FIRJATULLAH
180330014
FIRJATULLAH
18030014
Pembimbing
Salamah, S.Pi.,M.Si
NIDN. 0005018605
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah yang telah memberi karunia dan rahmat-nya
sehinga penulis dapat menyelesaikan proposal praktek kerja lapangan dengan baik
yang berjudul “Teknik Pembuatan Pakan Ikan Lele (Clarias sp) Di SMK Negeri 6
Lhokseumawe, Aceh Utara”. Proposal ini merupakan salah satu syarat tugas mata
kuliah yang harus dipenuhi.
Dalam kesempatan ini penulis berterimakasih kepada pihak yang telah
terlibat dalam penulisan proposal praktek kerja lapangan. Penulis juga berterima
kasih kepada :
1. Keluarga besar penulis khususnya kedua orang tua penulis yang telah
memberi doa dan semangat kepada penulis untuk menyelesaikan laporan
pratek kerja lapangan ini.
2. Ibu Salamah, S.Pi.,M.Si selaku dosen pembimbing yang mengarahkan saya
dengan penuh kesabaran, keikhlasan dan memberikan kontribusi penuh
sehingga proposal saya dapat terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Eva Ayuzar, S.Pi.,M.Si selaku Ketua Program Studi Akuakultur.
4. Kepada teman-teman angkatan 2018 yang telah memberikan semangat dan
motivasi kepada penulis untuk dapat menyelesaikan proposal praktek kerja
lapangan ini.
Akhir kata, dengan kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan
saran yang bersifat membangunkan untuk kesempurnaan proposal ini.
Firjatullah
i
DAFTAR ISI
ii
1. PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini antara lain :
1. Mempelajari mengenai teknik produksi pakan buatan khususnya pakan ikan
mas di SMK Negeri 6 Lhokseumawe, Aceh Utara.
2. Mengetahui analisis kandungan protein pakan ikan mas di SMK Negeri 6
Lhokseumawe, Aceh Utara.
1.3 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL)
merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh mahasiswa untuk
melaksanakan tugas akhir atau skipsi. Mendapatkan pengetahuan, pengalaman dan
mengetahui cara kerja dan proses produksi pakan buatan khususnya pakan ikan Lele
(Clarias sp).
Praktek Kerja Lapangan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai
pihak sebagai rujukan terhadap perkembangan usaha dan upaya pelestarian
sumberdaya perikanan dan kelautan khusus bagi penulis sendiri dan pemerintah
daerah setempat serta masyarakat pada umumnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
4
Gambar 1 Morfologi ikan lele. (Andrianto, 2005)
5
5
lem yang memiliki daya serap air cukup tinggi tetapi minim air.
Menurut Ghufran (2007), kebutuhan nutrisi ikan lele dumbo (Clarias
gariepinus) yaitu: protein 35-40%, lemak 9,5-10%, karbohidrat 10-20%, vitamin
0,25-0,40%, dan mineral 1,0%.
Apabila kandungan protein dalam pakan terlalu tinggi, hanya sebagian yang
akan diserap (diretensi) dan digunakan unruk membentuk dan ataupun
memperbaiki sel-sel tubuh yang rusak, sementara sisanya akan diubah menjadi
energi, begitu juga pakan dengan kandungan protein yang rendah dapat dapat
menghambat pertumbuhan. Diduga protein yang melebihi kebutuhan benih ikan
mas, akan menghasilkan energi yang berlebih untuk mengoksidasi asam amino
yang akhirnya akan meningkatkan aminiak yang diproduksi. Hal ini juga sesuai
dengan pernyataan Adelina et al. (2012), yang menjelaskan bahwa semakin banyak
semakin banyak protein yang dikatabolisme, maka akan meningkatkan energi
untuk mengoksidasi asam amino yang akhirnya akan meningkatkan amonia yang
diproduks. Amonia yang berlebihan dapat menjadi tracun bagi ikan karena dapat
menyebabkan iritasi pada insang, menghambat laju pertumbuhan, bahkan dapat
mengakibatkan kematian (Kusriani et al., 2012).
2.5 Bahan Baku
Kementerian Kelautan dan Perikanan - KKP (2009) dalam Petunjuk
Pelaksanaan Penerbitan Surat Keterangan Teknis Impor Pakan Dan/Atau Bahan
Baku Pakan Ikan tertulis Bahan baku pakan adalah bahan-bahan baik nabati
maupun hewani yang layak dipergunakan sebagai bahan baku pakan baik yang
telah diolah maupun yang belum diolah, vitamin dan mineral, serta bahan
penunjang lain yang dipergunakan untuk melengkapi komposisi pakan.
Menurut Kamal (1994) Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat
dimakan, dapat diabsorbsi dan bermanfaat bagi ternak, oleh karena itu apa
yang disebut dengan bahan pakan adalah segala sesuatu yang memenuhi semua
persyaratan tersebut. Bahan baku pakan buatan harus memenuhi syarat. Syarat
tersebut adalah mempunyai nilai gizi yang tinggi mudah dicerna oleh ikan,
harganya relatif lebih murah, mudah diperoleh, tidak mengandung racun atau zat
anti nutrisi, bukan bahan pokok manusia sehingga tidak merupakan saingan bagi
kebutuhan manusia itu sendiri (Afrianto dan Liviawaty, 2005).
8
Menurut Handajani (2011) beberapa syarat bahan pakan yang baik untuk
diberikan adalah memenuhi kandungan gizi (protein, lemak, karbohidrat, vitamin
dan mineral) yang tinggi, tidak beracun, mudah diperoleh, mudah diolah dan bukan
sebagai makanan pokok manusia.
Pemilihan bahan baku merupakan faktor yang sangat penting dalam
menentukan kualitas pakan yang akan dihasilkan. Jenis ikan yang berbeda, berbeda
pula jenis bahan baku yang digunakan (Darmayanti, 2019).
Berdasarkan sumbernya bahan baku pakan terbagi menjadi dua golongan
yaitu bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan dan bahan baku pakan asal hewan.
Bahan baku pakan asal tumbuh-tumbuhan yang biasa disebut nabati merupakan
penyumbang banyak energi karena kaya akan pati. Biji-bijian yang tua lebih
banyak mengandung protein, kadar lemak yang tinggi, dan zat. Selain mengandung
protein, biji-bijian juga mengandung zat mineral yang penting bagi kesehatan ikan.
Misalnya kalsium (Ca), Fosfor (P), kalium, sulfur, ferum, dan magnesium.
Bahan pakan yang bersumber dari hewan disebut bahan hewani. Bahan
baku hewani mengandung karbohidrat yang relatif kecil. Dalam dunia pakan
penggunaan campuran dua macam bahan baku akan lebih baik karena saling
mengisi dan menutupi kekurangan satu sama lain.
2.6 Kandungan Nutrisi
Protein dalam pakan ikan, sangat esensial bagi keperluan tubuh ikan.
Afrianto dan Liviawaty (2005) menambahkan bahwa ikan menggunakan protein
dan lemak secara efektif sebagai sumber energi, tetapi kurang efektif dalam
memanfaatkan karbohidrat. Energi dalam pakan dapat diserap oleh tubuh ikan
setelah melalui proses pencernaan dan penyerapan, kemudian disistribusikan sesuai
dengan peruntukannya. Kebutuhan yang mutlak diperlukan dan harus disediakan
ialah kalsium (Ca) Fosfor (P), zat mineral yang dibutuhkan 3%-5%.
2.7 Metode Penyusunan Formulasi Pakan
Untuk menyusun pakan ikan diperlukan perhitungan. Dikenal ada beberapa
cara perhitungan. Penyusunan formulasi pakan bertujuan untuk memperoleh nutrisi
yang diperlukan ikan baik didalam jumlah dan perbandingan yang tepat untuk
pertumbuhan ikan yang optimal.
Didalam pemilihan bahan untuk menyusun formulasi suatu makanan ada
9
beberapa faktor yang harus dipertimbangkan antara lain kesediaan bahan dan harga
(Yulfiperius, 2009).
2.8 Proses Pembuatan Pakan Ikan
Proses pembuatan pakan ikan merupakan proses kelanjutan dari pemilihan
dan pengolahan bahan baku (Wikantiasi, 2001).
• Penggilingan
Sari dkk (2019) mengemukakan bahan pakan yang masih kasar diayak
terlebih dahulu sehingga menghasilkan bahan yang lembut. Proses pengayakan
dilakukan untuk memisahkan partikel sesuai dengan ukurannya. Bahan baku yang
telah digiling kemudian diayak untuk mendapatkan partikel yang sesuai dengan
kebutuhan ikan.
• Penimbangan
Bahan baku yang telah berbentuk tepung ditimbang sesuai dengan jumlah
baku atau premix yang sudah diramu pada awal proses.
• Pencampuran
Setelah tercampur merata, bahan baku tersebut diseduh dengan air panas
lalu diaduk lagi sehingga menjadi adonan berbentuk pasta. Pasta ini kemudian
digiling dengan alat pencetak. (Yulfiperius, 2009).
Sesuai dengan tingkat stadia (umur) ikan. Ikan dengan stadia dini (larva)
biasanya diberi pakan berbentuk tepung (powder), suspensi, atau lembaran; ikan
getaran (Ali). stadia juvenil diberi pakan berbentuk remah (crumble), ikan stadia
lanjut (dewasa) diberi pakan berbentuk pelet.
• Pengeringan
Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,
yang memerlukan energi untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari
permukaan bahan. Pengurangan / Penurunan kadar air dalam bahan sampai batas
tertentu yang diperlukan untuk proses lanjutan dengan penerapan panas (Sari, dkk,
2019).
Yulfiperius (2009) menerangkan bahwa bahan baku yang sudah tercetak
kemudian dikeringkan. Pengeringan ini bertujuan untuk menurunkan kadar air yang
terkandung di dalam pakan sehingan menjadi seminimal mungkin dan stabil
(kurang lebih 10%). Dengan demikian pakan yang dibuat tidak mengandung jamur
atau mikroba. Pengeringan dapat dilakukan secara alami yaitu matahari atau
menggunakan oven, sehingga lebih efektif dan efisien.
• Pengemasan
• Penyimpanan
Berkaitan dengan produksi pakan maka dua masalah kritis yang pada
umumnya kita hadapi adalah jeleknya mutu bahan pakan, dan adanya pemalsuan
atau pencampuran bahan pakan yang tidak dikehendaki.
1. Uji fisik
Evaluasi fisik merupakan cara evaluasi awal pakan, dengan cara
melihat keadaan fisiknya. Pengujian secara fisik bahan pakan dapat
dilakukan baik secara langsung (makroskopis) maupun dengan alat
bantu (mikroskopis).
Pengujian pelet secara fisik yaitu ;
A. Daya tahan dalam air
• Sediakan toples transparan, stopwatch, dan pakan buatan
• Isi toples dengan air sebanyak 15 cm
• Pasang airasi kedalam wadah uji sehingga air didalam wadah
uji bergerak dan menimbulkan gelombang
• Masukan pakan buatan dalam wadah uji
• Catat waktu pakan menyentuh air, waktu mengambang,
waktu mulai hancur
B. Daya apung
12
13
14
dokumen, kepustakaan, dan sumber tertulis lainnya erupa literatur dan peraturan yang
memiliki hubungan dengan pokok bahasan yang digunakan (Winerungan, 2013)
16