Anda di halaman 1dari 36

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal) merupakan salah satu

sumber protein hewani yang sangat penting. Ikan bandeng memiliki

nilai protein hewani yang lebih tinggi dibandingkan dengan protein

yang berasal dari tumbuh-tumbuhan. Sebab, protein hewani

mengandung asam-asam amino yang lengkap dan susunan asam

aminonya mendekati susunan asam amino yang ada didalam tubuh

manusia. (Bambang, 2002).

Bandeng adalah jenis ikan konsumsi yang tidak asing bagi

masyarakat. Bandeng merupakan hasil tambak, dimana budidaya hewan ini

mula-mula merupakan pekerjaan sampingan bagi nelayan yang tidak dapat

pergi melaut. Itulah sebabnya secara tradisional tambak terletak di tepi

pantai. Bandeng merupakan hewan air yang bandel, artinya bandeng dapat

hidup di air tawar, air asin maupun air payau. Selain itu bandeng relatif tahan

terhadap berbagai jenis penyakit yang biasanya menyerang hewan air.

Sampai saat ini sebagian besar budidaya bandeng masih dikelola dengan

teknologi yang relatif sederhana dengan tingkat produktivitas yang relatif

rendah. Jika dikelola dengan sistim yang lebih intensif produktivitas bandeng

dapat ditingkatkan hingga 3 kali lipatnya (http://ikanmania.wordpress.com/).

1
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Budidaya bandeng telah lama dikenal di Indonesia. Selain sebagai

penghasil sumber protein masyarakat, budidaya ikan ini juga telah

berkembang menjadi sebuah industri rakyat yang mampu member lapangan

kerja cukup luas. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari semakin tingginya

permintaan akan nener untuk keperluan usaha pembesaran. Selama ini, hasil

penangkapan nener alam ternyata jauh dari mencukupi, sehingga usaha

produksi nener secara artificial diharapkan dapat memecahkan masalah

kekurangan benih. Usaha tersebut tentu saja membutuhkan pasokan induk

induk bandeng dalam jumlah cukup dengan kualitas yang prima. Sebab mutu

induk sangat menentukan keberhasilan pematangan gonadnya (Anindiastuti,

dkk. 1997).

Benih bandeng (nener) merupakan salah satu sarana produksi yang

utama dalam usaha budidaya bandeng di tambak. Perkembangan teknologi

budidaya bandeng di tambak dirasakan sangat lambat dibandingkan dengan

usaha budidaya udang. Faktor ketersediaan benih merupakan salah satu

kendala dalam meningkatkan teknologi budidaya bandeng. Selama ini

produksi nener alam belum mampu untuk mencukupi kebutuhan budidaya

bandeng yang terus berkembang, oleh karena peranan usaha pembenihan

bandeng dalam upaya mengatasi masalah kekurangan nener tersebut sangat

pernting. Tanpa mengabaikan arti penting dalam pelestarian alam,

pengembangan wilayah, penyediaan dukungan terhadap pembangunan

2
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
perikanan khususnya dan pembangunan nasional umumnya. Diharapkan

produksi benih nener di hatchery diharapkan untuk mengimbangi selisih

antara permintaan yang terus meningkat dan pasok penangkapan di alam

yang diduga akan menurun.

Usaha pembenihan bandeng di hatchery dapat mengarahkan kegiatan

budidaya menjadi kegiatan yang mapan dan tidak terlalu dipengaruhi kondisi

alam serta tidak memanfaatkan sumber daya secara berlebihan.

Perkembangan hatchery bandeng di kawasan pantai dapat dijadikan titik

tumbuh kegiatan ekonomi dalam rangka pengembangan wilayah dan

penyerapan tenaga kerja yang mengarah pada pembangunan berwawasan

lingkungan. Sehingga tenaga yang terserap di hatchery itu sendiri berlaku

sebagai produsen juga berlaku bagi konsumen bagi kebutuhan kegiatan

sehari-hari yang dapat mendorong kegiatan ekonomi masyarakat sekitar

hatchery.

Perairan laut merupakan salah satu sumber calon induk bandeng di

Indonesia. Tetapi dilihat dari hasil tangkapan nelayan, induk bandeng

(terutama yang matang gonad) ternyata semakin sulit didapat. Keterbatasan

pasokan induk bandeng dari laut telah mendorong dilakukannya berbagai

upaya menghasilkan induk matang telur secara terkontrol. Dengan

dikuasainya memijahkan induk bandeng secara terkontrol dalam bak,

diharapkan dapat mempercepat pengembangan perbenihan bandeng di

3
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
masyarakat khususnya di Sulawesi Selatan. Mengingat pentingnya

pengembangan teknologi pemeliharaan induk ikan bandeng, maka

penulis melakukan Praktek Kerja Lapang di Balai Budidaya Air Payau

Takalar

4
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Biologi Ikan Bandeng

Ikan bandeng memiliki nama chanos chanos,ciri morfologi tubuh

langsing dengan bentuk seperti peluruh dengan sirip ekor bercaban,bentuk

tubuh seperti ini adalah ciri bandeng sebagai berenang cepat.Tubuh ikan

bandeng berwarna putih keperak-perakan dan dagingnya berwarna putih

susu.panjang tubuh maksimal di alam dapat berukuran 1 m. Tapi pada

umumnya ditambak mencapai 0,5 m.

Taksonomi dan klasifikasi ikan bandeng menurut Schuster 1960 adalah:

Phyilum : Vertebrata

Subphylum : Craniata

Superclas : Gnasthosmata

Series : Pisces

Class : Teleostel

Subclas : Actinopterygii

Order : Clupeoidei

Suborter : Malacopterygii

Family : Chanidae

Genus : Chanos lacepede 1803

5
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Species : Chanos chanos (Forskal) 1775

B. Habitat dan Penyebaran Ikan Bandeng

Ikan bandeng menyebar dari pantai afrika timur sampai

Kep.Tuamutu,sebelah timur tahiti dan dari jepang selatan sampai australia

utara.Ikan bandeng adalah ikan dengan sifat eurihaline yaitu ikan yang

memiliki toleransi yang besar terhadap perubahan salinitas.Pada masa

perkembangan ikan bandeng biasanya hidup dimuara sungai atau air payau

ketika dewasa ikan bandeng akan kembali kelaut untuk memijah.

C. Kebiasaan Makan Ikan Bandeng

Ikan bandeng memiliki kebiasaan makan ganggang biru atau kelekap

didasar perairan.Pada dasarnya ikan bandeng merupakan ikan herbivora

yang ditandai dengan usus yang panjangnya mencapai 9 kali panjang

tubuhnya karena makanan nabati memiliki nilai kecernaan rendah karena

adanya dinding selulosa.

D. Perkembangbiakan Ikan Bandeng

Ikan bandeng akan memijah pada laut jernih yang dalam.Telur yang

dihasilkan dapat mencapai 5,7 juta per siklus pemijahan.Penyebaran telur

biasanya jauh dari pantai dan setelah sehari menjadi nener akan terbawa

arus kepantai atau muara sungai.

E. SNI 01-6148-1999

6
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
1. Standar Nasional Indonesia Induk dan benih Bandeng (Chanos
chanos forskal)
Produksi benih bandeng kelas benih sebar ukuran nener dan
gelondongan adalah suatu rangkaian kegiatan pra produksi, proses produksi
dan pemanenan untuk menghasilkan benih bandeng kelas benih sebar (SNI
No. 01 – 6149 - 1999)
a) Pra produksi adalah persyaratan awal yang harus dipenuhi sebelum
proses produksi benih bandeng kelas benih sebar dilakukan,yang
meliputi penentuan:lokasi,sumber air,sarana,(wadah,induk
pokok,bahan dan peralatan).
b) Proses produksi adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam
memproduksi benih bandeng kelas benih sebar.
c) Pemanenan adalah persyaratan yang harus dipenuhi dalam kegiatan
tahap akhir proses produksi benih bandeng kelas benih sebar.
d) Induk pokok(Parent stock, PS)adalah induk ikan keturunan pertama
dari induk dasar atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu
kelas induk pokok.
e) Induk dasar(Grand parent Stock, GPS) adalah induk ikan keturunan
pertama dari induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas induk
dasar.
f) Induk penjenis(Graet Grant Parent Stock, GGPS ) adalah induk ikan
yang dihasilkan oleh dan dibawah pengawasan penyelenggara
pemulia.
g) Benih sebar adalah benih keturunan pertama dari induk pokok,induk
dasar atau induk penjenis yang memenuhi standar mutu kelas benih
sebar.
h) Manipulasi hormonal adalah upaya perangsangan pematangan organ
reproduksi induk ikan dengan menggunakan hormon perangsang
pemijahan.

7
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
i) Manipulasi lingkungan adalah upaya perangsang pematangan organ
reproduksi induk ikan dengan pengaturan lingkungan air media.
j) Telur ikan bandeng adalah telur hasil pemijahan berbentuk bulat yang
dapat berubah menjadi larva.
k) Nener adalah benih bandeng yang barasal dari alam atau kegiatan
pembenihan sejak dari telur menetas hingga berumur 17 hari – 25 hari
yang mempunyai bentuk dan ukuran antara 14 mm – 15 mm serta
masih mengalami perubahaan bentuk organ tubuh dan warna.
l) Nener alam adalah nener yang berasal dari laut dan merupakan hasil
tangkapan di perairan pantai.
m) Nener hasil kegiatan pembenihan adalah nener yang berasal dari
pemijahan terkontrol dalam wadah pembenihan.
n) Gelondongan muda (Pre fingerling) adalah benih ikan bandeng yang
secara sempurna mengalami perubahan organ tubuh dan warna,
menyerupai ikan dewasa dan telah berumur 50 hari sejak telur
menetas, mempunyai panjang tubuh 3 cm- 4 cm.
o) Gelondongan tua (fingerling) adalah benih ikan bandeng yang telah
menyerupai ikan dewasa, dan telah berumur 80 hari sejak telur
menetas serta mempunyai panjang tubuh 4 cm – 7 cm.

2. Pakan
a) Pakan nener: pakan hidup terdiri dari Chlorella, Rotifera (Brancionus
sp).
b) Pakan gelondongan: klekap dan pellet, dengan kandungan protein
≥25%.
c) Pakan induk: pakan buatan dengan kandungan protein ≥40%, lemak
≤12%.

8
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Tabel 1. Standar penggunaan bahan pada setiap tingkatan produksi benih ikan
bandeng (Chanos-chanos forskall) kelas benih sebar.
N Standar Tingkatan Benih
o Nener Gelondongan Gelondon
muda gan tua
1 Penebaran
 Jenis Telur Nener Gelondonga
 Padat tebar 20-30 btr/ltr 80 – 120 ekor/m2 n muda

 Ukuran (mm) 0,9 – 1,2 14 - 17 50 – 70


ekor/m2
30 - 40
2 Pakan hidup
 Chlorella (1000 sel/ml) 100 – 700 - -
 Brancionus (1000 sel/ml) 20 – 25 - -

 Klekap - Dipertahankan Dipertahank


an
3 Pakan buatan
 Dosis (%) - 10 5
 Frekuensi Pemberian - 2 2
4 Waktu pemeliharaan (hari) 17 – 25 20 – 30 30
5 Permanenan
 Sintasan produksi (%) ≥ 30 ≥ 80 ≥ 85
 Panjang (mm) 14 – 17 30 – 40 40 – 70

 Berat (gram) 0,008 – 5–8 8 – 15


0,010

Tabel 2. Standar penggunaan jenis, pemijahan dan prodeksi telur ikan


bandeng (Chanos-chanos forskall) kelas benih sebar.

9
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
No Kegiatan Keterangan

1 Berat induk ≥ 2,5 kg per ekor


2 Perbandingan berat induk Jantan : betina = 1 : 1
3 Siklus pemijahan 4 – 10 kali/bulan (selama 10 bulan dalam 1
tahun) dalam satu kelompok induk
4 Produksi telur 200.000 – 1.000.000 butir/kelompok induk
(20 – 25 pasang induk)
5 Ukuran telur 0,9 – 1,2 mikron

F. Pembenihan Ikan Bandeng

a. Persyaratan Lokasi

Pemilihan tempat pembenihan bandeng harus mempertimbangkan

aspek-aspek yang berkaitan lokasi.Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam

persyaratan lokasi adalah sebagai berikut.

1) Status tanah dalam kaitan dalam peraturan daerah dan jelas sebelum

hatchery dibangun.

2) Mampu menjamin keterdiaan air dan pengairan yang memenuhi

persyaratan mutu yang ditentukan.

-Pergantian air minimal; 200 % per hari.

-Suhu air,26,5 -31,0 oc.

-PH;6,5 -8,5 ppm.

-Oksigen larut;3,0 – 8,5 ppm

-Alkalinitas 50 – 500 ppm

-Kecerahan 20 – 40 cm (cahaya matahari sampai kedasar pelataran).

10
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
-Air terendah dari folusi baik polusi bahan organik maupun anorganik

3).Sifat-sifat perairan pantai dalam kaitan dengan pasang surut dan

pasang arus perlu diketahui secara rinci.

4).Faktor-faktor biologis seperti kesuburan perairan,rantai

makanan,speciesdominan,keberadaan predator dan kompetitor,serta

penyakit endemik harus diperhatikan karna mampu mengakibatkan

kegagalan proses produksi.

b.Sarana dan prasarana

1. Sarana pokok

Fasilitas pokok yang dimanfaatkan secara langsung untuk kegiatan

produksi adalah bak penampungan air tawar dan air laut.Laboratorium

basah,bak pemeliharaan larva,dan pemeliharaan induk dan inkubasi telur

serta bak pakan alami.

a. Bak penampungan Air Tawar dan Air Laut

Bak penampungan air (reservoir) dibangun pada ketinggian

sedemikian rupa sehingga air dapat di distribusikan secara gravitasi

ke dalam bak-bak dan sarana lainnya yang memerlukan air(Laut,tawar

bersih).Sistim pipa pemasukan dan pembuangan air perlu dibangun

pada bak pemeliharaan induk,pemeliharaan larva,pemeliharaan pakan

11
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
alami,laboratorium kering dan basah serta sarana lain yang

memerlukan air tawar dan air laut serta udara(aerator).

Laboratorium basah sebaiknya dibangun berdekatan dengan

bangunan pemeliharaan larva dan bangunan kultur murni plankton

serta diatur menghadap ke kultur massal plankton dan dilengkapi

dengan sistim pemipaan air tawar,air laut dan udara

b. Bak pemeliharaan induk.

Bak pemeliharaan induk berbentuk empat persegi panjang atau

bulat dengan kedalaman lebih dari 1 meter yang sudut-sudutnya

dibuat lengkung dan dapat diletakkan diluar ruangan langsung

menerima cahaya tanpa dinding.

c. Bak pemeliharaan telur.

Bak perawatan telur tebuat dari akuarium kaca atau serat kaca

dengan daya tampung lebih dari 2.000.000 butir telur pada kepadatan

10.000 butir per liter.

d. Bak pemeliharaan Larva

Bak pemeliharaan larva yang berfungsi juga sebagai bak

penetasan telur dapat terbuat dari serat kaca maupun konstruksi

12
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
beton,sebaiknya berwarna agak gelap berukuran (4x5x1,5) m3 dengan

volume 1-10 ton berbentuk bulat atau bujur sangkar yang sudut-

sudutnya dibuat lengkung dan diletakkan didalam bangunan beratap

tembus cahaya tanpa dinding balik.Untuk mengatasi penurunan suhu

air pada malam hari,bak larva diberi penutup berupa terval plastik

untuk menyangga atap plastik,dapat digunakan bentangan

kayu/bambu.

e. Bak pemeliharaan Makanan Alami,Kultur plankton Clorella sp dan

Rotifera.

Bak kultur plankton Cholorella sp disesuaikan dengan volume bak

pemeliharaan larva yang terbuat dari serat kaca maupun konstruksi

beton ditempatkan diluar ruangan yang dapat langsung mendapat

cahaya matahari.Bak perlu ditutup dengan plastik transparan pada

bagian atasnya agar cahaya juga bisa masuk kedalam bak untuk

melindungi dari pengaruh air hujan.

Kedalaman bak kultur Chorella sp harus diperhitungkan

sedemikian rupa sehingga penetrasi cahaya matahari dapat dijamin

mencapai dasar tangki.Kedalaman air dalam tangki disarankan tidak

melebihi 1 meter atau 0,6 m,ukuran bak kultur plankton chorella sp

adalah(20 x 25 x 0,6) m3.Bak kultur rotifera terbuat dari serat kaca

13
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
maupun konstruksi baton yang ditempatkan dalam bangunan beratap

tembus cahaya tanpa dinding.Perbandingan antara volume bak

chorella,rotifera dan larva sebaliknya 5:5:1.

f. Sarana penunjang

Untuk menunjang perbenihan sarana yang diperlukan adalah

laboratorium pakan alami,ruang pompa,air blower,ruang

peacking,ruang genset,bengkel,kendaraan roda dua dan roda empat

serta gudang(ruang penyimpanan barang-barang opersional) harus

tersedia sesuai kebutuhan memenuhi persyaratan dan ditata untuk

menjamin kemudahan serta keselamatan kerja.

a) Laboratorium pakan alami seperti laboratorium fytoplankton

berguna sebagai tempat kultur murni plankton yang ditempatkan

pada lokasi dekat heatchery yang memerlukan ruangan suhu

rendah yakni 22-25 0c.

b) Laboratorium kering termasuk laboratorium

kimia/mikrobiologi,sebaiknya dibangun berdekatan dengan bak

pemeliharaan larva berguna sebagai bangunan stok kultur dan

penyimpanan plankton dengan suhu sekitar 22-25 0c serta dalam

ruangan.Untuk kegiatan yang berkaitan dengan pemasaran hasil

14
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
dilengkapi dengan fasilitas ruang pengepakan yang dilengkapi

dengan sistim pemipaan air tawar dan air laut,udara serta sarana

lainnya seperti kedap air,kardus,bak platik,karet dan oksigen

murni.Alat angkut roda dua dan roda empat yang berfungsi untuk

memperlancar pekerjaan dan pengangkutan hasil benih harus

tersedia tetap dalam keadaan baik dan siap pakai.Untuk

pembangkit tenaga listrik atau penyimpanan peralatan dilengkapi

dengan fasilitas ruang genset,dan bengkel,ruang pompa air dan

blower,ruang pendingin dan gudang.

2. Sarana pelengkap

Sarana pelengkap dalam kegiatan pembenihan terdiri ruang

kantor,perpustakaan,alat tulis menulis,mesin ketik,komputer,ruang serba

guna,ruang makan,ruang pertemuan,tempat tinggal staf dan kariawan.

c. Teknik Pemeliharaan

1. Persiapan Opersional

a) Sarana yang digunakan memeuhi persyaratan higienis,siap dipakai

dan bebas cemaran.Bak-bak sebelum digunakan dibersihkan atau

dicuci dengan sabun deterjen dan disikat lalu dikeringkan 2-3

hari.Menyiapkan suku cadang seperti pompa,genset dan blower untuk

mengantisifasi kerusakan pada saat proses produksi.

15
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
b) Menyiapkan bahan makanan induk dan larva yang tersedia cukup

sesuai dengan jumlah dan persyaratan mutu untuk tiap tahap

pembenihan.

c) Menyiapkan tenaga pembenihan yang terampil,disiplin dan

berpengalaman serta mampu menguasai bidang kerjanya.

2. Pengadaan Induk

a) Umur induk 4-5 tahun yang beratnya lebih dari 4 kg/ekor

b) Pengangkutan induk jarak jauh menggunakan bak plastik atau serat

kaca dilengkapi dengan aerasi dan diisi air dengan bersalinitas

rendah(10-15)ppt,serta suhu 24-25 0c.

c) Kepadatan induk mulai dari pengangkutan lebih dari 18 jam 5-7 kg/m3

air.Kedalaman air dalam bak sekitar 50 cm dan permukaan bak

ditutup untuk mereduksi penetrasi cahaya dan panas.

d) Aklimatisasi dengan salinitas sama dengan pada saat pengangkutan

atau sampai selaput mata yang tadinya keruh menjadi bening

kembali.Setelah diaklimatisasi salinitas segera dinaikkan dengan cara

mengalirkan air laut dan mematikan pasok air tawar.

3) Pemeliharaan induk

a) Induk berbobot 4-6 kg/ekor dipelihara pada kepadatan 1 ekor per 2-4

m3 dalam bak berbentuk bundar yang dilengkapi dengan aerasi

sampai kedalaman 2 meter.

16
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
b) Pergantian air 150 % per hari dan ukuran bak induk lebih besar dari

30 ton.

c) Pemberian pakan dengan kandungan protein sekitar 35 % dan lemak

6-8% diberikan 2-3% dari bobot bio perhari,diberi 3 kali perhari yaitu

pagi siang dan sore hari.

d) Salinitas 30-35 ppt,oksigen terlarut 5 ppm,amoniak<0,01 ppm,asam

belerang<0,001 ppm,nitrit<1,0 ppm,PH:7-85 suhu 27-33 0c.

4) Pemilihan induk

a) Periksa Berat badan lebih dari 5 kg atau panjang antara 55-60

cm,bersisik bersih,cerah dan tidak banyak terkelupas serta mampu

berenang cepat.

b) jenis kelamin di lakukan dengan cara membius ikan dengan 2

phenoxyetthanol dosis 200-300 ppm setelah ikan melemahkanula

dimasukan ke lubang kelamin sedalam 20-40 cm tergantung dari

panjang ikan dan dihisap. Pemijahaan (striping) dapat juga dilakukan

terutama untuk induk jantan.

c) Diameter telur yang diperoleh melalui kanulasi dapat digunakan untuk

menentukan tingkat kematangan gonat.induk yang mengandung telur

berdiameter lebih dari 750 mikron sudah siap untuk dipijahkan.

d) Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung sperma

tingkat III yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cupuk banyak

sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang kelamin.

17
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
5) pemijahaan alami

a) ukuran bak induk 30-100 ton dengan kedalaman 1,5 -3,0 meter

berbentuk bulat dilengkapi aerasi kuat menggunakan ”diffuser”

sampai dasar bak serta di tutup dengan jaring.

b) Pergantian air minimal 150% setiap hari

c) Kepdatan tidak lebih dari satu induk per 2-4 m3 air.

d) Pemijahaan umumnya pada malam hari.induk jantan mengeluarkan

sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga fertilisasi

terjadi secara ekternal.

18
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
BAB III

A. Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunkan dalam kegiatan praktik di Balai
Budidaya Air Payau (BBAP) Takalar, yaitu :

Tabel 1. Alat yang digunakan dalam pembenihan Bandeng.

No Jenis peralatan Spesifikasi Kegunaan

Bak pemeliharaan induk 300 ton Sebagai bak pemeliharaan induk


1

2 Perangkat aerasi _ Penyalur oksigen


3 Timnangan elektrik 100 gr Timbangan pakan larva dan benih
4 Timbangan meja 10 kg Timbangan pakan induk
5 Selang spiral 1, 11/4, 2 inc Penyalur air
6 Selang sipon 1/2, 3/4 inc Sebagai selang sipon
7 Egg collector 100 µ Penampungan telur di bak induk
8 Serok 150 µ Untuk menyeser benih
9 Gayung 1 ttr Menimba air
10 Ember 5, 10, 100 ltr Wadah penampungan
11 Baskom 2, 5, 10, 20 ltr Wadah penampungan
12 Sikat _ Membersihkan bak
13 Waring 100, 50 µ Saringan air
14 Saringan 300, 200, 150 µ Saringan pakan alami dan pakan
benih
15 Filter bag 150µ Menyaring air
16 Termometer _ Mengukur suhu air
17 Hand refraktometer _ Mengukur salinitas air
18 Ph meter _ Mengukur keasaman air
19 Jaring trawl 1 inc Penutup bak induk
20 Lemari pendingin 200 kg Penyimpanan pakan atau ikan
21 Pompa submersible (Dab) 1 inc Penyalur air
22 Pompa sirkulasi 2, 3 inc Sirkulasi di bak induk
23 Pompa air laut 4, 6, 8 inc Mensuplai air laut
24 Fiber 1, 2 ton Wadah penampungan
25 Bak pemeliharaan benih 7 ton Bak peemeliharaan benih

19
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
26 Bak penetasan 6 ton Bak penetasan telur
27 Bak kultur 10, 20 ton Bak kultur pakan alami
28 Pipa paralon 1, 1 1/4, 2, 3, 4 inc Penyalur air
29 Beaker glass 100, 200, 1000 ml Untuk sampling
30 Pipet tetes 1, 10 ml Untuk sampling

Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam pembenihan bandeng

No Jenis bahan Spesifikasi Kegunaan

Induk bandeng Biota laut Biota budidaya


1

2 Pakan bubuk Bubuk Pakan nener


3 Pakan pellet Butiran Pakan induk
4 Ikan rucah Biota laut Kultur rotifera
5 Antibiotik Bubuk Mengubati penyakit
6 EDTA Bubuk Pupuk
7 Za Bubuk Pupuk
8 Urea Bubuk Pupuk
9 TSP Bubuk Pupuk
10 Kaporit Bubuk Menetralkan air media
11 Natrium thiosulfat Butiran Menetralkan kadar kaporit
12 Vitamin c Butiran Meningkatkan daya tahan
tubuh
13 Detergen Bubuk Menghilangkan bau kaporit
14 Air laut Cair Media pemeliharaan
15 Air tawar Cair Pembersian bak dan peralatan
16 Telur bebek Butir Campuran pakan
17 Cumi - cumi Biota laut Pnengkayaan pakan

D.Prosedur Kerja
Pengelolaan Induk
1. Persiapan Bak

 Outlet bak dibuka

20
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
 Kaporit dilarutkan dalam ember, kemudian disiram merata dalam bak
dan di biarkan selama 24 jam

 Setela itu bak dibilas dengan air tawar lalu digosok dengan spon
menggunakan deterjen, kemudian dibilas dengan air tawar sampai bau
kaporitnya hilang

 Pengeringan bak dilakukan selama 1-2 hari

 Perangkat aerasi dicuci dengan deterjen dan dibilas dengan air tawar

 Memasang aerasi dengan jarak setiap aerasi 50 cm, jarak aerasi dari
dasar bak 5 cm

 Pemasangan filter bag pada saluran pemasukan air dan pipa outlet
bagian bawah diberi saringan

 Bak di isi air laut dengan salinitas 30-35 ppt dan suhu 27-29 0c

2.Penyiapan Induk

 Dilakukan pengukuran berat induk dimana induk harus mempunyai


bobot 4-6 kg dan panjang tubuh 0,5 m-0,6 m

 Masukkan ke dalam bak yang berisi air laut

 Induk yang ada dalam bak selanjutnya dilakukan penyesuaian


terhadap lingkungan baru

 Setelah induk beradaptasi dengan lingkungan baru induk di pindahkan


ke dalam pemeluharaan
3.pemberian pakan
 Jenis pakan yang diberikan adalah pellet dengan kandungan protein
minimal 35 %

21
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
 Pemberian pakan dilakukan 2 sehari yaitu pada pagi dan sore hari
dengan dosis 2-3% dari bobot tubuh

4.pengelolaan kualitas air


 Nyalakan pompa air laut
 Kemudian dilakukan penurunan air pada pagi hari sampai kapasitas
50%
 Selanjutnya air dinaikkan sampai penuh pada siang hari setelah itu
diturunkan kembalipada sore hasi sekitar 30%
 Pergantian air dilakukan minimal 200% perhari, kemudian
pompa pemasukan air dimatikan dan pompa resirkulasi air dari bak
tendon dinyalakan sampai pagi hari
5.pengendalian penyakit
 Apabila terdapat induk yang sakit, maka segera diambil dari bak
pemeliharaan induk kemudian ditempatkan dalam bak untuk di
identifikasi penyakitnya
 Setelah itu di obati berdasarkan jenis penyakit yang dideritanya
 Selelah itu induk dikembalikan pada bak pemeliharaan induk dan siap
untuk dipijahkan kembali
6.pemijahan
 Induk jantan yang siap dipijahkan adalah yang mengandung sperma
tingkat III yaitu pejantan yang mengeluarkan sperma cukup banyak
sewaktu dipijat dari bagian perut kearah lubang kelamin
 Pemijahan induk betina yang mengandung telur berdiameter lebih dai
750 mikron atau induk jantan yang mengandung sperma tingkat III
 Induk bandeng akan memijah pada saat bulan purnama

22
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
 Pemijahan umumnya terjadi pada malam hari, induk jantan
mengeluarkan sperma dan induk betina mengeluarkan telur sehingga
pertilisasi terjadi secara eksternal
 Setelah pemijahan dan pembuahan telur induk bandeng selesai,telur
akan terapung dalam air bak pemijahan
 Selanjutnya telur dipanen dengan menggunakan seser dan
dimasukkan kedalam ember yang berisi air laut dengan salinitas 35-40
ppt
7.penetasan telur
 Telur yang terkumpul segera dipindahkan ke dalam bak inkubasi
 Selanjutnya aliran air secara bertahap dihentikan untuk memudahkan
penyiponan detritus dan telur yang tidak di buahi
 Telur diinkubasi selama 6 jam kemudian dipindahkan kedalam bak
penetasan
 Pemindahan telur dilakukan dengan meningkatkan salinitas air
menjadi 40 ppt dengan penambahan garam dapur kedalam bak
inkubasi,selain itu bak penetasan telur juga diberi pasir agar suhu
tetap stabil
 Didalam air bersalinitas tinggi,telur-telurakan mengapung dan mudah
untuk diserok
 Telur ikan bandeng yang dibuahi akan menetas setelah 24-26 jamdari
awal pemijahan

8.Pemeliharaan Larva
Produksi pakan alami
a. Budidaya Chlorella
Kepadatan chlorella yang dihasilkan harus mampu mendukung
produksi larva yang dikehendaki dalam kaitan dengan ratio volume yang

23
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
digunakan dan ketepatan waktu. Wadah pemeliharaan chlorella skala kecil
menggunakan botol kaca/plastik yang tembus cahaya volume 3-10 liter
yang berada dalam ruangan bersih dengan suhu 23-25 0 C, sedangkan
untuk skala besar menggunkan wadah serat kaca volume 0,5-20 ton dan
diletakkan di luar ruangan sehingga langsung dengan kepadatan ± 10 juta
sel/m3. Panen chlorella dilakukan dengan cara memompa, dialirkan ke
tangki-tangki pemeliharaan rotifera dan larva bandeng. Pompa yang
digunakan sebaiknya pompa benam (submersible) untuk menjamin aliran
yang sempurna. Pembuangan dan sebelumnya telah disiapkan wadah
penampungan serta saringan yang bermata jarring 60-70 mikron,
berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer yang tertampung
pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung kepadatanya per
milimeter.

2. Rotifera.
Budidaya rotifera skala besar (HL) sebaiknya dilakukan dengan cara
panen harian yaitu sebagian hasil panen disisakan untuk bibit dalam
budidaya berikutnya (daily partial harvest). Sedangkan dilakukan dengan
cara panen penuh harian (batch harvest). Kepadatan awal bibit (inokulum)
sebaiknya lebih dari 30 individu/ml dan jumlahnya disesuaikan dengan
volume kultur, biasanya sepersepuluh dari volume wadah. Wadah
pemeliharaan rotifer menggunakan tangki serat kaca volume 1-10 ton
diletakkan terpisah jauh dari bak chrollela untuk mencegah kemungkinan
mencemari kultur chlorella dan sebaiknya beratap untuk mengurangi
intensitas cahaya matahari yang dapat mempercepat pertumbuhan
chlorella. Keberhasilan budidaya rotifer berkaitan dengan ketersediaan
chlorella atau Tetraselmis yang merupakan makanannya. Sebaiknya
perbandingan jumlah chlorella dan rotifer berkisar 100.000 : 1 untuk
mempertahankan kepadatan rotifer 100 individu/ml. Pada kasus-kasus

24
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
tertentu perkembangan populasi rotifer dapat dipacu dengan penambahan
air tawar sampai 23 ppt. Apalagi jumlah chlorella tidak mencukupi dapat
digunakan ragi (yeast) pada dosis 30 mg/1.000.000 rotifer. Panen rotifer
dilakukan dengan cara membuka saluran pembuangan dan sebelumnya
telah disiapkan wadah penampungan serta jaringan yang bermata jaring
60-70 mikro berukuran 40x40x50 cm, di bawah aliran tersebut. Rotifer
yang tertampung pada saringan dipindahkan ke wadah lain dan dihitung
kepadatannya per milimeter. Pencatatan tentang perkembangan rotifer
dilakukan secara teratur dan berkala serta data hasil pengamatan dicatat
untuk mengetahui perkembangan populasi serta cermat dan untuk bahan
pertimbangan pemeliharaan berikutnya

25
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kegiatan:

1. Penanganan Induk Bandeng

2. Penanganan Telur Bandeng

3. Penanganan Larva Bandeng

4. Pendederan Benih Bandeng

5. Panen Benih Bandeng

Adapun rincian dari masing-masing kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Penanganan Induk Bandeng

Penanganan induk bandeng merupakan kebutuhan yang sangat vital

bagi unit pembenihan bandeng. Penangkapan,pengankutan dan aklimatisasi

induk. Memerlukan penanganan yang serius untuk memperoleh induk yang

tidak cacat dan berkualitas prima. Induk bandeng yang potensial berumur 4

sampai 5 tahun, berat sekitar 4 kg dan panjang tubuh 0,5 meter sampai 0,6

meter. Secara prinsip ,faktor usia lebih diprioritaskan dari faktor berat

ataupun panjang tubuh.

. Menurut Anindiastuti, dkk (1997) bahwa ukuran calon induk sebaiknya

lebih dari 5 kg, namun ketersediaan calon induk seukuran itu sangat terbatas.

26
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Gambar 4. Induk ikan bandeng:

a. Sirkulasi Air

Sirkulasi air dilakukan dengan pergantian dengan pergantian air

minimal 200% perhari. Penurunan ketinggian air bak induk sampai 50% pada

pagi hari (08.30) sampai siang hari (12.00). Hal ini bertujuan untuk

menurunkan pertumbuhan teritip di dinding bak dan stressing induk agar

merangsang pematangan gonad. Ketinggian air dikembalikan ke batas

maksimal bak induk setelah jam 12.00. Pompa air laut 8 inchi dijalankan terus

menerus selama 24 jam.

b. Pemberian Pakan

Pemberian pakan induk dilakukan pada pukul 07.00/12.00/dan 17.00 Pakan

yang diberikan yaitu pakan dengan kandungan protein minimal 35%. Pemberian

pakan sebesar 2-3% perhari dari bobot tubuh. Pemberian pakan dilakukan perlahan-

lahan agar seluruh pakan yang diberikan tidak tersisa untuk meningkatkan kandungan

27
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
nutrisi pakan dilakukan pengkayaan kandungan pakan. Di BBAP Takalar bahan-

bahan yang digunakan untuk pengkayaan kandungan nutrisi pakan ikan

NO Bahan pengkayaan Komposisi Fungsi


Perangkat/meningkatkan
1 Telur bebek 5 butir/5kg
protein
Meningkatkan kualitas
2 Vitamain C 1000 mg/kg
telur
3 Minyak cumi 5% Aktraktan
bandeng antara lain telur, bebek,ikan, ikan rucah yang dihaluskan,

vitamin C dan minyak cumi

Gambar 4. Pakan yang diberikan pada induk bandeng

A. Pembersihan Bak Induk

Persiapan bak induk dilakukan dengan menurunkan air sampai ketinggian


40-50 cm, hal ini bertujuan agar induk tidak lompat. Debit sirkulasi
dimaksimalkan saat pembersihan bak induk. Pembersihan dinding dan lantai
baik induk menggunakan sekop dan sikat. Air di dalam bak dinaikkan sampai
batas normal ketika bak sudah bersih dari teritip, lumut dan endapan.
pemijahan

28
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Pemijahan berlangsung pada malam hari (tengah malam hinggga dini
hari) induk jantang mengeluarkan sperma, Telur bandeng yang dibuahi akan
terapung pada permukaan air yang bersalinitas 35 ppt dan berwarna putih
bening dengan ukuran 1.1-1.3 ml, sedangkan yang tidak terbuahi akan
tenggelam dan berwarna putih keruh. Fekundisar berkisar antara 150.,000 –
200.000 butir. Stadia perkembangan telur telah di uraikan oleh Bagarinao
(1990) dan Ahmad, et al., (1993). Setelah hamper semua telur telah
terkumpul, dilakukan pemisahaan telur yang baik denganm yang rusak dan
penghitungan. Pemisahan telur dengan menaikkan hingga 40 ppt setelah itu
dilakukan penghitungan dengan cara sampling lalu telur dapat di inkubasi di
bak pemeliharaan larva atau bak penetasan
.

2. Penanganan Telur Bandeng

Tahapan tahapan dalam penangan telur bandeng dilokasi praktek

adalah mencakup sebagai berikut:

a. Pesiapan bak penetasan

Bak penetasan yang juga sebagai bak larva dibersihkan dengan

menggunakan sikat dan sabun/deterjen sampai bersih. Pembilasan dilakukan

berulang-ulang sampai tidak tercium lagi bau sabun/deterjen setelah itu di isi

sampai penuh. Pengaturan letak aerasi dalam bak 6 ton di pasang 2 buah

aerasi dengan kecepatan rendah

29
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
b. Pemanenan Telur

Telur yang ditampung di egg collektor pukul 07.00 diseser dengan

menggunakan seser yang halus dan dimasukkan dalam ember 10 liter.

Telur dalam ember tersebut dipindah dalam bak inkubasi berupa fiber

kerucut volume 100 liter yang diberi aerasi. Proses inkubasi dilakukan

pada bak kerucut 100 liter air dengan aerasi yang kuat dan dilakukan

penambahan garam sampai salinitas 40 ppt hal ini dilakukan untuk

mendapatkan telur yang kualitasnya bagus. Inkubasi dilakukan selama 4

– 6 jam.

Gambar 5. Egg collector (kolektor telur)

30
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
c. Seleksi Telur

Telur yang telah di inkubasi diputar dengan menggunakan tangan

kemudian aerasi dimatikan. Setelah air tenang di dalam bak maka akan

terlihat telur yang bagus dan telur yang tidak bagus kualitasnya. Telur yang

bagus terlihat melayang di permukaan air sedangkan telur yang jelek akan

tenggelam. Telur yang tenggelam disipon sampai bersih sedangkan telur

yang melayang diseser dan dimasukkan dalam ember 10 liter dengan aerasi.

Jumlah telur dilakukan dengan menggunakan metode sampling, yaitu

dengan cara mengambil 10 ml air dan menghitung telur didalamnya. Hal ini

dilakukan sebanyak 3 kali dan hasilnya dirata- ratakan. Hal tersebut di

konversikan dengan luasan ember 10 liter sehingga di peroleh jumlah telur

yang berkualitas. Telur yang telah dihitung di tebar dalam bak penetasan/bak

larva dengan kepadatan 20 – 30 telur/liter. Penebaran telur dilakukan secara

perlahan-lahan dan disebar merata dalam bak.

3. Penanganan Larva Bandeng

Larva ikan bandeng yang baru menetas belum mempunyai pigmen

mata dan belum terbentuk sirip. Kantong telurnya masih menempel dibagian

dibagian depan mendekati kepala dan mulut belum terbentuk. Larva ikan

bandeng yang baru menetas mempunyai panjang 3 mm.

31
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Larva umur 0-2 hari belum diberi pakan karena masih memiliki

cadangan makanan. Pakan diberikan setelah larva berumur 3 hari. Pakan

yang diberikan adalah pakan alami berupa rotifera dengan kepadatan 15

ind/ml dalam bak larva. Pemberian pakan alami diberikan pada pagi, siang

dan sore hari. Kepadatan rotifera minimal 25 ind/ml di pertahankan setelah

larva berumur di atas 6 hari. Pakan alami terus diberikan sampai larva siap

panen atau dipindahkan ke dalam bak pendederan.

Pengamatan kesehatan larva dilakukan secara visual dengan melihat

pergerakan larva setiap hari. Larva yang baik pada umumnya bergerak lincah

dan bergerombol serta aktif menangkap pakan alami yang di berikan.

Pergantian air dilakukan pada saat larva berumur 10-11 hari dengan cara

menyipon dengan selang yang diberi waring pada ujungnya sehingga larva

ikut tersedot. Untuk pengamatan kualitas air dilakukan dengan pengukuran

kualitas air setiap hari yang meliputi suhu, oksigen terlarut, derajat keasaman

(pH).

4. Pendederan benih Bandeng

Larva bandeng yang telah berumur 20 hari ke atas telah siap untuk

dipindahkan ke bak pendederan atau telah telah di rasa cukup kuat untuk

panen. Pendederan dilakukan sebelum induk dipasarkan hal ini dimaksudkan

agar benih bandeng betul-betul sudah siap dan kuat untuk di tebar di lahan

32
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
budidaya atu ke petani. Adapun tahapan-tahapan dalam pendederan

bandeng adalah sebagai berikut:

a. Persiapan bak

Bak pendederan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan

sabun/deterjen sampai bersih. Pembilasan dilakukan berulang-ulang samapi

tidak tercium lagi bau sabun/deterjen. Setelah kering kemudian di isi air;

a. Pemberian pakan

Larva bandeng diberikan pakan berupa pakan buatan dengan

kandungan protein minimum 37% diberikan dengan gosis 5% perhari. Pakan

buatan ini berbentuk bubuk dan diberikan 3 kali sehari pada pukul

07.30,/12.30/dan 16.30. pakan yang diberikan disebar merata dalam bak

pendederan. Pemberian pakan terus dilakukan sampai benih berukuran 3-5

cm atau sudah siap panen.

b. Sirkulasi air

Pergantian air pada bak pendederan dilakukan setiap hari dengan

cara menyipon dengan selang yang diberi waring pada ujungnya sehingga

larva tidak tersedot. Pergantian air dilakukan sebesar 30-50% perhari.

33
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
Pengamatan kesehatan benih dilakukan secara visual dengan melihat

pergerakan larva setiap hari. Larva yang baik pada umumnya bergerak licah

dan bergerombol secara aktif menangkap pakan yang diberikan.

5. Panen Benih Bandeng

Benih bandeng yang siap panen telah berukuran 3-5 cm atau sudah

terlihat pergerakannya lincah atau sehat. Peralatan-peralatan yang

digunakan untuk panen yaitu seser, baskom dan plastik dicuci bersih dan

peralatan lainnya yaitu tabung oksigen, regulator dan karet diletakkan pada

tempat yang memudahkan pemanenan atau sedekat mungkin dengan lokasi

panen.

Adapun langkah-langkah dalam pemanenan adalah proses pertama

menyipon bak sampai bersih selanjutnya air di turunkan sampai ketinggian

hanya sekitar 5 cm. Panen dilakukan dengan menggunakan seser,

selanjutnya di pindahkan kedalam baskom yang berisi air mengalir. Tahap

selanjutnya di adakan penghitungan jumlah benih dengan sampling basah

yaitu menghitung jumlah benih dalam baskom sampai 1000 ekor inilah yang

menjadi dasar kepadatan benih untuk penghitungan baskom selanjutnya.

Selanjutnya dilakukan pengemasan yaitu dengan cara mengisi

kantong panen diameter 45 cm dengan air sebanyak ketinggian plastik

dan benih bandeng dimasukkan sebanyak 2000 ekor/kantong. Pemberian

34
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
oksigen pada kantong panen dan pengikatan kantong panen dengan

menggunakan karet sehingga kantong benar-benar aman dari kebocoran

selanjutnya kantong tersebut dimasukkan dalam kardus atau styrofoam.

35
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1993. Pedoman Teknis Pembenihan Ikan Bandeng.


Deptan BPPT. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Asliyanti, T. 1994. Pembenihan bandeng. Departemen Pertanian. BP3
Gondol Bali.
Gapasin R.S.J and MarteC.L, 1990. Milk Fish Hatchery Operations.
Aquaculture
Departemen. Southeast Asian Fisheries Developmen Center.
Philippines.
Murtijo, B.A..2002. Bandeng. Kanisius Jakarta.
SNI : 01 – 6148 – 1999, Induk Ikan Bandenmg (Chanos chanos
Forskal) kelas induk pokok (Parent Stock)
SNI : 01 – 6149 – 1999, Benih Ikan Bandeng (Chanos chanos Forskal)
kelas benih sebar.

36
Teknik Pembenihan Bandeng (Chanos-chanos Forskal)

Anda mungkin juga menyukai