I. PENDAHULUAN
mempunyai nilai ekonomis tinggi. Ikan ini banyak digemari baik untuk di
konsumsi masyarakat atau sebagai komoditi ekspor. Beberapa negara Asia Pasifik
yang telah mengusahakan budidaya kakap putih sebagai penghasil devisa adalah
dari penangkapan laut dan hanya beberapa saja diantaranya yang telah dihasilkan
dari hasil budidaya akan tetapi, permintaan ikan kakap putih, baik untuk
pasar maka upaya memproduksi melalui budidaya merupakan pilihan yang tepat.
besar karena didukung oleh potensi perairan kita yang cukup luas baik perairan
laut, payau, maupun perairan tawar. Adapun sifat-sifat biologi yang dimiliki ikan
dapat mentolerir perubahan salinitas (euryhaline), selain itu ikan ini mampu
tumbuh dan berkembang dengan baik dan cepat apabila dipelihara dalam
Dalam usaha budidaya ikan kakap putih salah satu faktor yang mendukung
dalam keberhasilan adalah ketersediaan benih ikan dalam jumlah yang cukup,
2
usaha peningkatan produksi benih ikan kakap putih untuk menunjang kebutuhan
produksi benih ikan kakap putih. Perekayasaan produksi benih ikan kakap putih
dari alam. Dengan demikian, produksi benih ikan kakap putih dapat berjalan
ikan kakap putih dengan metode perbenihannya sangat penting diketahui dan
dalam teknik pengelolaan kualitas air pada pembenihan ikan kakap putih, sebagai
teknologi di bidang teknik pengelolaan kualitas air pada pembenihan ikan kakap
putih dengan melihat permasalahan yang timbul dan informasi untuk penelitian
lebih lanjut.
3
Ikan kakap putih pertama kali ditemukan di laut Jepang oleh Bloch yang di
beri nama Holocentrus calcarifer (Kunvankij, et, al., 1986), sedangkan menurut
Tiensongrusme, et, al., 1989 kakap putih ditemukan oleh Bloch dari pedagang
Belanda sepulang dari Indonesia. Pada beberapa daerah di Indonesia ikan Kakap
Putih dikenal dengan beberapa nama seperti Pelak, Petakan, Cabek, Cabik (Jawa
Tengah dan Jawa Timur), Dubit Tekong (Madura), Talungtar, Pica-pica, Kaca-
kaca (Sulawesi). Morfologi ikan Kakap Putih ini dapat dilihat pada gambar 1.
Klasifikasi ikan kakap putih menurut Said (2007) adalah sebagai berikut :
Kingdom : Chordata
Divisi : Vertebrata
Kelas : Pisces
Ordo : Percomorphi
Famili : Centroponidae
Genus : Lates
Ikan Kakap Putih adalah ikan yang mempunyai toleransi yang cukup besar
di air tawar dan di air laut). Sifat-sifat inilah yang menyebabkan ikan kakap putih
Bentuk ikan kakap putih adalah pipih dan ramping dengan badan
memanjang dan ekor melebar, kepala lancip dengan bagian atas cekung dan
menjadi cembung di depan sirip punggung. Mulutnya lebar, gigi halus dan bagian
bawah operculum berduri kuat. Operculum mempunyai duri kecil dengan cuping
bergerigi di atas pangkal gurat sisi. Sirip punggung berjari-jari keras 7 - 9 dan 10 -
11 jari-jari lemah. Sirip dubur dan sirip ekor bulat, sirip dubur berjari-jari keras 3
dan berjari lemah 7 - 8. Sirip dada pendek dan membulat. Sisik ikan kakap putih
bertipe sisik besar. Tubuh berwarna dua tingkatan yaitu kecoklatan dengan bagian
sisi dan perut berwarna keperakan untuk ikan hidup di laut dan coklat keemasan
pada ikan yang hidup di perairan tawar. Ikan dewasa berwarna biru kehijauan atau
Ikan ini tidak terbatas habitat hidupnya karena dapat hidup di air payau
dan air laut asin. Ikan ini dapat hidup di muara sungai, tambak, teluk hutan
mangrove (bakau) yang mempunyai air jernih dan air beriak-riak, pantai karang,
perairan laut dangkal sampai dalam, pelabuhan (kedalaman air > 8m), pantai
Ikan kakap putih bersifat euryhaline atau mampu hidup pada kisaran
salinitas yang cukup luas antara 0 - 35 ppt. Ikan ini merupakan salah satu ikan
5
katadromus. Ikan dewasa ditemukan di muara sungai atau danau. Pada salinitas
dan kemudian melakukan pemijahan. Migrasi pemijahan terjadi pada akhir musim
panas dan pemijahan terjadi pada musim penghujan. Pemijahan pada musim hujan
terjadi karena salinitas dan suhu merupakan faktor penting yang mempengaruhi
siklus pemijahan (Grey, 1987 dalam Widiastuti et, al., 1999). Larva yang baru
menetas (umur 15 – 20 hari atau 0,4 – 0,7 cm) tersebar antara garis pantai hingga
payau, sedangkan larva ukuran 1 cm dijumpai di bagian air payau seperti ladang
padi/sawah, danau (Bhatia dan Kunvankij 1971 dalam FAO 2007). Di bawah
kondisi alam, ikan kakap putih tumbuh dalam air payau dan bermigrasi ke air laut
untuk memijah.
Penyebaran ikan ini meliputi perairan tropis dan subtropics seperti India,
kelamin dari jantan ke betina. Pada waktu masih kecil berjenis kelamin jantan dan
setelah usia matang sekitar 4-5 tahun berganti jenis kelamin menjadi betina. Akan
tetapi, tidak semua induk betina berasal dari induk jantan dewasa mengalami
perubahan.
budidaya ikan kakap putih antara lain kecerahan, salinitas, warna, pH, suhu,
6
oksigen terlarut, serta senyawa beracun seperti amonia (NH3) dan asam belerang
2.4.1. Kecerahan
kecerahan suatu perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada
tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh. Air yang tidak terlampau
keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan budidaya (Kordi
yang diukur menggunakan alat secchi disk. Kecerahan sangat erat kaitannya
dengan proses fotosintesis pada suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi
(Erikarianto, 2008).
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh
cairan. Kadar pH dinilai dengan ukuran antara 0 - 14. Sebagian besar persediaan
air memiliki pH antara 7,0 - 8,2 namun beberapa air memiliki pH di bawah 6,5
atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada umumnya mempunyai
konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat menimbulkan noda
alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras (Amin
Alamsjah, 2013)
7
Derajat keasaman (pH) air sebesar 6,5 – 9,0 sangat memadai bagi
budidaya ikan. Dalam keadaan normal, pH air tambak terletak antara 7,0 – 9,0.
Namun, pada keadaan tertentu pH air tambak dapat turun mencapai lebih rendah
dari 4.
2.4.3. Suhu
untuk mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya
meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan disini adalah curah hujan,
penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan radiasi matahari
(Nontji, 1987).
penyebaran organisme baik di lautan maupun di perairan tawar dibatasi oleh suhu
biota air. Secara umum, laju pertumbuhan meningkat sejalan dengan kenaikan
bila peningkatan suhu sampai ekstrim (drastis) (Kordi dan Andi, 2009).
ikan, sedangkan suhu yang terlalu tinggi akan mempercepat ikan terkena infeksi
bakteri. Suhu yang optimal untuk usaha budidaya ikan adalah 220C – 270C.
8
2.4.4. Salinitas
Salinitas atau kadar garam merupakan jumlah total material terlarut dalam
air. Umumnya salinitas dihitung dengan satuan ppt (part per thousand), yaitu
Berdasarkan salinitas, badan air dapat dibedakan dalam tiga katagori, yaitu
air tawar (0 - 3 ppt), air laut (lebih dari 20 ppt) dan air payau (4 - 20 ppt).
refraktometer. Dengan cara meneteskan air ke dalam alat tersebut maka nilai
salinitas air yang diteteskan sudah bisa terbaca pada skala alat (Boyd, 1999).
Pengaruh salinitas pada ikan terjadi dalam proses osmoregulasi. Ikan air
tawar tidak toleran dengan salinitas. Akibat perubahan fisiologi osmose sel-sel
tubuh maka ikan akan mengalami stress. Toleransi terhadap salinitas oleh ikan
dari daerah air payau umumnya tinggi atau lebih lebar dibanding ikan air tawar
oleh suhu, makin tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut,
oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer
dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut.
bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2
Kadar oksigen (O2) dalam perairan tawar akan bertambah dengan semakin
kadar oksigen akan lebih tinggi karena adanya proses difusi antara air dengan
dalam air. Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila
segala aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai
kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu dan
kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme ikan (Kordi dan Andi,
2009).
perbedaan sel darahnya. Ikan yang gesit umumnya lebih banyak membutuhkan
oksigen. Sementara ikan labirint seperti lele, catfish dan ikan gurame yang dapat
mengambil oksigen langsung dari udara tentunya kadar oksigen dalam air tidak
terlalu berpengaruh pada kehidupannya. Secara teori, kadar oksigen terendah agar
ikan bisa hidup dengan baik adalah lebih dari 5 mg/l (Shofi, 2013))
10
Februari 2016 dengan judul Teknik Pengelolaan Kualitas Air pada Pembenihan
Ikan Kakap Putih (Lates calcarifer) di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam.
Erlenmeyer alat titrasi, pH-meter, labu Erlenmeyer, gelas beaker, pipet tetes, Tes
kertas saring Whatman No.42, DO-Meter, gelas ukur, plastik botol aqua, dan alat-
alat tulis.
kualitas air adalah air sampel yang diambil dari kolam dan larutan yang
teknik pengelolaan kualitas air pada pembenihan Ikan Kakap Putih (Lates
calcarifer) di Balai Perikanan Budidaya Laut Batam. Data yang diperoleh terdiri
dari data primer yang diperoleh dari data pengukuran dan pengambulan sampel air
3.4.1. Salinitas
11
Untuk mengukur salinitas atau kadar garam yang terkandung dalam suatu
menggunakan tissue. Air sampel yang akan diukur salinitasnya lalu diteteskan
pada kaca prisma secara merata. Untuk membuat air sampel merata dipermukaan
kaca prisma yang ditetesi tadi diambil kaca prisma yang lain lalu dorong secara
perlahan dengan kemiringan 45° agar tidak terbentuk gelembung udara, karena
alat ini memanfaatkan refraksi cahaya maka diarahkan pada sumber cahaya,
setelah itu diamati berapa skala yang tertera di sebelah kiri (salinitasnya) lalu
3.4.2. Suhu
ditentukan lokasi yang akan diukur suhunya. Setelah lokasi didapatkan, bagian
diukur, dipastikan suhu larutan itu sama dengan suhu larutan yang telah
21°, maka demikian pula pengukuran memakai larutan dengan suhu yang sama.
Kemudian dibuka epilog elektroda, dibersihkan dengan air DI, lalu dikeringkan
elektroda ke sampel yang diukur. Lalu, diputar elektroda agar sampel menjadi
homogen. Diteruskan dengan menekan tombol MEAS dan diukur. Sementara itu,
pada display muncul tulisan HOLD yang berkedip. Ditunggu sampai tulisan
berhenti berkedip. Setelah itu, angka pH akan muncul di layar. Pengukuran selesai
diamati dan diukur. Alat pengukur dimasukkan ke dalam air dan jumlah oksigen
terlarut dapat dibaca dan diamati pada monitor yang tertera secara digital
(Effendie, 2003)
3.4.5. Nitrat
Terlebih dahulu disaring air sampel dengan kertas whatman No. 42,
brucine dan diaduk, lalu ditambahkan 5 ml H2SO4 pekat dan diaduk kembali. Lalu
spektrofotometer dengan panjang gelombang 410 nm. Setelah itu nilai nitrat dapat
dibaca pada layar spektrofotometer dan kemudian hasilnya dicatat (Cole, 1996).
holder dengan vacuum pump, kemudian air sampel dituang ke gelas erlenmeyer
sebanyak 50 ml, lalu ditambahkan larutan phenol sebanyak 2 ml, lalu Natrium
erlenmeyer digoyang secara perlahan agar larutan yang telah dimasukkan tadi
tercampur secara merata, kemudian didiamkan selama 1 jam, lalu larutan dituang
ditabulasikan dalam bentuk tabel maupun grafik. Data tersebut dianalisis secara
deskriptif untuk mengetahui aspek pengelolaan kualitas air pada budidaya ikan
serta permasalahan yang terdapat pada pengelolaan kualitas air pada budidaya
ikan, kemudian dibahas berdasarkan literatur yang ada kaitannya dengan praktek
magang ini.
14
(BPBL) Batam, mulai pada tanggal 20 Januari s/d 20 Februari 2016, dengan
4. Ujian
X
15
Nim :
sebagai berikut :
OUTLINE SEMENTARA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
I. PENDAHULUAN
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Kakap Putih Makanan dan Kebiasaan
Makan
2.4.1. Kecerahan
2.4.3. Suhu
2.4.4. Salinitas
3.4.1. Salinitas
3.4.2. Suhu
3.4.5. Nitrat
ANGGARAN BIAYA
OUTLINE SEMENTARA
DAFTAR PUSTAKA
19
DAFTAR PUSTAKA
Boyd. 1999. Aquaculture Pond Bottom Soil Quality Management. Pond Dynamic/
Aquaculture Collaborative Research Support Programe, Oregon State
university, Corvallis, Oregon (tidak diterbitkan).
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan Perairan. KANISIUS. Yogyakarta (tidak diterbitkan).
Kordi, K Ghufron dan Andi Baso Tancung. 2009. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Rineka Cipta : Jakarta (tidak diterbitkan).
Mackereth, F.J.H., Heron, J. And Talling, J.F. 1989. Water Analysis Freshwater
Biological Association, Cambria, UK. 120 p (tidak diterbitkan).
Mahasri, Gunanti.,Shofi Mubarak, A., Amin Alamsjah, M., Manan, Abdul. 2013.
Manajemen Kualitas Air. Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas
Airlangga– Global Persada Press. Surabaya (tidak diterbitkan).
Salmin, 2000. Kadar Oksigen Terlarut di Perairan Sungai. Swadaya. Jakarta (tidak
diterbitkan).
20