Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

DASAR-DASAR AKUAKULTUR

Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah dasar-dasar akuakultur

Dosen Pengampu : Indra lesmana, S.PI, M.SI

Disusun oleh

Nama : Flora Wati Br. Sianipar

NIM : 2304110785

Fakultas Perikanan Dan Kelautan

Universitas Riau

Pekanbaru

2023
Kata Pengantar

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah menuntun penulis untuk
menyelesaikan makalah dengan judul “budidaya Ikan Patin”. Dimana makalah
ini merupakan dalam rangka penyelesaian tugas mata kuliah Dasar-Dasar
Aquaculture jurusan Sosial Ekonomi Perikanan fakultas Perikanan dan
Kelautan Universitas Riau.
Dalam makalah yang bertemakan tentang penjelasan tentang pembudidayaan
ikan patin dari mulai bentuk dan ukuran wadah budidaya, pengelolaan tanah
dasar, kualitas air, penebaran benih, pemberian pakan, hingga sampai dengan
cara dan tehnik budidaya ikan patin yang baik dan benar , kami ingin mengulas
dan membahas lebih jauh mengenai budidaya ikan patin. Mengingat pentingnya
pembelajaran tentang aspek-aspek tersebut untuk membantu kedepannya dalam
pengembangan lebih lanjut dari dari budidaya ikan patin di indonesia.
Tentunya dalam penyusunan makalah ini masih banyak terdapat celah
kekurangan dalam segi apa pun, sehingga penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat konstruktif demi perkembangan yang progesif untuk
kemajuan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam masyarakat Indonesia
maupun dunia

Pekanbaru, September 2023

DAFTAR ISI
Kata Pengantar...........................................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

I. PENDAHULUAN.................................................................................................................4

1.1 Latar belakang..................................................................................................................4

1.2 Tujuan..............................................................................................................................5

II. METODE...............................................................................................................................6

2,1 Tempat dan Waktu............................................................................................................6

2.2. Bahan dan Alat................................................................................................................6

2.3 Prosedur Pengamatan.......................................................................................................6

III.\HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN..................................................................................7

3.1 Bentuk dan Ukuran Wadah Budidaya..............................................................................7

3.2 Pengelolaan tanah dasar...................................................................................................9

3.3 Kualitas air.....................................................................................................................10

3.4 Penebaran benih.............................................................................................................11

3.5 Pemberian pakan............................................................................................................12

3.6 Jenis hama......................................................................................................................12

3.7 Panen.............................................................................................................................13

3.8 Pasar...............................................................................................................................13

IV. kesimpulan dan Saran........................................................................................................14

4.1Kesimpulan.....................................................................................................................14

4.2 Saran...............................................................................................................................15

V. Daftar pustaka....................................................................................................................15

VI. Lampiran-Lampiran...........................................................................................................17

Daftar gambar
Gambar 1,1 Gambar kolam ikan patin berbentuk bulat 1 meter (indukan)

Gambar 1,2 kolam ikan patin berbentuk bulat 1 meter (indukan)

Gambar 1.3 kolam ikan patin petak persegi panjang (pembesaran)

Gambar 3,1 kondisi air di dalam kolam pembenihan


I. PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Ikan patin adalah ikan perairan tawar yang termasuk ke dalam famili pangasidae dengan
nama umum adalah catfish. Populasi di alam ditemukan di sungai-sungai besar di daerah
Sumatera, Kalimantan, dan sebagian di Jawa. Di daerah penyebarannya tersebut di Indonesia,
terdapat sekitar 14 jenis ikan patin, termasuk ikan patin. Selain di Indonesia, ikan patin juga
banyak ditemukan di kawasan Asia seperti di Vietnam, Thailand, dan China. Diantara
beberapa jenis patin tersebut, yang telah berhasil dibudidayakan, baik dalam pembenihan
maupun pembesaran dalam skala usaha mikro, kecil, dan menengah adalah 2 spesies, yakni
ikan patin siam (Pangasius hypophthalmus; nama latin sebelumnya adalah P. sutchi) dan
patin jambal (Pangasius djambal) (Tim Penelitian dan Pengembangan Perkreditan dan
UMKM, 2010).
Patin (Pangasius sp.) merupakan ikan penting dalam budidaya perairan atau akuakultur.
Departemen Perikanan dan Akuakultur FAO (Food and Agriculture Organization)
menempatkan patin diurutan keempat setelah ikan mas (Cyprinus carpio), nila (Oreochromis
niloticus), lele (Clarias sp.) dan gurami (Osphronemus gouramy). Ikan patin salah satu
komoditas penting yang perlu dipacu pengembangannya. Ikan ini memiliki karakteristik unik
yang menjadikannya sebagai prioritas, yaitu : 1) fekunditas telur yang tinggi, 2) ukuran yang
besar, 3) pertumbuhan relatif cepat, 4) kepadatan tinggi dan survival rate 80-90%, 5)
teknologi sederhana, 6) modal tidak terlalu tinggi dan usaha yang menguntungkan, 7) lahan
budidaya cukup luas dan 8) penyerapan tenaga kerja. Saat ini species patin yang paling
banyak dibudidayakan di Indonesia adalah patin siam (Pangasius hypophthalmus) atau lele
bangkok yang merupakan ikan introduksi dari Thailand, serta patin jambal (Pangasius
djambal). Usaha pembesaran ikan patin dapat dilakukan pada berbagai wadah pemeliharaan
seperti kolam tanah, kolam terpal dan daerah rawa-rawa (Asyari et al., 1997).
Dahulu pembudidayaan ikan hanya mengenal kolam tanah, tembok, dan keramba sebagai
wadah budidaya ikan. Seiring dengan perkembangan tekonlogi pertanian dan ketersediaan
bahan material, banyak peternak yang berimprovisasi menerapkan uji coba pemeliharaan ikan
dikolam alternatif. Salah satunya yang lagi ngetren adalah kolam terpal. Untuk
menanggulangi besarnya biaya produksi yang dikeluarkan, cara yang dilakukan oleh petani
ikan salah satunya yaitu pembenihan ikan lele di kolam terpal. Terpal merupakan bahan
plastik kedap air, dimana sifat itu yang membuatnya berguna sebagai lapisan penahan air di
kolam. Kolam terpal pada umumnya sudah biasa dipakai peternak ikan hias, tetapi pada
peternak ikan konsumsi sangat jarang. Keunggulan penggunaan kolam dari terpal antara lain
kolam terpal mudah dibuat, suhu kolam lebih stabil dibandingkan kolam semen (Trubus,
September 2009) ; (Rosalina, 2014). Selain biaya yang dikeluarkan lebih kecil dari media
lainnya, keterbatasan lahan juga tidak menjadi masalah. Kolam juga dapat dipindah-pindah
sesuai keinginan. Ikan patin dapat dibudidayakan di kolam tanah liat, kolam terpal, maupun
kolam semen atau beton.

Pada budidaya ikan patin, salah satu hal yang menjadi peluang bagi pembudidaya ikan patin
adalah masih kurang seimbangnya antara perbandingan jumlah poduksi dengan jumlah
permintaan ikan patin. Saat ini, jumlah produksi yang ada menunjukkan kecenderungan
selalu lebih rendah dari pada jumlah permintaan. Padahal dari sisi teknologi, sebenarnya
sudah ditemukan beberapa teknik budidaya ikan patin yang memungkinkan dilakukannya
pembudidayaan ikan patin secara intensif di berbagai media pemeliharaan (Khairuman dan
Sudenda, 2002) ; (Komariah dan Aries, 2009) .

1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui bentuk dan ukuran wadah budidaya
2. Untuk mengetahui pengelolaan tanah dasar
3. Untuk mengetahui kualitas air
4. Untuk mengetahui cara penebaran benih
5. Untuk mengetahui cara pemberian pakan
6. Untuk mengetahui jenis hama yang ada serta bagaimana cara menanggulanginya
7. Untuk mengetahui masa pemeliharaan serta cara panen dan produksi
8. Untuk mengetahuai harga pasar nya
II. METODE

2,1 Tempat dan Waktu


Kunjungan lapangan ini dilaksanakan pada kolam “benih patin” milik abang Sapri, S.Pi yang
berlokasi di Jalan Suka Makmur No, Desa Tarai Bangun, kec. Tambang, Kabupaten Kampar
riau 28293 waktu kunjungan lapangan jam 13.00-15.00 wib pada tanggal 12 September
2023.

2.2. Bahan dan Alat


Bahan yang digunakan dalam pembudidayan ikan patin ini meliputi, pakan induk, pakan
benih, hormon ovaprim, obat-obatan, artemia, sodium, suspensi tanah merah, tissue, dan
bahan penunjang lainnya. Sedangkan alat yang diperlukan antara lain, Hapa plastic, Hapa
penampungan, Bak penampungan induk, Seser halus (scope net), Pompa air, Sistem aerasi,
Termometer, Akuarium + Rak, akuarium, Bak/kolam pendederan, Alat suntik (spuit), Kateter/
kanulator, Timbangan, Baskom, Handuk/Sarung tangan, Bulu ayam, Corong penetasan telur,
Corong penetasan artemia, Peralatan penunjang lainnya, Water heater.

2.3 Prosedur Pengamatan


1. Persiapan

- Alat tulis dan berpakaian lengkap serta memakai almamater universitas saat di lapangan

- Rangkuman pertanyaan terhadap pemilik kolam ikan

- Kolam ikan sudah tersedia serta jenis ikan

- Kondisi air kolam ikan sesuai dengan syarat budidaya

- Alat dan bahan di lapangan berfungsi dengan baik

2. Pengamatan

- Mengamati kondisi yang ada di sekitar kolam

- Mengamati kondisi air di kolam


- Mengamati kondisi benih ikan yang ada di kolam

- Mengamati kondisi pendederan yang ada di kolam

III. HASIL KUNJUNGAN LAPANGAN

3.1 Bentuk dan Ukuran Wadah Budidaya


Hasil dari kunjuangan lapangan, saya mendapat kan informasi dari pemilik budidaya
bahwasanya bentuk dari budidaya yaitu kategori bioflok (beralaskan terpal). Untuk bentuk
wadah budidaya ikan patin ada dua macam yaitu bulat dan petak (persegi panjang) dan
ukuran yang berbeda pula. Berikut ukuran wadah budidaya:

1. 7 kolam berbentuk bulat dengan ukuran 6 diameter (dm) dengan ketinggian 50 sentimeter
(cm) digunakan untuk pembenihan.

2. 4 kolam induk berbentuk bulat dengan ukuran diameter yang sama dengan pembenihan
namun bedanya ketinggian kolam induk ini mencapai 1 meter dan 2 meter (m).

3. 7 kolam berbentuk petak atau persegi panjang dengan ukuran 3 x 6 meter persegi (m2)
dengan ketinggian 70 sentimeter (cm) digunakan untuk pembesaran ikan patin.
Gambar 1.1 gambar kolam ikan patin berbentuk bulat 1 meter (indukan)

) Gambar 1,2 kolam ikan patin berbentuk bulat 1 meter (indukan

Gambar 1.3 kolam ikan patin petak persegi panjang (pembesaran)


3.2 Pengelolaan tanah dasar
Pengolahan dasar kolam pada budidaya ikan patin dilakukan dengan mencangkul dasar
kolam sedalam 10 – 20 cm. Tanah tersebut dibalik dan dibiarkan kering sampai 3-5
hari.Tujuan pengolahan dasar kolam adalah mempercepat berlangsungnya proses
dekomposisi (penguraian) senyawa-senyawa organik dalam tanah sehingga senyawa senyawa
yang beracun yang terdapat di dasar kolam budidaya ikan akan menguap. Tanah yang baru
dicangkul diratakan. Setelah dasar kolam rata, lalu dibuat saluran ditengah kolam. Saluran ini
disebut kemalir. Kemalir berfungsi untuk memudahkan pemanenan dan sebagai tempat
berlindung benih ikan pada siang hari. Saluran pemasukan dan pengeluaran air dilengkapi
dengan saringan. Tujuannya untuk menjaga agar tidak ada hama yang masuk ke dalam kolam
dan benih ikan budidaya yang ditebarkan tidak kabur atau keluar kolam.

Pengapuran dasar kolam sebaiknya dilakukan setelah pengolahan tanah. Pada saat tanah
dibalikkan dan sambil menunggu kering tanah dasar, penebaran kapur dapat dilakukan.
Pengapuran merupakan salah satu upaya untuk mempertahankan kestabilan keasaman (pH)
tanah dan air, sekaligus memberantas hama penyakit dalam kolam budidaya ikan. Jenis kapur
yang digunakan untuk pengapuran kolam ada beberapa macam diantaranya adalah kapur
pertanian, yaitu kapur carbonat : CaCO3 atau [CaMg(CO3)]2, dan kapur tohor / kapur aktif
(CaO).

Kapur pertanian yang biasa digunakan adalah kapur karbonat yaitu kapur yang bahannya dari
batuan kapur tanpa lewat proses pembakaran tapi langsung digiling. Kapur pertanian ada dua
yaitu Kalsit dan Dolomit. Kalsit bahan bakunya lebih banyak mengandung karbonat,
magnesiumnya sedikit (CaCO3), sedangkan dolomit bahan bakunya banyak mengandung
kalsium karbonat dan magnesium karbonat [CaMg(CO3)]2, Dolomit merupakan kapur
karbonat yang dimanfaatkan untuk mengapur lahan kolam budidaya ikan bertanah masam.
Kapur tohor adalah kapur yang pembuatannya lewat proses pembakaran. Kapur ini dikenal
dengan nama kapur sirih, bahannya adalah batuan tohor dari gunung dan kulit kerang.
3.3 Kualitas air
Hasil dari pengamatan saya dan informasi dari pemilik budidaya saya mendapatkan
berberapa hasil yaitu

1. suhu

Dikarenakan tempat atau daerah kolam pembenihan budidaya sangat terbuka, suhu air yang
ada di kolam terpal pun berubah-ubah, seperti: pagi 29 oC sampai 30 oC, siang 30 oC
sampai 33 oC , malam 30 0C sampai 31oC, suhu air yang baik untuk pembudidayaan ikan
patin adalah antara 25oC–30oC, menunjukkan suhu perairan relatif stabil dan cukup
mendukung kehidupan dan pertumbuhan ikan patin dalam kolam terpal pada kegiatan
pembibitan di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar, riau.

Gambar 3,1 kondisi air di dalam kolam pembenihan

2. Ph

Nilai pH dari kolam terpal budidaya ini adalah 6,8 – 7,2, seluruh kolam sama semua.
sementara nilai ideal pH untuk pembesaran ikan patin adalah 6,5 – 8,5 (SNI, 2009), pH yang
pas untuk membudidayakan ikan patin.

3. Kecerahan
Dari hasil pengamatan di lapangan, kecerahan tidak dapat diketahui dikarenakan kondisi air
yang sangat bagus dan jernih dikarenakan rutin membersihkan kolam sehingga tidak dapat di
identifikasi, namun Menurut SNI (2009), mengatakan bahwa kecerahan perairan yang baik
untuk pembesaran ikan patin adalah diatas 30 cm.

4. Larutan Oksigen

Dari hasil informasi dan pengamatan kolam terpal budidaya, larutan oksigen tidak dapat
diketahui lebih detailnya, dikarenakan kolam terpal satu kali seminggu melakukan proses
pembersihan pada kolam, kebetulan di saat kami berada di tempat sedang dilakukan proses
perganti. Namun menurut SNI (2009), kandungan oksigen terlarut sebesar > 3 mg/l termasuk
dalam kategori dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi ikan patin.

3.4 Penebaran benih


Padat penebaran merupakan hal penting yang harus diperhatikan pada saat menebarkan
benih. Jika padat penebaran tinggi, dikhawatirkan terjadi kanibalisme terhadap ikan-ikan
yang lebih lemah. Selain itu, ikan menjadi rentan terhadap penyakit akibat luka yang
disebabkan oleh senggolan antar ikan atau senggolan dengan dinding terpal. Padat penebaran
juga harus memperhatikan keterkaitan antara jumlah ikan yang ditebar dengan daya tampung
optimal dari tempat pembesaran. Ukuran benih yang ditebar di karamba minimal telah
mencapai berat 50 gram per ekor atau panjang 2,5 – 3,5 inci. Benih yang ditebar sebaiknya
memiliki ukuran yang sama dan seumur. Jika ada yang lebih besar atau lebih tua umurnya
dikhawatirkan akan mendominasi benih lainnya, baik dalam persaingan hidup maupun
persaingan mendapat makanan. Padat penebaran benih yang disarankan adalah sekitar 5
kg/m2. Padat penebaran sebanyak itu akan menghasilkan panen sekitar 30 – 40 kg/m2
(Rochdianto, 2005). Agar ikan patin yang ditebar di karamba jaring apung tidak mengalami
stress, penebaran benih patin sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari saat suhu masih
rendah. Penebaran dilakukan dengan aklimatisasi yaitu benih patin yang berada dalam
kantong plastik pengangkutan dibiarkan mengapung di atas air selama 5 – 10 menit.
Selanjutnya kantong plastik dibuka dan ditambahkan air dari terpal sedikit demi sedikit
kedalam kantong sampai kondisi air di dalam kantong sama dengan kondisi air di dalam
terpal. Proses aklimatisasi ini selesai jika ikan patin di dalam kantong plastik keluar dengan
sendirinya ke kolam

3.5 Pemberian pakan


Pakan harus mendapat perhatian yang serius karena pakan sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan berat ikan dan merupakan bagian terbesar dari biaya operasional dalam
pembesaran ikan patin. Berdasarkan hasil penelitian para ahli perikanan, untuk mempercepat
pertumbuhan ikan selama pembesaran, setiap hari ikan patin perlu diberikan makanan
tambahan berupa pelet sebanyak 3 – 5%dari berat total tubuhnya. Pemberian pakan dilakukan
secara bertahap sebanyak empat kali yaitu, pagi, siang, sore dan malam hari. Porsi pemberian
pakan pada malam hari sebaiknya lebih banyak daripada pagi, siang dan sore hari, karena
ikan patin lebih aktif pada malam hari. Ikan ini cukup responsif terhadap pemberian makanan
tambahan. Pada pembudidayaan, dalam usia enam bulan ikan patin bisa mencapai panjang
35- 40 cm

3.6 Jenis hama


Dari informasi yang saya dapatkan dari pemilik kolam terpal ikan patin, jenis hama ini
beragam dikarenakan tempat kolam juga terbuka, seperti:

1. Burung (tetapi tidak terlalu terpengaruh)

2. bakteri aromonas sp menyebabkan penyakit yang menyerang bagian tubuh

sirip, ekor, dada, punggung.

3. Jamur ikan adalah salah satu jenis penyakit yang mudah menjangkiti ikan dikarenakan
infeksi spora yang tumbuh di dalam kolam.

Mencegah penyakit ikan di kolam merupakan hal penting dalam budidaya ikan yang sehat
dan produktif. Berikut adalah beberapa Langkah

1. Perawatan Kualitas Air: Monitor dan jaga kualitas air. Pastikan tingkat oksigen, pH, suhu,
dan amonia dalam air sesuai untuk jenis ikan yang Anda budidayakan. Air yang bersih dan
sehat membantu ikan lebih tahan terhadap penyakit.

2. Higienitas Kolam: Pertahankan kebersihan kolam. Bersihkan sisa makanan dan kotoran
secara teratur. Juga, hindari penggunaan bahan kimia yang berlebihan, karena dapat
memengaruhi keseimbangan ekosistem di kolam

3. Isolasi Ikan yang Sakit: Jika Anda mendeteksi ikan yang menunjukkan gejala penyakit,
segera isolasi ikan tersebut ke wadah terpisah.

3.7 Panen
Dari informasi yang saya dapatkan dari pemilik kolam ikan terpal budidaya
ikan patin, yaitu 1 bulan mulai dari pendederan dikarenakan budidaya ini hanya menjual
benih-benihnya saja. Jumlahnya berkisaran 150.000 bibit ikan jika panen berhasil semua
100%, terkadang 80% masih banyak namun sedikit yang mati atau sampai 50% setengah
bibit mati, ketika ikan sudah berukuran 2 inci ikan di tangkap menggunakan tangguk lalu di
hitung, setelah di hitung benih-benih tersebut di bungkus dengan kantong, produksinya
tergantung iklim dan cuaca dikarenakan kolam diletakkan di tempat terbuka. Setelah itu ikan
patin siap di pasarkan.

3.8 Pasar

Dari informasi yang saya dapatkan dari pemilik kolam ikan terpal budidaya ikan patin,
pasarnya bisa menuju ke Sumatera utara (medan), Sumatera barat (padang), Satu Kabupaten
Provinsi Riau ( Kuantang Singingi, Indragiri Hulu, Indagiri Hilir, Pelalawan, Siak, Kampar,
Rokan Hulu, Rokan Hilir, Bengkalis). Harga yang di buat sang pemilik adalah Rp 210.000,00
Ribu sampai Rp 230.000,00 Ribu Rupiah tergantung orang pengantar
IV. kesimpulan dan Saran

4.1Kesimpulan
Budidaya ikan patin di kolam terpal ini sangat mudah, efisien dan tidak memerlukan biaya
yang cukup mahal karena menggunakan alat dan bahan yang sederhana, namun untuk
mendapatkan hasil produk ikan patin yang berkualitas harus memerhatikan: pengelolaan
kualitas air, kebersihan kolam, kebutuhan pangan dan nutrisi yang berkualitas tinggi,
pemantauan rutin, dan pemilihan benih yang sehat.

Walaupun permintaan di tingkal pasaran lokal akan ikan patin dan ikan air tawar
lainnya selalu mengalami pasang surut, namun dilihat dari jumlah hasil penjualan
secara rata‐rata selalu mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Apabila pasaran
lokal ikan patin mengalami kelesuan, maka akan sangat berpengaruh terhadap
harga jual baik di tingkat petani maupun di tingkat grosir di pasar ikan.

4.2 Saran
1. Perencanaan yang Matang: Mulailah dengan perencanaan yang matang.
Tentukan tujuan budidaya Anda, ukuran kolam, jumlah benih, dan rencana
pengelolaan air dan pakan.

2. Pemilihan Benih yang Sehat: Pilih benih ikan patin yang sehat dari sumber yang
terpercaya. Pastikan benih tidak terinfeksi penyakit dan memiliki pertumbuhan yang
baik.

3. Pemeliharaan Kualitas Air: Monitor dan jaga kualitas air dengan cermat. Ini
termasuk suhu, pH, oksigen terlarut, dan amonia. Kualitas air yang baik penting
untuk kesehatan ikan.

4. Pemilihan Pakan yang Tepat: Pilih pakan yang sesuai dengan tahap

pertumbuhan ikan patin. Jangan memberikan pakan berlebihan atau kurang,


dan pastikan pakan memiliki komposisi nutrisi yang tepat.

5. Kebersihan Kolam: Jaga agar kolam tetap bersih dengan menghilangkan sisa

makanan dan kotoran secara teratur. Kebersihan kolam membantu mencegah


penyakit.

V. Daftar pustaka

Ghufran, K,K. 2010. Budidaya Ikan Patin di Kolam Terpal. LILY Publisher.

Yogyakarta. Hal 7 – 11.

Goddard, S. 1996. Feed Management in Intensive Aquaculture. Chapman and

Hall. New York.

Hernowo. 2001. Pembenihan Ikan Patin. Penebar Swadaya, Jakarta.

Kordi, K.M.G.H.,2005. Budidaya Ikan Patin Biologi, pembenihan dan

pembesaran. Yayasan pustakanustama. yogyakarta


VI. Lampiran-Lampiran

Keterangan: di tempat budidaya ikan patin bersama pemilik pembudidaya

Keterangan- proses pembersihan kolam benih ikan patin


Keterangan: tempat telu:telur ikan dan proses penetasan telur

Anda mungkin juga menyukai