Naufal Al Furqon
05051181520003
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Perikanan pada
Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya
Naufal Al Furqon
05051181520003
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang
diberikan sehingga laporan magang ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Pada kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Herpandi, S.Pi, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Perikanan Universitas Sriwijaya,
Ibu Dr. Dade Jubaedah, S.Pi., M.Si selaku Koordinator Program Studi Budidaya
Perairan Universitas Sriwijaya, Bapak Danang Yonarta, S.St.Pi., M.P selaku
dosen pembimbing karena telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian
laporan magang ini dan juga Ibu Ir. Evi Rahayuni, M.P selaku pembimbing saya
di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam, Jambi.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada keluarga dan seluruh pihak
yang yang tak henti memberikan motivasi dan senantiasa berdoa untuk
kemudahan dan kesuksesan yang menjadi semangat penulis untuk memberikan
yang terbaik.
Pada Pelaksanaan magang, penulis mengambil judul “Teknik Pembenihan
Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypopthalamus) di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam Jambi”. Dengan harapan adanya tulisan ini
dapat bermanfaat bagi pembaca. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
untuk kemajuan yang lebih baik dikemudian hari.
Penulis
Universitas Sriwijaya
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Universitas Sriwijaya
v
3.4.4.1. Pemeliharaan Larva di Aquarium ..........................................................10
3.4.4.2. Pemeliharaan Larva di Kolam Tanah .....................................................11
3.4.5. Persiapan Kolam Pemeliharaan Benih ......................................................11
3.4.6. Pemeliharaan Benih ..................................................................................12
3.4.7. Pemanenan ................................................................................................12
3.4.8. Grading......................................................................................................12
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN..............................................................14
4.1. Pemeliharaan Induk ......................................................................................14
4.2. Seleksi Induk ................................................................................................14
4.3. Pemijahan .....................................................................................................15
4.4. Persiapan Kolam Pendederan Larva ............................................................19
4.5. Pemeliharaan Larva ......................................................................................19
4.6. Pemanenan ...................................................................................................21
BAB 5. KESIMPULAN ......................................................................................22
5.1. Kesimpulan ..................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA
Universitas Sriwijaya
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Universitas Sriwijaya
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Universitas Sriwijaya
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
ix
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
1.2. Tujuan
Tujuan dari magang ini adalah untuk mempelajari dan mengetahui
pembenihan ikan patin siam (Pangasianodon hypophthalmus) di Balai Perikanan
1.3. Kegunaan
Pelaksanaan magang ini bermanfaat bagi mahasiswa untuk menambah
pengetahuan, meningkatkan keterampilan dan mengaplikasikan penerapan
teknologi pada pembenihan ikan patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus).
Universitas Sriwijaya
2
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM LOKASI MAGANG
Universitas Sriwijaya
3
4
Kepala
Kelompok Jabatan
Fungsional
Universitas Sriwijaya
4
5
Universitas Sriwijaya
5
6
BAB 3
PELAKSANAAN MAGANG
3.2.2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan magang disajikan pada Tabel
3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2. Bahan-bahan yang digunakan saat magang
No. Bahan Spesifikasi
1. Air bersih -
2. CaO Dosis 50 g/m2
3. Garam krosok 1000 g/L
4. Induk patin betina Berat 3 – 5 kg/ekor
5. Induk patin jantan Berat 1,5 – 3 kg/ekor
Universitas Sriwijaya
6
7
Universitas Sriwijaya
7
8
Universitas Sriwijaya
8
9
3.4.3. Pemijahan
3.4.3.1. Penyuntikan
Penyuntikan hormon hanya dilakukan pada induk ikan betina. Penyuntikan
induk betina menggunakan hormon sintesis bermerek ovaprim yang dilakukan
secara intramusculer yaitu di bagian kiri dan kanan sirip punggung dengan posisi
spuit suntik membentuk sudut 45O. Setelah 12 jam dari penyuntikkan dilakukan
pengecekan terhadap induk betina untuk mengetahui perkembangan ovulasi.
Pengecekan dilakukan dengan cara perut induk diurut dari arah kepala ke lubang
genital secara perlahan, apabila ada telur yang keluar hal itu menunjukkan bahwa
induk sudah ovulasi. Jika telur tidak bisa diovulasi dengan urutan yang lembut
sehingga harus diurut secara kuat, ini artinya ovulasi belum terjadi maka proses
stripping (pengurutan) harus dihentikan dan induk harus dikembalikan ke bak
pemberokan.
3.4.3.2. Stripping
Langkah pertama dalam pemijahan ialah induk betina ditangkap kemudian
dibius dengan cara direndam dalam air yang mengandung stabilizer 100 mg/L
hingga pingsan, hal itu dilakukan untuk memudahkan proses pengecekkan dan
mengurangi tingkat stres pada saat ikan diurut. Setelah induk pingsan lalu
diangkat, dibalut dengan handuk dan dilap hingga kering menggunakan tisu.
Setelah itu, dilakukan pengurutan untuk mengeluarkan telur dengan cara pangkal
ekor dipegang dengan tangan kiri sedangkan tangan kanan mengurut bagian perut
paling depan ke arah lubang genital. Tampung telur di dalam baskom kemudian
ditimbang.
Setelah proses stripping induk betina kemudian dilanjutkan dengan
pengurutan induk ikan patin siam jantan untuk mengeluarkan cairan sperma.
Sperma yang keluar dari induk jantan ditampung ke dalam baskom telur yang
telah terisi telur, lalu larutan Sodium chlorida 0,9% ditambahkan sebanyak
100-200 ml dan diaduk perlahan untuk memperpanjang umur sperma sekaligus
mengencerkan. Setelah itu air bersih ditambahkan ke dalam baskom tersebut dan
diaduk untuk proses aktivasi pembuahan telur. Selanjutnya, telur tersebut
dicampur larutan tanah merah sampai rata dengan diaduk secara perlahan dan
Universitas Sriwijaya
9
10
hati-hati agar telur tidak rusak. Setelah telur tercampur dengan larutan tanah
merah kemudian dibilas dengan air bersih lalu telur ditempatkan ke dalam baskom
yang telah beisi air dan telur siap dimasukkan ke dalam corong penetasan.
Sebelum ditetaskan maka telur dihitung diameternya secara sampling.
Universitas Sriwijaya
10
11
Universitas Sriwijaya
11
12
3.4.7. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah 4-5 minggu pemeliharaan di kolam. Wadah
dan alat yang digunakan adalah hapa halus untuk penampungan/ pengambilan
ikan, waskom saringan untuk seleksi ikan serta pompa air. Pemanenan dilakukan
pada pagi hari dan melalui dua tahapan, tahap pertama yaitu dikukan penyerokan
disetiap sudut kolam. Pada tahap kedua setelah kolam kering maka diserok satu
persatu sisa benih yang tertinggal didalam lumpur. Benih yang tertangkap
ditampung dalam hapa dan diberok selama satu hari sebelum dilakukan seleksi.
Benih hasil seleksi ditampung dalam wadah pemberokan diberi aerasi dan Kalium
Permanganat untuk pencegahan penyakit karena penanganan selama panen.
3.4.8. Grading
Setelah benih dipanen dari kolam tanah, fase selanjutnya yaitu dilakukan
grading atau disortir di bak pemberokan menggunakan 3 ember sortir dengan
ukuran lubang ember sortir masing-masing Grade A 3-4 inch, Grade B 2-3 inch,
dan Grade C 1-2 inch.
Universitas Sriwijaya
12
13
Universitas Sriwijaya
13
14
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
Universitas Sriwijaya
14
15
Berwarna
Opaque Berwarna
putih
Gambar 4.1. Telur siap pijah dan telur tidak siap pijah
Hasil Tabel 4.1. menyatakan sampel sebanyak 6 ekor indukan. sampel induk
ikan patin tersebut diantaranya 3 induk jantan dan 3 induk betina dengan rerata
bobot induk jantan 2,25 Kg dan rerata induk betina 3,42 Kg.
4.3. Pemijahan
Proses awal pemijahan yaitu penyuntikan, penyuntikan hanya dilakukan
pada indukan betina menggunakan spluit suntikan yang berisi hormon sintesis
bermerek ovaprim dan dilakukan secara intramusculer yaitu di bagian kiri dan
kanan sirip punggung dengan posisi spuit suntik membentuk sudut 45O. hal ini
selaras dengan pendapat (Manantung et al., 2013) yang menyatakan bahwa induk
betina diberikan rangsangan hormon melalui penyuntikkan. Hormon yang
digunakan ialah ovaprim yang memiliki kandungan campuran analog salmon
Gonadotropihin Releasing Hormon (sGnRH-a) dan anti dopamine berfungsi
untuk merangsang dan memacu hormon gonadothropin sehingga mempercepat
proses ovulasi.
Universitas Sriwijaya
15
16
Dosis yang digunakan pada penyuntikan yaitu 0,5 ml/kg bobot induk yang
telah sesuai dengan (Susanti dan Arif, 2012) yang menyatakan Dosis hormon
ovaprim yang disuntikkan sebanyak 0,5 ml/kg induk ikan patin Siam betina.
Hormon sintetis dan penyuntikan induk ikan patin dapat dilihat pada
(Gambar 4.2.) dan (Gambar 4.3.).
Tabel 4.2. Sampel berat induk, dosis ovaprim, waktu penyuntikkan dan ovulasi
ikan patin siam (P. hypopthalmus)
Induk Berat Dosis Waktu Penyuntikkan Waktu Ovulasi
(kg) (ml) (WIB) (WIB)
1 3,53 1,76 21.06 09.06
2 3,54 1,77 21.09 09.07
3 3,18 1,59 21.23 09.09
Universitas Sriwijaya
16
17
Tabel 4.3. Hasil pemijahan dengan penyuntikkan ovaprim pada sampel induk
ikan patin Siam betina (P. hypopthalmus)
Induk Berat Rerata Diameter Fertilisasi Rate Fekunditas
(kg) (mm) (%) (Butir/ kg)
1 3,18 Ʃ 0,94 42,15% 127.800
dilakukan didapatkan hasil bahwa hatching rate pada induk 1 di corong penetasan
sebsar 48,81%. Sedangkan penetasan pada aquarium didapatkan hasil hatching
rate tertinggi pada aquarium 1 dan hatching rate terendah pada aquarium 2
dengan rerata hatching rate di aquarium sebesar 49,82%. Menurut Gusrina
(2008), daya tetas telur dipengaruhi faktor dalam seperti hormon dan volume
telur. Rerata Ovi Somatic Index menunjukkan nilai 9,12 % hal ini berarti sebesar
9,12 % dari bobot induk mengandung telur sedangkan menurut
Hamid et al. (2015) menyatakan bahwa bobot telur yang diovulasikan (Egg
Somatic Index) di BPBAT Sungai Gelam mencapai kisaran 15 %. Penetasan telur
di aquarium disajikan pada (Gambar 4.7) dan penetasan telur di corong disajikan
pada (Gambar 4.8.).
Universitas Sriwijaya
18
19
Tabel 4.4. Hasil penetasan telur sampel induk ikan patin siam (P. hypopthalmus)
di aquarium
Wadah Berat Indukan Bobot Hatching Rate OSI
penetasan (kg) Telur (g) (%) (%)
Aquarium 1 3,18 20 52,83 9,12
Aquarium 2 3,18 20 46,33 9,12
Aquarium 3 3,18 20 50,29 9,12
Total 60
Rata-rata Ʃ 20 Ʃ 49,82
Artemia sp. Pemeliharaan larva di aquarium disajikan pada (Gambar 4.10.) dan
pemeliharaan larva di kolam tanah disajikan pada (Gambar 4.11.).
Universitas Sriwijaya
20
21
25
4.6. Pemanenan
Pemanenan dilakukan setelah 4-5 minggu pemeliharaan di kolam. Benih
hasil seleksi ditampung dalam wadah pemberokan diberi aerasi dan Kalium
Permanganat untuk pencegahan penyakit karena penanganan selama panen. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Khairuman dan Amri (2014) bahwa larutan Kalium
permanganat digunakan untuk menghindari kontaminasi jamur atau bakteri.
Pemanenan disajikan pada (Gambar 4.13.).
Universitas Sriwijaya
21
22
BAB 5
KESIMPULAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari kegiatan magang di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar
Sungai Gelam Jambi sebagai berikut :
Hatching Rate pada corong sebesar 48,81% dan rerata Hatching Rate pada
Aquarium sebesar 49,82%.
Rerata pertumbuhan panjang larva hari ke 13 di aquarium 16,3 mm dan
kolam tanah 20,3 mm.
Survival Rate pemeliharaan aquarium 8,40% dengan total larva yang masih
hidup sebanyak 2858 ekor.
Universitas Sriwijaya
22
23
DAFTAR PUSTAKA
Gusrina., 2008. Budidaya Ikan Jilid 1 untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Kejuruan.
Hamid, M.A. Wahyu, B.W. Rangga, W. Reni, A.L. dan Atomu, F. 2009. Analisa
efektivitas manajemen induk dan pembenihan ikan patin siam (Pangasius
hypophthalmus) di BBAT Jambi. Jurnal Akuakultur Indonesia, 8(1): 29-35.
Khairuman dan Amri, K., 2014. Bisnis Pembenihan Ikan Konsumsi. Jakarta :PT
Gramedia Pustaka Utama.
Kordi, M.G.H.K., 2011. Budidaya Ikan Patin secara Intensif. Bandung: Nuansa
Aulia.
Kordi, M.G.H.K., 2012. Akuakultur di Perkotaan. Bandung: Nuansa Aulia.
Mahyuddin, K., 2010. Agribisnis Patin. Jakarta: Penebar Swadaya.
Manantung, O.V. Hengky, J.S. dan Revol, M., 2013. Evaluasi kualitas, kuantitas
telur dan larva ikan patin siam (Pangasianodon hypopthalmus) dengan
penambahan ovaprim dosis berbeda. Budidaya Perairan, 1(3): 14-23.
Purnama, C. Setyo, W. Irwan dan Hamid, M.A., 2011. Pembentukan Populasi
Sistematik Ikan Patin Siam (Pangasianodon hypophthalmus) sebagai Bahan
untuk Seleksi Individu. Laporan Hasil Kegiatan Perengkayasaan. Balai
Budidaya Air Tawar, Jambi.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif
Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Susanti, R. dan Arif, M., 2012. Respons kematangan gonad dan sintasan induk
ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) terhadap pakan dengan
kandungan tepung cacing tanah berbeda. Vokasi. ISSN 1693 – 9085, 8(2):
110-120.
Yanah, Lili., 2013. Analisis Strategi Pengembangan Usaha Pembenihan Ikan
Patin Siam di Darmaga Fish Culture, Skripsi (Tidak dipublikasikan).
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Universitas Sriwijaya
23
24
Universitas Sriwijaya
24
25
Universitas Sriwijaya
25
26
Universitas Sriwijaya
26
27
Universitas Sriwijaya
27
28
Universitas Sriwijaya
28
29
Universitas Sriwijaya
29
30
Universitas Sriwijaya
30
31
Universitas Sriwijaya
31
32
Universitas Sriwijaya
32
33
Universitas Sriwijaya
33
34
Universitas Sriwijaya
34