Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ikan Nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan asli perairan Indonesia yang
sudah menyebar ke wilayah Asia Tenggara dan Cina. Ikan tersebut termasuk komoditas
yang banyak dikembangkan oleh para petani. Hal ini dikarenakan permintaan pasar yang
cukup tinggi, rasa dagingnya yang enak, harga yang relatif stabil serta pemeliharaannya
yang mudah. Selain itu, ikan kakap merah (Lutjanus sp.) yang dapat dikembangkan dalam
usaha budidaya dan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi. Ikan nila dan ikan kakap
merah merupakan bahan pangan yang mengandung gizi yang cukup tinggi dan bermanfaat
bagi kesehatan tubuh. Kandungan gizi ikan kakap merah yaitu kadar air 9,06 g; kadar abu
1,34 g; protein 88,84 mg; lemak 0,13 mg. Fosfor ditemukan pada tulang ikan ikan kakap
merah dan berfungsi untuk kesehatan tulang dan kepadatan tulang. Sedangkan protein
berfungsi untuk memproduksi hormon, enzim, jaringan, dan antibodi.

Ikan kakap juga menyediakan hampir seluruh kebutuhan vitamin D yang berguna
untuk metabolisme kalsium yang membantu kesehatan tulang (Anonim, 2013). Sedangkan
ikan nila (Oreochromis niloticus) memiliki kandungan gizi yang lebih baik dibandingkan
dengan ikan air tawar lainnya. Kandungan protein ikan nila sebesar 43,76; lemak 7,01%;
kadar abu 6,80% dan air 4,28% per 100 gram berat ikan (Mukayat,1995). Namun ikan nila
dan ikan kakap merah mudah busuk setelah 2 jam kematiannya yang disebabkan oleh
mikroorganisme sehingga menyebabkan terjadinya perubahan secara fisiologi dan kimiawi.
Penyebab kerusakan ikan antara lain (1) kadar air yang cukup tinggi (70%-80% dari berat
daging) yang menyebabkan mikroorganisme mudah tumbuh dan berkembang biak; (2)
secara alami, ikan mengandung enzim yang dapat menguraikan protein 2 menjadi
isobutilamin dan kadaverin yang menyebabkan timbulnya bau tak sedap; (3) lemak ikan
banyak mengandung asam lemak tidak jenuh ganda berantai panjang yang sangat mudah
mengalami proses oksidasi atau hidrolisis menghasilkan bau tengik; (4) ikan mempunyai
susunan jaringan sel yang lebih longgar sehingga mikrobia dapat dengan mudah
menggunakannya sebagai media pertumbuhan. Untuk memperpanjang daya simpan ikan
nila dan ikan kakap merah tersebut diperlukan adanya suatu pengawetan (Astawan, 2004).

1.2 Tutujuan praktikum

1. Mengetahui cara penyortiran (grading up) benih ikan nila (oreochormis niloticus).
2. Mengetahui cara pengukuran panjang total akhir benih ikan nila(oreochormis
niloticus).

1
3. Mengetahui cara pengangkutan benih ikan nila (oreochormis niloticus) system
terbuka dan system tertutup.

1.3 Manfaat praktikum

1. Agar praktikan dapat mengetahui cara penyortiran benih ikan yang baik dan benar.
2. Agar praktikan dapat mengetahui cara pengukuran panjang total akhir benih ikan nila
dan pertumbuhan ikan tersebut selama dipelihara selama 30 hari.
3. Agar praktikan dapat mengetahui cara pengangkutan benih ikan nila system terbuka
dan system tertutup.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi iakn nila (oreochormis niloticus)

Kingdom : animalia

Filum : chordata

Sub-filum : fertebrata

Class : osteichthyes

Sub-class : acanthoptherigi

Ordo : percoporphi

Sub-ordo : percoidea

Family : ciclidae

Genus : oreochormis

Spesies : oreochormis niloticus

2.2 Sifat ikan nila (oreochormis niloticus)

2.3 morfologi ikan nila (oreochormis niloticus)

Memiliki bentuk tubuh bulat pipih, pungung agak tinggi

Sirip punggung memiliki 16-17 jari-jari tajam dan 11-15 jari-jari lunak

sirip dubur memiliki dengan 3 jari-jari keras dan 8-11 jari-jari lunak

Tubuh berwarna kehitaman atau keabuan, dengan beberapa pita gelap melintang (belang) yang
makin mengabur pada ikan dewasa

Sirip ekor bergaris-garis tegak, 7-12 buah

Pada sirip ekor ditemukan garis lurus atau Vertikal

Pada sirip punggung ditemukan garis lurus memanjang

Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup ingsang sampai bagian atas sirip ekor

3
Sirip ekor berbentuk bulat

Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil dan sirip anus yang hanya
satu buah berbentuk agak panjang

2.4 anatomi ikan nila (oreochormis niloticus)

Menurut wordpress (2010), adapun anatomi dari ikan nila adalah sebagai berikut:

1. Sistem penutup tubuh (kulit): antara lain sisik, kelenjar racun, kelenjar lender dan
sumber-sumber pewarnaan.
2. Sistem otot (Urat Daging): penggerak tubuh, sirip-sirip, insang, organ listrik.
3. Sistem rangka (tulang): tempat melekatnya otot, pelindung organ-organ dalam dan
penegak tubuh.
4. Sistem pernafasan (respirasi): organnya terutama insang, ada organ-organ tambahan.
5. Sistem peredaran darah (sirkulasi): organnya jantung dan sel-sel darah, mengedarkan
O2, nutrisi dan sebagainya.
6. Sistem pencernaan 1 organnya saluran pencernaan dari mulut sampai anus.
7. Sistem Hormon: kelenjar-kelenjar hormone untuk pertumbuhan reproduksinya dan
sebaginya.
8. Sistem Saraf: Organ otak dan saraf-saraf tepi.
9. Sistem Ekskresi dan Osmoregulasi: Organnya terutama ginjal.
10. Sistem reproduksi dan Embriologi: Organnya Gonad Jantan dan Betina.

Ada hubungan yang sangat erat antara kesepuluh sistem anatomi tersebut, misalnya:
Menentukan cara bergeraknya daging dan system rangka. System pernapasan dan
peredaran darah O2 dari perairan di tangkap oleh darah, dipertukarkan dengan CO2 dibawa
ke seluruh tubuh oleh darah (wordpress,2010.

Anatomi atau organ-organ internal ikan adalah bjantung, alat pencerna, Gonad
kandung kemih, dan Ginjal. Organ-organ tersebut biasanya diselubungi oleh jaringan
pengikat yang halus dan lunak yang disebut peritoneum. Peritoneum merupakan selaput
atau membrane yang tipis berwarna hitam y6ang biasanya dibuang joke ikan sedang
disiangi (Pratama, 2009).

2.5 Habitat ikan nila(oreochormis niloticus)

Habitat ikan nila berada di perairan tawar, seperti kolam, sawah, sungai, danau,
waduk, rawa, situ, dan genangan air lainnya. Ikan ini juga dapat beradaptasi dan hidup
diperairan payau dan perairan laut dengan teknik adaptasi bertahap. Habitat yang  ideal
untuk ikan nila adalah perairan tawar yang memiliki suhu antara 14 - 38°C atau suhu
optimal 25- 30°C. 

4
Pada masa berpijah, ikan nila membutuhkan suhu antara 22 - 27°C. Suhu yang terlalu
rendah (< 14°C) atau terlalu tinggi (> 30°C) akan mengganggu bahkan menghambat
pertumbuhan. Suhu amat rendah (6°C) atau suhu ekstrem (42°C) dapat mematikan ikan
nila. Kemasaman air yang optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan nila
ada pada angka pH 7 - 8. Ikan nila masih dapat tumbuh dalam keadaan air asin dengan
kadar salinitas 0 - 35 ppm, seperti di perairan payau, tambak, dan perairan laut, terutama
untuk pembesaran. Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas
daripada ikan betina. Ikan nila berukuran kecil lebih lebih cepat menyesuaikan diri
terhadap kenaikan salinitas.
2.6 Tingkah laku ikan nila (oreochormis niloticus)

Tingkah laku ikan nila berhubungan dengan kegiatan perkawinan dan pemijahan.
Secara alami, ikan nila dapat memijah sepanjang tahun. Ikan nila mulai memijah pada
umur 4 bulan atau panjang badan sekitar 9,5 cm. Pembiakan terjadi setiap tahun tanpa
adanya musim tertentu dengan interval waktu kematangan telur sekitar 2 bulan. Induk
betina matang kelamin dapat menghasilkan telur antara 250 - 1.100 butir.
Ikan nila jantan mempunyai naluri membuat sarang berhentuk lubang di dasar
perairan yang lunak sebelum rnengajak pasangannya untuk memijah. Satu siklus atau daur
hidun ikan nila meliputi tahap-tahap yang terdiri atas stadium telur, larva, benih, dewasa,
dan induk. Daur hidup dan telur sampai menjadi induk berlangsung selama 5 - 6 bulan.

2.7 Siklus hidup ikan nila(oreochormis niloticus)

Siklus hidup ikan nila merah melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva, benih,
konsums dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan bentuk dan ukuran
tubuh serta sifat-sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu yang berbeda-beda. Dari
semua fase, konsumsi merpakan suatu fase komersil pada sebuah usaha.

Telur merupakan fase awal kehidupan nila merah, dimana bakal anak itu baru
dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat, berwarna kuning
dan bersifat tidak melekat. Telur nila merah berdiameter antara 2 – 2,5 mm. setiap butir
memiliki berat rata-rata 0,02 mg.

Fase telur merupakan masa kritis dan dilewati selama 6 – 7 hari atau tergantung suhu
air, kemudian berubah menjadi fase larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan
cadangan. Fase itu dilewati selama 2 – 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan pakan dari
luar, tetapi akan menghabiskan makanan cadangan itu.

Dari larva berubah menjadi fase benih. Panjang dan berat tubuh berubah setiap saat.
Dalam sebulan larva berubah menjadi benih berukuran panjang antara 2 – 3 cm dengan
berat antara 0,8 – 1,2 gram. Sebulan kemudian panjang dan beratnya berubah menjadi 4 –
8 cm dengan berat antara 3 – 6 gram.

5
Pada umur tiga bulan benih tersebut bertambah besar hingga menjcapai panjang
antara 10 – 12 cm dengan berat 15 – 20 gram. Tiga bulan kemudian atau pada umur 6
bulan dari telur, nila merah sudah mencapai konsumsi, yaitu ukuran ikan yang umum
dimakan oleh orang. Konsumsi ini biasanya berukuran panjang antara 15 – 20 cm dengan
berat antara 300 – 400 gram.

Pada ukuran ini sebenarnya nila merah sudah menjadi calon induk dan mulai belajar
untuk memijah, namun untuk menjadi calon induk yang baik harus ditunggu 1 – 2 bulan
kemudian. Fase induk atau masa produktif induk berlangsung selama 1 – 1,5 tahun. Setelah
itu berubah menjadi fase yang tidak produktif, dinmana induk masi bisa memijah, tetapi
kualitas anaknya sudah kurang baik.

Nila merah tidak melahirkan anak seperti ikan seribu (Lebistes leticuatus). Nila
merah bukan juga pemijah, seperti ikan mas. Nila merah adalah mouth breeder, yaitu ikan
yang merawat telur hingga larva dalam mulut. Kemudian larva akan diasuh dalam air
hingga larva dapat berenang bebas dan bisa menncari makan sendiri.

Pemijahan nila merah tidak seperti ikan mas, setelah mengeluarkan telur lalu pergi,
seperti orang kawin tapi tidak bertanggung jawab kepada anak istrinya. Pemijahan nila
merah mirip sekali dengan pemijahan gurame, yaitu membuat sarang, mengeluarkan telur,
lalu mengasuh anaknya. Namun tentu saja memiliki perbedaannya.

Proses pemijahan nila merah diawali dengan pembuatan sarang. Sarang dibuat di
dasar perairan berupa lekukan dengan diameter antara 1,5 – 2 kali panjang
tubuhnya..Pekerjaan itu dilakukan oleh jantan. Sarang tidak harus berupa lekukan tetapi
bisa saja berupa areal sebagai batas tortorial, seperti yang terjadi dalam akuarium dan
jaring terapung.

Selesai membuat sarang, jantan akan mengajak pasangannya untuk memijah. Betina
akan mengeluarkan telur dan diletakan pada sarang itu. Pada saat yang bersamaan jantan
akan mengeluakan sperma. Pada saat itulah terjadi pembuahan. Kegiatan pengeluaran telur
dan sperma dilakukan secara bertahap hingga telur dan spermanya habis.

Seekor induk betina berukuran 500 gram dapat mengeluarkan telur sebanyak 1.000 –
1.500 butir. Tentu saja jumlah itu tergantung dari ukuran dan berat induk betina. Telur-
telur yang sudah dikeluarkan akan disedot oleh induk betina lalu dirawat sampai menetas
dalam mulutnya. Karena itu salah satu tanda induk betina yang sudah mengerami adalah
mulut selalu tertutup dan agak gembung.

6
2.8 Makanan ikan nila (oreochormis niloticus)
1. Cacing Sutera
Cacing sutera (Tubifex sP) merupakan  pakan alami yang sangat penting dalam
budidaya ikan. biasanya cacing diberikan untuk budidaya ikan hias, sebab protein yang
tersimpan dalam tubifek ini sangat tinggi, oleh karenanya tak ayal jika ikan hias kerap
disodori dengan pakan dari tubifex ini.
Untuk ikan nila, tubifex akan sangat cocok diberikan, lantaran banyak kandungan
vitamin yang dibutuhkan oleh ikan nila, dengan karena itu, ikan nila budidaya rakan akan
cepat tumbuh sesuai dengan harapan kita bersama.
2. Azola
Azzola ialah tumbuhan paku air dari suku Azzollaceae, sifat hidupnya mengapung di
atas permukaan air. Penggunaan azzola sebagai pakan ikan memang belum banyak tercium
oleh kalangan petani ikan. Padahal pemberian pakan azzola untuk ikan nila sangat
menjanjikan,  salah satu keunggulan terbesar ialah pemberian pakan alternatif ini akan
menekan pengeluara budget untuk membeli pakan.
Tak hanya itu saja, rupanya pemberian  azzola ke ikan nila juga cukup ampuh untuk
menggenjot pertumbuhan ikan nila, sebab pakan alami itu memiliki kandungan nutrisi
yang baik untuk pertumbuhan ikan nila.
3. Pelet
Pelet merupakan pakan ikan yang dibuat khusus dan umumnya dalam pelet sudah
ada takaran nilai gizi untuk pertuumbuhan ikan, artinya segala kebutuhan ikan sudah
disediakan dalam pelet, kendati demikian, Anda juga harus sadar, bahwa tinggi rendahnya
nilai gizi dalam suatu pakan juga dipengaruhi oleh banderol pakan itu sendiri.
2.9 pertumbuhan ikan nila (oreochormis niloticus)

Ikan nila tergolong sebagai Mouth Breeder atau pengeram dalam mulut. Telur - telur
yang telah dibuahin akan menetas dalam jangka waktu 35 hari di dalam mulut induk
betina. Telur akan menetas menjadi larva dalam 4 - 5 hari kemudian. Larva yang baru lahir
berukuran kecil, panjang tubuh 4 - 5 mm, dan diasuh dalam mulut induk betina selama +/-
11 hari. Jika induk melihat ada ancaman, maka anakan akan dihisap masuk kedalam mulut
betina dan dikeluarkan lagi setelah situasi aman. 
Larva di asuh dan dilindungi oleh ikan betina sampai berumur kurang lebih 2
minggu. Larva yang sudah besar, panjang tubuhnya mencapai 8 mm disebut stadium
benih. Ikan yang berada dalam keadaan stadium benih memiliki kebiasaan hidup berenang
dan bergerombol. Setelah berukuran lebih besar mereka hidup berbisah.

7
Ikan nila yang berat badabnya mencapai 250 gram disebut stadium dewasa. Periode
stadium benih mencapai dewasa berlangsung selama 4-5 bulan. Ikan nila yang berumuran
1,5-2 tahun dengan berat>500 gram/ekor disebut stadium induk. Ikan nila umumnya
matang kelamin umur 5-6 induk. Ikan nila umumnya matang kelamin mulai umur 5-6
bulan. Ukuran matang kelamin berkisar 30-350 gram.

2.10 pemilihan lokasi budidaya ikan nila (oreochormis niloticus)

Dalam budidaya ikan nila, pemilihan lokasi untuk budidaya memerlukan kriteria
yang tepat. Berikut ini beberapa kriteria yang harus di pahami oleh calon pembudidaya
ikan nila.

1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat atau tanah
lempung, tidak berporos. Jenis tanah tersebut dapat dapat menahan massa air yang
besar dan tidak  bocor sehingga dapat dibuat  pematangan atau dinding kolam.
2) Kemiringan tanah yang baik untuk pembuatan kolam berkisaran antara 3-5% untuk
memudahkan pengairan kolam secara gravitasi.
3) Ikan nila cocok dipelihara di dataran rendah sampai agak tinggi (500m dpl)
Kualitas air untuk pemeliharaan ikan nila harus bersih, tidak terlalu keruh dan tidak
tercemar bahan bahan kimia beracun, dan minyak atau limbah pabrik.
4) Kekeruhan air yang di sebabkan oleh pelumpuran akan memperlambat pertumbuhan
ikan . Lain halnya bila kekeruhan air di sebabkan oleh adanya plnkton. air yang kaya
palnkton dapat berwarna hijau kekuning kuningan kecoklattan karena banyak
mengandung diatoma Sedangkan plangton atau alga biru kurang baik untuk
pertumbuhan ikan.
5) Tingkat kecerahan air karena Plankton harus dikendalikan yang dapat diukur dengan
alat  yang di sebut piring secchi (secchi disc). Untuk di kolam dan tambak, angka
yang baik antara 20-35 cm.
6) Debit air untuk kolam air tenang 8-15 liter/detik/h. Kondisi perairan tenang dan
bersih, karena ikan nila tidak dapat berkembang biak dengan baik di air arus deras.
7) Nilai keasaman air (pH) tempat hidup ikan nila berkisaran antara 6-8,5.
8) Sedangkan keasaman air (pH) yang optimal adalah antara 7-8.
9) Suhu air yang optimal berkisaran antara 25-30˚ C.
10) Kadar garam air yang disukai antara 0-35 per mil.

Pemilihan lokasi pembudidayaan ikan nila harus mempertimbangkan dari mana


dapatnya air . Misalnya, dengan memanfaatkan saluran irigrasi, maka kita harus waspada
pada dampak penyemprotan hama ladang atau sawah yang di aliri irigrasi yang sama. Jika,
membuat sumur sendiri  maka harus di pertimbangkan biaya produksi karena
menggunakan pompa air untuk mengaliri air dari sumur

8
2.11 Sarana pembenihan ikan nila (oreochormis niloticus)
Sarana berupa kolam yang perlu disediakan dalam usaha budidaya ikan nila
tergantung dari sistim pemeliharaannya. Adapun jenis kolam yang umum dipergunakan
dalam budidaya ikan nila antara lain:
a) Kolam pemeliharaan induk/kolam pemijahan
Kolam ini berfungsi sebagai kolam pemijahan, kolam sebaiknya berupa kolam tanah
yang luasnya 50-100 meter persegi dan kepadatan kolam induk hanya 2 ekor/m2.
Adapun syarat kolam pemijahan adalah suhu air berkisar antara 20-22 derajat C;
kedalaman air 40-60 cm; dan dasar kolam sebaiknya berpasir.
b) Kolam pemeliharaan benih/kolam pendederan
Luas kolam tidak lebih dari 50-100 meter persegi. Kedalaman air kolam antara 30-50
cm. Kepadatan sebaiknya 5-50 ekor/meter persegi. Lama pemeliharaan di dalam
kolam pendederan/ipukan antara 3-4 minggu, pada saat benih ikan berukuran 3-5 cm.
c) Kolam pembesaran (Direktorat Usaha, 2010 )
Kolam pembesaran berfungsi sebagai tempat untuk memelihara dan membesarkan
benih selepas dari kolam pendederan. Adakalanya dalam pemeliharaan ini diperlukan
beberapa kolam pembesaran, yaitu:

 Kolam pembesaran tahap I berfungsi untuk memelihara benih ikan selepas dari
kolam pendederan. Kolam ini sebaiknya berjumlah antara 2-4 buah dengan luas
maksimum 250-500 meter persegi/kolam. Pembesaran tahap I ini tidak
dianjurkan memakai kolam semen, sebab benih ukuran ini memerlukan ruang
yang luas. Setelah benih menjadi gelondongan kecil maka benih memasuki
pembesaran tahap kedua atau langsung dijual kepada pera petani.
 Kolam pembesaran tahap II berfungsi untuk memelihara benih gelondongan
besar. Kolam dapat berupa kolam tanah atau sawah. Keramba apung juga dapat
digunakan dengan mata  jaring 1,25–1,5 cm. Jumlah penebaran pembesaran
tahap II sebaiknya tidak lebih dari 10 ekor/meter persegi.
 Pembesaran tahap III berfungsi untuk membesarkan benih. Diperlukan kolam
tanah antara 80-100 cm dengan luas 500-2.000 meter persegi.

9
d) Kolam/tempat pemberokan
Pembesaran ikan nila dapat pula dilakukan di jaring apung, berupa Hapa berukuran
1×2 m sampai 2 x 3 m dengan kedalaman 75-100 cm. Ukuran hapa dapat disesuaikan
dengan kedalaman kolam. Selain itu sawah yang sedang diberokan dapat dipergunakan
pula untuk pemijahan dan pemeliharaan benih ikan nila. Sebelum digunakan petak sawah
diperdalam dahulu agar dapat menampung air sedalam 50-60 cm, dibuat parit selebar 1-
1,5 m dengan kedalaman 60-75 cm.

10
BAB III

METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat praktikum ikan nila (oreochormis niloticus)

Adapun pelaksaan praktikum ini pada:

Hari/Tanggal : Selasa/

Waktu :13.00 s/d selesai

Tempat : Laboratorium Jurusan perikanan

3.2 Alat dan Bahan praktkum grading up (oreochormis niloticus)

NO ALAT DAN BAHAN


1 Papan ukur
2 Timbangan digital
3 Benih ikan
4 Baskom
5 Ember

3.3 prosedur kerja budidaya ikan nila (oreochormis niloticus)

3.3.1 Grading Up (penyortiran) Benih Ikan Nila (oreochormis niloticus)

Dilakukan dengan 2 cara, yaitu cara terbuka dan cara tertutup. Cara tertutup
dilakukan dengan cara:

1) Kantong plastic yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi
sedikit. Udara dalam plastic dikeluarkan O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air
sampai volume dalam plastic 1/3-1/4 bagian. Ujung plastic segera diikat rapat.
2) Plastic berisi benih nila dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah
pecah.

Cara terbuka dilakukan dengan cara:

1) Benih nila dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan air tidak keruh
oleh kotoran nila (untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
2) Tempat nila diisi air bersih kemudian benih dimasukkan sedikit demi sedikit
jumlah tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut dengan
kepadatan maksimal 10.000 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam seluruh tempat diganti
ditempat yang teduh.

11
3.3.2 pengukuran panjang total akhir benih ikan nila (oreochormis niloticus)

Adapun cara kerja dalam pengukuran panjang local benih ikan nila:

1) Disiapkan ikan sampel sebanyak 5 ekor ikan dan alat-alat yang diperlukan
untuk melakukan pengukuran.
2) Dilakukan penimbangan bobot ikan dengan menggunakan timbangan.
3) Ditentukan karakter apa saja yang diukur (karakter ini harus sama untuk
semua spesies ikan).
4) Setelah itu dilakukan pengukuran panjang total (TL) denagn menggunakan
papan ukur. Panjang total di ukur mulai dari ujung mulut terdepan sampai
bagian ujung ekor terbelakang.

12
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL

4.1.1. Grading up (penyortiran) benih ikan nila (oreochormis niloticus)

Dilakukan penyortiran ikan dari wadah sebanyak 5 ekor yang memiliki ukuran
yang seragam.

4.1.2. Pertumbuhan panjang total akhir benih ikan nila (Oreochormis niloticus)

No Jenis Ikan Berat (gr) Panjang Total (cm) Panjang


Baku(cm)
1. I 4 12,5 10
2. II 3,5 11,5 9,5
3. III 3,5 12 9,5
4. IV 4 11,4 9,2
5. V 4 12 9,8

4.2 Pembahasan

4.2.1. greading up (penyortiran) benih ikan nila (oreochormis niloticus)

Penyortiran (greading up) dilakukan dengan cara benih ikan di ambil


menggunakan serok yang ukurannya sesuai dengan ukuran ikan, karena apabila
ukuran serok yang di gunakan tidak sesuai baik ukuran yang kekecilan maupun yang
krbesaran akan mengganggu ikan tersebut bahkan dapat membuat benih ikan tersebut
mengalami stress yang dapat mengakibatkan ikan tersebut tidak dapat makan dengan
baik sehingga ikan akan sakit bahkan akan mati, setelah ikan di serok, ikan akan
dimasukkan ke wadah plastic, lalu ikan diberi oksigen agar ikan dapat bernapas
dengan sempurna dengan bantuan oksigen tambahan tersebut. Posisi tempat wadah
ikan tersebut setelai selesai di ikat menggunakan karet gelang atau kareat apapun
yang dapat menutup wadah ikan dengan sempurna adalah dimiringkan agar ikan
dapat berenang dengan lebih bebas, lalu ikan akan di bawa menuju kolam tempat
ikan akan dibesarkan, saat ikan akan dimasukkan ke kolam wadah ikan di buka
perlahan lalu ikan tidak langsung di lepas melainkan akan dibiarkan untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya, lalu ikan akan di lepas setelah
dibiarkan selama 15 meni, ika n tidak bisa langsung di beri makan karena masih
belum stabil.

13
4.2.2. pengukuran panjang total akhir benih ikan nila (oreochormis niloticus)

Ikan nila sebelum di ukur panjang dan beratnya terlebih dahulu ditimbang total
untuk mengetahui hasil dari pemberian pakan yang rutin. Kemudian diukur panjang
total (TL) dan beratnya setiap ekor ikan. Panjang total adalah panjang dari ujung
mulut sampai dengan ujung sirip ekor (Anonim, 2004). Adapun langkah-langkah
pengukuran adalah sebagai berikut:

1. Bersihkan ikan dari kotoran-kotoran yang menempel.


2. Letakkan ikan nila di atas papan ukur, untuk ikan yang telah kaku maka
diluruskan dahulu agar didapat panjang seluruhnya.
3. Ukur panjang total ikan nila mulai dari ujung mulut di angka nol sampai
dengan ujung ekor pada ukuran yang terjauh
4. Setelah ikan nila yang telah diukur panjangnya langsung di letakkan ke
timbangan untuk ditimbang beratnya.
5. Bersihkan piringan timbangan apabila terdapat kotoran atau air Dari ikan.
6. Ulangi prosedur tersebut sesuai dengan jumlah sampel ikan yang diambil.
7. Catat semua hasil pengukuran panjang dan berat ikan nila.

4.2.3. pengngkutan benih ikan nila (oreochormis niloticus)

4.2.3.1. pengemasan atau pengangkutan system terbuka

Pengemasan dengan metode terbuka , yaitu pengemasan ikan hidup yang


diangkut dengan wadah atau tempat yang menggunakan media air yang masih
dapat berhubungan dengan udara bebas. Pengemasan metode terbuka dilakukan
untuk mengangkut benih dalam jarak dekat yang tidak memerlukan waktu
lama.

Alat yang digunakan berupa drum, plastic, peti berinsulator, dan lain-
lain. Setiap wadah dapat diisi air bersih 10 liter untuk mengangkut 100 ekor
benih ukuran 5-10 cm.

Pengemasan metode terbuka dilakukan dengan cara memuasakan benih


ikan terlebih dahulu agar laju metabolism dan ekskresinya dapat berkurang
pada saat pengangkutan sehingga air tidak keruh oleh kotoran ikan (untuk
pengangkutan 5 jam). Tahapan pengemasan ikan selama transportasi, yaitu:

1. Siapkan wadah.
2. Masukkan air benih kedalam wadah.

14
3. Berikan peneduh di atas wadah agar benih tidak mengalami stress pada
temperature tinggi.
4. Jumlah padat penebaran bergantung pada ukuran benih, benih dengan
ukuran 10 cm dapat diangkut dengan kepadatan maksimal 10.000/3 atau
10 ekor/I) setiap 4 jam sekali ganti semua air di tempat yang teduh.

Terdapat kelebihan dan kekurangan dari metode pengemasan terbuka,


kelebihannya antara lain:

 Difusi oksigen melalui udara ke media air masih dapat berlangsungsung.


 Dapat dilakukan penambahan oksigen melalui aerator,
 Dapat dilakukan pergantian air sebagian selama perjalanan

Kekurangannya antara lain:

 Dapat menimbulkan stress pada ikan.


 Tidak dapat dilakukan untuk pengiriman menggunakan pesawat terbang.
 Metode ini sangat cocok untuk pengiriman ikan ukuran konsumsi melalui
darat atau laut.

4.2.3.2. pengemasan atau pengangkutan system tertutup

Pengangkutan system tertutup yaitu pengemasan ikan hidup yang


dilakukan dengan tempat atau wadah tertutup, udara dari luar tidak dapat
masuk kedalam media tersebut. Pengemasan dengan cara ini dapat dilakukan
untuk pengangkutan jarak jauh. Seperti halnya dengan system terbuka
pengemasan system tertutup ini juga mempunyai kelebihan dan kekurangan.
Kelebihannya antara lain media air tahan terhadap guncangan selama
pengangkutan, dapat dilakukan untuk pengangkutan jarak jauh(dengan pesawat
terbang),memudahkan penataaan dalam pemanfaatan tempat selama
pengangkutan. Sementara kekurangannya antara lain adalah media air tidak
dapat bersentuhan dengan udara langsung ( tidak ada difusi oksigen di udara)
sehingga tidak ada suplai oksigen tambahan, tidak dapat dilakukan pergantian
air, dan memerlukan kecermatan dalam memperhitungkan kebutuhan oksigen
dengan lama waktu perjalanan.

15
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dalam dasar budidaya peraiaran hal yang perlu di perhatikan adalah proses atau
kegiatan budidaya, di mana sangat menentukan keberhasilan dalam usaha budidaya. Hal-
hal yang meliputi dalam proses budidaya yaitu, pembenihan, pemeliharan larva,
pendederan, pembesaran,penanganan hama dan penyakit, dan serta pemanenan. Namun
yang paling penting adalah mengetahui penyortiran atau greading up, dan pengukuran
benih ikan agar dapat mengetahui perkembangan ikan nila tersebut selama pembanihan
hingga pemindahan benih di tempat budidaya.

5.2. saran

Kritik dan saran diharapkan apa bila dalam penyusunan  laporan mengalami
kekurangan,demi mendapatkan hasil yang lebih baik di kedepannya yang berguna sebagai
media referensi bagi pelajar.

16
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, J. 2008. Pemanfaatan ekstrak bunga kecombang (Nicolaia speciosa Horan) terhadap
penyembuhan infeksi jamur Saprolegnia sp. pada ikan nila merah (Oreochromis sp.).
Kalimantan Scientiae, 4: 1-7.

Al-Harbi, A.H. 1994. First isolation of Streptococcus sp. from hybrid tilapia (Oreochromis
niloticus x O. aureus) in Saudi Arabia. Aquaculture, 128:195- 201. Bastiawan, D., Wahid,
A., Alifudin, M. dan Agustiawan, I..2001. Gambaran darah lele dumbo (Clarias
gariepinus) yang diinfeksi cendawan Aphanomyces spp. pada ph yang berbeda. Jurnal
Penelitian Indonesia, 7(3): 44 – 61.

Bercovier, H., Ghittino, C. dan Elder, A. 1997. Immunization With Bacterial Antigens: Infections
With Streptococci and Related Organism. Dev. Biol. Stand, 90: 153–160.

Carman, O. dan Sucipto A. 2010. Panen Nila 2,5 Bulan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Castro, R. I. Zarrab, dan J. Lamas. 2004. Water-soluble seaweed extracts modulate the Pantoea
Agglomerans lipopolysaccharide (LPS). Fish Shellfish Immunol, 10: 555–558.

Chapman VJ. 1970. Seaweeds dan Their Uses. London : Metheun dan Co. LTD.

Pier, G.B,, dan Madin, S.H. 1976. Streptococcus iniae sp. nov., a betahemolytic streptococcus
isolated from an Amazon freshwater Dolphin, Inia geoffrensis. International Journal of
Systematic bacteriology, 26(4):54553.

Perera, R.P., Johnson, S.K., Collins, M.D. dan Lewis, D.H. 1994. Streptococcus iniae associated
with mortality of Tilapia nilotica x T. aurea hybrids. Journal of Aquatic Animal Health, 6:
335-340.

Popma, T.J. dan Lovshin, L.L. 1996. World prospect for commercial production oftilapia.
Research and Development series No. 41. International Center or Aquaculture and
Aquatic Environmens. Departement of Fisheries and Allied Aquacultures Auburn
University. Alabama. Popma, T. dan Michael, M. 1999. Tilapia Life History and Biology.
RAC Publication. No. 283.

Pringgenies, D., Ekasari N.L. dan Gunawan. 2011. Potensi beberapa ekstrak rumput laut
sebagai antibakteri upaya sebagai bahan antibakteri makanan. Prosiding Seminar
Nasional Aplikasi Pemanfaatan Rumput Laut dan Bahan Hayati Laut dalam Bidang
Pangan dan Energi di Semarang 29 Januari 2011. Semarang, 133-142 hlm.

17
Rachmaniar, R. 2005. Penelitian Kandungan Kimia Makroalgae Untuk Neutroceuticals dan
Agrochemicals. Laporan Akhir LIPI. Jakarta : 22 hal.

Revina. 2008. Neutrofil Muda sebagai Dasar Diagnosa Penyakit Akut dan Kronis Studi Kasus di
Rumah Sakit Hewan IPB. (Skripsi). Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Rukmana, R. 1997. Budidaya dan Prospek Agribisnis Ikan Nila. Kanisius. Yogyakarta.

Russo, R., Mitchell, H. dan Yanong, R.P.E. 2006. Aquaculture. Vol. 256 : 105– 110. Elsever.

Rustidja. 1999. Produksi Benih Unggul Benih Ikan Nila Merah. Laporan Penelitian Hibah
Bersaing (PHB II/I).

Sakai, M. 1999 Current research status of fish immunostimulants. J.Aquaculture, Vol. 172: 63-
92.

18
LAMPIRAN

19
20

Anda mungkin juga menyukai