Anda di halaman 1dari 23

USULAN PRAKTEK KERJA LAPANG

TEKNIK PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE (Clarias sp) DI


UNIT PRODUKSI SMK NEGERI 6 LHOKSEUMAWE

FIRJATULLAH
180330014

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
USULAN PRAKTEK KERJA LAPANG

TEKNIK PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE (Clarias sp) DI


UNIT PRODUKSI SMK NEGERI 6 LHOKSEUMAWE

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sarjana


pada Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh

FIRJATULLAH
18030014

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul : TEKNIK PEMBUATAN PAKAN IKAN LELE (Clarias sp)


DI UNIT PRODUKSI SMK NEGERI 6 LHOKSEUMAWE
Nama : Firjatullah
Nim : 180330014
Program Studi : Akuakultur

Pembimbing

Salamah, S.Pi.,M.Si
NIDN. 0005018605
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberi karunia dan rahmat-nya
sehinga penulis dapat menyelesaikan proposal praktek kerja lapangan dengan baik
yang berjudul “Teknik Pembuatan Pakan Ikan Lele (Clarias sp) Di SMK Negeri 6
Lhokseumawe, Aceh Utara”. Proposal ini merupakan salah satu syarat tugas mata
kuliah yang harus dipenuhi.
Dalam kesempatan ini penulis berterimakasih kepada pihak yang telah
terlibat dalam penulisan proposal praktek kerja lapangan. Penulis juga berterima
kasih kepada :
1. Keluarga besar penulis khususnya kedua orang tua penulis yang telah
memberi doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan laporan
pratek kerja lapangan ini.
2. Ibu Salamah, S.Pi.,M.Si selaku dosen pembimbing yang mengarahkan saya
dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan memberikan kontribusi penuh
sehingga proposal saya dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Eva Ayuzar, S.Pi.,M.Si selaku Ketua Program Studi Akuakultur.
4. Kepada teman-teman angkatan 2018 yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan proposal praktek kerja
lapangan ini.
Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangunkan untuk kesempurnaan proposal ini.

Aceh Utara, Juli 2021

Firjatullah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
1. PENDAHULUAN...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...............................................................................................1
1.2 Tujuan .............................................................................................................3
1.3 Manfaat ...........................................................................................................3
2. TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................................4
2.1 Klasifikasi dan Morfologi ..............................................................................4
2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Lele ..................................................................5
2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan ..........................................................................5
2.4 Pakan Ikan ......................................................................................................6
2.5 Bahan Baku ....................................................................................................7
2.6 Kandungan Nutrisi..........................................................................................8
2.7 Metode Penyusunan Formulasi Pakan ...........................................................8
2.8 Proses Pembuatan Pakan Ikan ........................................................................9
3. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN ...............................................13
3.1 Waktu dan Tempat .......................................................................................13
3.2 Alat dan Bahan .............................................................................................13
3.3 Metode Kerja ................................................................................................14
3.4 Metode Pengumpulan Data ..........................................................................14
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................16

ii
1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan lele (Clarias sp.) merupakan salah satu Komoditas perikanan air tawar
yang unggul di pasaran selain mujair, patin, nila dan gurami (Lingga dan
Kurniawan, 2013). Ikan lele memiliki keunggulan dibandingkan dengan jenis ikan
lain yaitu pertumbuhannya tergolong cepat, toleran terhadap kualitas air yang
kurang baik, relatif tahan terhadap penyakit dan dapat dipelihara hampir di semua
wadah budi daya (Nasrudin, 2010).
Lele sekarang telah menjadi salah satu ikan primadona dimana-mana, Image
ikan lele dari makanan rakyat berubah menjadi makanan modern. Tingkat
Konsumsi masyarakat akan lele meningkat terus dari waktu ke waktu. Hal tersebut
merupakan tuntutan untuk memenuhi permintaan ikan yang semakin tinggi oleh
masyarakat dan juga memenuhi kebutuhan pakan ikan lele untuk pertumbuhan.
Produksi ikan meningkat, maka secara langsung akan terjadi kenaikan permintaan
pakan.
Dalam usaha pembesaran, faktor terpenting adalah ketersediaan pakan
dalam jumlah yang cukup artinya pakan yang tersedia harus memadai dan
memenuhi kebutuhan ikan tersebut. Pada budidaya ikan 60%-70% biaya produksi
digunakan untuk biaya pakan (Afrianto dan Liviawaty, 2005). Pakan ikan yang baik
harus mengandung gizi seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
energi dalam jumlah mencukupi sehingga dapat menunjang pertumbuhan ikan
dengan baik. Maka dapat dilakukan pembuatan pakan buatan yang dapat di atur
nutrisinya.
Menurut Gunadi et al. (2010), kecernaan pakan merupakan salah satu
indikator yang dapat digunakan untuk menilai tingkat efisiensi pakan yang
diberikan pada ikan. Kecernaan merupakan ukuran tinggi rendahnya kualitas suatu
bahan pakan karena umumnya bahan dengan kandungan zat zat makanan yang
mudah dicerna akan tinggi nilai nutrisinya.

1
2

Pakan merupakan faktor yang memegang peranan sangat penting dan


menentukan dalam keberhasilan usaha perikanan dan ketersediaan pakan
merupakan salah satu faktor utama untuk menghasilkan produksi maksimal
(Darmawiyanti dalam Arief, 2009). Oleh karena itu pakan ikan perlu dijamin
ketersediaannya sesuai dengan jumlah dan mutu yang dibutuhkan. Pakan berfungsi
sebagai penyedia energi bagi aktifitas sel–sel tubuh seperti tumbuh, berkembang
dan bereproduksi (Buwono, 2000). Pakan buatan adalah makanan ikan yang dibuat
dari campuran bahan-bahan alami dan atau bahan olahan yang selanjutnya
dilakukan proses pengolahan serta dibuat dalam bentuk tertentu sehingga tercipta
daya tarik (merangsang) ikan untuk memakannya dengan mudah dan lahap.
Pakan yang dibuat sendiri lebih menghemat biaya produksi ketimbang
pakan yang dibeli di toko – toko pakan. Menurut Rasidi (1998), salah satu alternatif
yang dapat dilakukan untuk menekan biaya produksi tersebut adalah dengan
membuat pakan buatan sendiri. Pembuatan pakan buatan ini menggunakan teknik
sederhana dengan memanfaatkan sumber-sumber bahan baku lokal, termasuk
pemanfaatan limbah hasil industri pertanian yang relatif murah.
Oleh karna itu upaya yang dapat dilakukan dengan melakukan pembuatan
pakan buatan sendiri melalui teknik sederhana dengan memaafkan sumber bahan
baku yang relatif murah sehingga dapat menekan biaya produksi ikan.
Dari penjabaran kita mengetahui bahwa secara langsung kualitas pakan
memberikan dampak besar pada kelangsungan budibaya ikan. Secara keseluruhan,
dapat pula dilihat bahwa budidaya ikan memberikan pengaruh yang luas, baik
dalam bidang perikanan, perekonomian, pakan dan lapangan pekerjaan. Melihat
dampak keseluruhan yang diuraikan di atas, dapat disimpulkan permasalah pakan
perlu mendapat perhatian khusus. Mulai dari jenis, kualitas, kandungan hingga
proses dan teknik produksi.
3

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini antara lain :
1. Mempelajari mengenai teknik produksi pakan buatan khususnya pakan ikan
mas di SMK Negeri 6 Lhokseumawe, Aceh Utara.
2. Mengetahui analisis kandungan protein pakan ikan mas di SMK Negeri 6
Lhokseumawe, Aceh Utara.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk
melaksanakan tugas akhir atau skipsi. Mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan
mengetahui cara kerja dan proses produksi pakan buatan khususnya pakan ikan Lele
(Clarias sp).
Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak sebagai rujukan terhadap perkembangan usaha dan upaya pelestarian
sumberdaya perikanan dan kelautan khusus bagi penulis sendiri dan pemerintah
daerah setempat serta masyarakat pada umumnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi

Menurut Andrianto (2005) ikan lele memiliki kedudukan taksonomi


sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Pisces
Ordo : Ossariophyyci
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Spesies : Clarias gariepinus B.
Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu komoditas perikanan
yang cukup popular di masyarakat. Ikan ini berasal dari benua Afrika dan pertama
kali didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Ikan lele atau ikan keli, adalah
sejenis ikan yang hidup di air tawar. Lele mudah dikenali karena tubuhnya yang
licin, agak pipih memanjang, serta memiliki "kumis" yang panjang, yang mencuat
dari sekitar bagian mulutnya (Andrianto, 2005).

4
Gambar 1 Morfologi ikan lele. (Andrianto, 2005)

5
5

2.2 Habitat dan Penyebaran Ikan Lele


Habitat ikan lele dumbo berada di air tawar dengan arus air yang perlahan.
Semua perairan tawar dapat menjadi lingkungan hidup atau habitat lele Dumbo,
misalnya sungai, waduk, bendungan, danau, rawa, dan genangan Air tawar lainnya.
Di alam bebas, lele dumbo lebih menyukai air yang Arusnya mengalir
secara perlahan atau lambat begitu juga saat dipelihara di Kolam, ikan dipelihara
pada genangan air yang tenang. Lele dumbo mampu Hidup dalam kondisi air yang
kurang baik seperti di dalam lumpur atau air yang Memiliki kadar oksigen rendah
(Bachtiar, 2006). Lele dumbo mudah beradaptasi dengan lingkungan yang
tergenang air. Bila sudah dewasa, lele dumbo dapat beradaptasi pula pada
lingkungan Perairan yang mengalir. Kondisi yang ideal bagi hidup lele dumbo
adalah Air yang mempunyai pH 6,5 – 8. Suhu untuk pemeliharaan lele dumbo
berkisar Antara 20-30˚C dan suhu optimal pemeliharaan lele dumbo adalah 24-27˚C
(Bachtiar, 2006). Kandungan oksigen minimum yang masih dapat diterima
sebagian besar ikan untuk dapat hidup dengan baik adalah 5 mg/l dan akan lebih
baik jika konsentrasinya 7 mg/l (Kordi, 2010).

2.3 Pakan dan Kebiasaan Makan


Menurut Ghufran (2007), kebutuhan nutrisi ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) yaitu: protein 35-40%, lemak 9,5-10%, karbohidrat 10-20%, vitamin
0,25-0,40%, dan mineral 1,0%.
Lele dumbo merupakan jenis hewan nokturnal yaitu hewan yang aktif Pada
malam hari, selain itu ikan lele dumbo juga aktif pada suasana gelap. Ketika Siang
hari atau suasana terang, lele dumbo lebih suka bersembunyi Atau berlindung di
balik bebatuan atau benda-benda yang berada di dasar Perairan (Hernoyo &
Suyanto, 2008). Ikan lele dumbo terkenal dengan ikan Yang rakus. Lele dumbo
dapat menyantap makanan alami yang terdapat di dasar Perairan dan makanan
buatan. Berdasarkan sifat aslinya lele dumbo Merupakan jenis hewan karnivora
atau hewan yang dalam memenuhi Kebutuhan nutrisinya dengan cara memakan
hewan lain. Di kolam budidaya lele Dumbo dapat dibiasakan memakan segala jenis
makanan, baik yang berasal Dari hewan maupun tumbuhan (Mulia, 2012). Pada
habitat aslinya, lele Dumbo memakan makanan berupa binatang renik. Binatang
6

renik tersebut Merupakan kelompok dari Dhapnia, Clodocera, dan Copepoda.


Selain binatang Renik, lele dumbo juga memakan larva jentik nyamuk, serangga,
dan siput-siput Kecil yang terdapat di air (Amri & Khairuman, 2008). Namun
setelah Dibudidayakan, lele dumbo dapat memakan pakan buatan seperti pelet
Pabrik, limbah peternakan ayam, atau limbah peternakan lainnya, limbah Ampas
tahu, dan sisa-sisa dari bagian tubuh ikan yang tidak dimanfaatkan Oleh manusia
(Mulia dkk,. 2015).

2.4 Pakan Ikan


Pakan adalah makanan atau asupan yang diberikan kepada hewan ternak
yang merupakan sumber energi dan materi bagi pertumbuhan dan kehidupan
makhluk hidup (Kurnianti, 2013). Pakan merupakan salah satu faktor utama yang
mempengaruhi pertumbuhan dan kehata ikan, baik secara nutrisi maupun kuantitas
(Khasan, 2013).
Pakan dibagi menjadi 2 yaitu pakan alami dan pakan buatan. Pakan alami
adalah pakan yang dimakan ikan yang berasal alam. Pakan buatan adalah pakan
yang dibuat oleh manusia.
Menurut Mudjiman (2004) ikan membutuhkan energi untuk pertumbuhan,
aktivitas hidup dan perkembangbiakan. Pakan berenergi adalah pakan yang
mengandung energi yang tinggi. Energi yang tinggi dapat memperbaiki konversi
pakan dan pertambahan berat badan ikan. Ikan menggunakan protein sebagai
sumber energi yang utama, sumber energi kedua yang digunakan adalah lemak
sedangkan karbohidrat menjadi sumber energi yang ketiga.
Pakan buatan adalah pakan yang dibuat dengan formulasi tertentu
berdasarkan pertimbangan kebutuhannya. Pembuatan pakan ikan sebaiknya
didasarkan pada pertimbangan kebutuhan nutrisi ikan, kualitas bahan baku, dan
nilai ekonomis (Handajani, 2010).
Berdasarkan teknis pemberiannya, pakan ikan dibedakan menjadi dua yaitu
pakan terapung dan pakan tenggelam. Pakan terapung adalah pakan yang bila
ditebar ke kolam akan mengapung beberapa menit sebelum akhirnya tenggelam
(Purwasasmita, 2008). Pakan buatan bersifat mengapung di air karena mengandung
perekat yang berasal dari olahan tepung kanji yang menjadi cairan kental seperti
7

lem yang memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air.
Menurut Ghufran (2007), kebutuhan nutrisi ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) yaitu: protein 35-40%, lemak 9,5-10%, karbohidrat 10-20%, vitamin
0,25-0,40%, dan mineral 1,0%.
Apabila kandungan protein dalam pakan terlalu tinggi, hanya sebagian yang
akan diserap (diretensi) dan digunakan unruk membentuk dan ataupun
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sementara sisanya akan diubah menjadi
energi, begitu juga pakan dengan kandungan protein yang rendah dapat dapat
menghambat pertumbuhan. Diduga protein yang melebihi kebutuhan benih ikan
mas, akan menghasilkan energi yang berlebih untuk mengoksidasi asam amino
yang akhirnya akan meningkatkan aminiak yang diproduksi. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan Adelina et al. (2012), yang menjelaskan bahwa semakin banyak
semakin banyak protein yang dikatabolisme, maka akan meningkatkan energi
untuk mengoksidasi asam amino yang akhirnya akan meningkatkan amonia yang
diproduks. Amonia yang berlebihan dapat menjadi tracun bagi ikan karena dapat
menyebabkan iritasi pada insang, menghambat laju pertumbuhan, bahkan dapat
mengakibatkan kematian (Kusriani et al., 2012).
2.5 Bahan Baku
Kementerian Kelautan dan Perikanan - KKP (2009) dalam Petunjuk
Pelaksanaan Penerbitan Surat Keterangan Teknis Impor Pakan Dan/Atau Bahan
Baku Pakan Ikan tertulis Bahan baku pakan adalah bahan-bahan baik nabati
maupun hewani yang layak dipergunakan sebagai bahan baku pakan baik yang
telah diolah maupun yang belum diolah, vitamin dan mineral, serta bahan
penunjang lain yang dipergunakan untuk melengkapi komposisi pakan.
Menurut Kamal (1994) Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa
yang disebut dengan bahan pakan adalah segala sesuatu yang memenuhi semua
persyaratan tersebut. Bahan baku pakan buatan harus memenuhi syarat. Syarat
tersebut adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi mudah dicerna oleh ikan,
harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh, tidak mengandung racun atau zat
anti nutrisi, bukan bahan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan bagi
kebutuhan manusia itu sendiri (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
8

Menurut Handajani (2011) beberapa syarat bahan pakan yang baik untuk
diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah dan bukan
sebagai makanan pokok manusia.
Pemilihan bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pakan yang akan dihasilkan. Jenis ikan yang berbeda, berbeda
pula jenis bahan baku yang digunakan (Darmayanti, 2019).
Berdasarkan sumbernya bahan baku pakan terbagi menjadi dua golongan
yaitu bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan dan bahan baku pakan asal hewan.
Bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan yang biasa disebut nabati merupakan
penyumbang banyak energi karena kaya akan pati. Biji-bijian yang tua lebih
banyak mengandung protein, kadar lemak yang tinggi, dan zat. Selain mengandung
protein, biji-bijian juga mengandung zat mineral yang penting bagi kesehatan ikan.
Misalnya kalsium (Ca), Fosfor (P), kalium, sulfur, ferum, dan magnesium.
Bahan pakan yang bersumber dari hewan disebut bahan hewani. Bahan
baku hewani mengandung karbohidrat yang relatif kecil. Dalam dunia pakan
penggunaan campuran dua macam bahan baku akan lebih baik karena saling
mengisi dan menutupi kekurangan satu sama lain.
2.6 Kandungan Nutrisi
Protein dalam pakan ikan, sangat esensial bagi keperluan tubuh ikan.
Afrianto dan Liviawaty (2005) menambahkan bahwa ikan menggunakan protein
dan lemak secara efektif sebagai sumber energi, tetapi kurang efektif dalam
memanfaatkan karbohidrat. Energi dalam pakan dapat diserap oleh tubuh ikan
setelah melalui proses pencernaan dan penyerapan, kemudian disistribusikan sesuai
dengan peruntukannya. Kebutuhan yang mutlak diperlukan dan harus disediakan
ialah kalsium (Ca) Fosfor (P), zat mineral yang dibutuhkan 3%-5%.
2.7 Metode Penyusunan Formulasi Pakan
Untuk menyusun pakan ikan diperlukan perhitungan. Dikenal ada beberapa
cara perhitungan. Penyusunan formulasi pakan bertujuan untuk memperoleh nutrisi
yang diperlukan ikan baik didalam jumlah dan perbandingan yang tepat untuk
pertumbuhan ikan yang optimal.
Didalam pemilihan bahan untuk menyusun formulasi suatu makanan ada
9

beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kesediaan bahan dan harga
(Yulfiperius, 2009).
2.8 Proses Pembuatan Pakan Ikan
Proses pembuatan pakan ikan merupakan proses kelanjutan dari pemilihan
dan pengolahan bahan baku (Wikantiasi, 2001).
• Penggilingan

Penggilingan/penepungan adalah proses untuk memperkecil dan


menghaluskan bahan baku yang semula masih berbentuk gumpalan atau bongkahan
sehingga permukaannya menjadi lebih luas (Yulfiperius, 2009).
Bahan-bahan yang masih berbentuk biji-bijian digiling dengan tujuan
mendapatkan bentuk dan ukuran yang seragam sehingga dalam pencampuran pakan
akan diperoleh bentuk yang sukuran/seragam (Wikantiasi, 2001).
Dengan demikian, nilai kandungan nutrisi per-satuan berat pakan yang
dimakan oleh ikan menjadi lebih tinggi. Penggilingan/ penepungan juga akan
mempermudah proses berikutnya, yaitu pencampuran dan pencetakan.
• Pengayakan

Sari dkk (2019) mengemukakan bahan pakan yang masih kasar diayak
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bahan yang lembut. Proses pengayakan
dilakukan untuk memisahkan partikel sesuai dengan ukurannya. Bahan baku yang
telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan
kebutuhan ikan.
• Penimbangan
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah
baku atau premix yang sudah diramu pada awal proses.
• Pencampuran

Pencampuran merupakan suatu proses menghimpun dan membaurkan


bahan-bahan. Dalam hal ini diperlukan gaya mekanik untuk menggerakkan alat
pencampur supaya pencampuran dapat berlangsung dengan baik (Sari, dkk. 2019).
Proses pencampuran yang baik akan menghasilkan pakan yang seragaman
dalam waktu yang minimum dengan biaya tenaga yang minimum. Secara ideal
suatu campuran harus memiliki variasi yang minimum.
10

Faktor-faktor yang menentukan keseragaman hasil campuran adalah besar


dan bentuk partikel bahan, densitas dan muatan statis bahan, urutan pemasukan
bahan, jumlah bahan yang dicampur, desain mesin, waktu pencampuran,
pengosongan mesin, perawatan dan pemeliharaan mesin.
• Pencetakan

Setelah tercampur merata, bahan baku tersebut diseduh dengan air panas
lalu diaduk lagi sehingga menjadi adonan berbentuk pasta. Pasta ini kemudian
digiling dengan alat pencetak. (Yulfiperius, 2009).
Sesuai dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva)
biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan
getaran (Ali). stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble), ikan stadia
lanjut (dewasa) diberi pakan berbentuk pelet.
• Pengeringan

Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan. Pengurangan / Penurunan kadar air dalam bahan sampai batas
tertentu yang diperlukan untuk proses lanjutan dengan penerapan panas (Sari, dkk,
2019).
Yulfiperius (2009) menerangkan bahwa bahan baku yang sudah tercetak
kemudian dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang
terkandung di dalam pakan sehingan menjadi seminimal mungkin dan stabil
(kurang lebih 10%). Dengan demikian pakan yang dibuat tidak mengandung jamur
atau mikroba. Pengeringan dapat dilakukan secara alami yaitu matahari atau
menggunakan oven, sehingga lebih efektif dan efisien.
• Pengemasan

Pengemasan atau biasa juga disebut dengan pembungkusan, pewadahan


atau pengepakan, memegang peranan penting dalam pengawetan bahan hasil
pertanian. Adanya wadah atau pembungkus dapat membantu mencegah atau
mengurangi kerusakan, melindungi bahan pangan yang ada di dalamnya,
melindungi dan bahaya pencemaran serta gangguán fisik seperti gesekan, benturan,
dan getaran (Ali, 2008).
11

• Penyimpanan

Penyimpanan di gudang sistem yang terbaik adalah menggunakan metode


FIFO (Alaska Food Coalition, 2010). Metode FIFO merupakan singkatan dari kata
First In First Out atau dalam bahasan Indonesia berarti pertama masuk pertama
keluar. Istilah ini berkaitan dengan aliran barang dalam gudang. Barang yang
pertama masuk akan keluar duluan dari gudang. Sehingga secara sederhana kita
gambarkan barang keluar akan sesuai dengan urutan ketika barang masuk.
Metode FIFO adalah solusi terbaik ketika berhadapan dengan persediaan
yang memiliki masa kadaluarsa. Barang yang diterima lebih dulu tentu memiliki
tanggal kadaluarsa lebih awal dari barang yang diterima belakangan. Metode FIFO
bisa memberikan kepastian akan kualitas produk yang tersimpan dalam gudang.
• Evaluasi Kelayakan Pakan

Berkaitan dengan produksi pakan maka dua masalah kritis yang pada
umumnya kita hadapi adalah jeleknya mutu bahan pakan, dan adanya pemalsuan
atau pencampuran bahan pakan yang tidak dikehendaki.
1. Uji fisik
Evaluasi fisik merupakan cara evaluasi awal pakan, dengan cara
melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan pakan dapat
dilakukan baik secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat
bantu (mikroskopis).
Pengujian pelet secara fisik yaitu ;
A. Daya tahan dalam air
• Sediakan toples transparan, stopwatch, dan pakan buatan
• Isi toples dengan air sebanyak 15 cm
• Pasang airasi kedalam wadah uji sehingga air didalam wadah
uji bergerak dan menimbulkan gelombang
• Masukan pakan buatan dalam wadah uji
• Catat waktu pakan menyentuh air, waktu mengambang,
waktu mulai hancur
B. Daya apung
12

• Isilah wadah uji/toples dengan air pada ketinggian minimal


15 cm
• Masukan pakan buatan kedalam wadah uji yang telah
dipersiapkan
• Hitunglah waktu yang diperlukan pelet sejak pelet
menyentuh air sampai pelet tenggelam didasar wadah uji
2. Uji Biologi
Suatu nilai dalam aspek biologi yang paling penting adalah Nilai
Konversi Pakan (Feed Conversion Ratio). Nilai ini sebenamya tidak
merupakan suatu angka mutlak, karena tidak hanya ditentukan oleh
kualitas pakan, akan tetapi dipengaruhi pula oleh faktor-faktor lain
seperti jenis dan ukuran ikan, jumlah padat tebar, kualitas air dan
lain-lain. Semakin kecil nilai konversi pakan, semakin baik kualitas
pakan, karena akan semakin ekonomis. Nilai konversi pakan ikan
perlu diketahui dengan melakukan pengujian di lapangan pada
berbagai tipe percobaan (Umiyati dan Anna, 2008).
Langkah kerja uji pakan secara biologi adalah sebagai berikut :
• Siapkan biota uji sesuai kebutuhan misal 5 ekor didalam
aquarium
• Beri pakan sesuai kebutuhan (5% /hari) bobot biomasa
• Sampling berat dilakukan tiap 10 hari sekali, selama minimal 1
bulan
• Buatlah grafik pertumbuhan dari awal hinnga akhir
3. METODE PRAKTEK KERJA LAPANGAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktik kerja lapangan ini akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2021 yang
berlokasi di SMK NEGERI 6, Lhokseumawe, Aceh Utara.
3.2 Alat dan Bahan
1. Tabel Alat dan Fungsi
No Alat Fungsi
1 Blender Untuh menghaluskan Bahan
2 Baskom Untuk tempat mencampurkan semua
bahan
3 Spatula Untuk mengaduk bahan
4 Saringan Untuk menyaring bahan yang sudah di
blender
5 Sinar matahari Untuk mengeringkan pakan
6 Timbangan Untuk menimbang bahan baku yang
diinginkan
7 Nampan Untuk tempat pakan yang sudah di cetak
8 Mesin Pencetak Pelet Untuk mencetak pakan agar bentuknya
seragam.
9 Handphone Untuk dokumentasi

2. Tabel Bahan dan Fungsi


No Bahan Fungsi
1 Tepung ikan Untuk bahan pakan ikan mas
2 Dedak padi Untuk bahan pakan ikan mas
3 Tepung kedelai Untuk bahan pakan ikan mas
4 Tepung Jagung Untuk bahan pakan ikan mas
5 Tepung tapioka Untuk perekat

3.3 Analisis Formulasi Pakan Ikan Lele (Clarias sp)


Akan dibuat pakan ikan lele dengan protein 34 % sebanyak 1 kg dengan bahan
baku tepung ikan 62,65 % protein, Tepung dedak 11.35% protein, Tepung Kedelai
39.60% protein, Tepung terigu 8.90% protein, dan Tepung jagung 7.63% protein.
Tentukan komposisi masing-masing bahan baku dan hitunglah bobot kering masing-
masing bahan baku pakan.(analisis data di lampiran.1)

13
14

3.4 Metode Kerja


Metode yang digunakan dalam praktek kerja lapangan ini adalah metode
deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan keadaan atau kejadian pada suatu
daerah tertentu.
Metode deskriptif merupakan gambaran ciri-ciri data secara akurat sesuai
dengan sifat alamiah data itu sendiri dan bermaksud untuk membuat pencandraan
(deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian- kejadian (Suryabrata, 2010).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Pada praktek kerja lapangan data yang diambil meliputi data perimer dan
sekunder.
a) Data Primer
Data primer adalah sumebr data penulisan yang dieroleh dari peneliti secara
langsung dari sumebr asli (tidak melalui perantara) berupa observasi, patisipan aktif,
dan wawancara (Winerungan, 2013).
1. Observasi
Merupakan cara atau metode menghimpun keterangan atau data yang dilakukan
dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena
yang sedang dijadikan sasaran pengamatan. Observasi dalam Praktek Kerja Lapangan
dilakukan terhadap berbagai hal yang berhubungan dengan teknik pembuatan pakan
ikan dan evaluasi pakan ikan.
2. Partisipasi Aktif
Adalah keterlibatan dalam suatu kegiatan yang dilakukan secara langsung di
lapangan, baik dalam kegiatan pembuatan pakan maupun kegiatan lainnya yang
berkaitan dengan Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan.
3. Wawancara
Adalah suatu cara atau kepandaian melakukan tanya jawab untuk memperoleh
keterangan, informasi dan sejenisnya.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah diolah lebih lanjut menjadi bentuk-bentuk
seperti tabel, gambar, dan lain-lain. Selain itu ada data yang diperoleh melalui data
15

dokumen, kepustakaan, dan sumber tertulis lainnya erupa literatur dan peraturan yang
memiliki hubungan dengan pokok bahasan yang digunakan (Winerungan, 2013)
16

Anda mungkin juga menyukai