Anda di halaman 1dari 8

13 Cara Budidaya Udang Vaname Tradisional

Dengan Mudah

Budidaya udang vaname air tawar bisa dilakukan dengan dua cara yakni secara modern dan juga
tradisional. Namun dalam ulasan kali ini, kami akan membahas tentang cara budidaya udang vaname
tradisional sebagai panduan anda.
Udang vaname sendiri memiliki keunggulan berupa pertumbuhan yang cepat, tahan terhadap wabah
penyakit dan juga pemeliharaannya yang terbilang singkat sekitar 100 hingga 110 hari. Jadi udang
vaname cukup cocok bagi anda yang baru ingin mencoba budidaya udang.
Ada beberapa persiapan yang harus dilakukan dalam budidaya udang vaname tradisional seperti
berikut ini.
1. Persiapan Tambak
Untuk langkah awal persiapan tambak seperti budidaya ikan bawal, maka harus dikeringkan
hingga dasar untuk menghindari lumut serta lumpur. Apabila pH dasar tambak lebih rendah
dari 6, maka pakai kapur pertanian sebanyak 840 kilogram per Ha dan jika tidak bisa
mengeringkan tambak, maka pakai pupuk dasar nitrat sebanyak 15 gram per meter persegi
untuk daerah yang berair dan mengandung bahan organik. Pastikan semua hewan yang ada
dalam tambak pada siklus sebelumnya sudah hilang dan dibasmi agar tidak menjadi pesaing
udang dalam mencari pakan alami.

2. Pemupukan Tambak
Sebelum air diisi, maka tambak sebaiknya juga diberikan pupuk organik dan anorganik yang
disebarkan secara merata pada dasar tambak dengan dosis pupuk organik sebanyak 150 hingga
200 kilogram per ha dan pupuk anorganik sebagai sumber nitrogen sebanyak 25 hingga 50
kilogram per ha seperti pada budidaya lobster air tawar di kolam terpal. Pupuk organik bisa
berupa tepung gandum, dedak, kulit padi, jagung, tepung kedelai, biji kapas atau pupuk
kompos.
Sedangkan untuk pupuk anorganik bisa memakai pupuk ammonium, urea, nitrat, kalsium atau
diammonium phosphat. Untuk kotoran ayam dan sapi bisa dipakai sebagai pupuk organik, akan
tetapi kotoran ayam yang dipakai harus merupakan pupuk yang bebas dari pestisida dan jika
ingin memakai pupuk kotoran ayam, maka dosisnya adalah antara 1000 sampai 2000 kg per ha.
Pupuk organik sebaiknya ditebar secara merata pada permukaan dasar tambak agar
memudahkan udang dan plankton mendapatkan pupuk organik seperti selulosa atau komponen
yang tidak tercerna pada dasar tambak. Selain itu juga harus diaduk dengan tongkat kayu.
3. Mengisi Tambak Dengan Air
Hal yang harus diperhatikan adalah air dalam kolam. Agar tambak tidak mengalami perubahan
drastis maka kedalaman air harus dipertahankan 1 hingga 1.5 meter.

4. Kepadatan Algae
Kepadatan algae diukur dengan cara mencelupkan seci dish dalam air tambak dan melihat skala
senti pada tongkat kemudian dicatat. Perbaikan kepadatan algae tambah wajib dilakukan jika
sechi dish diatas 45 cm atau dibawah 35 cm. Saat melebihi 45 cm maka harus ditambahkan
dengan pupuk, sedangkan jika dibawah 35 cm maka jangan tambahkan pupuk. Pergantian air
juga dibutuhkan untuk menurunkan kepadatan algae.
Dalam pola tradisional, hal yang harus diperhatikan adalah ketersediaan algae plankton dalam
tambak. Algae ini harus mencukupi sesuai dengan kebutuhan agar ketersediaan pakan alami
udang bisa terpenuhi sekaligus mempertahankan kondisi kimiawi air untuk mendukung
perkembangan udang.
Apabila konsentrasi phospat air di sekitar pintu air lebih rendah dari 0.2 ppm, maka phospat
harus ditambahkan sebagai sumber fosfor dalam bentuk pupuk buatan. Tambahkan sebanyak
20 sampai 25 kilogram pupuk dasar nitrogen dan satu bagian fosfor. Selain itu anda juga bisa
melakukan uji coba untuk menentukan pilihan terbaik dalam memilih jenis pupuk. Pemakaian
pupuk fosfor ini sangat disarankan ditambahkan pada wadah pengisian air, sebab jika
dilakukan pada saat dasar tambak masih kering, maka sebagian pupuk akan hilang membentuk
senyawa kimia dengan partikel tanah.
5. Mengontrol Pemupukan
Pemupukan algae dilakukan dengan cara pengaturan pemupukan dengan cara meningkatkan
konsentrasi algae di tambak berbeda dengan budidaya udang vaname dengan plastik mulsa.
Sebagian besar tambak udang tradisional akan menerapkan aturan baku pemupukan yang
dilakukan berkala dan selama masa pemeliharaan tersebut tidak dilakukan dengan
mempertimbangkan kepadatan algae tambak atau kondisi lingkungan. Akan tetapi, pemberian
pupuk tanpa memperhatikan kepadatan algae dan keadaan cuaca bisa memberikan dampak
buruk pada udang.

6. Pemberian Ca
Saat pergantian air tidak bisa dilakukan dan menghentikan pemberian pupuk tidak bisa
menekan kepadatan algae, maka calcium hidroksida atau kapur bakar bisa diberikan untuk
menurunkan populasi algae yang sedang tumbuh melebihi batas yang diperlukan.

7. Menangani Penyakit Udang


Untuk mengatasi penyakit udang seperti cara budidaya udang hias, maka gunakan bibit vename
SPF bebas penyakit yang sudah layak untuk dibudidayakan sebab bisa memberikan keuntungan
dibandingkan memakai udang yang belum mampu SPF. Bibit vename juga harus sudah
dipelihara dengan selektif agar memastikan jika bibit udang tahan dengan penyakit tertentu
seperti Taura Syndrom Virus [TSV].

8. Perawatan Kesehatan Lingkungan


Baik dalam budidaya udang galah, budidaya lobster air tawar dan sebagainya,, maka cara
terbaik untuk menghindari penyakit adalah dengan menjaga kesehatan lingkungan air tambak
dan pertahankan kestabilan airnya. Saat air tambak memburuk seperti contohnya DO yang
rendah, maka perubahan pH ekstrim antara siang dan malam akan terjadi sehingga udang
menjadi lemah sekaligus mudah terserang penyakit dari lingkungan tambak. Selain itu,
pemeliharaan lingkungan tambak juga akan menurunkan risiko infeksi virus serta bakteri pada
tambak serta lingkungan.

9. Ciri Ciri Bibit Berkualitas


Sebelum benih udang ditebar, maka harus diperhatikan ciri ciri benih udang yang berkualitas
yakni:
 Udang memiliki ukuran yang seragam
 Udang memiliki gerakan yang lincah dan bisa menantang arus
 Memiliki respon yang baik terhadap gerakan
 Memiliki warna putih yang transparan
 Bagian kaki kakinya bersih
 Isi usus tidak putus

10. Penebaran Bibit Udang


Penebaran bibit udang harus dilakukan dari area tambak hijau dilanjutkan dengan tambak
kuning dan yang terakhir adalah zona merah. Cara ini dilakukan agar tambak pertama yang
ditebari bibir akan menghasilkan panen lebih baik. Persiapkan benih udang vename dan
pastikan bibit yang dipilih merupakan bibit siap tebar yakni antara usia 6 hingga 10 hari.
Penebaran bibit dilakukan dengan cara menyesuaikan pH air agar benih bisa menyesuaikan
dengan suhu dalam tambak.
Cara budidaya udang vaname tradisional dilakukan dengan cara menebar bibit yang
diapungkan lebih dahulu saat udang masih ada dalam plastik selama kurang lebih 15 menit.
Sesudah itu, kantung bisa dibuka dan dipindahkan ke dalam tambak yang merupakan cara
terbaik untuk menurunkan angka kematian benih udang vaname.

11. Pakan Udang Vaname


Pakan untuk udang vaname yang dianjurkan adalah pelet dengan kandungan protein sebanyak
30% seperti budidaya udang air tawar di aquarium. Sementara untuk jumlah pakan disesuaikan
dengan umur udang atau memakai ukuran berat udang dan masa pertumbuhan dari udang.
Pemberian pakan ini dilakukan antara 2 hingga 3 kali sehari. Pakan udang vaname juga bisa
dibuat sendiri dengan sumber alami seperti bekicot atau keong yang tinggi akan protein atau
juga bisa menggunakan ikan rucah yang relatif murah.
Pakan ini diberikan pada saat udang sudah berumur 15 hari yang juga bisa menggunakan pakan
pabrikan seperti manggalindo, gold coin, grobest dan sebagainya. Sementara untuk pakan
tambahan bisa diberikan jagung pecah yang dimasak dan dicampur dengan zat additive untuk
menambah aroma, vitamin dan juga probiotik. Udang vaname umumnya bisa menghabiskan
pakan dalam waktu 3 jam dan jika kurang dari 3 jam pakan sudah habis maka bisa ditambahkan
lagi.
Sementara untuk pemberian pakan buatan dilakukan 2 kali sehari yakni pagi dan sore hari.
Sesudah 3 jam pakan buatan habis, maka bisa diberikan pakan lain sebanyak yang bisa
dihabiskan dalam waktu 9 jam. Untuk merangsang nafsu makan udang dna menambah vitalitas
udang, maka bisa diberikan vitamin portovite yang vitamin untuk ayam dengan dosis 1 sendok
maka per 10 kilogram pakan.
Cara pemberian vitamin ini adalah 1 sendok vitamin yang di rendam dalam 1 liter air dan
tambahkan dengan 3 butir telur ayam yang sudah dikocok. Campurkan air tersebut pada pakan
udang dan biarkan supaya meresap selama beberapa menit. Pakan kemudian dimasukkan dalam
anco dan sebagian lagi ditebar di tambak. Jumlah anco dalam satu tambak adalah 2 hingga 4
anco dan jumlah pakan pada anco adalah 5% dari total pakan.

12. Masa Pemeliharaan Udang Vaname


Pada masa pemeliharaan udang vaname ini harus diperhatikan perkembangan benur hingga
menjadi udang yang siap panen. Selama proses pemeliharaan, maka suhu dan pH air harus
diperhatikan. Kandungan oksigen serta kedalaman air juga harus diperhatikan serta
ditambahkan juga dengan pemupukan urea serta TPS dan pemberian probiotik seminggu sekali
untuk menjaga kestabilan pertumbuhan plankton. Sesudah benur berumur 70 hari, maka sudah
bisa diberikan akan dan pemberian plankton bisa dikurangi serta jaga keseimbangan air hingga
udang berumur 100 hari.
13. Panen Udang Vaname
Panen udang vaname ini dilakukan sesudah umur udang mencapai 100 hingga 110 hari saat
panen dan persiapan harus dipersiapkan seperti keranjang untuk panen, jaring yang dipasang
pada pintu air, jala lempar, styrofoam dan juga ember, lampu penerangan serta baskom.
Panen udang dilakukan dengan cara menurunkan air memakai pompa yang dilakukan pada
malam hari untuk menurunkan kerusakan mutu udang. Udang yang baru di panen sangat peka
terhadap sinar matahari sehingga harus dipanen pada malam hari dan hasil tangkapan harus
dicuci dan direndam dalam es.
Mengenal Teknis Budi Daya Udang Vannamei yang Baik
Perpindahan komoditas budi daya dari udang windu ke udang vannamei tidak semudah
membalikkan telapak tangan. Perpindahan dilakukan bukan tanpa sebab, yaitu karena menurunnya
stok induk mau pun benur udang windu, yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah petambak
yang panen lebih awal (udang ukuran kecil). Kini komoditas udang vannamei mulai diminati oleh
sebagian petambak, walaupun pada kenyataannya komoditas udang windu masih menjadi idola. Dapat
dilihat dari harga penjualan udang windu yang semakin meningkat. Bermula dari Tahun 2011 udang
vannamei atau lebih dikenal dengan nama udang putih mulai dikenal petambak melalui radio dan
obrolan mulut ke mulut. Proses budi daya yang hanya digeluti oleh petambak yang bermodal saja tidak
membuat gentar petambak lain yang masih setia dengan udang windu. Namun, seiring waktu berlalu
budi daya udang windu banyak mengalami kendala. Kematian di awal budi daya udang windu serta
jenis pakan yang mengandung bahan pengawet membuat petambak di Kabupaten Pinrang mencoba
untuk mulai membudidayakan udang vannamei. Walaupun hasilnya tidak cukup memuaskan di awal
percobaan setidaknya ada keuntungan yang diperoleh petambak.
Pasalnya masih belum banyak yang mengetahui cara budi daya udang vannamei yang baik.
Bermodalkan cara budi daya udang windu mereka modifikasi, petambak di Desa Tasiwali’e mulai
membudidayakan udang Vannamei di Tahun 2015.
Dengan tujuan untuk memberikan pengetahuan dan tata cara budi daya udang vannamei berkelanjutan,
pada Oktober 2017 lalu, WWF-Indonesia melaksanakan pertemuan bersama petambak di Desa
Tasiwali’e, Kecamatan Suppa. Dengan menghadirkan pemateri yang merupakan teknisi budi daya
udang sistem intensif setempat, yaitu Muh. Hamzah, S.Pi, membuka kelas diskusi mengenai persiapan
lahan tambak dan pengelolaan pakan. Menurut Muh Hamzah, 60% keberhasilan budi daya udang
ditentukan dari persiapan lahannya. ”Masalah utama yang ditemukan dalam budi daya adalah adanya
amoniak di dalam lumpur, media utama tempatnya bersarang bakteri seperti vibrio,” jelasnya. Maka,
untuk mengatasi hal tersebut dapat dilakukan dengan pengeringan lahan tambak, pembajakan dan
pengangkatan lumpur yang dapat dilakukan jika memungkinkan. Selain itu, pemberian probiotik
merupakan alternatif untuk mempercepat proses penguapan. Saat pengeringan lahan perlu diberi kapur
bakar di dasar tambak dan pada pematang, agar saat pengangkatannya lumpur akan turun kembali
ketika hujan. Selanjutnya, perlu dilakukan sterilisasi dalam persiapan pengairan untuk menghambat
pertumbuhan lumut, membasmi ikan-ikan liar dan kerang-kerangan. “Dalam budi daya udang
vannamei pupuk tidak dibutuhkan. Walaupun dapat memicu pertumbuhan plankton, namun dapat
mempercepat proses rusaknya air. Cukup dengan pemberian dedak fermentasi saja jika menggunakan
budi daya sistem Intensif.” Terang Muh Hamzah dalam presentasinya.
Melihat pola pemberian pakan cara penentuan jumlah berdasarkan perilaku udang dalam
tambak perlu diperharikan karena nafsu makan udang dapat berubah tiap waktu. Muh Hamzah juga
menjelaskan bahwa udang akan malas makan saat melakukan molting (pergantian kulit secara reguler
seiring pertumbuhan tubuh udang), sehingga dosis pemberian pakan dapat dikurangi agar tidak terjadi
pemborosan dan penumpukan sisa pakan yang bisa meningkatkan amoniak. DO atau kandungan
Oksigen dalam air akan menurun pada malam hari sehingga pemberian pakan pada malam hari
sebaiknya dikurangi untuk mengurangi aktivitas yang dapat menurunkan DO pada tambak. Jika
terdapat alat berupa kincir sebaiknya mulai di aktifkan pada sore hari, sebab awal penurunan DO mulai
terjadi. Menurut petambak materi pengelolaan pakan ini sangat membantu petambak, sebab
pengalaman dalam pemberian pakan masih kurang dan pemberian dosis belum dilakukan perhitungan
secara tepat, petambak dapat membandingkan cara pemberian pakan yang mereka pakai dengan materi
yang diberikan. Di akhir pertemuan Muh Hamzah membahas tentang jenis-jenis penyakit pada udang
vannamei. Faktanya, petambak lebih baik mencegah penyakit yang bisa menyerang udang dibanding
mengobatinya dengan persiapan lahan yang baik, selalu menjaga kualitas air tambak, serta pemenuhan
kualitas nutrisi udang. Kelas Vannamei ini rencananya berlangsung selama enam kali pertemuan atau
menyesuaikan dengan kebutuhan anggota kelompok vannamei. Harapannya, dengan tambahan
informasi dan diskusi terbuka melalui kelas vannamei ini, petambak dapat lebih memperbaiki
manajemen budidayanya, sehingga lebih produksi meningkat dan para petambak dapat konsentrasi
untuk perbaikan lingkungan sekitar tambak.
Cara Budidaya Udang Vaname dengan
Berbagai Teknik Lengkap Beserta Tahapannya
Budidaya udang vaname adalah bisnis yang sangat menjanjikan jika ditekuni dengan sungguh-
sungguh. Kini masyarakat yang mulai terjun dalan dunia budidaya mulai melirik usaha ini dan mencari
bagaimana cara budidaya udang vaname secara tradisional.
Udang vaname ini memiliki nilai jual yang sangat tinggi karena rasanya yang enak serta cukup
kuat dari serangan penyakit serta cuaca yang tidak menentu. Cara budidaya udang vaname secara
tradisional ini sangat cocok bagi para pemula.

Habitat Udang Vaname


Pada dasarnya udang adalah hewan yang hidup di perairan seperti di laut, sungai serta danau.
Udang bisa ditemukan dengan mudah pada genangan air yang berukuran besar seperti di air tawar, air
payau dan air asin dengan tingkat kedalaman yang bervariasi pula.
Udang Vaname adalah salah satu dari sekian banyak jenis udang yang belakangan ini sering
diminati dan menjadi buruan masyarakat. Terdapat beberapa keunggulan dari udang ini yakni masa
pertumbuhan yang cepat, tahan dari serangan penyakit.
Pembudidaya udang menganggap bahwa udang ini hanya bisa dibudidayakan secara intensif.
Namun hal ini salah total, ternyata udang vaname pun bisa dibudidayakan dencan pola tradisional.
Bahkan pola tradisional dapat lebih baik daripada pola intentsif.

Budidaya Udang Vaname Secara Tradisional


Pola tradisional juga lebih menguntungkan karena dapat panen dalam jumlah yang lebih
banyak. Teknologi yang ada saat ini hanya tersedia untuk pola intesif. Luas tambak di Indonesia bisa
mencapai sekitar 360.000 ha dan digarap oleh petambak yang masih kurang mampu.
Informasi dalam mengolah udang vaname secara tradisional masih sangat terbatas hingga saat
ini. Maka berikut ini akan dijelaskan dengan rinci cara budidaya udang vaname;

Persiapan Pengeringan Tambak


Udang Vaname adalah udang yang air tambak yang sering dipelihara dengan genangan air
payau. Maka hal pertama yang harus dipersiapkan adalah menyiapkan lahan tambak yang kandungan
airnya sesuai serta memiliki kedalaman yang pas.
Buang air tambak serta hilangkan ikan yang jadi pemangsa udang vaname dengan saponin. Jika
masih terdapat genangan air, maka pompa lah hingga benar-benar kering dan diamkan tambak dalam
keadaan kosong selama 3 hari.
Jika tambak benar-benar kering, maka kemungkinan besar bakteri patogen yang berbahaya bagi
udang pun akan musnah. Aliran air harus terus diperhatikan saat terjadi pasang surut, aliran air ini
harus terus lancar untuk kualitas yang baik dari udang vaname ini.

Pemberantasan Hama
Hal yang sangat penting dalam suksesnya budidaya ini adalah memberantas hama, karena tidak
sedikit petambak yang gagal karena mereka tidak memberantas ikan yang menjadi hama bagi udang
vaname.
Biasanya ikan ini akan menjadikan udang vaname yang masih kecil menjadi makanan meraka.
Gunakan sapion 15-20 ppm (7,5 hingga 10 kg/ha) dengan tinggi tambak 5cm dalam memberantas
hama ikan ini.
Pemupukan
Sebaiknya tambak diberi pupuk organik dan anorganik. Pupuk ini harus disebarkan secara
merata dengan dosis yang sesuai. Berikut ini adalah dosis untuk pemberian pupuk pada tambak udang
vaname;
Wajib
 Pupuk organic 150 – 200 kg / ha
 Pupuk anorganic sebagai sumber nitrogen 25 – 50 kg /ha
Pilihan
 Pupuk pospahat 20:1 (N:P)
 Silikat 10 kg/ha

Pupuk organik ini bisa berupa tepung gandum, tepung kedelai, kulit padi, dedak, jagung, biji kapas,
kotoran hewan dan sejenisnya. Pupuk ini desebarkan dengan merata di permukaan dasar tambak.
Sumber yang paling bagus untuk pupuk organik adalah Ammonium Nitrat, Urea, Calcium Nitrat dan
Diammonium Phospat (DAP). Apabila ingin menggunakan pupuk silikat maka gunakanlah larutan
Sodium Metasilikat.

Pengisisian Air Tambak


Tahapan selanjutnya adalah pengisian air tambak. Tahapan ini dilakukan ketika seluruh
persiapan dasar tambak telah selesai. Air yang dimasukan ke dalam tambak harus secara bertahap.
Biarkan air ada dalam tambak selama kurang lebih dua hingga tiga minggu. Hal ini dilakukan agar
suhu dan pH pada air tetap normal.

Penebaran Benur Vaname


Benur merupakan anak udang Vaname yang siap ditebarkan di dalam tambak yang sudah siap.
Sebelum benur ditebar, maka terlebih dahulu harus dilakukan aklimatisasi terhadap suhu dengan cara
mengapungkan kantong yang berisi benur ke dalam tambak
Lalu siram benur itu secara perlahan, aklitimasi terhadap sanitasi dilakukan dengan cara
membuka kantong tadi dan sedikit demi sedikit diberi air tambak selama 15 hingga 20 menit.
Selanjutkan kantong benur dimiringkan dan udang vaname kecil akan keluar dengan sendirinya.
Usahakan tahap ini dilakukan pada siang hari.

Pemeliharaan Udang Vaname


Proses pemeliharaan dari benur udang vaname ini sangat penting dan perlu diperhatikan setiap
harinya. Pemeliharaan ini mulai dari benur di tebar di tambak hingga udang vaname siap dipanen.
Petambak harus terus memantau suhu dan kandungan pH, kandungan oksigen dan kedalaman air.
Pada saat pemeliharaan udang vaname juga harus dilakukan pemupukan serta TPS tahap
susulan dan pemberian probiotik yang dilakukan seminggu sekali. Pemberian probiotik ini berguna
untuk menstabilkan pertumbuhan plankton.
Saat benur berusia 70 hari maka udang vaname sudah bisa diberi pakan dan mulai dikurangi
pemberian plankton. Lakukan tahapan ini dan menjaga keseimbangan air hingga udang vaname
berusia 100 hari.

Panen Udang Vaname


Panen udang vaname biasanya saat udang berusia 100 hari. Tapi sebelum panen, petambak
harus memperhatikan beberapa poin penting. Sebelum dilakukan panen, perlakukan udang vaname
dengan memberikan kapur dolomit dan memeperhatikan ketinggian air. Lakukan hal ini selama 2
hingga 4 hari.
Tujuan pemeberian kapur dan memperhatikan ketinggian air adalah untuk mencegah agar
udang tidak mengalamai ganti kulit saat sedang di panen.
Alat-alat yang digunakan untuk panen adalah sebagai berikut
 Keranjang Panen
 Pasang jari di pintu air
 Jala lempat
 Styrofoam
 Ember dan baskom
 Lampu penerangan
Keringkan tambang dengan cara menguras air dibantu dengan pompa air. Lakukan panen ini pada
malam hari, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi risiko kerusakan mutu udang.. udang hasil panen
sangat rentan terhadap sinar matahari langsung. Saat udang telah dipanen, langsung cuci dan rendam
ke dalam es atau dimasukan ke dalam freezer.

Teknik Pembesaran Udang Vaname


Udang vaname adalah bisnis yang sedang marak sekarang.banyak sekali media yang dapat
digunakan untuk budidaya udang vaname seperti cara tradisional, kolam terpal, plastik musa, intensif
dan semi intensif.
Budidaya udang vaname ini adalah salah satu bisnis yang sangat menjanjikan. Banyak sekali
keuntungan yang didapat dari budidaya udang vaname ini. Saat memasuki pasar tradisional, harga
udang ini bisa mencapai Rp 40.000,-/kg hingga Rp 50.000,-/kg. Bahkan jika tembus hingga pasar Asia
seperti China bisa mencapai Rp 90.000,-/kg.
Biasanya udang vaname ini sering didatangani para tengkulak saat sedang musim panen, jadi
para petambak dan pengusaha tidak perlu repot-repot menjualnya lansung ke pasar. Mulailah menjalin
kerja sama dengan mereka, maka budidaya udang vaname ini bisa menghasilkan omset hingga
milyaran.
Berikut ini beberapa tips agar udang vaname tumbuh besar dan sehat;
 Gunakan tambak yang bagus, usahakan dipisahkan dari logam berat dan toksik agar tidak
membahayakan udang vaname
 Perhatikan kandungan air, pH air dan kadar garam. Kadar garam yang paling baik adalah
berkisar 10% hingga 20%.
 Air harus mengalir untuk mengganti air yang lama dengan yang baru.
 Pakan udang saat masih benur dan besar harus tetap diperhatikan agar udang bisa tumbuh
mencapai ukuran yang maksimal.
 Terus lakukan pengamatan setiap harinya, pengamatan ini mencakup apakah udah terdapat
yang mati atau terjangkit virus.
 Perhatikan pula kondisi cuaca, saat cuaca dingin maka tambahkan kapur alam secukupnya,
apabila suhu panas tambahkan pula air. Suhu air tambak pun harus tetap di perhatikan.
 Beri nutrisi dan vitamin agar udang tetap sehat
 Ikuti paguyuban udang vaname dan tambah relasi dalam bisnis udang vaname untuk
mendapatkan berbagai informasi dan pengalaman dalam usaha budidaya udang vaname.
***

Anda mungkin juga menyukai