Dengan Mudah
Budidaya udang vaname air tawar bisa dilakukan dengan dua cara yakni secara modern dan juga
tradisional. Namun dalam ulasan kali ini, kami akan membahas tentang cara budidaya udang vaname
tradisional sebagai panduan anda.
Udang vaname sendiri memiliki keunggulan berupa pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap wabah
penyakit dan juga pemeliharaannya yang terbilang singkat sekitar 100 hingga 110 hari. Jadi udang
vaname cukup cocok bagi anda yang baru ingin mencoba budidaya udang.
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya udang vaname tradisional seperti
berikut ini.
1. Persiapan Tambak
Untuk langkah awal persiapan tambak seperti budidaya ikan bawal, maka harus dikeringkan
hingga dasar untuk menghindari lumut serta lumpur. Apabila pH dasar tambak lebih rendah
dari 6, maka pakai kapur pertanian sebanyak 840 kilogram per Ha dan jika tidak bisa
mengeringkan tambak, maka pakai pupuk dasar nitrat sebanyak 15 gram per meter persegi
untuk daerah yang berair dan mengandung bahan organik. Pastikan semua hewan yang ada
dalam tambak pada siklus sebelumnya sudah hilang dan dibasmi agar tidak menjadi pesaing
udang dalam mencari pakan alami.
2. Pemupukan Tambak
Sebelum air diisi, maka tambak sebaiknya juga diberikan pupuk organik dan anorganik yang
disebarkan secara merata pada dasar tambak dengan dosis pupuk organik sebanyak 150 hingga
200 kilogram per ha dan pupuk anorganik sebagai sumber nitrogen sebanyak 25 hingga 50
kilogram per ha seperti pada budidaya lobster air tawar di kolam terpal. Pupuk organik bisa
berupa tepung gandum, dedak, kulit padi, jagung, tepung kedelai, biji kapas atau pupuk
kompos.
Sedangkan untuk pupuk anorganik bisa memakai pupuk ammonium, urea, nitrat, kalsium atau
diammonium phosphat. Untuk kotoran ayam dan sapi bisa dipakai sebagai pupuk organik, akan
tetapi kotoran ayam yang dipakai harus merupakan pupuk yang bebas dari pestisida dan jika
ingin memakai pupuk kotoran ayam, maka dosisnya adalah antara 1000 sampai 2000 kg per ha.
Pupuk organik sebaiknya ditebar secara merata pada permukaan dasar tambak agar
memudahkan udang dan plankton mendapatkan pupuk organik seperti selulosa atau komponen
yang tidak tercerna pada dasar tambak. Selain itu juga harus diaduk dengan tongkat kayu.
3. Mengisi Tambak Dengan Air
Hal yang harus diperhatikan adalah air dalam kolam. Agar tambak tidak mengalami perubahan
drastis maka kedalaman air harus dipertahankan 1 hingga 1.5 meter.
4. Kepadatan Algae
Kepadatan algae diukur dengan cara mencelupkan seci dish dalam air tambak dan melihat skala
senti pada tongkat kemudian dicatat. Perbaikan kepadatan algae tambah wajib dilakukan jika
sechi dish diatas 45 cm atau dibawah 35 cm. Saat melebihi 45 cm maka harus ditambahkan
dengan pupuk, sedangkan jika dibawah 35 cm maka jangan tambahkan pupuk. Pergantian air
juga dibutuhkan untuk menurunkan kepadatan algae.
Dalam pola tradisional, hal yang harus diperhatikan adalah ketersediaan algae plankton dalam
tambak. Algae ini harus mencukupi sesuai dengan kebutuhan agar ketersediaan pakan alami
udang bisa terpenuhi sekaligus mempertahankan kondisi kimiawi air untuk mendukung
perkembangan udang.
Apabila konsentrasi phospat air di sekitar pintu air lebih rendah dari 0.2 ppm, maka phospat
harus ditambahkan sebagai sumber fosfor dalam bentuk pupuk buatan. Tambahkan sebanyak
20 sampai 25 kilogram pupuk dasar nitrogen dan satu bagian fosfor. Selain itu anda juga bisa
melakukan uji coba untuk menentukan pilihan terbaik dalam memilih jenis pupuk. Pemakaian
pupuk fosfor ini sangat disarankan ditambahkan pada wadah pengisian air, sebab jika
dilakukan pada saat dasar tambak masih kering, maka sebagian pupuk akan hilang membentuk
senyawa kimia dengan partikel tanah.
5. Mengontrol Pemupukan
Pemupukan algae dilakukan dengan cara pengaturan pemupukan dengan cara meningkatkan
konsentrasi algae di tambak berbeda dengan budidaya udang vaname dengan plastik mulsa.
Sebagian besar tambak udang tradisional akan menerapkan aturan baku pemupukan yang
dilakukan berkala dan selama masa pemeliharaan tersebut tidak dilakukan dengan
mempertimbangkan kepadatan algae tambak atau kondisi lingkungan. Akan tetapi, pemberian
pupuk tanpa memperhatikan kepadatan algae dan keadaan cuaca bisa memberikan dampak
buruk pada udang.
6. Pemberian Ca
Saat pergantian air tidak bisa dilakukan dan menghentikan pemberian pupuk tidak bisa
menekan kepadatan algae, maka calcium hidroksida atau kapur bakar bisa diberikan untuk
menurunkan populasi algae yang sedang tumbuh melebihi batas yang diperlukan.
Pemberantasan Hama
Hal yang sangat penting dalam suksesnya budidaya ini adalah memberantas hama, karena tidak
sedikit petambak yang gagal karena mereka tidak memberantas ikan yang menjadi hama bagi udang
vaname.
Biasanya ikan ini akan menjadikan udang vaname yang masih kecil menjadi makanan meraka.
Gunakan sapion 15-20 ppm (7,5 hingga 10 kg/ha) dengan tinggi tambak 5cm dalam memberantas
hama ikan ini.
Pemupukan
Sebaiknya tambak diberi pupuk organik dan anorganik. Pupuk ini harus disebarkan secara
merata dengan dosis yang sesuai. Berikut ini adalah dosis untuk pemberian pupuk pada tambak udang
vaname;
Wajib
Pupuk organic 150 – 200 kg / ha
Pupuk anorganic sebagai sumber nitrogen 25 – 50 kg /ha
Pilihan
Pupuk pospahat 20:1 (N:P)
Silikat 10 kg/ha
Pupuk organik ini bisa berupa tepung gandum, tepung kedelai, kulit padi, dedak, jagung, biji kapas,
kotoran hewan dan sejenisnya. Pupuk ini desebarkan dengan merata di permukaan dasar tambak.
Sumber yang paling bagus untuk pupuk organik adalah Ammonium Nitrat, Urea, Calcium Nitrat dan
Diammonium Phospat (DAP). Apabila ingin menggunakan pupuk silikat maka gunakanlah larutan
Sodium Metasilikat.