SKRIPSI
1
PENAMBAHAN VITAMIN E DOSIS BERBEDA PADA
PAKAN BUATAN TERHADAP TINGKAT
KEMATANGAN GONAD IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)
SKRIPSI
Oleh :
2
HALAMAN PENGESAHAN
Pembimbing Utama
Disahkan Oleh,
Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
1. Karya ilmiah saya (Skripsi) ini adalah asli dan belum pernah diajukan
2. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
3. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah
ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas
hari terdapat penyimpangan dan tidak benaran dalam pernyataan ini, maka
telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma
iv
RINGKASAN
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah
terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua, yang telah memberikan doa,
nasehat dan kasih sayang kepada penulis, kakak dan adik yang telah memberikan
1. Ibu Dr. Ir. Novalina Serdiati, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah
2. Bapak Ir. Achmad Rizal, M.App. Sc., Ph.D selaku dosen wali yang telah
3. Seluruh staf dan dosen Program Studi Akuakultur Fakultas Peternakan dan
4. Kepada Senior saya Mbak Dewi Sholekha yang sekaligus saya anggap
vi
Sundari, Karmila, Riska Windari dan teman-teman lainnya yang banyak
skripsi ini.
banyak kekurangan, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan
demi perbaikan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menjadi pengembangan ilmu
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN. .......................................... iv
RINGKASAN. ......................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN. .......................................................................... xii
BAB 1 PENDAHULUAN
viii
3.2 Materi Penelitian ......................................................................... 14
3.2.1 Organisme Uji ................................................................... 14
3.2.2 Alat dan Bahan .................................................................. 14
3.3 Prosedur Penelitian ..................................................................... 15
3.3.1 Persiapan wadah ................................................................ 15
3.3.2 Persiapan pakan . ............................................................... 16
3.3.3 Pemeliharaan organisme uji. ............................................. 17
3.3.4 Kualitas air......................................................................... 17
3.3.5 Pengamatan Kematangan Gonad. ...................................... 17
3.4 Desain Penelitian ........................................................................ 18
3.5 Peubah yang Diamati. ................................................................. 19
3.5.1 Kelangsungan hidup (SR) .................................................. 19
3.5.2 Persentase Induk Matang Gonad. ...................................... 19
3.6 Analisis Data ............................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT PENULIS
ix
DAFTAR TABEL
x
DAFTAR GAMBAR
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB 1 PENDAHULUAN
internasional. Potensi ikan nila sebagai komoditas akuakultur sangat besar karena
pertumbuhan relatif cepat, kandungan protein tinggi, daya adaptasi tinggi terhadap
kisaran kualitas air yang luas dan resisten terhadap stress dan penyakit
(Agusnandi, 2017).
pada pasar yang harus dipenuhi dengan terus melakukan produksi. Berbagai
upaya terus dilakukan dalam produksi ikan nila, salah satunya adalah dengan
Dengan demikian, pembudidaya akan memiliki waktu yang lebih singkat dalam
proses recovery atau menunggu matang gonad ikan nila selama proses budidaya
gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) memerlukan waktu selama satu bulan
setelah melakukan tahap pemijahan. Hal ini adalah satu kendala untuk memenuhi
1
2
waktu yang dibutuhkan untuk proses pematangan gonad ikan nila yang cukup
dalam pakan ikan nila untuk mempercepat proses reproduksi ikan nila.
yaitu tokoferol dan tokotrienol. Vitamin E diperlukan dan berperan penting dalam
proses pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ikan (Napitu dkk., 2013). Menurut
mempertahankan homeostasis dari proses metabolis yang labil dalam sel dan
plasma jaringan.
vitamin E pada pakan berbasis tepung ikan rucah memiliki hasil terbaik pada
pemberian vitamin E dengan dosis 300 mg/kg ikan nila mencapai tahap tingkat
kematangan gonad IV, sedangkan pada perlakuan kontrol atau tanpa penambahan
vitamin E, ikan nila hanya mencapai TKG II, sedangkan hasil penelitian Tarigan
dkk, (2017) menunjukan bahwa hasil terbaik terdapat pada penambahan vitamin E
sebanyak 375 mg/kg pakan, pada hasil tersebut ikan nilem dapat mencapai tingkat
kematangan gonad IV, selanjutnya pada perlakuan kontrol atau tanpa penambahan
E pada pakan buatan terhadap tingkat kematangan gonad ikan menunjukan nilai
yang berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
3
ikan nila.
1.4 Hipotesis
kematangan gonad dan persentase calon induk matang gonad ikan nila.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang panjang totalnya dapat
mencapai 60 cm dan berat dapat mencapai 4,3 kg. Ikan nila (Oreochromis
niloticus) jantan memiliki bentuk tubuh pipih dan memanjang serta memiliki
betina memiliki bentuk tubuh bulat dan pendek serta bentuk kelamin yang bulat
dan memiliki garis di tengah dan berwarna kemerahan. Keduanya memiliki kepala
yang relatif kecil, mata menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih (Froese
and Pauly, 2018). Menurut Ningrum (2012), ikan nila (Oreochromis niloticus)
4
5
memiliki lima sirip yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan
sirip ekor. Sirip ekornya memiliki garis vertikal yang berwarna gelap sebanyak
enam buah. Garis seperti itu juga terdapat pada sirip punggung dan sirip dubur.
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang hidup pada daerah
tropis, menyukai perairan dangkal dan tenang seperti di tepian danau dan sungai
yang lebar dengan arus yang tenang dan memiliki vegetasi yang cukup (Prabu
dkk., 2017). Menurut Ariwibowo (2010), ikan nila air tawar berukuran 2-5 cm
dapat dipindahkan ke air payau dengan proses adaptasi yang bertahap, karena ikan
berukuran tersebut lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan
ikan tersebut stress bahkan mati. Toleransi yang tinggi dimiliki oleh ikan nila
Ikan nila (Oreochromis niloticus) lebih banyak mendiami habitat air tawar,
termasuk saluran air yang dangkal dan kolam. Ikan nila dapat menjadi masalah
sebagai spesies invasif, dimana ikan nila bersifat litoral atau penguasa wilayah
lingkungan hidupnya pada perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah perairan
sedang ikan nila sulit untuk bertahan hidup (Mujalifah dkk., 2018).
pengembangan budidaya ikan nila dilakukan pertama kali di negara Cina. Untuk
Filipina. Strain ikan nila unggul yang dihasilkan Filipina adalah ikan nila merah
Yeboah, 2016).
Ikan nila merupakan hewan pemakan segala (omnivoara), pakan ikan nila
pada ukuran benih adalah zooplankton (plankton hewani). Ikan nila juga dapat
lingkungan hidupnya sebagai pakan. Ikan nila dapat juga memakan tanaman dan
binatang air yang tumbuh pada habitatnya. Pada sistem budidaya ikan nila dewasa
Menurut Satia dkk. (2011) pakan ikan nila pada habitat alami adalah
tumbuh-tumbuhan air seperti azola, lemna dan juga lumut, selain itu ikan nila juga
memakan binatang air seperti moina dan dapnia. Ikan nila pada habitat alami lebih
dominan bersifat herbivora, dimana ikan nila memakan tumbuhan berjenis alga
yaitu Chlorophyceace (alga hijau) dan Myxophyceace (alga biru), alga ini
memiliki fungsi sebagai sumber protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.
Ikan nila dalam lingkungan budidaya akan tumbuh lebih cepat hanya dengan
pakan yang mengandung protein sebanyak 23-32%. Hal yang sama dikemukakan
oleh Ariwibowo (2010) ikan nila membutuhkan protein sebanyak 23-32%, dan
untuk kebutuhan energi ikan nila memerlukan karbohidrat dan lemak dari pakan.
7
kedewasaan ikan nila pada umur 4-5 bulan hasil telur sebanyak 500-1000 butir
maksimal untuk bertelur sampai berumur 1,5-2 tahun. Saat ikan nila berumur
lebih dari 1 tahun kira-kira beratnya dapat mencapai 800 g dan pada masa ini ikan
nila bisa mengeluarkan 1200-1500 larva setiap kali memijah (Widyastuti dkk.,
2008).
Setelah telur dibuahi oleh ikan nila jantan, ikan nila betina akan menyimpan
seluruh telur kedalam mulut hingga telur menjadi larva. Waktu yang di butuhkan
untuk menetaskan telur menjadi larva yaitu 7 hari, dan selama itu ikan nila betina
berpuasa tidak memakan apapun hingga seluruh telur menjadi larva. Inilah alasan
ikan nila betina setelah melakukan pemijahan akan menjalani masa pemberokan
atau recovery karena ikan nila membutuhkan nutrisi untuk siap matang gonad
Menurut Erni dkk. (2018), ikan nila pertama kali matang gonad dan dapat
bereproduksi pada umur 4-5 bulan dengan ukuran 16-20 cm dan bobot seberat 17-
447 gram. Ikan nila setiap melakukan pemijahan memerlukan waktu selama
kurang lebih satu bulan untuk dapat kembali melakukan pematangan gonad. Ikan
nila (Oreochromis niloticus) yang siap memijah memiliki beberapa ciri-ciri secara
morfologi yaitu, ikan sehat dan tidak cacat, berwarna mengkilap, serta gerakan
Menurut Solang (2010), ikan nila memiliki 5 tahap dan ciri-ciri untuk
melihat kesiapan ikan memijah melalui pengamatan gonad yang di jelaksan pada
Tabel 2-1. Tingkat kematangan gonad ikan nila betina (Oreochromis niloticus).
Tingkat Kematangan Gonad Deskripsi
berada dalam ovarium yang terus membesar sehingga menghasilkan kuning telur.
Oosit adalah sebuah sel dalam ovarium yang terbentuk atau mengalami meiosis
dan oosit sekunder (hasil pembelahan oosit primer secara meiosis). Oosit yang
telah berkembang penuh akan memiliki satu nukleus (GV, germinal vesicle) yang
kutub anima mendekati lubang mikrofil, kemudian membran akan pecah dan
mengalami (GVBD, germinal vesicle break down) dan telur siap untuk
dalam pakan, vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit namun
mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan dan sintasan ikan. Salah
satu vitamin yang dibutuhkan dalam pakan ikan adalah vitamin E. Vitamin E
merupakan salah satu mikronutrien yang sangat diperlukan dan berperan penting
lemak atau asam lemak yang terdapat dalam membran sel agar tidak teroksidasi
terdapat kandungan vitamin E yang tinggi pada telur induk ikan dan rendah pada
jaringan. Hal tersebut diduga adanya beberapa fungsi atau peran vitamin secara
kualitas daging ikan. Kebutuhan dasar vitamin E pada ikan bergantung pada jenis,
ukuran dan umur ikan, suhu air, persentase pertumbuhan, dan komposisi pakan.
faktor yaitu ukuran ikan, umur ikan, dan komposisi pakan. Untuk jenis-jenis ikan
catfish kebutuhan vitamin E berkisar antara 60-240 mg/kg pakan ikan, sedangkan
untuk ikan jenis salmonid membutuhkan vitamin E 35-300 mg/kg pakan. Ikan nila
lingkungan perairan (Rasyid, 2010). Hal ini di perjelas oleh Soesono (1974)
pertumbuhan organisme perairan serta jumlah oksigen terlarut dalam air. Suhu
dalam perairan akan mengalami peningkatan pada siang hari yang disebabkan
oleh adanya penetrasi cahaya matahari yang yang diterima cukup lama oleh
perairan. Sedangkan pada malam hari suhu perairan akan semakin rendah akibat
tidak terjadi proses penyinaran matahari dalam perairan (Panggabean dkk., 2016).
Menurut Permatasari (2012), ikan nila adalah ikan beriklim tropis yang
dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu optimal yaitu 28°C
sampai 32°C. Ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi pada suhu air,
mulai dari 14°C hingga 35°C. Selanjutnya, suhu yang optimum untuk proses
11
reproduksi, tahap tingkat pematangan gonad, dan tahap pemijahan ikan nila
berkisar pada suhu 25-32°C (Darwisito dkk., 2015). Boyd dan Pillai (1984)
menyatakan bahwa ikan yang hidup pada iklim tropis atau yang hidup pada
perairan hangat dapat bertumbuh dengan baik di kisaran suhu 25°C hingga 32°C.
air yang digunakan untuk melihat apakah air bersifat asam atau basa. Parameter
ini memiliki skala 0-14, dimana angka 7 sebagai titik netral, sedangkan air yang
berada pada angka di bawah 7 disebut asam dan di atas angka 7 disebut basa
(Silalahi, 2009).
Menurut Boyd dan Pillai (1984), perairan dengan nilai pH 6,5-9 adalah
dibawah 6,5 akan menghambat proses pertumbuhan serta ikan tidak dapat
bereproduksi dan akan berujung pada kematian organisme, sedangkan jika angka
kematian.
untuk ikan adalah 7-8, pada pH tersebut ikan nila dapat hidup dan bertumbuh
dengan baik. Selanjutnya Napitu dkk., (2013) menyatakan bahwa pada nilai pH 6-
merupakan variabel kualitas air yang sangat dibutuhkan dalam budidaya perairan,
dalam perairan. Oksigen terlarut dalam perairan salah satunya bersumber dari
tumbuhan air dan juga phytoplankton, yang melakukan fotosintesis terhadap sinar
Menurut Salsabila dan Suprapto (2018), kadar oksigen terlarut yang optimal
bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 3 mg/L. Apriliza (2012),
menyatakan bahwa kisaran oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan
perkembangan ikan nila sebesar 5 mg/L. Tahapari dkk. (2019) menyatakan bahwa
nilai oksigen terlarut pada kisaran 1,10-7,56 mg/L, masih dalam kisaran layak
ekskresikan melalui insang dan ginjal. Amonia juga dikeluarkan bersama dengan
berat badan setiap harinya. Kadar amonia akan meningkat beberapa jam setelah
lingkungan budidaya adalah nitrogen dan dapat mengurai bahan organik dan
bakteri. Amonia terbagi dua dalam perairan, yaitu amonia tidak terionisasi dan
amonia ion. Amonia yang tidak terionisasi beracun bagi ikan, sedangkan amonia
13
ion tidak beracun dalam jumlah sedikit dan akan beracun jika sudah terlalu
organisme budidaya jika nilainya mencapai kisaran 0,3-2,0 mg/L, sedangkan pada
nilai 0,1-0,2 mg/L masih layak digunakan oleh organisme budidaya, akan tetapi
dapat menimbulkan tingkat kematian yang terbilang rendah. Hal ini disarankan
kepada pembudidaya untuk melakukan kontrol amonia tidak melebihi nilai 0,1
mg/L.
Tahapari dkk. (2019) menyatakan bahwa ikan nila dapat bertahan pada
kadar amonia optimum 0,08-1,19 mg/L. Selanjutnya Napitu dkk. (2013), kadar
amonia 0-0,076 mg/L dapat ditolerir ikan nila uji sebagai tingkat kelangsungan
Tadulako .
Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah calon induk ikan
bobot 200-250 gram sebanyak 100 ekor. Organisme uji diperoleh dari hasil
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3-1 :
14
15
Tabel 3-2.
buah. Wadah dicuci menggunakan sabun deterjen dan dibilas dengan air tawar.
masing wadah dan didiamkan selama 24 jam. Wadah kembali dibersihkan dengan
menggunakan air bersih, kemudian setiap baskom diisi dengan air tawar sebanyak
16
pengukuran kualitas air, yaitu berupa oksigen terlarut, pH, suhu dan amonia.
dalam penelitian ini mengacu pada Napitu dkk., (2013), dimana bahan penyusun
pakan buatan dengan penambahan dosis vitamin E yang berbeda dapat dilihat
bahan yang jumlahnya banyak hingga rata. Setelah mencampur semua bahan,
pakan ikan yang telah menjadi pelet kemudian di uji proksimat untuk mengetahui
kadar protein yang ada dalam pakan. Uji proksimat dilakukan di Laboratorium
Pakan diberikan dengan dosis 3% dari bobot tubuh dan diberi sebanyak 3
kali dalam sehari (Napitu dkk, 2013). Pakan diberikan pagi hari pukul 07.00, siang
hari pukul 12.00 dan sore sore hari pukul 17.00 WITA. Pergantian air dan
penyiponan dilakukan pada pagi atau sore hari setiap tiga hari
minggu.
suhu dan pH dilakukan setiap hari sekali (pagi hari pukul 07.30 WITA),
sedangkan oksigen terlarut dan amonia diukur pada awal dan akhir penelitian.
Pengamatan gonad ikan nila dilakukan dengan cara mengamati calon induk
secara morfologi dan mengamati gonad ikan. Cara melihat ikan yang telah matang
terjadi pada perut ikan, ikan betina memiliki bentuk kelamin bulat kemerahan,
selanjutnya menekan perut ikan untuk mengetahui keluarnya telur dari lubang
urogenital.
mikroskop. Langkah awal yaitu dengan membedah ikan dan mengambil organ
untuk melihat warna telur dan pembulu darah dalam gonad. Pengamatan
(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan, sehingga didapatkan 20
unit percobaan. Adapun beberapa perlakuan yang diberikan dan tata letak yang
Perlakuan A: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 300 mg/kg pakan
Perlakuan B: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 350 mg/kg pakan
Perlakuan C: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 400 mg/kg pakan
Perlakuan D: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 450 mg/kg pakan
hidup pada akhir penelitian dengan jumlah yang ditebar pada awal penelitian
(Mulqan dkk., 2017). Kelangsungan hidup ikan nila dapat dihitung dengan
SR (%) = × 100
Dimana :
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt : Populasi pada akhir penelitian (ekor)
No : Populasi pada awal penelitian (ekor)
deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel dan Gambar.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
E 450 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG V, diikuti pada perlakuan C
pemberian (vitamin E 400 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG IV.
berkembang hingga tahap TKG III dan pada perlakuan B (vitamin E 350 mg/kg
Tadulako.
20
21
Berdasarkan hasil penelitian, persentase calon induk matang gonad ikan nila
pada pemberian vitamin E dengan dosis 300 mg/kg pakan menunjukan hasil TKG
III dengan jumlah persentase mencapai 55,56% dan pemberian vitamin E 350
mg/kg pakan mencapai tahap TKG III dengan persentase matang gonad 61,11%,
pemberian dosis vitamin E sebanyak 450 mg/kg pakan dengan capaian TKG V
rata tingkat kelangsungan hidup ikan nila berkisar 72%-92%. Perlakuan A dan B
(Gambar 4-2).
100 92%
90
88%
Kelangsungan Hidup (%)
80
72% 72%
70
60
50
40
30
20
10
0
A B C D
Perlakuan
Variabel kualitas air yang diamati pada masa pemeliharaan adalah suhu, pH,
oksigen terlarut (DO) dan amonia (NH3). Hasil pengukuran kualitas air media
Tabel 4-3. Parameter kualitas air pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
Perlakuan
NO Parameter A (300 mg) B (350 mg) C (400 mg) D (450 mg)
1. Suhu (°C) 26-29°C 26-29°C 26-29°C 26-29°C
2. pH 7,0-8,3 6,6-8,4 6,6-8,5 6,6-8,6
3. DO (mg/L) 3,5-5,5 3,5-5,5 4,8-6,3 3,5-6,3
4. Amoniak (ppm) 0,05-0,2 0,05-0,2 0,05-0,2 0,05-0,2
24
4.2 Pembahasan
(Tabel 4-1) bahwa semakin tinggi pemberian dosis, maka semakin tinggi ikan nila
dosis 300 mg/kg dan 350 mg/kg pakan memberikan hasil TKG III dengan masing-
masing persentase ikan matang gonad 55,56% dan 61,11%, selanjutnya pemberian
dosis sebanyak 400 mg/kg pakan memberikan hasil dengan TKG IV dan
persentase ikan matang gonad sebanyak 65,22%, dan perlakuan terakhir dengan
pemberian dosis vitamin E sebanyak 450 mg/kg pakan memberikan hasil TKG V
dengan persentase ikan matang gonad 68,18%. Peningkatan gonad dalam setiap
perlakuan diduga karena ikan nila dapat merespon dengan baik pakan yang
Adliana dkk., (2013), menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat
waktu pencapaian matang gonad ikan dari TKG II ke TKG IV. Hal ini disebabkan
mencegah terjadinya okidasi asam lemak terutama asam lemak tak jenuh sehingga
antioksidan asam lemak dalam tubuh. Vitamin E dan asam lemak essensial
dibutuhkan secara bersamaan untuk pematangan gonad ikan dengan dosis vitamin
E di dalam pakan akan bergantung pada kandungan asam lemak essensial yang
vitamin E sebesar 450 mg/kg pakan. Hal ini sebabkan oleh kebutuhan vitamin
yang diberikan pada pakan sudah memenuhi kebutuhan sehingga dapat memacu
gonadik.
pertumbuhan sudah terpenuhi. Selain itu, vitamin E merupakan salah satu unsur
nutrient yang harus dipenuhi dalam pakan, karena vitamin E diperlukan sebagai
bahan penyusun struktur simatik, gonadik, dan penetuan kualitas telur. Vitamin E
ini juga berfungsi sebagai antioksidan, sehingga asam lemak tidak jenuh pada
enzim untuk proses biosintesa hormon steroid ke dalam aliran darah menuju hati,
hormon ini akan merangsang hati untuk melaksanakan proses vitellogenesis yang
asam lemak tersebut karena salah satu fungsi Vitamin E adalah sebagai
antioksidan.
Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Napitu dkk., (2013) pada
tidak memberikan hasil ikan cepat matang gonad, penambahan vitamin E 300
mg/kg dalam pakan buatan memberikan hasil terhadap kematangan gonad ikan
nila merah. Menurut Darwisito dkk., (2015) bahwa tingkat kematangan gonad
mendekati fase pematangan. Pemberian pakan yang bermutu pada induk ikan akan
menentukan suksesnya reproduksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
yang mempengaruhi kematangan gonad ikan nila yaitu vitamin E dan protein yang
melindungi lemak agar tidak teroksidasi, misalnya lemak atau asam lemak yang
rendahnya derajat tetas telur, dan kelangsungan hidup benih. Kebutuhan vitamin E
dapat bertambah seiring dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan.
folikel.
dasar vitamin E pada ikan bergantung pada jenis, ukuran dan umur ikan, suhu air,
memiliki tingkat kematian yang rendah, terjadi pada beberapa ekor ikan pada
semua perlakuan yang kematiannya pada minggu pertama dan minggu ketiga. Hal
ini diduga ikan belum dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta
Kematian ikan juga dapat disebabkan oleh faktor lain, yaitu predator, parasit, dan
kondisi abiotik. Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung dari kondisi perairan
tempat hidupnya.
Ikan nila adalah ikan yang terus bergerak aktif di dalam wadah
mudah stress sehingga energi yang dihasilkan dari proses metabolisme yang
(Rivandi, 2014).
26-29°C. Suhu media pemeliharaan ini masih layak bagi kelangsungan hidup ikan
dan pertumbuhan ikan. Ikan nila dapat hidup, tumbuh dan bereproduksi pada
kisaran suhu antara 25°C-32°C. Hal ini dikarenakan ikan nila adalah ikan yang
hidup pada perairan hangat atau beriklim tropis (Boyd dan Pillai, 1984).
Derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini berkisar antara 6,6-8,6 dan pada
nilai ini ikan masih dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Menurut Panggabean
dkk. (2016), bahwa air dengan derajat keasaman (pH) 6-9 dapat di tolerir ikan nila.
ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10, sedangkan pH
optimal untuk ikan nila yaitu berkisar 7-8. Menurut Napitu dkk., (2013) derajat
keasaman yang baik untuk reproduksi ikan nila berkisar pada 6-7.
mg/L. Tingkat kelarutan oksigen tersebut masih layak digunakan oleh ikan nila.
29
Menurut Tahapari dkk., (2019) nilai oksigen terlarut yang baik dan optimum
berkisar 1,10-7,56 mg/L, nilai parameter oksigen terlarut ini masih dalam kisaran
nila.
dilakukan penggantian air secara rutin dan penyiponan. Kisaran amonia pada
penelitian ini dapat di tolerir oleh ikan nila seperti pendapat yang dikemukakan
oleh Boyd dan Lichtkoppler (1979), diamana amonia pada nilai 0,1-0,2 mg/L
masih layak digunakan oleh organisme budidaya, akan tetapi dapat menimbulkan
tingkat kematian yang terbilang rendah. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
Napitu dkk. (2013) bahwa kadar amonia 0,051-0,076 mg/L dapat di tolerir ikan
5.1 Kesimpulan
bahwa semakin tinggi dosis vitamin E yang diberikan pada pakan buatan, maka
perlakuan dengan penambahan dosis vitamin E sebesar 400 mg/kg pakan dimana
mencapai 92%.
5.2 Saran
E dapat menggunakan bahan lainnya seperti bahan organik atau limbah sayur
32
33
DAFTAR PUSTAKA
Abarike E.D. and Yeboah A.A. 2016. Reproductive Potential of Nile Tilapia
(Oreochromis niloticus Linnaeus, 1757) In The Golinga Reservoir In
Ghana. International Journal of Aquatic Studies. Vol 4(5) : 279-283.
Adliana C., Sukendi, dan Aryani N. 2013. Pematangan Gonad Ikan Silam
(Trichogaster pectoralis Blkr) dengan Perlakuan Pemberian Pakan yang
Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru.
Apriliza K. 2012. Analisa Genetic Gain Anakan Ikan Nila Kunti F5 Hasil
Pembesaran I (D90-150). Journal of Aquaculture Management and
Technology. Vol 1(1) : 132-146.
Boyd C.E. and Lichtkoppler F. 1979. Water Quality Management In Pond Fish
Culture. Auburn : Auburn University.
Boyd C.E. and Pillai V.K. 1984. Water Quality Management In Aquaculture.
Chocin : Central Marine Fisheries Research Institute.
Darwisito S., Junior M.Z., Sjafei D.S., Manalu W., dan Sudrajat A.O. 2006.
Kajian Performans Reproduksi Perbaikan pada Kualitas Telur dan Larva
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Vitamin E dan Minyak Ikan
Berbeda dalam Pakan. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Darwisito S., Sinjal H. J., dan Wahyuni I. 2015. Tingkat Perkembangan Gonad,
Kualitas Telur dan Ketahanan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Berdasarkan Perbedaan Salinitas. Jurnal LPPM Bidang Sains dan
Teknologi. Vol 2(2) : 86-94.
34
Erni R., Asriyana., dan Mustafa A. 2018. Biologi Reproduksi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Perairan Rawa Aopa Watunohai Kecamatan
Angata Kabupaten Konawe Selatan.
Gammanpila M., Age A.Y., and Bart A.N. 2007. Evaluation of The Effects of
Dietary Vitamin C, E and Zinc Supplementation on Reproductive
Performance of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Sri Lanka J. Aquat.
Sci. 12 : 39-60.
Habibi., Sukendi., dan Aryani N. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara
(Trichogaster leeri Blkr) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. Vol 1(2) : 127-134.
Mujalifah., Santoso H., dan Laili S. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. E-Jurnal
Ilmiah BIOSAINTROPIS. Vol 3(3) : 10-17.
Napitu R., Santoso L., dan Suparmono. 2013. Pengaruh Penambahan Vitamin E
pad Pakan Berbasis Tepung Ikan Rucah Terhadap Kematangan Gonad Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. Vol 1(2).
Prabu E., Rajagopalsamy C.B.T., Ahilan B., Jeevegan I.J.M.A., and Renuhadevi
M. 2017. Tilapia-An Excellent Candidate Species for World Aquaculture: A
Review. Annual Research & Review in Biology. X(X) : XX-XX.
Rivandi D.O. 2014. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Berbasis Teknologi Bioflok. Skripsi. Departemen Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Satia Y., Octorina P., dan Yulfieperius. 2011. Kebiasaan Makanan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur-
Jawa Barat. Jurnal Agroqua. Vol 9(1).
Singh R., Singh A.K., dan Tripathi M. 2012. Melatonin Induced Changes in
Specific Growth Rate, Gonadal Maturity, Lipid and Protein Production in
Nile Tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758). Journal Asian-Aust. J.
Anim. Sci. Vol 25(1) : 37-43.
Tahapari E., Darmawan J., Robisalmi A., dan Setiyawan P. 2019. Penambahan
Vitamin E dalam Pakan Buatan Terhadap Kualitas Reproduksi Induk Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Riset Akuakultur. Vol 14(4) : 243-252.
36
Tarigan N., Supriatna I., Setiadi M.A., dan Affandi R. 2017. Pengaruh Vitamin E
dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad Ikan Nilem (Ostheochilus
hasselti, CV). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada. Vol 19(1) :1-9.
Waweru J.N., Raburu P.O., dan Odhiambo E.A. 2019. Gonad Histology,
Proximate Composition and Growth Efficiency of Nile Tilapia Fed with
Pawpaw (Carica papaya) Seeds Powder. Asian Journal of Fisheries and
Aquatic Research. Vol 3(4) : 1-9.
Widyastuti Y.R., Subagia J., dan Gustiano R. 2008. Reproduksi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Seleksi dan Non Seleksi dengan Pemijahan Buatan
Karakter Induk, Telur, Embrio dan Benih. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol
8(1).
Yulfieperius., Mikoginta I., dan Jusadi D. 2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam
Pakan Terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus).
Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol 3(1).
Yulita E. 2015. Subtitusi Chlorella vurlgaris Hasil Isolasi dari Limbah Cair
Industri Karet Sebagai Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Dinamika Penelitian Industri. Vol 26(2) : 131-138.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelangsungan Hidup Ikan Nila
B1 5 5 100 72
B2 5 3 60
B3 5 3 60
B4 5 4 80
B5 5 3 60
C1 5 4 80 92
C2 5 5 100
C3 5 5 100
C4 5 4 80
C5 5 5 100
D1 5 4 80 88
D2 5 5 100
D3 5 5 100
D4 5 3 60
D5 5 5 100
Lampiran 2. Dokumentasi
PALU TIMUR dan lulus pada tahun 2012 kemudian melanjutkan pendidikan ke
SMK NEGERI 7 PALU dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2016 penulis
Akuakultur.