I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
semakin tinggi dari tahun ketahun. Hal ini menyebabkan tingkat kebutuhan
konsumsi protein yang berasal dari ikan semakin meningkat. Salah satu komoditas
maupun rumah tangga adalah ikan lele (Clarias sp.). Di Indonesia ikan lele
mempunyai beberapa nama daerah, antara lain ikan kalang (Padang), ikan maut
(Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi
(Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa Tengah) (Jatnika dkk., 2014).
30,08%, kecuali untuk komoditas Ikan Mas yang mengalami penurunan di tahun
2012 sebesar 33.503 ton atau 8,9%. Sedangkan komoditas Ikan Nila dan Ikan lele
merupakan salah satu provinsi terbesar penghasil produk perikanan dari budidaya
18,3% / tahunya itu dari 24.991 ton pada tahun 1999 menjadi 57.740 ton pada
tahun 2003. Revitalisasi ikan lele sampai dengan akhir tahun 2009 ditargetkan
mencapai produksi 175.000 ton atau meningkat rataan 21,64% / tahun. Kebutuhan
benih ikan lele mengalami peningkatan pesat yaitu dari 156 juta ekor pada tahun
1999 menjadi 360 juta ekor pada tahun 2003 atau meningkat rataan 46% / tahun.
2
Kebutuhan benih lele diperkirakan mencapai 1,95 miliar ekor pada akhir 2009
(Mahyuddin 2010).
Tujuan dari PKL ini adalah untuk mengetahui cara pengembangan potensi
budidaya air tawar di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan Perikanan (P2MKP)
wilayah Sultra.
PKL ini dilaksanakan pada hari Minggu, 16 Desember 2018 pada pukul
09.00 ̶ 12.00 WITA dan bertempat di Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan dan
Kota Kendari.
C. ProsedurKerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada PKL ini yaitu dengan menggunakan
metode wawan cara. Wawan cara adalah proses pengumpulan data untuk
Kota Kendari. P2MKP ini beroperasi sejak tanggal 9 September 2012. Tempat ini
menyediakan benih yang siap untuk dibudidayakan untuk masyarakat baik desa
B. Pembahasan
semua pihak yang bermitra, seperti memperkuat mekanisme pasar dan persaingan
6
usaha yang efisien dan produktif. Menurut UU No 20 Tahun 2008 Tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, dan
Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan
penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan,
adalah jenis ikan lele sangkuriang. Sunarma (2004) menyatakan bahwa upaya
perbaikan benih telah dilakukan di Balai Budidaya Air Tawar sejak tahun 2000
dan telah menghasilkan lele sangkuriang yang memiliki pertumbuhan yang lebih
baik. Hasil perekayasaan ini menghasilkan “lele sangkuriang” yang sudah dilepas
fekunditas dan pertumbuhan yang lebih tinggi serta tingkat konversi pakan yang
lebih rendah.
Hal utama yang perlu diperhatikan dalam budidaya lele adalah benih.
Pengelolaan kualitas air merupakan aspek yang sangat penting dalam industry
7
Kolam induk dilengkapi dengan saluran outlet atau pembuangan air yang
dilakukan dengan cara mengalirkan air secara kontinu pada masing-masing bak
melalui pipa air pemasukan yang berdiameter 3 inch. Pada setiap bak
melebihi ketinggian pipa pembuangan maka secara otomatis air akan terbuang
keluar.
Benih yang dihasilkan dari induk lele kemudian dipelihara pada media
dengan menggunakan aerasi air mancur yang memanfaatkan beda ketinggian yang
bertujuan agar kebutuhan hidup ikan (factor kimia) dapat terpenuhi. Secara tidak
langsung dengan adanya aerasi air mancur dapat menunjang untuk meningkatkan
Handayani dan Hastuti (2002) kandungan oksigen dalam air merupakan factor
utama dalam menentukan daya dukung atau carrying capacity kolam ikan, di
samping faktor lain seperti aliran air dan jenis ikan. Banyaknya ikan dalam air
Benih yang berasal dari kolam induk akan dipelihara lagi dalam keramba
pembesaran. Pada tahap ini, kolam yang digunakan memiliki ukuran yang lebih
Selain itu, P2MKP memiliki saluran pengeluaran air (outlet) yang terletak
A. Simpulan
kualitas air hingga manajemen pembesaran organism budidaya. Tempat tersebut memiliki
beberapa komponen penting, yaitu saluran pemasukan (inlet), mesin air, kolam
B. Saran
proses belajar di P2MKP wilayah Sultra dalam program yang lain kedepannya.
13
DAFTAR PUSTAKA