Anda di halaman 1dari 51

I.

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rajungan (Portunus pelagicus) memiliki penyebaran yang sangat luas
dan dapat hidup di berbagai jenis habitat mulai dari tambak, perairan pantai
(inshore) hingga perairan lepas pantai (oshore). Rajungan hidup pada
kedalaman air laut sampai 40 m, pada daerah pasir, lumpur atau pantai
berlumpur (Mustafa dan Abdullah, 2012).
Sampai saat ini rajungan (Portunus pelagicus Linn.) masih merupakan
komoditas laut yang mempunyai nilai ekonomis yang penting (Djunaedi, 2009).
Kepiting rajungan (Portunus pelagicus L), dapat ditangkap hampir di seluruh
perairan Indonesia. Pengusahaannya banyak dijumpai di daerah padat nelayan
seperti di Perairan Selat Sunda, Laut Jawa, Laut Sulawesi, Perairan Selat
Makassar dan Laut Flores (Widodo dkk, 1988 dalam Sulkifli dkk, 2009). Namun
akibat permintaan pasar yang tinggi seiring harga yang menguntungkan, telah
menyebabkan eksploitasi yang intensif terhadap sumber daya rajungan di
Indonesia, karena produksi rajungan masih mengandalkan alam (wild catch)
(KKP, 2012 dalam Kurnia dkk, 2014).
Salah satu alternatif agar rajungan dapat diproduksi sepanjang tahun
tanpa mengandalkan pasokan benih dari alam adalah pengembangan budidaya
rajungan pada hatchery skala rumah tangga. Konsep rajungan skala rumah
tangga (Pembenihan hatchery rajungan) merupakan penerapan teknik kajian
sejak tahun 2000 dengan cara mengadopsi serta menyederhanakan beberapa
teknik pemeliharaan yang dilakukan di unit rajungan (Ruliaty dkk, 2005).
Langkah awal untuk meningkatkan produksi rajungan dari sektor
budidaya adalah penyediaan benih rajungan siap tebar. Perbaikan teknologi

masih terus diupayakan untuk memperoleh perbaikan dalam peningkatan tingkat


kelangsungan hidup larva (Mardjono dkk, 2002).
Berdasarkan uraian diatas, dapat diketahui bahwa teknik pembenihan
rajungan sangat perlu untuk dipelajari dan diketahui. Maka dari itu saya memilih
untuk melakukan Praktek Kerja Lapang yang berjudul Teknik Pembenihan
Rajungan (Portunus pelagicus) di Pembenihan Pendidikan Unhas Desa Bojo,
Kecamatan Mallusetasi, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari Praktik Kerja Lapang ini, yakni untuk mendapatkan
pengetahuan, pengalaman dan keterampilan kerja serta gambaran secara
langsung mengenai teknik pembenihan rajungan (P. pelagicus) di Pembenihan
Pendidikan Unhas dengan memadukan pengetahuan yang diperoleh di bangku
kuliah dengan kenyataan di lapangan.
Kegunaan dari Praktik Kerja Lapang ini adalah agar mahasiswa memiliki
pengetahuan dan keterampilan di lapangan serta memahami permasalahan yang
timbul dalam teknik pembenihan rajungan (P. pelagicus) sehingga nantinya
masyarakat diharapkan dapat melakukan pembenihan rajungan dengan baik.

II. KEADAAN UMUM LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANG


2.1 Sejarah
Pembenihan Pendidikan Unhas terletak di Desa Bojo, Kecamatan
Mallusetasi, Kabupaten Barru, Provinsi Sulawesi Selatan. Seluruh kegiatan
operasional Pembenihan Unhas bekerjasama dengan CV Rapid Ady Farm. CV
Rapid Ady Farm disingkat RAF adalah perusahaaan yang bergerak dalam bidang
industri budidaya kepiting. Perusahaaan ini didirikan pada tanggal 8 Februari
2011 oleh Nur Alam, S.Pi, dengan akta pendirian No.8 pada notaris di Makassar
Betsy Sirua SH. CV. RAF memiliki lahan budidaya seluas 5 Ha di Kabupaten
Barru dan 5 Ha di Kabupaten Maros. Kegiatan Pembenihan rajungan disini
masih berupa skala uji coba dan belum bersifat komersial.
2.2 Visi dan Misi
Visi Perusahaan : Menjadi perusahaan terkemuka di Indonesia.
Misi Perusahaan :
1. Menyelenggarakan kegiatan produksi yang ramah lingkungan dan
berkesinambungan
2. Mengaplikasikan solusi-solusi inovatif berbasis riset dalam
meningkatkan kuantitas dan kualitas produksi
3. Menjadi mitra petani/pembudidaya kepiting yang mengayomi.

2.3 Struktur Organisasi


Struktur organisasi Pembenihan Pendidikan Unhas adalah sebagai
berikut :
KETUA
UNIT

ANGGOTA

Gambar 1.Bagan Struktur Organisasi Pembenihan Pendidikan Unhas.


2.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang terdapat di Pembenihan Pendidikan Unhas
dapat dilihat pada pada Tabel 3 dan 4.
Tabel 1. Sarana yang terdapat di Pembenihan Pendidikan Unhas.
No
Sarana
1
Bak pemeliharaan induk
2
Bak pemeliharaan megalopa dan crab
3
Bak pemeliharaan zoea
4
Bak penampungan air tawar
5
Bak penampungan air
laut
6
Bak kultur chlorella
7
Bak kultur rotifer
8
Bak tandon air laut
8
Pompa
9
Blower
10 Genset
11 Wadah penetasan
12 Selang
13 Seser
14 Bak filter
15 Filter UV
16 Ember
17 Baskom
18 Gayung
19 Mikroskop
20 Termometer
21 pH meter
22 DO meter
23 Handrefractometer

Jumlah
8
10
17
1
1
8
4
1
1
2
1
1
2
2
1
1
4
8
1
3
8
1
1
1

Tabel 2. Prasarana yang terdapat di Pembenihan Pendidikan Unhas.


No Prasarana
Jumlah
.
1
Ruang tamu
1
2
Mes
3
3
Gudang
1
4
Mobil pick-up
1
2.5 Sistem Pengadaan Air Laut
Air laut merupakan media hidup primer yang dibutuhkan untuk
berlangsungnya kehidupan organisme perairan. Air laut yang digunakan disuplai
ke bak pemeliharaan menggunakan pompa ukuran 5 inci (Gambar 2) dari

perairan sekitar lokasi pembenihan. Air laut yang dipompa akan melewati filter
fisik berupa sand filter (Gambar 3) dan masuk ke dalam bak tandon yang telah
dilengkapi dengan sistem aerasi (Gambar 4) lalu ke bak penampungan air laut.
Khusus pemeliharaan larva zoea dan megalopa, air dari bak penampungan
dilewatkan pada filter UV untuk mereduksi sumber mikroorganisme pathogen
yang dapat berkembang dalam air agar dapat mengurangi tingkat kematian larva
kemudian dialirkan ke bak pemeliharaan, air untuk pemeliharaan induk cukup
melewati sand filter, sedangkan air untuk pemeliharaan crab dan pakan alami
melewati sand filter, bak tandon kemudian dialirkan ke bak pemeliharaan.

Gambar 2. Pompa air laut 5,5 HP

Gambar 3. Sand filter .

zoea dan megalopa


Bak pemeliharaan
Bak induk
Gambar 4. Bak tandon air laut volume 37,5 ton
Filter
UV

laut
Gambar 5. Bagan proses penjernihan /filterisasi sebelum masuk ke bak
pemeliharaan
2.6 Pengadaan Air Tawar
Sistem pengadaan air tawar diperoleh dari sumur bor yang terletak di
lokasi Pembenihan Pendidikan Unhas. Air tawar digunakan untuk kebutuhan
hidup karyawan dan keperluan pembenihan. Untuk keperluan pembenihan
digunakan untuk mencuci bak dan peralatan.

Gambar 6. Bak Penampungan Air Tawar volume 2,8 ton


2.7 Sistem Aerasi
Sistem aerasi untuk suplai oksigen dalam pembenihan rajungan
menggunakan blower 220 watt (Gambar 7) dan didistribusikan dengan selang
dan batu aerasi. Selang aerasi yang digunakan di Pembenihan Unhas terbuat
dari plastik yang tidak mudah pecah, lentur dan juga tahan panas. Batu aerasi
berfungsi untuk memperhalus gelembung udara yang keluar dan diletakkan pada
ujung selang aerasi.

Gambar 7. Blower 220 watt


2.8 Sumber Energi
Pasokan listrik disuplai dari dua sumber, yaitu suplai listrik dari
Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan sumber listrik dari Generator set (Genset).
Suplai listrik dari PLN memiliki daya 2200 watt sedangkan suplai listrik dari
genset daya 4800 watt digunakan sebagai cadangan saat listrik padam.
III. PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA LAPANG
3.1 Waktu dan Tempat
Praktik

Kerja

Lapang

mengenai

Teknik

Pembenihan

Rajungan

(Portunus pelagicus) dilaksanakan pada bulan Oktober - Desember 2015,


bertempat

di

Pembenihan

Pendidikan

Unhas,

Desa

Bojo,

Kecamatan

Mallusetasi, Kabupaten Barru.


3.2 Metode Praktik

Metode praktik yang digunakan selama Praktik Kerja Lapang (PKL) ini
adalah sebagai berikut :
A. Koasistensi
Mengikuti secara aktif kegiatan yang dilaksanakan di lapangan,
kegiatan ini memberikan pengetahuan praktis dan teoritis dalam
pemeliharaan kepiting rajungan.
B. Observasi
Pengetahuan yang diperoleh dengan melihat, mengikuti dan
mengerjakan secara langsung pada unit penanganan larva kepiting
rajungan di lokasi praktik.
C. Wawancara dan Dialog
Melakukan tanya jawab dengan staf dan pekerja di lokasi praktik.
D. Pengambilan Data
a.
Data Primer
Mencatat data yang diperoleh dalam kegiatan Praktek kerja
lapang (PKL) di Pembenihan rajungan Unhas.
b.
Data Sekunder
Mencatat setiap data yang diperoleh baik dari literature dan menurut
penelitian sebelumnya yang berguna sebagai bahan penyusunan laporan.
3.3 Tahapan Kegiatan
Tahapan kegiatan yang dilakukan selama berada di lokasi PKL, yakni
persiapan

wadah

dan

media

pemeliharaan,

penyediaan

induk,

inkubasi/pemijahan, penetasan telur, pemeliharaan larva, pengelolaan pakan,


pengelolaan kualitas air dan panen.

Persiapan wadah dan media pemeliharaan

Penyedia

Sumber: Supp

Bobot :

Aklimatisas

Inkubasi/p

Wadah

Pakan: Tidak
Pengelolaan kualitas air

Waktu:

Parameter: Suhu 28-330 C

Penetas

Salinitas 28-35 ppt

Wadah

pH 7-8

Kepad

DO 4-7 ppm

Waktu: d

Pengukuran: pagi pukul 07:00

Pemelihar

siang pukul 13.00


malam pukul 19.00

Pengelolaan pakan

Bak: 250

2,5 ton (megalo

Kepadatan:12.000 in

Bak: 2,5 ton

Waktu: pagi, siang, s

Pane

Jenis: rotifer dan artemia

Fase: Cr

Kepadatan: tidak dihitung

Umur: 18-

Gambar 8. Bagan alir produksi benih rajungan

3.3.1 Persyaratan Lokasi


Lokasi untuk pembenihan rajungan skala rumah tangga sebaiknya berada
di tepi pantai agar penyediaan air laut lebih mudah. Air laut yang akan digunakan
dalam kegiatan sebelum dimasukkan ke bak pemeliharaan harus disaring
terlebih dahulu agar bebas dari bahan pencemar.
3.3.2 Persiapan Wadah dan Media Pemeliharaan
Wadah yang digunakan dalam pemeliharaan sebelum digunakan dicuci
dengan menggunakan deterjen, kemudian dibilas hingga bersih dan dibiarkan
sampai kering. Setelah itu dilakukan sterilisasi dengan menggunakan formalin
100 ppm, kemudian dibilas dengan air tawar dan dibiarkan hingga kering.
Air laut yang digunakan adalah air laut yang berada di sekitar lokasi
pembenihan. Setelah melewati sand filter, air didesinfeksi menggunakan klorin 50
ppm dengan aerasi lemah untuk menghomogenkan, kemudian diaerasi kuat

10

selama 24 jam. Setelah itu, dinetralkan dengan Natrium thiosulfat 25 ppm


kemudian diaerasi lemah, selanjutnya diaerasi kuat selama 24 jam. Selanjutnya air
yang telah didesinfeksi pada bak tandon dialirkan ke bak-bak pemeliharaan larva.
Khusus untuk bak induk, air yang digunakan hanya melalui sand filter. Cara
perhitungan klorin 50 ppm yang akan dimasukkan ke dalam bak tandon volume
37,5 ton dapat dilihat sebagai berikut.
50 ppm =

50mg
1.000 .000 mL

50 mg
1000 L

50 mg
x 37,5 ton
ton

= 1875 mg
= 1,88 g

3.3.3 Penyediaan Induk


A. Sumber Induk
Untuk mendapatkan larva awal (zoea) pada pembenihan rajungan adalah
dengan cara membeli induk rajungan bertelur di luar. Induk rajungan diperoleh
dengan

memesan

langsung

pada

nelayan

rajungan

disekitar

perairan

Kecamatan Suppa, Kabupaten Pinrang.


B. Persyaratan Induk
Induk-induk yang diambil adalah induk sehat ditandai dengan pergerakan
aktif, karapas berwarna tidak kusam, dan anggota tubuhnya lengkap. Induk
rajungan yang siap dipakai dalam pembenihan antara lain induk betina pada
tingkat kematangan gonad akhir dengan bobot 74,59 g, warna telur berwarna
abu-abu kehitaman menunjukkan bahwa embrio telah berkembang sempurna

11

(Gambar 9). Sebelum dipindahkan ke wadah pengeraman dan penetasan telur,


induk rajungan terlebih dahulu diaklimatisasi selama 30 menit kemudian
didesinfeksi dengan menggunakan formalin 200 ppm selama 3 detik.

Gambar 9. Induk rajungan (P. pelagicus) bertelur warna hitam.


C. Pemeliharaan Induk
. Induk rajungan yang telah didesinfeksi menggunakan formalin 200 ppm
selama 3 detik dipindahkan ke bak beton bervolume 2,5 ton (Gambar 10) yang
telah berisi air laut dengan ketinggian air 40 cm. Dasar bak diberi substrat pasir
putih yang telah dibersihkan. Ketebalan pasir kurang lebih 10 cm. Bak
pemeliharaan tersebut dilengkapi dengan aerasi. Cara perhitungan formalin 200
ppm yang akan dimasukkan ke dalam bak bervolume 2,5 ton dapat dilihat
sebagai berikut:
200 ppm =

200 mL
1.000 .000 L

200 mL
1000 ton

200 mL
x 2,5 ton
1000 ton

= 0,5 mL
Selama masa pemeliharaan induk diberi pakan cumi-cumi dan ikan rucah.
Frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yakni pada pukul 08:00 dan 17:00.
Pergantian air disesuaikan dengan kondisi air. Pergantian air dilakukan sebanyak

12

100% dari air media pemeliharaan dengan cara terlebih dahulu membuka pipa
pengeluaran air bak induk, kemudian memasang pipa dengan ukuran ketinggian
kurang lebih 10 cm agar pasir tidak terbuang. Setelah itu, menyambungkan pipa
pemasukan air dengan selang. Ketika sisa air yang belum terbuang mencapai
ketinggian kurang lebih 10 cm, pipa pemasukan air yang telah disambung
dengan selang pada bak induk dialirkan.

Gambar 10. Bak pemeliharaan induk rajungan

3.3.4 Penetasan Telur


Sebelum dipelihara di bak pengeraman dan penetasan telur, rajungan
satu persatu dibersihkan terlebih dahulu dengan formalin sebanyak 200 ppm
selama kurang lebih 3 detik, 1 ekor induk bertelur ditempatkan dalam 1 bak
pengeraman (Gambar 11). Selama masa pengeraman induk bertelur tidak diberi
pakan (pemuasaan). Hal ini untuk mengurangi kontaminasi dari pakan segar
yang diberi terhadap telur yang sedang dierami. Masa inkubasi berlangsung
selama 12 hari. Setelah telur menetas, induk dipindahkan ke bak pemeliharaan
induk.

13

Gambar 11. Wadah pengeraman dan penetasan telur


3.3.5 Pemeliharaan Larva
A. Persiapan Media Pemeliharaan Larva
Wadah yang digunakan dalam pemeliharaan larva adalah bak fiberglass
kerucut berkapasitas 250 L yang telah diisi air yang telah ditrItmen bersalinitas
30-33 ppt dan dilengkapi dengan sistem aerasi (Gambar 12). Sebelum dilakukan
penebaran, bak pemeliharaan larva harus disiapkan terlebih dahulu sebaik
mungkin sesuai dengan kebutuhan bagi kehidupan larva kepiting. Air yang jernih
dapat diperoleh dengan proses penyaringan di saringan pasir (sand filter) dan
diendapkan selama 24 jam.

Gambar 12. Bak pemeliharaan larva zoea rajungan


B. Penebaran Larva
Larva yang baru menetas (zoea-1) dari bak penetasan, dengan kondisi
larva sehat umumnya berkumpul pada bagian tertentu (melayang di bagian atas
media air) dan diambil secara perlahan dengan seser. Sebelum ditebar larva
dibilas elbasin sebanyak 1 ppm dengan maksud agar terbebas dari kontaminasi

14

bakteri (Gambar 13). Setelah itu menghitung kepadatan larva dengan mengambil
sampel larva sebanyak 100 mL dari wadah volume 10 L kemudian diencerkan
hingga 500 mL, sampling sebanyak 30 kali dengan menggunakan pipet tetes,
kemudian hasil dari perhitungan tersebut dirata-ratakan kemudian dikalikan
dengan volume air. Cara perhitungan kepadatan larva yaitu:
Kepadatan larva volume 100 mL =
=4

rata-rata hasil sampling x V pengenceran

ind / mL

= 2000
Kepadatan

larva

volume

500

mL

ind
10

(10.000

mL)

10.000 mL
x 2000 ind=200.000ind
100 mL
Setelah menghitung kepadatan larva, dilakukan penebaran larva pada 17
bak fiber secara perlahan-lahan.

Gambar 13. Penggunaan elbasin pada larva rajungan


Setelah mencapai stadia megalopa sekitar hari ke (11-12) pemeliharaan,
larva dipindahkan ke bak beton volume 2,5 ton yang telah diisi air steril dengan
ketinggian air 70 cm, bersalinitas 31-33 ppt dan dilengkapi dengan sistem aerasi
dan shelter (Gambar 14). Pemasangan shelter berfungsi untuk mengurangi
kanibalisme. Pemeliharaan pada stadia megalopa ini dilakukan sampai menjadi
rajungan muda (crablet).

15

Gambar 14. Bak pemeliharaan larva rajungan stadia megalopa dan crablet yang
dilengkapi dengan shelter.
3.3.6 Pengelolaan Pakan
Pakan merupakan komponen utama yang dibutuhkan oleh rajungan untuk
menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhannya. Kelengkapan nutrisi dalam
pakan mutlak diperlukan untuk menjaga agar pertumbuhan rajungan dapat
berlangsung secara normal (Zaidin dkk, 2013).
Pemberian pakan pada larva kepiting harus dikelola dengan baik.
Sebagaimana dalam Ruliaty dkk (2007) pemberian pakan yang cukup dan
optimal diharapkan dapat mengurangi tingkat kanibalisme meskipun tidak
menjamin sepenuhnya. Selama masa pemeliharaan, larva rajungan diberi pakan
berupa makanan alami dan pakan tambahan (artificial feed). pakan yang
digunakan selama pemeliharaan rajungan adalah sebagai berikut :
A. Pakan Alami
Menurut Baharuddin (2011) dalam Zaidin dkk (2013), Brachionus dan
nauplius Artemia merupakan pakan alami yang cocok diberikan pada
pemeliharaan larva, karena selain ukurannya yang kecil juga memiliki nilai nutrisi
yang cukup baik yakni mengandung asam-asam amino esensial dalam jumlah
yang cukup. Hasil penelitian sebelumnya, diketahui bahwa

Brachionus

mempunyai kandungan protein sekitar 36,06-42,50%; karbohidrat 16,65% dan


lemak 8,32-10,48%; sedangkan Artemia mengandung protein kasar sekitar 58%.

16

a. Rotifera (Brachionus spp.)


Rotifera (Brachionus spp.) dikultur pada bak beton bervolume 2,5 ton.
Sebelum penebaran bibit rotifer, bak kultur rotifer diisi dengan chlorella yang
berasal dari kultur massal pada bak beton bervolume 2,5 ton sebanyak 25% dari
volume bak. Keesokan harinya ditambah lagi chlorella sebanyak 25% sampai
hari ke-4. Setelah mencapai hari ke-5, rotifer siap dipanen dan diberikan ke larva.
Sebelum diberikan ke larva, rotifer disaring dan dicuci dengan air laut yang telah
didesinfeksi.
Rotifera diberikan setelah larva zoea ditebar ke bak pembenihan,
pemberian rotifera pada larva sebanyak dua kali sehari pada pukul 09.00 dan
pukul 21.00 pada stadia zoea 1 hingga zoea 3 hari pertama yang dikombinasikan
dengan pakan alami artemia.

Gambar 15. Wadah penampungan pakan alami rotifer (Brachionus spp.)


b. Artemia salina
Kultur A.salina menggunakan teknik dekapsulasi agar mempermudah
proses pemanenan artemia serta untuk lebih meningkatkan daya tetas artemia
dalam proses melepaskan lapisan luar yang keras sebelum penetasan. Sebelum
didekapsulasi, kista artemia direndam dalam air tawar selama 1 2 jam.
Langkah-langkah dekapsulasi artemia yaitu:
1. Ember bervolume 7 L diisi dengan air tawar sebanyak 6 L kemudian
dimasukkan kista Artemia. Rendam selama 15 menit.

17

2. Kista Artemia kemudian ditiriskan dengan menggunakan saringan mesh


size no. 120, lalu masukkan kembali kista Artemia ke dalam ember dan
diberi kaporit sebanyak 300 500 ppm untuk membunuh bakteri dan
jamur pada kista. Kemudian aduk dengan tekanan yang kuat dengan
tujuan untuk menghomogenkan kaporit dalam proses dekapsulasi selama
kurang lebih 10 menit.
3. Selanjutnya kista Artemia disaring kembali, lalu dibilas hingga bersih
dengan menggunakan air tawar hingga bau kaporit benar-benar hilang.
Tahap tersebut diulagi terus-menerus sampai A.salina berubah warna
menjadi oranye Selama proses dekapsulasi diusahakan suhu tidak lebih
dari 400 C karena dapat menyebabkan terbakar atau mati.
4. Kemudian dibungkus dengan menggunakan plastik sample dan disimpan
ke dalam kulkas untuk ditetaskan dihari berikutnya.
Dalam proses penetasan artemia digunakan wadah berbentuk kerucut
(galon) yang diisi air laut yang sudah disterilkan dan diberi aerasi kuat. Kemudian
masukkan kista artemia yang sudah didekapsulasi sebanyak 5 g. Penetasan
kista dilakukan selama 4 jam kemudian dipanen.
Pemanenan dilakukan dengan cara mengangkat selang aerasi dan
didiamkan selama 5 menit agar kista yang tidak menetas naik ke permukaan,
selanjutnya menutup bagian atas wadah dengan terpal hitam agar naupli Artemia
bergerak ke dasar wadah yang dipasangi corong. Panen dilakukan dengan cara
menyipon naupli Artemia yang ada didasar wadah dengan menggunakan selang
plastik dan ditampung dalam ember yang dilapisi dengan saringan agar naupli
Artemia tidak lolos. Naupli Artemia yang sudah disaring kemudian dicuci
menggunakan air laut, lalu disalin ke dalam ember lain yang berisi air laut dan
diaerasi hingga siap untuk diberikan pada larva rajungan.

18

Artemia diberikan pada larva stadia zoea 3 hari pertama hingga larva
stadia megalopa dengan frekuensi pemberian dua kali sehari pada pukul 09.00
dan pukul 21.00.

Gambar 16. Wadah penampungan pakan alami Artemia salina


B. Pakan Buatan
Pada

pembenihan

rajungan,

pakan

buatan

yang

dipergunakan

merupakan pakan komersial yang biasa dipergunakan pada udang windu. Jenis
pakan buatan yang digunakan pada pemeliharaan larva yakni Japonicus, Flake
dan udang rebon.
a. Japonicus
Ada 3 jenis Japonicus yang diberikan pada larva yakni Japonicus 1 (J0)
untuk larva stadia zoea-1 dan zoea-2, Japonicus 1 (J1) untuk stadia zoea 3 dan
zoea-4 Japonicus 2 (J2). Pakan japonicas diberikan 5 kali sehari yakni pada
pukul 06.00, 12.00, 15.00, 18.00 dan 0.00

19

Gambar 17. Pakan buatan japonicus


b. Flake
Flake merupakan pakan buatan yang diberikan pada larva stadia
megalopa yang berbentuk seperti lempengan. Pakan flake diberikan 5 kali sehari
yakni pada pukul 06.00, 12.00, 15.00, 18.00 dan 0.00.

Gambar 18. Pakan buatan flake


c. Udang Rebon.
Pemberian udang rebon yang telah dihaluskan (dicincang) dilakukan
ketika larva rajungan menjadi Crab-1 (hari 14) hingga panen (Crab-5 pada hari
ke-18). Pakan ini diberikan 4 kali sehari yakni pada pukul 06.00, 12.00, 18.00
dan 0.00.

Gambar 19. Pakan udang rebon


Jenis
Pakan

Tabel 3. Jadwal pengaturan pemberian pakan larva rajungan


Umur Pemeliharaan (Hari)
20

Rotifera
Artemia
Pakan
buatan
Udang
rebon
3.3.7 Pengelolaan Kualitas Air
Pengelolaan kualitas air dalam kegiatan pembenihan merupakan salah
satu faktor penentu keberhasilan kelulushidupan larva. Untuk menjaga kualitas
air agar tetap optimal, maka ketika memasuki fase zoea dilakukan pengelolaan
air dengan cara pergantian air sebanyak 10%. Pergantian air menggunakan pipa
yang disambung dengan selang plastik berukuran 0,2 inci. Pada ujung pipa diberi
plankton net agar saat menyipon larva tidak ikut terbawa. Pergantian air
dilakukan setiap 2 hari sekali dan pada fase megalopa mulai dilakukan
pergantian air sebanyak 20% per hari dan terus ditingkatkan hingga mencapai
40% pada fase crab. Pada saat pergantian air hendaknya diusahakan agar tidak
terjadi perubahan (fluktuasi) suhu dan salinitas yang terlalu tinggi.
Pengukuran parameter kualitas air dilakukan setiap hari sebanyak tiga
kali yakni pada pukul 07.00, 13.00 dan 19.00. Adapun parameter yang diukur
yakni salinitas, suhu, pH, dan DO. Parameter kualitas air selama pemeliharaan
induk dan larva rajungan dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 4. Parameter kualitas air selama pemeliharaan larva rajungan.
Parameter
Nilai Kisaran
Salinitas (ppt)
28 35
Suhu (0C)
28 - 33
pH
78
DO (ppm)
47
Dari tabel 4, diatas dapat diketahui bahwa kisaran suhu yaitu 28-33 0C.
Nilai kisaran suhu tersebut kurang layak untuk pertumbuhan rajungan,
sebagaimana dinyatakan dalam Ruliaty dkk (2005) bahwa suhu air media
21

pemeliharaan memegang peranan yang penting di dalam rajungan dimana suhu


air 30-33 oC akan membuat proses pergantian stadia pada larva rajungan tidak
terhambat sehingga akan didapatkan pertumbuhan larva rajungan yang lebih
cepat dibandingkan apabila suhu media air <30 oC.
Sedangkan nilai salinitas 28-35 ppt, termasuk dalam kisaran yang cukup
layak, sebagaimana dalam Susanto (2007) bahwa zoea rajungan dapat hidup
dan berkembang pada salinitas 24-34 ppt dan sintasan yang terbaik pada
perlakuan dengan salinitas 32-34 ppt. Salinitas merupakan salah satu faktor
lingkungan yang berpengaruh pada kehidupan organisme akuatik. Salinitas
media melalui perubahan osmolaritas media air akan menentukan tingkat kerja
osmotik (beban osmotik) yang dialami kepiting dan akan mempengaruhi tingkat
pembelanjaan energi. Efek lanjutnya akan menentukan tingkat kelangsungan
hidup dan pertumbuhan kepiting (Karim, 2007).
Sedangkan nilai kisaran pH pada media pemeliharaan yakni 7-8, berada
pada rentang layak yang optimum bagi media pemeliharaan rajungan. Hal ini
didukung oleh pendapat Heasman dan Fielder (1985) dalam Astuti (2008) yang
menyatakan bahwa nilai pH pada pemeliharaan rajungan pada umumnya
berkisar antara 7,2-8.8.
Dari tabel 4 diatas dapat dilihat pula nilai kisaran oksigen terlarut (DO)
pada media pemeliharaan yakni 4-7 ppm, kisaran tersebut termasuk dalam
kisaran

cukup

layak bagi media pemeliharaan

rajungan,

sebagaimana

pernyataan BBPBAP (2003) dalam Astuti (2008) bahwa larva dan megalopa
rajungan membutuhkan kadar oksigen terlarut antara 4,0-6,0 ppm.
3.3.8 Panen
Kegiatan pemanenan dilakukan setelah seluruh larva memasuki stadia
crab-5, yakni setelah berkisar 18-20 hari pemeliharaan. Alat yang diperlukan
untuk panen larva rajungan adalah saringan, selang plastic dan baskom. Panen
22

larva rajungan dilakukan dengan cara mengurangi air media pemeliharaan


melalui saringan hingga mencapai ketinggian air 10 cm. Kemudian benih
ditangkap dengan menggunakan seser yang ukuran mata jaringnya lebih kecil
dari ukuran kreblet (2-3 mm). Selanjutnya kreblet ditampung dalam baskom
kemudian dihitung dan dipindahkan ke baskom lain satu persatu.
3.3.9 Kelangsungan Hidup (Survival Rate)
Kelangsungan hidup rajungan dapat ditentukan dengan cara melakukan
perhitungan jumlah larva awal tebar dan hasil panen, kemudian dari hasil
tersebut dapat menunjukkan nilai kelangsungan hidup. Cara menghitung nilai
kelangsungan hidup atau lebih sering dikenal dengan Survival Rate (SR) dapat
dihitung dengan menggunakan rumus SR menurut Effendi (2002) yakni:
SR (%) = Nt/ N0 x 100%
Keterangan:

Nt
N0

:Jumlah larva akhir (Individu)


: Jumlah larva awal penebaran (Individu)

Tabel 5. Jumlah penebaran larva dan SR rajungan.


Jumlah awal tebar
Jumlah panen
No.
(individu)
Megalopa
Crablet
1
270.000
1004
594
2
360.000
1223
705
3
187.000
806
604

SR Crablet
(%)
0,22
0,19
0,32

Dari hasil perhitungan pada Tabel 5, diperoleh nilai sintasan yaitu, 0,22:
0,19; dan 0,32. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kelangsungan hidup dari
rajungan yang diproduksi di Pembenihan Hatchery Unhas selama dalam satu
siklus cukup rendah. Hal ini diduga karena faktor nutrisi yang kurang tercukupi
akibat penyediaan pakan alami yang tidak tersedia secara kontinyu, adanya
serangan bakteri dan jamur, serta adanya sifat kanibalisme. Sebaiknya pakan
alami harus tersedia sebelum larva ditebar dan sebelum terjadi perubahan fase
larva agar nutrisi dapat tercukupi, dilakukan pengambilan sisa pakan untuk
mencegah terjadinya pembusukan pada bak pemeliharaan, pergantian air

23

sebaiknya dilakukan setiap hari serta penggunaan shelter yang memadai agar
setidaknya dapat menekan sifat kanibalisme.

IV. RANGKUMAN
Berdasarkan hasil praktik kerja lapang yang dilaksanakan di Pembenihan
Pendidikan UNHAS Desa Bojo, dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut :
1. Tahapan kegiatan dalam pembenihan rajungan yaitu penyiapan wadah
dan media pemeliharaan, pengelolaan induk, pemeliharaan larva,
pengelolaan pakan, pengelolaan kualitas air, dan panen.
2. Pakan yang diberikan saat pemeliharaan larva yaitu pakan alami dan
pakan buatan. Pakan alami berupa Rotifer dan Artemia diberikan pada
saat pemeliharaan stadia zoea dan megalopa sedangkan pakan buatan
berupa Japonicus diberikan pada saat masa pemeliharaan stadia zoea,
flake diberikan pada stadia megalopa sedangkan untuk stadia crab
diberikan pakan udang rebon.
3. Lama pemeliharaan benih rajungan stadia zoea hingga crablet yakni
sekitar 18-20 hari, dengan tahapan zoea 1 (1-3 hari), zoea 2 (1-3 hari),
zoea 3 (1-3 hari), zoea 4 (1-2 hari), megalopa (1-4 hari) dan crablet (1-5
hari).

24

4. Survival Rate crablet rajungan selama tiga siklus pemeliharaan yaitu


0,22%., 0,19% dan 0,32%.

DAFTAR PUSTAKA
Astuti, O. 2008. Pengaruh Salinitas terhadap Perkembangan dan Kelangsungan
Hidup Larva Menjadi Megalopa Rajungan (Portunus pelagicus). Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Djunaedi, A. 2009. Kelulushidupan dan Pertumbuhan Crablet Rajungan
(Portunus pelagicus Linn) pada Budidaya dengan Substrat Dasar yang
Berbeda. Universitas Diponegoro. Semarang.
Effendi, M. I. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Utama. Bogor.
Karim, M. Y. 2007. The Effect of Osmotic At Various Medium Salinity on Vitality
Of Female Mud Crab (Scylla olivacea). Universitas Hasanuddin. Makassar.
Kurnia, R., M. Boer dan Zairion. 2014. Biologi Populasi Rajungan (Portunus
pelagicus) dan Karakteristik Lingkungan Habitat Esensialnya sebagai
Upaya Awal Perlindungan di Lampung Timur. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Mustafa, A dan Abdullah. 2012. Strategi Pengaturan Penangkapan Berbasis
Populasi dengan Alat Tangkap Bubu Rangkai pada Perikanan Rajungan:
Studi Kasus di Perairan Kabupaten Konawe Sulawesi Tenggara.
Universitas Haluileo. Kendari.
Ruliaty, L., M. Mardjono., A. Nur II dan R. Prastowo. 2005. Pembenihan Hatchery
Rajungan Suatu Alternatif Usaha Budidaya. dipresentasikan pada
Pertemuan Pra lintas UPT Payau dan Laut Lingkup Dirjen Perikanan
Budidaya DKP Makasar. Makassar.
25

Ruliaty, L., M. Mardjono dan U. Komarudin. 2007. Balai Besar Pengembangan


Budidaya Air Payau. Jepara.
Sulkifli., A. Baso dan Susanto. 2009. Peningkatan Pendapatan Nelayan Kepiting
Rajungan (Portunus pelagicus) Melalui Pendekatan Agribisnis di
Kabupaten Maros. Politeknik Pertanian Negeri Pangkep. Pangkep.
Susanto, B. 2007. Pertumbuhan, Sintasan dan Keragaan Zoea sampai Megalopa
Rajungan (Portunus pelagicus) Melalui Penurunan Salinitas. Balai Besar
Riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Bali.
Zaidin, M. Z., I. J. Effendy., dan K. Sabilu. 2013. Sintasan Larva Rajungan
(Portunus pelagicus) Stadia Megalopa Melalui Kombinasi Pakan Alami
Artemia salina dan Brachionus plicatilis. Universitas Haluileo. Kendari.

LAMPIRAN 1

26

Pencucian bak pemeliharaan larva stadia megalopa dan crablet

Perhitungan kepadatan larva sebelum ditebar

Pemberian pupuk pada chlorella

27

Pembuatan pakan predigest

Penimbangan pakan buatan

Pemberian pakan buatan pada larva

Perhitungan hasil panen crablet

28

Timbangan elektrik

Seser

NAMA

Beaker glass

Kulkas
JURNAL KEGIATAN
PRAKTEK KERJA LAPANG (PKL)
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN

: NURUL INAYAH

29

NIM
: L221 12 003
LOKASI
: BACKYARD UNHAS
KEGIATAN : PEMBENIHAN RAJUNGAN
NO
TANGGAL
WAKTU

KEGIATAN

KET

02/10/2015

21.00

Tiba dilokasi

03/10/2015

09.00

Bersih-bersih lingkungan hatchery

04/10/2015

10.00

Persiapan bak chlorella

05/10/2015

09.00

Pengambilan chlorella dari Benur Kita


Penebaran chlorella
Pemberian pupuk pada chlorella

Pemberian pupuk chlorella

Pemberian pupuk chlorella

Pemberian pupuk chorella

Pemberian pupuk chlorella

Pemberian pakan udang rebon untuk

larva rajungan C5
Penggantian air bak induk
Pemberian pakan cumi-cumi untuk induk

rajungan
Pemberian pakan udang rebon untuk

09.30
09.45

06/10/2015

07/10/2015

08/10/2015

09/10/2015

10/10/2015

09.30

10.00

12.31

09.30

12.00

17.00
17.15

larva rajungan C5

Pemberian pakan udang rebon untuk


30

18.00

0.00

10

11/10/2015

06.00

12.00

17.00

11

12/10/2015

09.15

larva rajungan C5
Pemberian pakan udang rebon untuk

larva rajungan C6
Pemberian pakan udang rebon untuk

larva rajungan C6
Pembersihan bak pakan alami

Penimbangan pupuk untuk chlorella


Penebaran chlorella
Pemberian pupuk untuk chlorella
Pemberian pakan induk rajungan
Penambahan air pada bak chlorella
Penimbangan pupuk untuk chlorella
Pemberian pupuk untuk chlorella
Pemberian pakan induk rajungan

Pembersihan kolam induk rajungan


Pemberian pakan induk rajungan

Penimbangan pupuk chlorella


Pemberian pupuk pada kolam chlorella
Pembersihan kolam untuk kultur rotifer
Pemberian pakan induk rajungan

Penambahan air pada bak chlorella


Penimbangan pupuk untuk chlorella
Pemberian pupuk untuk chlorella
Pemberian pakan induk rajungan

Pemotongan pakan cumi untuk induk

rajungan
Pemberian pakan induk rajungan

09.30

09.40
18.00

12

13/10/2015

10.00
10.30
10.45
18.05

13

14/10/2015

16.30
18.00

14

15/10/2015

16.00
16.10

31

17.00
17.20

15

16/10/2015

10.00
10.30

Penebaran rotifer
Penimbangan pupuk chlorella
Pemberian pupuk chlorella
Pemberian pakan induk rajungan

Pemberian pakan induk rajungan

Penimbangan pupuk untuk chlorella


Pemberian pupuk untuk chlorella

Pemberian pakan induk rajungan

10.45
18.05

16

17/10/2015

18.00

18.10

17

18/10/2015

10.00
17.45

Penimbangan pupuk untuk chlorella


Pemberian pupuk untuk chlorella

Penimbangan pupuk untuk chlorella


Pemberian pupuk untuk chlorella

Penimbangan pupuk untuk chlorella


Pemberian pupuk untuk chlorella
Persiapan bak larva
Pemberian rotifer pada Z1
Penimbangan pupuk untuk chlorella
Pemberian pupuk pada chlorella
Pembuatan pupuk predigest untuk zoae
Pemberian treflan pada larva Z1
Pemberian pakan ikan rucah pada induk

18.00
18.05

18

19/10/2015

17.30

19

20/10/2015

09.00
09.15

20

21/10/2015

17.30

21

22/10/2015

17.00

Pemberian rotifer pada Z1


Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1

32

17.10

22

23/10/2015

Pemberian rotifer pada Z1


Pemberian PB pada Z1

17.00
17.10

23

24/10/2015

17.00
17.10

24

25/10/2015

10.00

25

26/10/2015

09.00
09.15
09.25

Pemberian PB pada Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian PB pada Z1

Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2

Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2

Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2

Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada Z3

09.30

17.30
18.00

26

27/10/2015
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

33

27

28/10/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

28

Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3

Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3

Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada
Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z4
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada
Pemberian PB pada Z4
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada Z4
Pemberian PB pada Z4
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada
Pemberian PB pada Z4

Pemberian PB pada M1
Pengukuran kualitas air

29/10/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

29

30/10/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00

Z3

Z3

Z4

Z4

21.00
00.00
30

31/10/2015
06.00

34

09.00

Panen Megalopa untuk dipindahkan

ke bak pemeliharaan larva


Penebaran larva pada bak
Pemberian PB M1
Pemberian PB M1
Pemberian PB
Pengukuran kualitas air
Pemberian pakan alami M1
Pemberian PB M1

Pemberian PB pada M2
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada M2
Pemberian PB pada M2
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada M2
Pemberian PB pada M2
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada M2
Pemberian PB pada M2

Pemberian PB pada M3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada M3
Pemberian PB pada M3
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada M3
Pemberian PB pada M3
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada M3
Pemberian PB pada M3

Pemberian PB pada C1
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada C1
Pemberian PB pada C1
Pengukuran kualitas air
Pemberian PB pada C1

12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

31

1/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00
15.00
18.00
19.00
21.00
00.00

32

02/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00
15.00
18.00

35

19.00
21.00
00.00

33

03/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00

Pemberian PB pada C1
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada C1
Pemberian PB pada C1

Pemberian pakan rebon pada C2


Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada C2
Persiapan bak larva
Pemberian pakan rebon pada C2
Pengukuran kualitas air
Pemberian pakan rebon pada C2
Pemberian pakan rebon pada C2
Pengukuran kualitas air
Pemberian artemia pada C2
Pemberian pakan rebon pada C2

Pemberian pakan rebon pada C3


Pemindahan larva ke bak kerucut
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian artemia pada Z1
Perhitungan dosis pakan
Penimbangan pakan untuk zoea
Pemberian treflan pada Z1
Pemberian pakan rebon pada C3
Pemberian rotifer Z1
Pengukuran kualitas air Z1
Pemberian pakan rebon pada C3
Pemberian PB pada Z1
Pemberian pakan rebon pada C3
Pemberian PB pada Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan rebon pada C3

Pemberian pakan rebon pada C4


Pemberian pakan rebon pada C4
Pemberian pakan rebon pada C4
Pemberian pakan rebon pada C4

Pemberian pakan rebon pada C5


Pemberian pakan rebon pada C5

15.00
18.00
19.00
21.00
00.00
34

04/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00
15.00
18.00
19.00
21.00
00.00

36

35

Panen C5

Pemberian pupuk pada chlorella

06.00

Pencucian bak pemeliharaan larva

07.00

Pencucian bak induk


Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1

Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1

Pemberian PB pada Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian PB pada Z1

Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2

Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z 2
Pemberian PB pada Z 2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z 2
Pemberian PB pada Z 2

05/11/2015

07.30

11.43
12.00
15.00
18.00
19.00
21.00
24.00
36

06/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00
15.00
18.00
19.00
21.00
00.00

37

37

07/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00
15.00
18.00
19.00

Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian PB pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian PB pada Z 2
Pemberian PB pada Z3
Pemberian rotifer dan pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Penimbangan pakan buatan (PB)
Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian PB pada Z3

Pemberian PB pada Z3
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3

Pemberian PB pada Z3
Penggantian air bak larva
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian PB pada Z3
Pemberian artemia pada Z3
Pemberian PB pada Z3

Pemberian PB pada Z4
Pemberian artemia pada Z4
Pemberian PB pada Z4
Pemberian PB pada Z4
Pemberian PB pada Z4
Pemberian artemia pada Z4
Pemberian PB pada Z4

Pemberian PB pada Z4
Pemberian artemia pada Z4
Pemberian PB pada Z4
Pemberian PB pada Z4

21.00
00.00

38

08/11/2015
06.00
07.00
09.00
12.00
13.00
15.00
18.00
19.00
21.00
00.00

39

09/11/2015
06.00
07.00

38

09.00
09.10
12.00
13.00
15.00
18.00
19.00

Pencucian shelter
Pemberian PB pada Z4
Pemberian artemia pada Z4
Pemberian PB pada Z4

Pemberian PB pada larva


Panen megalopa
Penimbangan pakan flake
Pemberian pakan flake pada M1
Pemberian pakan flake pada M1
Pemberian artemia pada M1
Pemberian pakan flake pada M1

Pemberian pakan flake pada M2


Pemberian artemia pada M2
Pemberian pakan flake pada M2
Pemberian pakan flake pada M2
Pemberian pakan flake pada M2
Pemberian artemia pada M2
Pemberian pakan flake pada M2

Pemberian pakan flake pada M3


Pemberian artemia pada M3
Pemberian pakan flake pada M3
Pemberian pakan flake pada M3
Pemberian pakan flake pada M3
Pemberian artemia pada M3
Pemberian pakan flake pada M3

Pemberian pakan rebon pada C1


Persiapan bak kerucut
Perhitungan dan penimbangan PB
Pemberian pakan rebon pada C1
Pemberian pakan rebon pada C1
Pemberian pakan rebon pada C1

Pemberian pakan pada C2 dan Z1


Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan pada C2 dan Z1
Pemberian pakan pada Z1
Pemberian pakan pada C2 dan Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan pada C2 dan Z1

21.00
00.00
40

10/11/2015
06.00
08.00
08.30
09.00
09.10
09.15
11.00
12.00
13.00
15.00
18.00
21.00
00.00
06.00
12.00
18.00
00.00

39

41

11/11/2015
06.00
12.00
18.00

Pemberian pakan pada C3 dan Z1


Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan pada C3 dan Z1
Pemberian pakan pada Z1
Pemberian pakan pada C3 dan Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan pada C3 dan Z1

Pemberian pakan pada C4 dan Z1


Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan pada C4 dan Z1
Pemberian pakan pada Z1
Pemberian pakan pada C4 dan Z1
Pemberian rotifer pada Z1
Pemberian pakan pada C4 dan Z1

Pemberian pakan pada C5 dan Z2


Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada C5 dan Z2
Pemberian pakan pada Z2 dan

panen crab
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2

Pemberian pakan pada Z2


Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2

Pemberian pakan pada Z2


Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2

24.00
42

12/11/2015
06.00
12.00
15.00

43

13/11/2015
12.00

44

14/11/2015
15.00

45

15/11/2015
16.00

46

16/11/2015
06.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

47

17/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00

40

18.00
21.00
00.00
48

Inkubasi induk rajungan


Pemindahan larva yang sudah
menetas ke bak pemeliharaan larva

18/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00

Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1

Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1
Pemberian PB pada Z1

Pemberian pakan pada Z2


Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2

Pemberian pakan pada Z2


Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2

Pemberian pakan pada Z2


Pemberian rotifer pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian pakan pada Z2
Pemberian rotifer pada Z2

21.00
00.00

49

19/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

50

20/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00

41

51

21.00

Pemberian pakan pada Z2

00.00

Pemberian pakan pada Z3


Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian pakan pada Z3

Pemberian pakan pada Z3


Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian pakan pada Z3

Pemberian pakan pada Z3


Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian pakan pada Z3
Pemberian rotifer pada Z3
Pemberian pakan pada Z3

Pemberian pakan pada Z4


Pemberian rotifer pada Z4
Pemberian pakan pada Z4
Pemberian pakan pada Z4
Pemberian pakan pada Z4
Pemberian rotifer pada Z4
Pemberian pakan pada Z4

Panen crab
Penggatian air bak induk
Pemberian pakan induk rajungan

21/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
18.30
21.00

52

22/11/2015

00.00
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

53

23/11/2015
06.00
08.00
09.00
12.00
15.00
18.00

42

21.00
00.00
54

24/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

55

25/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
17.00
18.00
21.00
00.00

56

26/11/2015
06.00
08.00
15.00
15.10
18.00
21.00
43

00.00

57

27/11/2015
09.00
12.00

14.00
15.00
18.00
21.00
00.00
58

28/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

59

29/11/2015
06.00
07.30
11.00
12.00
18.00
00.00
44

60

30/11/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

61

1/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

62

2/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

63

3/12/2015
45

06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

64

4/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00

18.00
21.00
00.00
65

5/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

66

6/12/2015
06.00
46

09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

67

9/12/2015
15.00
09.00

68

10/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

69

11/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00
47

70

12/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

71

13/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

72

14/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

73

15/12/2015
06.00
48

09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

74

16/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

75

17/12/2015
06.00
09.00
12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

76

18/12/2015
06.00
09.00
49

12.00
15.00
18.00
21.00
00.00

77

29/12/2015

78

30/12/2015

17.00

79

31/12/2015

12.00
17.00

50

51

Anda mungkin juga menyukai