan, karena
apabila terjadi kematian massal plankton bisa mengakibatkan terbentuknya bahan
dan gas beracun seperti NH3, CO2, dan sebagainya. Pembusukan juga bisa
memacu pertumbuhan penyakit ikan.
Cara mengukur kecerahan adalah:
a. Tentukan waktu pengukuran yaitu siang hari pukul 11.00 –13.00.

7
b. Tentukan tempat pengukuran, misalnya pada tempat pemberian pakan
yang memungkinkan kita dapat mencelupkan alat Secchi disk. Disamping
itu pastikan matahari tidak terhalangi oleh benda atau oleh orang yang
melakukan pengukuran kecerahan.
c. Masukkan alat Secchi sampai batas dimana alat tidak terlihat lagi, lalu
angkat alat dan bacalah nilai kecerahanya.
Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat
dalam air. Kekeruhan disebabkan oleh bahan organik dan anorganik baik
tersuspensi maupun terlarut seperti lumpur, pasir halus, plankton, dan
mikroorganisme lainnya (Davis dan Conwel, 1991).
Padatan tersuspensi dan kekeruhan memiliki korelasi positif yaitu semakin
tinggi nilai padatan tersuspensi maka makin tinggi nilai kekeruhan. Akan tetapi
tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti oleh tingginya kekeruhan, karena
padatan terlarut banyak dari garam-garm laut. Air laut memiliki nilai padatan
terlarut tinggi, tetapi tidak berarti kekeruhannya tinggi pula.
Kekeruhan air dapat dianggap sebagai indikator kemampuan air dalam
meloloskan cahaya yang jatuh kebadan air, apakah cahaya tersebut kemudian
disebarkan atau diserap oleh air. Semakin kecil tingkat kekeruhan suatu perairan,
semakin dalam cahaya dapat masuk kedalam badan air, dan demikian semakin
besar kesempatan bagi vegetasi akuatis untuk melakukan proses fotosintesis
(Asdak, 2007).
4. Salinitas
Salinitas penting diukur pada perairan laut dan payau. Salinitas adalah
konsentrasi dari total ion-ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988). Salinitas
menggambarkan padatan total di dalam air setelah semua karbonat dikonversi
menjadi oksida, semua bromide dan iodida telah diganti oleh klorida, dan semua
bahan organik telah dioksidasi.
Sutomo (2000) mengatakan salinitas (kadar garam) menggambarkan
kandungan garam-garam yang terlarut dalam air yang membedakan jenis air
menjadi tawar, payau dan asin. Salinitas dinyatakan dalam gram/kg atau promil

8
(%o). Salinitas air yang cocok bagi kehidupan dan tertumbuhan ikan air payau
adalah antara 10 – 30 %o.
Pada umumnya kenaikan kadar garam terjadi menjelang musim kemarau.
Oleh karena itu keberadaan kolam penampungan (kolam tandon) yang berisi air
tawar penting, ketika sumber air mengandung salinitas yang tinggi maka dapat
diencerkan dengan air pada kolam tandon. Alat ukur salinitas adalah salinometer
dan Refractometer.
5. Warna
Warna air cukup berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dibudidayakan.
Warna perairan biasanya dikelompokkan menjadi warna sesungguhnya (true
colour) dan warna tampak (apparent colour). Warna sesungguhnya adalah warna
yang hanya disebabkan oleh bahan-bahan terlarut karena bahan-bahan tersuspensi
yang biasanya menyebabkan nilai kekeruhan tinggi, telah dipisahkan pada
penentuan warna sesungguhnya ini. Warna tampak adalah warna yang tidak hanya
disebabkan oleh bahan terlarut tapi juga oleh bahan tersuspensi.
Warna air diakibatkan bahan organik dan anorganik karena keberadaan
plankton, humus, dan ion-ion logam seperti Besi (Fe)dan Mangaan (Mn) serta
bahan lainnya yang dapat menimbulkan warna pada perairan. Bahan-bahan kimia
yang terlarut di perairan adalah penyebab warna sesungguhnya.
Agar kita tidak terkecoh tentang warna air tambak kita, maka kita perlu
mengetahui apa penyebab warna air tersebut. Apabila kita melihat air berwarna
kemerahan itu bisa jadi adanya oksida besi yang terdapat dalam konsentrasi yang
cukup banyak. Oksida Mangan mengakibatkan warna kecoklatan atau kehitaman.
Kadar besi 0,3 mg/l dan Mangan 0,05 mg/l sudah dapat menimbulkan warna di
perairan (Peavy et al., 1985). Kalsium karbonat (CaCO3) yang berasal dari daerah
kapur menimbulkan warna kehijauan pada perairan. Bahan-bahan organik seperti
tannin, lignin dan asam humus yang berasal dari dekomposisi tumbuhan yang
telah mati menimbulkan warna kecoklatan di perairan.
Warna dapat menghambat penetrasi cahaya ke dalam air dan mengakibatkan
terganggunya proses fotosintesis. Warna perairan pada umumnya diakibatkan oleh
partikel koloid yang bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna ini dapat

9
dilakukan dengan penambahan koagulan (zat penggumpal) yang bermuatan positif
seperti Aluminium dan besi (Sawyer dan McCarthy, 1978). Selain disebabkan
oleh partikel koloid yang tersupensi, warna perairan juga dapat disebabkan oleh
peledakan (blooming) fitoplankton.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang
diteruskan kedalam air dan dinyatakan dalam (%).Suhu merupakan faktor kulitas
air yang bisa mempengaruhi faktor kualitas air lain, perubahan suhu berpengaruh
terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air. Salinitas adalah konsentrasi
dari total ion-ion yang terdapat di perairan (Boyd, 1988). Kekeruhan
menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya
yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat dalam air. Warna
air cukup berpengaruh terhadap kehidupan ikan yang dibudidayakan.
Berdasarkan uraian berikut dapat disimpulkan bahwa parameter fisika yang
menentukan kualitas air untuk kegiatan budidaya perairan, khususnya dalam
membudidayakan ikan adalah: cahaya, suhu, salinitas, kekeruhan dan warna. Jadi,
untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan budidaya kita harus
memperhatikan parameter kualitas air yang sangat berpengaruh terhadap
kesehatan dan perkembangan biota air yang kita budidayakan.
B. Saran
Dari kesimpulan diatas, maka dapat diberikan saran antara lain :
1. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam kegiatan budidaya kita
harus memperhatikan parameter kualitas air yang sangat berpengaruh
terhadap kesehatan dan perkembangan biota air yang kita budidayakan.
2. Agar dapat memperhatikan parameter kualitas air kita dapat menggunakan
berbagai alat-alat pengukur kualitas parairan seperti salinometer,
thermometer, refractometer, pH meter, DO meter dan lain-lain.

11
DAFTAR PUSTAKA

Aquaulture. (2011, maret 09). Manajemen Kualitas Ai. Retrieved Mei 31, 2021,
from defishery.wordpress.com:
https://defishery.wordpress.com/2011/03/09/uu-perikanan/

Fikrih's, R. (2015, Desember 01). Makalah Manajemen Kualitas air. Retrieved


Mei 31, 2021, from fikrihzallul.blogspot.com:
http://fikrihrizallul.blogspot.com/2015/12/makalah-manajemen-kualitas-
air.html

Harahap, T. G. (2017, Februari 23). MAKALAH TENTANG : PARAMETER


KIMIA AIR DALAM BUDIDAYA PERAIRAN. Retrieved Mei 31, 2021,
from contohmakalah28.blogspot.com:
https://contohmakalah28.blogspot.com/2017/02/makalah-tentang-
parameter-kimia-air.html

Teknik Pembesaran Ikan. (n.d.). Retrieved Mei 31, 2021, from banyuwangi.go.id:
https://ebook.banyuwangikab.go.id/files/teknikpembesaranikan/index.html
#p=168

12

Anda mungkin juga menyukai