Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM

MANAJEMEN AKUAKULTUR PAYAU


TEKNIK BUDIDAYA UDANG VANAME
DI PESISIR PANTAI DEPOK DAN PANDANSIMO,
BANTUL, YOGYAKARTA

Disusun Oleh :
Difadin Qudsi
17/414678/PN/15259
Akuakutur

LABORATORIUM AKUAKUTUR
DEPARTEMEN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2020
Daftar Isi
I. Pendahuluan

A. Latar Belakang Budidaya Udang Vaname

Menurut Pusat Data, Statistik, dan Informasi Kementerian Kelautan dan


Perikanan tahun 2015, Hasil perikanan Indonesia sendiri hingga triwulan IV tahun
2017 mencapai 23.26 juta ton dengan konsumsi ikan pada tahun 2017 (sementara)
adalah sebesar 46,49 kg per kapita per tahun. Udang sendiri memiliki peranan
penting terhadap sektor perikanan terutama karena udang bisa dibudidayakan oleh
manusia dan juga bisa ditangkap di perairan. Menurut data dari Kementerian
Kelautan dan Perikanan, udang menyumbang 11.3% persen pada produksi hasil
perikanan pada tahun 2017. Data ini menunjukan bahawa bahwa budidaya udang
seperti Litopenaeus vannamei memiliki prospek yang sangat menjanjikan untuk
dibudidayakan. Potensi budidaya udang yang sangat besar ini membuat
pertumbuhan sentra budidaya udang vanamei diberbagai daerah meningkat setiap
tahunnya.
Keberadaan udang vanname (Litopenaeus vannamei) di Indonesia sudah
bukan hal yang asing lagi bagi para petambak, dimana udang introduksi tersebut
telah berhasil merebut simpati masyarakat pembudidaya karena kelebihannya,
sehingga sejauh ini dinilai mampu menggantikan udang windu (Penaeus
monodon) sebagai alternatif kegiatan diversifikasi usaha yang positif. Introduksi
udang vanname dimulai pada tahun 2001 setelah terjadi penurunan produksi udang
windu akibat masalah teknis maupun non teknis. Namun pada kenyataan nya pada
saat ini budidaya udang vanname juga sering mengalami kegagalan karena
serangan virus. (Subyakto,2009).
Sentra produksi budidaya udang yang semakin meningkat juga
menimbulkan dampak negatif seperti menurunya daya dukung lingkungan, wabah
penyakit yang sulit ditanggulangi, dan tata pengelolaan tambak yang kurang
efisien. Sistem produksi budidaya udang vaname yang banyak berkembang di
masyarakat saat ini kebanyakan merupakan sistem tambak udang yang
konvensional. Sistem tambak udang tersebut biasanya masih menggunakan
teknologi yang sangat sederhana dan kolam tidak dilengkapi dengan pengontrolan
kualitas air yang baik serta kolam pengelolaan air limbah pasca panen. Sumber air
ditambak udang biasanya diambil langsung dari laut. Air limbah hasil budidaya
umunya langsung dibuang langsung ke laut tanpa melalui pengelolaan terlebih
dahulu. Air limbah budidaya memiliki dampak yang buruk bagi lingkungan.
Kandungan ammonia yang tinggi dan logam berat yang terkandung dapat
menurunkan kualitas perairan disekitar tambak tersebut. Pembuangan limbah
secara langsung tersebut juga dapat dapat memicu penyebaran penyakit disekitar
area perairan tesebut.

B. Tujuan Praktikum

a) Mengetahui gambaran kegiatan budidaya udang di Pesisir Pantai Selatan


Yogyakarta.
b) Mengetahui teknik budidaya udang yang dilakukan di Pesisir Pantai
Selatan Yogyakarta.
c) Mengamati dan menganalisis permasalahan-permasalahan yang sering
timbul dalam kegiatan budidaya udang.

C. Waktu dan Tempat Praktikum

(Sesuai yang dipraktikumkan)


II. Tinjauan Pustaka

(Masing-masing poin disajikan dalam bentuk paragraf minimal 1 paragraf, disertai


dengan pustaka yang baik)

A. Persiapan Lahan

Persiapan lahan/tambak merupakan langkah awal dalam proses


kegiatan budidaya, beberapa hal yang perlu dilakukan dalam melakukan
persiapan tambak adalah Mengukur kualitas tanah seperti pH, perendaman
tanah dasar tambak, perbaikan pematang (khusus untuk tambak yang sudah
pernah digunakan), pengeringan tambak, pembersihan tambak, pengangakatan
lumpur dasar, pengapuran menggunakan kapur pertanian, pemasangan
perlengkapan tambak seperti penghalau burung, pagar biosecurity, jembatan
ancho dan sebagainya. Persiapan lahan/kolam perlu dilakukan untuk
menciptakan kondisi lingkungan kolam yang sesui untuk budidaya udang.
Fungsi dari perlakuan tersebut bertujuan untuk mengoksidasi tanah
dengan oksigen dari udara. Menghilangkan racun sisa pemeliharaan,
menambah suplai oksigen pada bakteri aerob untuk merombak dan
menguraikan bahan organik melalui proses nitrifikasi, juga memutus siklus
penyakit dan memperbaiki tekstur tanah. Pada kolam wadah plastik proses
budidaya nya tidaklah berbeda, hanya perlakuan persiapan lahan yang berbeda
karena perbedaan wadah budidaya. Perlakuan nya hanya berupa pengeringan
tambak guna keperluan pengukuran ukuran tambak, membersihkan lokasi
tambak dari benda - benda yang dapat merusak plastik, penjemuran tanah
dasar untuk mempermudah pemasangan plastik dan memperbaiki lapisan yang
rusak.
B. Persiapan Air

Pengisian air diupayakan memanfaatkan pasang surut air laut, tetapi


dapat juga digunakan pompa. Pingisian air dilakukan secara bertahap, pada
awalnya pengisian air diupayakan cukup sedalam 0,5 m dan diarkan selama 2
– 3 hari sebelum benur ditebarkan. Baru pengisian air dilakukan setelah
pemupukan selesai dengan ketinggian awal 10 cm, agar pakan alami tumbuh
dengan baik. Setelah satu minggu air dinaikkan menjadi 20 cm dan dinaikkan
terus secara bertahap hingga ketinggian yang diinginkan oleh udang, yaitu
sekitar 1 – 1,5 m (Amri, 2006).
Air yang digunakan adalah air yang diendapkan terlebih dahulu selama
3-7 hari dalam petakan tandon, air dimasukkan ke dalam tambak secara
bertahap. Ketinggian air tersebut dibiarkan dalam tambak selama 2-3 minggu
sampai kondisi air betul-betul siap ditebari benih udang. tinggi air di petak
pembesaran diupayakan ≥1,0m (Suharyadi, 2011).

C. Penebaran Benur

Kualitas benur yang ditebar sangat menentukan keberhasilan budidaya


udang, benur yang berkualitas dapat diperoleh dari hatchery yang telah memiliki
sertifikat SPF (Spesific Pathogen Free) sehingga benur yang ditebar dapat tumbuh
dengan baik (Suharyadi, 2011), selain itu perlu dilakukan aklimatisasi benih
udang. Aklimatisasi benih merupakan waktu yang diperlukan bagi benih untuk
beradaptasi dengan lingkungannya yang baru (Romdon, 2010). Menurut Suharyadi
(2011) waktu yang diperlukan untuk aklimatisasi benih udang adalah 30-45 menit.
Selanjutnya dilakukan pengukuran angka kelulushidupan/SR sehabis tebar.
Menurut Syah (2017) penebaran benur udang vaname supraintensif
dilakukan dengan kepadatan 1000 ekor / m2. Waktu penebaran yang ideal
dilakukan pagi hari ketika suhu air tambak rendah berkisar antara 27 – 30 0C.
Benur sebelum ditebar dilakukan aklimatisasi yang bertujuan agar benur udang
dapat beradaptasi dengan keadaan baru di tambak dan tidak mengakibatkan benur
stress hingga mengalami kematian. Proses aklimatisai dilakukan dengan
merendam plastik wadah benur pada kolam 15-30 menit untuk menyesuikan
benur dengan suhu kolam. Selanjutya dilakukan adaptasi salinitas dengan
mencampurkan air tambak kedalam plastik wadah benur agar terjadi pencampuran
air yang berbeda salinitasnya.

D. Manajemen Pakan

Menurut Suharyadi (2011) pakan merupakan komponen penting karena


mempengaruhi pertumbuhan udang dan lingkungan budidaya serta memiliki
dampak fisiologis dan ekonomis. Pada tambak intensif biaya pakan lebih dari
60% dari keseluruhan biaya operasional. Kelebihan penggunaan pakan akan
mengakibatkan bahan organic yang mengendap terlalu banyak sehingga
menurunkan kualitas air, demikian juga kekurangan pakan akan berdampak
pada pertumbuhan udang yang tidak maksimal dan dapat menyebabkan
kanibal, daya tahan tubuh turun dan daya tahan terhadap penyakit menurun.
Beberapa pakan yang digunakan di tambak adalah pakan buatan dan
pakan alami. Dalam pengelolaan pakan perlu ditentukan nya kebutuhan pakan
selama masa pemeliharaan dengan cara menentukan Food Conversation Ratio
(FCR) yang diupayakan sekitar 1 - 1,5, menentukan size panen dan target
biomasa juga menentukan survival rate panen. Berikutnya adalah teknik
pemberian pakan dengan acuan pemberian pakan yang cukup sesuai dengan
kebutuhan nutrisi udang dan jumlah yang dibutuhkan. Ada 2 metode
pemberian pakan yakni Blind feeding yang merupakan metode pemberian
pakan udang dengan memperkirakan kebutuhan nutrisi udang tanpa
memperhatikan biomasa udang dan metode sampling biomasa untuk
mengetahui berat udang yang selanjutnya diberi pakan sesuai kebutuhan.
Sampling biomasa biasanya menggunakan jala tebar ukuran mess size
disesuaikan dengan berat udang, menjaga keawetan pakan perlu disimpan
dalam gudang yang bersih, tidak lembap, dan berventilasi.

E. Pengamatan Pertumbuhan
Pengelolaan pertumbuhan udang ditambak dimaksudkan untuk menjaga
kelangsungan hidup udang dari awal tebar hingga panen serta agar dapat mendeteksi
adanya gejala awal suatu penyakit atau penurunan kondisi kesehatan udang. Salah
satu cara untuk mengamati hal tersebut adalah dengan monitoring pertumbuhan.
Pertumbuhan yang baik menandakan udang dalam kondisi sehat dan dapat
dijadikan bahan evaluasi terhadapa perlakuan yang diberikan selama proses
pemeliharaan. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu dilakukan sampling
secara berkala hingga panen. Menurut Suharyadi (2011) sampling bisa dilakukan
sejak DOC 30. Sampling bertujuan untuk mengetahui berat serta rerata
pertumbuhan harian udang yang akan digunakan sebagai patokan dalam
pemberian pakan. Pelaksanaan sampling dilaksanakan pada pagi hari dimana suhu
air dan udara masih rendah. Adapun pengukuran yang dilakukan saat sampling
yaitu MBW (Mean Body Weight), ADG (Average Daily Gain), Biomass, dan SR
(Survival Rate).

F. Pengendalian Hama dan Penyakit

Untuk mencegah serangan penyakit dalam budidaya udang maka sebelum


penebaran sebaiknya larva udang di lakukan pengecekan kualitas meliputi ukuran
(Standard: L. vannamei - PL10/ 8.0mm P. monodon – PL 12/10mm), uji
kenampakan luar dan mikroskopik, uji stress dengan larutan formalin 100 ppm
selama 2 jam tanpa aerasi, dan uji PCR untuk deteksi dini penyakit TSV, IHHNV
and WSSV. Pengendalian penyakit pada pembesaran udang juga dapat dilakukan
dengan pengamatan secara visual yang dilakukan setiap hari dan sampling
pertumbuhan udang secara periodik. Sedangkan untuk pengendalian hama dapat
dilakukan dengan pemasangan jaring keliling, penangkal burung (bird scaring
device), serta pemasangan penangkal kepiting (crab scaring device).

G. Manajemen Kualitas Air

Kualitas air yang baik merupakan kunci kesuksesan dalam budiaya udang.
Pengelolaan air bertujuan untuk mempertahankan kualitas air yang layak dan stabil
pada petak pemeliharaan udang dan mencegah infeksi penyakit pada pertumbuhan
udang (Adiwidjaya, 2008). Pengendalian kualitas air agar tetap baik dapat
dilakukan dengan pergantian air, sirkulasi, penyiponan, menjaga kelarutan oksigen
dan aplikasi probiotik. Kualitas air tambak terkait erat dengan kondisi kesehatan
udang. Kualitas air yang baik mampu mendukung pertumbuhan udang karena
dapat menghindarkan udang dari stres akibat perubahan kualitas air di tambak.
Kualitas air tambak perlu dijaga kestabilanya agar udang tidak stress dan
mudah terserang penyakit. Oleh karenanya perlu dilakukan pengujian kualitas air
secara berkala. Ada tiga jenis parameter kualitas air yakni parameter fisika,
parameter kimia dan parameter biologi (Mahasri, 2013). Menurut Adiwidjaya
(2008), parameter kunci pada budidaya udang vannamei adalah suhu, salinitas, pH
air, alkalinitas, kecerahan, ketinggian air, TOM, oksigen terlarut, nitrit dan
amoniak juga termasuk dalam parameter kunci (Kilawati, 2014).

H. Panen dan Pasca Panen

Dalam budidaya udang, proses panen dilakukan dalam dua kondisi yaitu
kondisi normal dan tidak normal, dimana kondisi normal pada umumnya di
sebabkan oleh akhir masa pemeliharaan, kondisi harga udang berfluktuatif, serta
panen ditengah masa pemeliharaan (parsial). Sedangkan panen kondisi tidak
normal pada umumnya di akibatkan adanya gangguan penyakit infeksionis dan
penyakit non infeksionis. Teknik panen udang ada 2 yakni panen selektif dan
panen total. panen selektif yakni panen hanya sebagian areal tambak dan panen
total adalah panen keseluruhan biomasa di tambak (Suharyadi, 2011).
Menurut Kepmen Nomor 75/Permen-Kp/2016 maksud dan tujuan
pengelolaan panen/ pasca panen adalah untuk menjaga mutu dan kualitas saat udang
saat hingga selesai di panen. Pengelolaan pasca panen bertujuan untuk melakukan
pencatatan dan rekaman kegiatan pembesaran udang pada setiap tahapan produksi,
memiliki petunjuk baku tentang pengoperasian suatu proses kerja yang dilakukan
oleh satu atau beberapa orang dalam satu unit pembesaran yang dapat
mempengaruhi efektivitas produksi sehingga pencatatan dan rekaman kegiatan
pembesaran udang yang telah didokumentasikan dapat berfungsi sebagai acuan
dalam penerapan dan perbaikan berkelanjutan sistem mutu serta memudahkan
ketertelusuran pada seluruh kegiatan pembesaran.
III. Hasil dan Pembahasan

A. Gambaran Umum Lahan Pesisir


a) Jelaskan mengenai wiilayah pesisir Bantul yang dikunjungi, disajikan
dalam bentuk paragraf.
B. Desain dan Persiapan Tambak
a) Jelaskan desain tambak di lokasi yang dikunjungi (2 lokasi), lengkapi
dengan gambar, bandingkan, dan dikaitkan dengan teori, disajikan dalam
bentuk paragraf
b) Jelaskan mengenai manfaat persiapan tambak budidaya air payau
berdasarkan hasil wawancara (2 lokasi), bandingkan, dan dikaitkan dengan
teori, disajikan dalam bentuk paragraf.
c) Jelaskan proses persiapan tambak budidaya air payau berdasarkan hasil
wawancara (2 lokasi), bandingkan, dan dikaitkan dengan teori, disajikan
dalam bentuk paragraf.
C. Penyediaan dan Persiapan Air
a) Proses pemasukan air yang dilakukan di kedua lokasi tambak pada
saat praktikum ialah sama, yaitu menggunakan pompa yang disedot dari
dalam sumur galian, dalam teori yang dikemukakan terdapat dua metode
dalam proses pemasukan air tambak, yaitu menggunakan system pasang
surut air laut dan dapat pula menggunakan pompa, penggunaan pompa
dihitung lebih efisien dalam segi waktu tapi diperlukan cost tambahan
untuk membeli pompa tersebut.
b) Perlakuan yang diberikan dalam proses persiapan air di kedua lokasi
tambak pada saat praktikum ialah sama, yaitu menggunakan disinfektan,
tetapi pada teori perlakukan yang diberikan adalah pada satu kolam
budidaya yang sama, sedangkan keadaan dilapangan, water treatment
dilakukan pada kolam treatment atau kolam tandon, dimana kolam tandon
ini berfungsi sebagai penyedia air yang siang dilimpahkan kepada kolam
yang sebelumnya sudah di treatment menggunakan disifektan.
D. Persiapan dan Penebaran Benih
a) Jelaskan syarat benih yang baik menurut hasil wawancara dari
pembudidaya (2 lokasi), bandingkan, dan dikaitkan dengan teori, disajikan
dalam bentuk paragraf
b) Jelaskan cara menyiapkan benih sebelum ditebar di lokasi praktikum (2
lokasi), bandingkan, dan dikaitkan dengan teori, disajikan dalam bentuk
paragraf.
c) Jelaskan cara aklimatiasi benih yang baik berdasarkan hasil wawancara
dari pembudidaya (2 lokasi), bandingkan, dan dikaitkan dengan teori,
disajikan dalam bentuk paragraf.
d) Jelaskan waktu yang tepat untuk proses penebaran benih berdasarkan hasil
wawancara dengan pembudidaya (2 lokasi), bandingkan, dan dikaitkan
dengan teori, disajikan dalam bentuk paragraf.
E. Manajemen Pakan
Pakan diberikan 2-4 kali sehari tergantung usia udang dan dilakukan sampling
biomass untuk memantau pertumbuhan serta kondisi udang. Dalam pemberian
pakan faktor yang sangat penting diperhatikan adalah takaran, waktu dan respon
udang. Takaran yang diberikan kepada udang relatif akan berkurang sejalan
dengan betumbuh besarnya udang ( Anna ,S., & Sri Umiyati). selain pemberian
pakan, juga dilakukan penambahan probiotik untuk menjaga kondisi kesehatan
udang. Serta dilakukan pemupukan untuk menumbuhkan pakan alami. Pakan
udang disimpan di gudang bertembok kayu, hal ini agak beresiko karna hama
dapat dengan mudah masuk dan merusak pakan.
Pakan yg digunakan berasal dari cp wawan dan cs feed (protein 36%), pakan
di awal tebar paling tdk memilik kandungan protein>40%, berkurang hingga
36%>protein seiring pertumbuhan si udang. Secara fisik pakan udang yang baik
harus memiliki ukuran dan warna seragam, tidak berdebu, permukaan pellet halus,
pelet kering; tidak menggumpal, tidak berjamur. Selain baik secara fisik, pakan
udang juga harus tahan didalam air. Pakan harus dapat tahan selama 2-3 jam
didalam air, jika pakan tahan >3 jam maka pakan tersebut akan sulit dicerna oleh
udang. Penggunaan jenis binder akan mempengaruhi ketahanan pakan didalam air.
Selain daya tahan, pakan juga harus memiliki nilai nutrisi yang memenuhi untuk
pertumbuhan udang dan dapat meningkatakan nafsu makan si udang.( Anna ,S., &
Sri Umiyati)
.
F. Manajemen Pertumbuhan
Untuk mengawasi pertumbuhan udang dilakukan sampling beberapa kali dalam 1
minggu menggunakan jala sampling dan anco, lalu dihitung Average Body
Weight/ABW nya. Sampling anco biasanya dilakukan untuk udang-udang yang
relatif masih berukuran kecil. Anco di dalam kegiatan budidaya tambak udang
merupakan alat yang digunakan untuk mengontrol program pakan dan
pertumbuhan serta kualitas udang secara harian/insidental. Anco biasanya
berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 1 m x 1m dengan kerangka dari kayu/besi.
Sampling jala biasanya dilakukan untuk udang-udang berukuran relatif besar (>2,5
gr ) sehingga dapat terjerat dalam mata jala yang digunakan. Jala yang biasa
digunakan berukuran diameter 6 m, panjang 3-4 m dengan ukuran mata jala yang
bervariasi tergantung lokasi dan pembuatnya (mata jala disesuaikan dengan ukuran
udang yang menjadi target sampling). Meskipun alat yang digunakan berbeda
tetapi tujuan yang hendak dicapai relatif hampir sama yaitu mengetahui
kondisi/kualitas udang. Untuk mendukung pertumbuhan udang dilakukan
penumbuhan pakan alami dan kontrol kualitas air.
Untuk mencari tau pertumbuhan udang pada masa tertentu digunakan
perhitungan berat rata-rata udang (Average Body Weight/ABW) dari hasil
sampling dengan rumus: berat total udang / jumlah total udang. dilakukan
sampling dan pengukuran berat rerata udang secara berkala untuk mengamati
pertumbuhan udang. Dilakukan sampling Untuk mengamati pertumbuhan udang
Dengan di jala ( lokasi tambak 1) dan menggunakan anco (lokasi tambak 2).
Sampling jala
Tentukan beberapa titik lokasi sampling sebagai tempat untuk menebarkan
jala,  Tebarkan jala dengan relatif sempurna, Angkat jala dan masukkan badan jala
beserta hasil tangkapannya ke dalam wadah yang telah diisi air ( diamati kotoran
yang terangkat oleh jala sebagai indikator kondisi dasar tambak), Lepaskan udang
dari mata jala, Hitung berat rata-rata udang (Average Body Weight/ABW) hasil
sampling, Catat hasil penghitungan dan pengamatan
Sampling anco
Jatuhkan anco ke dasar tambak,  Angkat anco dari dasar tambak secara perlahan-
lahan agar udang yang ada di dalamnya tidak berloncatan keluar dari anco (hal ini
dimaksudkan agar jumlah udang yang dapat diambil dalam jumlah yang maksimal
sehingga diharapkan dapat mewakili kondisi dan populasi yang ada di dalam
tambak tersebut), Ambil semua udang yang ada di dalam anco tersebut dan
tempatkan pada wadah yang telah diisi air, Ukur dan catat berat total sampel
udang,  Hitung berat rata-rata udang (Average Body Weight/ABW) hasil sampling

G. Manajemen Kualitas Air


Salinitas merupakan salah satu parameter lingkungan yang mempengaruhi
proses biologi dan secara langsung akan mempengaruhi kehidupan organisme
antara lain yaitu mempengaruhi laju pertumbuhan, jumlah makanan yang
dikonsumsi, nilai konversi makanan, dan daya sintasan menurut Soemardjati,
udang vaname dapat tumbuh dengan baik dan optimal pada kisaran kadar garam
15-25 . Suhu sangat berpengaruh terhadap komsumsi oksigen, pertumbuhan,
sintasan udang dalam lingkungan budidaya perairan, keberhasilan dalam budidaya
udang suhu berkisar antara 20o-30oC. Ph Untuk standar budidaya udang vaname
berkisar 7,5-8,5. nilai kecerahan sangat dipengaruhi oleh waktu pengukuran,
padatan tersuspensi, keadaan cuaca, kekeruhan dan ketelitian orang yang
melakukan pengukuran. Rendahnya nilai kecerahan berpengaruh terhadap proses
fotosintesis di dalam tambak. Oksigen merupakan parameter kualitas air yang
berperang langsung dalam proses metabolisme biota air khususnya udang.
Ketersediaan oksigen terlarut dalam badan air sebagai faktor dalam mendukung
pertumbuhan, perkembanagan dan kehidupan udang. Sumber utama amonia dalam
tambak merupakan timbunan bahan organik dari sisa pakan dan plankton yang
mati. Kadar protein pada pakan sangat mendukung akumulasi organik-N di
tambak dan selanjutnya menjadi amonia setelah mengalami proses amonifikasi.
Peningkatan niali kandungan nitrat seiring dengan pemberian pakan dengan
protein tinggi .Kandungan nitrat merupakan salah satu bentuk nitrogen yang
penting dalam perairan untuk budidaya, karena dapat dimanfaatkan oleh plankton
. Hasil pengamatan kandungan nitrat dalam petak tambak cenderung meningkat
seiring dengan waktu pemeliharaan. nitrat adalah nutrien utama bagi pertumbuhan.
Konsentrasi nitrat yang tinggi dalam perairan akan menstimulasikan pertumbuhan
serta perkembangan organisme di perairan apabila didukung oleh ketersediaan
nutrien (Simbolon, A. 2014). Ketersediaan unsur hara posfat dalam air erat
kaitannya dengan kandungan unsur hara posfat tanah. Fosfat merupakan senyawa
yang terlarutdi dalam badan air atau perairan yang memiliki fungsi terhadap biota
air misalnya pembentukan protein dan proses fotosintesis.
Pengukuran parameter fisiska Dilakukan langsung di tambak oleh orang
tambak sendiri,sedangkan untuk pengukuran parameter kimia dan biologi pihak
tambak mengirimkan sampel air ke universitas tertentu untuk meneliti
kandungannya di lab. Untuk menjaga kualitas air penambak udang berfokus
Mengatasi Fluktuasi Suhu pada Air Tambak Udang dengan cara dengan
menyesuaikan permukaan air tambak agar suhu air tambak tidak menurun dengan
drastis. Penambak juga menggunakan kincir untuk mengatasi keterbatasan oksigen
Sumber air berasal dari sumur bor dan disedot menggunakan pompa.
Sebelum masuk ketambak, air di masukkan ke kolam treatment. pada saat ini air
diendapkan dan diberi disinfectan. Upaya pengolahan air buangan tambak udang
intensif telah dikembangkan dengan menggunakan sistem resirkulasi (Castine et
al., 2013; Hochheimer, 2003), kolam sedimentasi dan penggunaan kembali air
buangan, serta mengkonstruksi lahan basah

H. Panen dan Pasca Panen


a) Metode pemanenan yang dilakukan dari kedua lokasi adalah sama
yaitu panen parsial dan panen total. Panen parsial adalah panen udang
sebagian untuk mengurangi kepadatan udang ditambak ataupun untuk
mengurangi pengeluaran biaya pakan (panen parsial dapat menambah
pemasukan dana dan mengurangi jumlah pemberian pakan). Pemanenan
Total dilakukan apabila size udang telah sesuai dengan keinginan atau
harga udang sedang bagus, dan apabila udang terkena serangan penyakit
yang dapat menyebabkan kematian masal maupun mempengaruhi
pertumbuhan udang maka dilakukan panen total.menurut Purnamasari
(2017), Panen parsial dilakukan ketika udang berumur 101-104 hari dengan
bobot rata-rata berkisar antara 21,85-22,70 gram dan ukuran udang
berkisar antara 44-45 ekor/kg. Panen total adalah panen udang secara
keseluruan (kering). Panen total dilakukan ketika udang berumur 125-126
hari dengan bobot rata-rata berkisar antara 28,07-29,23 gram dan ukuran
udang berkisar antara 34-35 ekor/kg.
b) Pemanenan pada lokasi pertama dilakukan dengan menggunakan
jaring yang di lebar dan ditarik dari ujung ke ujung, kemudian udang di
panen dan dimasukkan ke dalam drum ,udang akan disortir berdasarkan
size dan kualitasnya untuk kemudian di lakukan penimbangan. Udang
dimasukkann kedalam box yang beris es curah (untuk menjaga kualitas dan
mutu udang) untuk selanjutnya dibawa oleh pengepul untuk di ekspor
maupun di edarkan di restaurant maupun pasar. Pemanenan lokasi kedua
tidak dijelaskan secara rinci, namun cara yang dilakukan kurang lebih
adalah sama dengan pemanenan yang dilakukan pada lokasi pertama.
I. Manajemen Usaha Tambak
a) Jelaskan secara singkat rata-rata produksi (meliputi SR dan FCR rata-rata
yang diperoleh petambak), biaya yang dikeluarkan (biaya selama satu
siklus kegiatan budidaya), dan pendapatan yang diperoleh (dari hasil
panen) menurut hasil wawancara dari pembudidaya (2 lokasi), bandingkan,
dan dikaitkan dengan teori, disajikan dalam bentuk paragraf.
IV. Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka

Adiwidjaya, D., Supito, dan I. Sumantri. 2008. Penerapan Teknologi Budidaya


Udang Vanname L. vannamei Semi-Intensif pada Lokasi Tambak Salinitas
Tinggi. Media Budidaya Air Payau Perekayasaan. Jurnal Departemen
Kelautan Perikanan. Vol 7.
Castine, S.A., McKinnon, A.D., Paul, N.A., Trott, L.A., & de Nys, R. (2013).
Wastewater treatment for land-based aquaculture: improvements and
valueadding alternatives in model systems from Australia. Aquaculture
Environment Interactions, 4, 285300. doi: 10.3354/aei00088.
Hochheimer, J.N. (2003). Aquacultural effluent: Overview of EPA’S guidelines
and standards. In Summerfelt, R.C. & Clayton, R.D. (Eds). Proceedings of
The North Central Regional Aquaculture Center, p. 20-26.
Suharyadi. 2011. Budidaya Udang Vanname (Litopenaeus vannamei). Kementrian
Kelautan dan Perikanan .Jakarta. hal. 3-6, 32.
Syah, R. Makmur, M. dan Fahrur, M. 2017. Budidaya Udang Vaname Dengan
Padat Penebaran Tinggi. Media Akuakukltur. Vol 12 (1).
Kilawati, Y., dan Y. Maimunah. 2014. Kualitas Lingkungan Tambak Intensif
Litapenaeus vannamei dalam Kaitannya dengan Prevalensi Penyakit White
Spot Syndrome Virus. Research Journal of Life Science. Vol 1(2).
Mahasri, G., A. S. Mubarak., M. A. Alamsjah dan A. Manan. 2013. Buku Ajar
Manajemen Kualitas Air. Buku Ajar. Fakultas Perikanan dan Kelautan.
Universitas Airlangga. Surabaya. Hal. 9-17.
Purnamasari Indah, Dewi Purnama, dan Maya Angraini Fajar Utami .2017.
PERTUMBUHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei) DI
TAMBAK INTENSIF. Jurnal Enggano Vol. 2, No. 1, 2017:58-67
Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi dan Sofiati. 2009. Budidaya Udang Vanname
(Litopenaeus vanname) Semi Intensif Dengan Metode Sirkulasi
TertutupUntuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan
Kelautan. 01 : 02.
Simbolon, A. 2014. Studi kualitas pada budidaya udang vaname (Litopenaeus
vannamei) ditambak Pt. Cendana Pioritas Lestari Pondok Kelapa melaui
analisis indeks storet. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas
Pertanian. Universitas Bengkulu
Anna ,S., & Sri Umiyati.volume 1.1991.PAKAN UDANG WINDU (Penaeus
Monodon).bandung.kanisius
Murtidjo .A.B.,Volume1.1992. BUDIDAYA UDANG GALAH, Sistem
Monokultur.yogyakarta.kanisisus
Suyanto R., enny purbani T.,volume 1.2009. Panduan Budidaya Udang
Windu.bogor.penebar swadaya
.
CATATAN :
A. Laporan dikerjakan dengan baik, dan data hasil praktikum
disampaikan semua dalam pembahasan laporan. Asisten sangat
memohon kepada praktikan untuk tidak melakukan kecurangan
dalam pembuatan laporan (seperti copy-paste punya teman,
dikerjakan secara asal-asalan, tidak dikumpulkan tepat waktu, dan
sebagainya)
B. Laporan diketik dengan font TNR 12, spasi 1,5.
C. Laporan dikumpulkan pada tanggal 10 April 2020, dikumpulkan
dalam bentuk soft file dalam format Word/PDF ke ketua golongan
untuk selanjutnya ketua golongan memberikan laporan kepada
Assisten Praktikum Manajemen Akuakultur Payau 2020 maksimal
pukul 23.59 WIB.
D. Selamat mengerjakan, tetap jaga kesehatan dan kebersihan dirumah
masing-masing, jangan panik, semoga kita semua selalu dilindungi
Allah, semangat menempuh UJIAN TENGAH SEMESTER, salam
dari Tim Asisten Praktikum Manajemen Akuakultur Payau 2020.

#DIRUMAHAJA

Anda mungkin juga menyukai