Anda di halaman 1dari 53

PENAMBAHAN VITAMIN E DOSIS BERBEDA PADA

PAKAN BUATAN TERHADAP TINGKAT


KEMATANGAN GONAD IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

ISYA ANDAR SYAMDANI

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

1
PENAMBAHAN VITAMIN E DOSIS BERBEDA PADA
PAKAN BUATAN TERHADAP TINGKAT
KEMATANGAN GONAD IKAN NILA
(Oreochromis niloticus)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat untuk


Memperoleh Gelar Sarjana (S.Pi) pada Program Studi Akuakultur
Jurusan Akuakultur Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako

Oleh :

ISYA ANDAR SYAMDANI


O 271 16 022

PROGRAM STUDI AKUAKULTUR


JURUSAN AKUAKULTUR
FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2021

2
HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Penambahan Vitamin E Dosis Berbeda pada Pakan


Buatan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)

Nama : Isya Andar Syamdani

Stambuk : O 271 16 022

Tanggal Seminar : 06 Mei 2021

Palu, Juni 2021


Menyetujui

Pembimbing Utama

Dr. Ir. Novalina Serdiati, M.Si.


NIP. 19651122 199001 2 001

Disahkan Oleh,
Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan
Universitas Tadulako

iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Karya ilmiah saya (Skripsi) ini adalah asli dan belum pernah diajukan

untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, dan/atau doktor),

baik di Universitas Tadulako maupun di perguruan tinggi lain.

2. Karya ilmiah ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya

sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali arahan tim pembimbing.

3. Dalam karya ilmiah ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah

ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas

dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama

pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.

4. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian

hari terdapat penyimpangan dan tidak benaran dalam pernyataan ini, maka

saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang

telah diperoleh karena karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku diperguruan tinggi ini.

iv
RINGKASAN

Isya Andar Syamdani (O27116022). Penambahan Vitamin E Dosis Berbeda Pada


Pakan Buatan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis
niloticus). (Dr. Ir. Novalina Serdiati, M.Si.).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) sebagai komoditas akuakultur memiliki


beberapa kelebihan, yaitu dapat bereproduksi pada kondisi terkontrol,
pertumbuhan relatif cepat, kandungan protein tinggi, daya adaptasi tinggi terhadap
kisaran kualitas air yang luas dan resisten terhadap stress dan penyakit. Berbagai
upaya terus dilakukan dalam produksi ikan nila, salah satunya adalah dengan
penambahan vitamin E sebagai suplemen dalam pakan buatan. Penambahan
vitamin E tersebut dilakukan dengan tujuan untuk lebih memudahkan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dalam melakukan reproduksi, mempercepat kematangan
gonad dan meningkatkan keberhasilan pemijahan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh penambahan Vitamin E dalam pakan buatan terhadap
tingkat kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus). Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2020 bertempat di Desa Binangga,
Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi dan di Laboratorium Kualitas Air dan
Biologi Akuatik, Jurusan Akuakultur, Fakultas Peternakan dan Perikanan,
Universitas Tadulako, Palu. Organisme uji yang digunakan adalah ikan nila
(Oreochromis niloticus) sebanyak 100 ekor dengan padat penebaran 5 ekor/30
liter/wadah. Organisme uji diperoleh dari Balai Benih Ikan Sentral (BBIS)
Kalawara, Kabupaten Sigi. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan; A (300 mg vitamin E/kg pakan), B (350 mg vitamin
E/kg pakan), C (400 mg vitamin E/kg pakan) dan D (450 mg vitamin E/kg pakan).
Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 ulangan, sehingga satuan percobaan
berjumlah 20 unit. Data fase kematangan gonad dan persentase induk matang
gonad dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa fase
kematangan gonad ikan perlakuan A dan B berada pada tahap dewasa (TKG III)
dengan persentase induk matang gonad perlakuan A 55% dan perlakuan B 61%,
perlakuan C berada pada tahap matang (TKG IV) dengan persentase matang
gonad 65% dan perlakuan D berada pada fase pematangan (TKG V) persentase
matang gonad 68%.

Kata Kunci: Oreochromis niloticus, vitamin E, tingkat kematangan gonad.

v
UCAPAN TERIMAKASIH

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah

memberikan kesehatan dan kemudahan sehingga penulis dapat menyusun dan

menyelesaikan Skripsi yang berjudul “Penambahan Vitamin E Dosis Berbeda

pada Pakan Buatan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila

(Oreochromis niloticus)” dengan baik. Oleh karenanya, penulis mengucapkan

terima kasih yang tulus kepada kedua orang tua, yang telah memberikan doa,

nasehat dan kasih sayang kepada penulis, kakak dan adik yang telah memberikan

dukungan dan semangat. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Novalina Serdiati, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah

banyak membantu dengan ikhlas untuk meluangkan waktu untuk

memberikan bimbingan, arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Ir. Achmad Rizal, M.App. Sc., Ph.D selaku dosen wali yang telah

banyak memberikan dukungan kepada penulis.

3. Seluruh staf dan dosen Program Studi Akuakultur Fakultas Peternakan dan

Perikanan Universitas Tadulako.

4. Kepada Senior saya Mbak Dewi Sholekha yang sekaligus saya anggap

kakak bagi saya, Annisa Indrianingsih Badrusalam, Risdawati, dan Rahmat

Wahyu Bumi Wardoyo yang telah banyak membantu dan menyemangati

dalam penyusunan skripsi.

5. Teman-teman Pejuang Toga Moh. Sya’ban, Agustiawarman, Hamzah,

Umar, Meylan Suardin, Ariatna Dewi Mangia, Grace Madelyn Tambuwun,

vi
Sundari, Karmila, Riska Windari dan teman-teman lainnya yang banyak

membantu dalam penyusunan skripsi.

6. Teman-teman Akuakultur 2016 dan senior yang telah memberikan waktu

dan tenaganya serta saran dan masukan dalam penyelesaian penyusunan

skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi penelitian ini masih

banyak kekurangan, oleh sebab itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan

demi perbaikan. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat menjadi pengembangan ilmu

akuakultur dan dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Palu, Juni 2021

Isya Andar Syamdani

vii
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ............................................................................ i
HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN. .......................................... iv
RINGKASAN. ......................................................................................... v
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................. vi
DAFTAR ISI ............................................................................................ viii
DAFTAR TABEL .................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN. .......................................................................... xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1


1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 3
1.3 Manfaat Penelitian. ..................................................................... 3
1.4 Hipotesis. .................................................................................... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ............................. 4


2.1.1 Klasifikasi dan morfologi ................................................. 4
2.1.2 Habitat dan penyebaran. .................................................... 5
2.1.3 Pakan dan kebiasaan makan. ............................................. 6
2.1.4 Reproduksi dan kematangan gonad. .................................. 7
2.2 Aplikasi Vitamin E dalam Akuakultur ....................................... 9
2.3 Kualitas Air. ................................................................................ 10
2.3.1 Suhu .................................................................................. 10
2.3.2 Derajat keasaman (pH). ..................................................... 11
2.3.3 Oksigen terlarut (DO). ....................................................... 12
2.3.4 Amonia (NH3). .................................................................. 12

BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat ..................................................................... 14

viii
3.2 Materi Penelitian ......................................................................... 14
3.2.1 Organisme Uji ................................................................... 14
3.2.2 Alat dan Bahan .................................................................. 14
3.3 Prosedur Penelitian ..................................................................... 15
3.3.1 Persiapan wadah ................................................................ 15
3.3.2 Persiapan pakan . ............................................................... 16
3.3.3 Pemeliharaan organisme uji. ............................................. 17
3.3.4 Kualitas air......................................................................... 17
3.3.5 Pengamatan Kematangan Gonad. ...................................... 17
3.4 Desain Penelitian ........................................................................ 18
3.5 Peubah yang Diamati. ................................................................. 19
3.5.1 Kelangsungan hidup (SR) .................................................. 19
3.5.2 Persentase Induk Matang Gonad. ...................................... 19
3.6 Analisis Data ............................................................................... 19

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil ........................................................................................... 20


4.1.1 Kematangan Gonad ........................................................... 20
4.1.2 Persentase Induk Matang Gonad. ...................................... 22
4.1.3 Kelangsungan Hidup. ........................................................ 23
4.1.4 Kualitas Air. ...................................................................... 23
4.2 Pembahasan................................................................................. 24
4.2.1 Kematangan Gonad ........................................................... 24
4.2.2 Persentase Induk Matang Gonad. ...................................... 26
4.2.3 Kelangsungan Hidup. ........................................................ 27
4.2.4 Kualitas Air. ...................................................................... 28

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ....................................................................................... 30


5.2 Saran .............................................................................................. 30

DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT PENULIS

ix
DAFTAR TABEL

Tabel 2-1 Tingkat Kematangan Gonad Ikan Nila ....................................... 8


Tabel 3-1 Alat-alat yang Digunakan dalam Penelitian. .............................. 14
Tabel 3-2 Bahan-bahan yang Digunakan dalam Penelitian. ....................... 15
Tabel 3-3 Bahan Komposisi Pakan Buatan. ................................................ 16
Tabel 4-1 Pengamatan Gonad Ikan Nila. .................................................... 21
Tabel 4-2 Persentase Kematangan Gonad Ikan Nila................................... 22
Tabel 4-3 Kualitas Air Pemeliharaan Ikan Nila .......................................... 23

x
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2-1 Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ......................................... 4


Gambar 3-1 Tata letak wadah penelitian setelah pengacakan. .................. 18
Gambar 4-1 Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus). ............................ 20
Gambar 4-2 Grafik Kelangsungan Hidup Ikan Nila .................................. 23

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus)


Lampiran 2. Dokumentasi
Lampiran 3. Hasil uji proksimat protein

xii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan komoditas utama dalam

budidaya air tawar dan termasuk produk penting dalam perdagangan

internasional. Potensi ikan nila sebagai komoditas akuakultur sangat besar karena

memiliki beberapa kelebihan, yaitu dapat bereproduksi pada kondisi terkontrol,

pertumbuhan relatif cepat, kandungan protein tinggi, daya adaptasi tinggi terhadap

kisaran kualitas air yang luas dan resisten terhadap stress dan penyakit

(Agusnandi, 2017).

Tingginya permintaan dengan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas ikan nila

pada pasar yang harus dipenuhi dengan terus melakukan produksi. Berbagai

upaya terus dilakukan dalam produksi ikan nila, salah satunya adalah dengan

penambahan vitamen E sebagai suplemen dalam pakan buatan. Penambahan

vitamin E tersebut dilakukan dengan tujuan untuk melakukan reproduksi ikan

nila, mempercepat kematangan gonad dan meningkatkan keberhasilan pemijahan.

Dengan demikian, pembudidaya akan memiliki waktu yang lebih singkat dalam

proses recovery atau menunggu matang gonad ikan nila selama proses budidaya

(Tahapari dkk., 2019).

Menurut Widyastuti dkk. (2008), tahap recovery atau tahap pematangan

gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) memerlukan waktu selama satu bulan

setelah melakukan tahap pemijahan. Hal ini adalah satu kendala untuk memenuhi

kebutuhan konsumen dan pasar dalam memenuhi permintaan, sebab lamanya

1
2

waktu yang dibutuhkan untuk proses pematangan gonad ikan nila yang cukup

panjang, maka perlu dilakukan pengaplikasian atau penggunanaan vitamin E

dalam pakan ikan nila untuk mempercepat proses reproduksi ikan nila.

Vitamin E merupakan istilah umum untuk kelompok molekul larut-lemak,

yaitu tokoferol dan tokotrienol. Vitamin E diperlukan dan berperan penting dalam

proses pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ikan (Napitu dkk., 2013). Menurut

Gammanpila dkk. (2007) vitamin E berfungsi dalam proses fertilisasi dan

mempengaruhi fekunditas, antioksidan inter dan intra-seluler untuk

mempertahankan homeostasis dari proses metabolis yang labil dalam sel dan

plasma jaringan.

Hasil penelitian Napitu dkk. (2013) menunjukan bahwa penambahan

vitamin E pada pakan berbasis tepung ikan rucah memiliki hasil terbaik pada

pemberian vitamin E dengan dosis 300 mg/kg ikan nila mencapai tahap tingkat

kematangan gonad IV, sedangkan pada perlakuan kontrol atau tanpa penambahan

vitamin E, ikan nila hanya mencapai TKG II, sedangkan hasil penelitian Tarigan

dkk, (2017) menunjukan bahwa hasil terbaik terdapat pada penambahan vitamin E

sebanyak 375 mg/kg pakan, pada hasil tersebut ikan nilem dapat mencapai tingkat

kematangan gonad IV, selanjutnya pada perlakuan kontrol atau tanpa penambahan

vitamin E ikan hanya mencapai TKG II.

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya yang mengenai pemberian vitamin

E pada pakan buatan terhadap tingkat kematangan gonad ikan menunjukan nilai

yang berbeda. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
3

penambahan vitamin E pada pakan buatan terhadap tingkat kematangan gonad

ikan nila.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan Vitamin E

dalam pakan buatan terhadap tingkat kematangan gonad ikan nila.

1.3 Manfaat Peneliti

Manfaat penelitian ini sebagai informasi bagi pembudidaya atau peneliti

mengenai penambahan vitamin E pada pakan untuk mempercepat kematangan

gonad ikan nila.

1.4 Hipotesis

Penambahan vitamin E pada pakan buatan dapat meningkatkan fase

kematangan gonad dan persentase calon induk matang gonad ikan nila.
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi

Klasifikasi ikan nila adalah Kindom Animalia, Phylum Chordata, Class

Actinopterygii, Ordo Perciformes, Family Cichlidae, Genus Oreochromis, Species

Oreochromis niloticus (Integrated Taxonomy International System, 2018)

Gambar 2-1. Ikan Nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang panjang totalnya dapat

mencapai 60 cm dan berat dapat mencapai 4,3 kg. Ikan nila (Oreochromis

niloticus) jantan memiliki bentuk tubuh pipih dan memanjang serta memiliki

kelamin berbentuk oval memanjang berwarna kemerahan, sedangkan untuk ikan

betina memiliki bentuk tubuh bulat dan pendek serta bentuk kelamin yang bulat

dan memiliki garis di tengah dan berwarna kemerahan. Keduanya memiliki kepala

yang relatif kecil, mata menonjol dan besar dengan tepi berwarna putih (Froese

and Pauly, 2018). Menurut Ningrum (2012), ikan nila (Oreochromis niloticus)

4
5

memiliki lima sirip yaitu sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus dan

sirip ekor. Sirip ekornya memiliki garis vertikal yang berwarna gelap sebanyak

enam buah. Garis seperti itu juga terdapat pada sirip punggung dan sirip dubur.

2.1.2 Habitat dan penyebaran ikan nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan yang hidup pada daerah

tropis, menyukai perairan dangkal dan tenang seperti di tepian danau dan sungai

yang lebar dengan arus yang tenang dan memiliki vegetasi yang cukup (Prabu

dkk., 2017). Menurut Ariwibowo (2010), ikan nila air tawar berukuran 2-5 cm

dapat dipindahkan ke air payau dengan proses adaptasi yang bertahap, karena ikan

berukuran tersebut lebih tahan terhadap perubahan lingkungan dari pada ikan

yang sudah berukuran besar. Pemindahan secara mendadak dapat menyebabkan

ikan tersebut stress bahkan mati. Toleransi yang tinggi dimiliki oleh ikan nila

terhadap lingkungan hidupnya sehingga dapat dibudidayakan di dataran rendah

yang berair payau hingga dataran tinggi yang berair tawar.

Ikan nila (Oreochromis niloticus) lebih banyak mendiami habitat air tawar,

termasuk saluran air yang dangkal dan kolam. Ikan nila dapat menjadi masalah

sebagai spesies invasif, dimana ikan nila bersifat litoral atau penguasa wilayah

lingkungan hidupnya pada perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah perairan

sedang ikan nila sulit untuk bertahan hidup (Mujalifah dkk., 2018).

Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies yang berasal dari

kawasan Sungai Nil dan beberapa danau di Afrika. Di kawasan Asia,

pengembangan budidaya ikan nila dilakukan pertama kali di negara Cina. Untuk

kawasan Asia Tenggara ikan nila di budidayakan pertama kalinya di negara


6

Filipina. Strain ikan nila unggul yang dihasilkan Filipina adalah ikan nila merah

(Oreochromis niloticus) dan nila hitam hibrida atau Genetic Improvement of

Farmed Tilopias (nila GIFT). Selanjutnya, ikan nila meluas dibudidayakan di

Thailand, Vietnam, Kamboja, Myanmar, Bangladesh, dan Indonesia (Abarike dan

Yeboah, 2016).

2.1.3 Pakan dan kebiasaan makan ikan nila (Oreochromis niloticus)

Ikan nila merupakan hewan pemakan segala (omnivoara), pakan ikan nila

pada ukuran benih adalah zooplankton (plankton hewani). Ikan nila juga dapat

memanfaatkan lumut yang menempel pada benda-benda di habitat atau

lingkungan hidupnya sebagai pakan. Ikan nila dapat juga memakan tanaman dan

binatang air yang tumbuh pada habitatnya. Pada sistem budidaya ikan nila dewasa

dapat diberi makanan tambahan, misalnya pelet (Singh dkk, 2012).

Menurut Satia dkk. (2011) pakan ikan nila pada habitat alami adalah

tumbuh-tumbuhan air seperti azola, lemna dan juga lumut, selain itu ikan nila juga

memakan binatang air seperti moina dan dapnia. Ikan nila pada habitat alami lebih

dominan bersifat herbivora, dimana ikan nila memakan tumbuhan berjenis alga

yaitu Chlorophyceace (alga hijau) dan Myxophyceace (alga biru), alga ini

memiliki fungsi sebagai sumber protein, lemak, karbohidrat, mineral dan vitamin.

Ikan nila dalam lingkungan budidaya akan tumbuh lebih cepat hanya dengan

pakan yang mengandung protein sebanyak 23-32%. Hal yang sama dikemukakan

oleh Ariwibowo (2010) ikan nila membutuhkan protein sebanyak 23-32%, dan

untuk kebutuhan energi ikan nila memerlukan karbohidrat dan lemak dari pakan.
7

2.1.4 Reproduksi dan kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus)

Reproduksi adalah kemampuan ikan untuk menghasilkan keturunannya

sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya (Agusnandi, 2017). Tingkat

kedewasaan ikan nila pada umur 4-5 bulan hasil telur sebanyak 500-1000 butir

dalam pemijahana satu kali pemijahan, kemudian akan mencapai pertumbuhan

maksimal untuk bertelur sampai berumur 1,5-2 tahun. Saat ikan nila berumur

lebih dari 1 tahun kira-kira beratnya dapat mencapai 800 g dan pada masa ini ikan

nila bisa mengeluarkan 1200-1500 larva setiap kali memijah (Widyastuti dkk.,

2008).

Setelah telur dibuahi oleh ikan nila jantan, ikan nila betina akan menyimpan

seluruh telur kedalam mulut hingga telur menjadi larva. Waktu yang di butuhkan

untuk menetaskan telur menjadi larva yaitu 7 hari, dan selama itu ikan nila betina

berpuasa tidak memakan apapun hingga seluruh telur menjadi larva. Inilah alasan

ikan nila betina setelah melakukan pemijahan akan menjalani masa pemberokan

atau recovery karena ikan nila membutuhkan nutrisi untuk siap matang gonad

kembali (Agusnandi, 2017).

Menurut Erni dkk. (2018), ikan nila pertama kali matang gonad dan dapat

bereproduksi pada umur 4-5 bulan dengan ukuran 16-20 cm dan bobot seberat 17-

447 gram. Ikan nila setiap melakukan pemijahan memerlukan waktu selama

kurang lebih satu bulan untuk dapat kembali melakukan pematangan gonad. Ikan

nila (Oreochromis niloticus) yang siap memijah memiliki beberapa ciri-ciri secara

morfologi yaitu, ikan sehat dan tidak cacat, berwarna mengkilap, serta gerakan

lincah dan responsif terhadap pemberian pakan.


8

Menurut Solang (2010), ikan nila memiliki 5 tahap dan ciri-ciri untuk

melihat kesiapan ikan memijah melalui pengamatan gonad yang di jelaksan pada

tabel berikut ini, (Tabel 2-1) :

Tabel 2-1. Tingkat kematangan gonad ikan nila betina (Oreochromis niloticus).
Tingkat Kematangan Gonad Deskripsi

I Ovarium masih kecil, transparan, dan oosit


(Tahap muda) muda hanya terlihat dengan menggunakan
mikroskop.

II Ovarium berwarna kuning gelap, dan oosit


(Tahap Pengembangan) dapat terlihat dengan mata.

III Ovarium besar, kuning pucat kecoklatan, dan


(Tahap dewasa) oosit mulai mengandung kuning telur.

IV Ovarium besar, kuning gelap, banyak oosit


(Tahap matang) berukuran maksimal dan mudah dipisahkan.

V Ovarium berwarna kuning terang, ukurannya


(Tahap salin) berkurang karena telur yang sudah matang
telah dilepaskan ovarium berisi ooginia, oosit
berprotoplasma, dan sedikit oosit mengandung
kuning telur dan banyak dijumpai folikel
pecah.

Perkembangan tingkat kematangan gonad di sebabkan oleh sel oosit yang

berada dalam ovarium yang terus membesar sehingga menghasilkan kuning telur.

Oosit adalah sebuah sel dalam ovarium yang terbentuk atau mengalami meiosis

untuk membentuk ovum. Oosit terbentuk dari proses oogenesis (proses

transformasi yang tersebar di dalam ovari), sedangkan oogonia (ovum) akan

berkembang menjadi oosit primer (hasil pembelahan oogonium secara mitosis)

dan oosit sekunder (hasil pembelahan oosit primer secara meiosis). Oosit yang

telah berkembang penuh akan memiliki satu nukleus (GV, germinal vesicle) yang

terletak di tengah oosit. Selanjutnya, nukleus akan mulai bergeser menuju ke


9

kutub anima mendekati lubang mikrofil, kemudian membran akan pecah dan

mengalami (GVBD, germinal vesicle break down) dan telur siap untuk

diovulasikan (Waweru dkk, 2019).

2.2 Aplikasi Vitamin E dalam akuakultur

Vitamin merupakan senyawa organik yang berperan sebagai kofaktor pada

beberapa reaksi metabolik. Sebagai salah satu mikronutrien yang dibutuhkan

dalam pakan, vitamin dibutuhkan dalam jumlah yang relatif sedikit namun

mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan dan sintasan ikan. Salah

satu vitamin yang dibutuhkan dalam pakan ikan adalah vitamin E. Vitamin E

merupakan salah satu mikronutrien yang sangat diperlukan dan berperan penting

dalam proses pertumbuhan, reproduksi, dan kesehatan ikan (Tarigan, 2016).

Vitamin E berfungsi sebagai pemelihara keseimbangan intraseluler dan

sebagai antioksidan. Selain sebagai antioksidan, vitamin E dapat melindungi

lemak atau asam lemak yang terdapat dalam membran sel agar tidak teroksidasi

(Pamungkas, 2013). Menurut Gammanpila dkk. (2007), vitamin E dalam pakan

dapat meningkatkan keberhasilan pemijahan, fekunditas dan daya tetas telur,

sintasan larva, indeks gonad somatik, serta vitelogenesis. Setelah pemijahan,

terdapat kandungan vitamin E yang tinggi pada telur induk ikan dan rendah pada

jaringan. Hal tersebut diduga adanya beberapa fungsi atau peran vitamin secara

fisiologi pada proses pemijahan, fertilisasi, dan penetasan.

Menurut Pamungkas (2013), vitamin E dalam akuakultur dapat di aplikasikan

melalui pakan buatan. Selain berfungsi sebagai peningkataan performa

reproduksi, vitamin E juga untuk meningkatkan pertumbuhan, kesehatan, dan


10

kualitas daging ikan. Kebutuhan dasar vitamin E pada ikan bergantung pada jenis,

ukuran dan umur ikan, suhu air, persentase pertumbuhan, dan komposisi pakan.

Kelebihan dan kekurangan vitamin E dalam pakan dapat mengakibatkan

penurunan laju pertumbuhan, timbulnya penyakit, keracunan, dan kematian.

Kebutuhan dasar vitamin E untuk ikan bervariasi, bergantung pada beberapa

faktor yaitu ukuran ikan, umur ikan, dan komposisi pakan. Untuk jenis-jenis ikan

catfish kebutuhan vitamin E berkisar antara 60-240 mg/kg pakan ikan, sedangkan

untuk ikan jenis salmonid membutuhkan vitamin E 35-300 mg/kg pakan. Ikan nila

membutuhkan vitamin E dengan kisaran 13,1-100 mg/kg pakan (Yulita, 2015).

2.3 Kualitas Air


2.3.1 Suhu

Suhu berpengaruh secara langsung ataupun tidak langsung terhadap

lingkungan perairan (Rasyid, 2010). Hal ini di perjelas oleh Soesono (1974)

dalam Rasyid (2010) bahwa suhu dapat mempengaruhi metabolisme dan

pertumbuhan organisme perairan serta jumlah oksigen terlarut dalam air. Suhu

dalam perairan akan mengalami peningkatan pada siang hari yang disebabkan

oleh adanya penetrasi cahaya matahari yang yang diterima cukup lama oleh

perairan. Sedangkan pada malam hari suhu perairan akan semakin rendah akibat

tidak terjadi proses penyinaran matahari dalam perairan (Panggabean dkk., 2016).

Menurut Permatasari (2012), ikan nila adalah ikan beriklim tropis yang

dapat hidup dan tumbuh dengan baik pada kisaran suhu optimal yaitu 28°C

sampai 32°C. Ikan nila yang dibudidayakan mampu beradaptasi pada suhu air,

mulai dari 14°C hingga 35°C. Selanjutnya, suhu yang optimum untuk proses
11

reproduksi, tahap tingkat pematangan gonad, dan tahap pemijahan ikan nila

berkisar pada suhu 25-32°C (Darwisito dkk., 2015). Boyd dan Pillai (1984)

menyatakan bahwa ikan yang hidup pada iklim tropis atau yang hidup pada

perairan hangat dapat bertumbuh dengan baik di kisaran suhu 25°C hingga 32°C.

2.3.2 Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman atau biasa disebut dengan pH adalah parameter kualitas

air yang digunakan untuk melihat apakah air bersifat asam atau basa. Parameter

ini memiliki skala 0-14, dimana angka 7 sebagai titik netral, sedangkan air yang

berada pada angka di bawah 7 disebut asam dan di atas angka 7 disebut basa

(Silalahi, 2009).

Menurut Boyd dan Pillai (1984), perairan dengan nilai pH 6,5-9 adalah

yang paling disarankan untuk kelangsungan hidup, pertumbuhan, dan proses

reproduksi organisme dalam lingkungan budidaya. Derajat keasaman (pH)

dibawah 6,5 akan menghambat proses pertumbuhan serta ikan tidak dapat

bereproduksi dan akan berujung pada kematian organisme, sedangkan jika angka

pH berada di atas 9 organisme akan mengalami stres dan mengakibatkan

kematian.

Panggabean dkk. (2016), mengemukakan bahwa kisaran pH yang optimal

untuk ikan adalah 7-8, pada pH tersebut ikan nila dapat hidup dan bertumbuh

dengan baik. Selanjutnya Napitu dkk., (2013) menyatakan bahwa pada nilai pH 6-

8 ikan nila dapat bereproduksi dan melakukan pematangan gonad.


12

2.3.3 Oksigen Terlarut (DO)

Menurut Boyd dan Pillai (1984), oksigen terlarut (dissoloved oxygen)

merupakan variabel kualitas air yang sangat dibutuhkan dalam budidaya perairan,

sehingga diharapkan pembudidaya dapat memahami sumber oksigen terlarut

dalam perairan. Oksigen terlarut dalam perairan salah satunya bersumber dari

tumbuhan air dan juga phytoplankton, yang melakukan fotosintesis terhadap sinar

matahari dan nantinya akan menghasilkan oksigen dalam perairan.

Menurut Salsabila dan Suprapto (2018), kadar oksigen terlarut yang optimal

bagi pertumbuhan ikan nila adalah lebih dari 3 mg/L. Apriliza (2012),

menyatakan bahwa kisaran oksigen terlarut yang baik untuk pertumbuhan dan

perkembangan ikan nila sebesar 5 mg/L. Tahapari dkk. (2019) menyatakan bahwa

nilai oksigen terlarut pada kisaran 1,10-7,56 mg/L, masih dalam kisaran layak

terhadap reproduksi ikan nila.

2.3.4 Amonia (NH3)

Amonia merupakan produk metabolisme protein pada ikan yang di

ekskresikan melalui insang dan ginjal. Amonia juga dikeluarkan bersama dengan

urin dan feses. Ikan mengekskresikan metabolit amonia sebanyak 50-100mg/kg

berat badan setiap harinya. Kadar amonia akan meningkat beberapa jam setelah

pemberian pakan pada ikan (Azhari dan Tomasoa, 2018).

Boyd and Lichtkoppler (1979) menyatakan bahwa amonia dalam

lingkungan budidaya adalah nitrogen dan dapat mengurai bahan organik dan

bakteri. Amonia terbagi dua dalam perairan, yaitu amonia tidak terionisasi dan

amonia ion. Amonia yang tidak terionisasi beracun bagi ikan, sedangkan amonia
13

ion tidak beracun dalam jumlah sedikit dan akan beracun jika sudah terlalu

banyak dalam perairan. Amonia akan berdampak pada kematian terhadap

organisme budidaya jika nilainya mencapai kisaran 0,3-2,0 mg/L, sedangkan pada

nilai 0,1-0,2 mg/L masih layak digunakan oleh organisme budidaya, akan tetapi

dapat menimbulkan tingkat kematian yang terbilang rendah. Hal ini disarankan

kepada pembudidaya untuk melakukan kontrol amonia tidak melebihi nilai 0,1

mg/L.

Tahapari dkk. (2019) menyatakan bahwa ikan nila dapat bertahan pada

kadar amonia optimum 0,08-1,19 mg/L. Selanjutnya Napitu dkk. (2013), kadar

amonia 0-0,076 mg/L dapat ditolerir ikan nila uji sebagai tingkat kelangsungan

hidup dan juga proses reproduksi ikan nila.


BAB 3 METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2020. Penelitian

bertempat di Desa Binangga, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi dan

pengamatan gonad dilakukan pada Laboratorium Kualitas Air dan Biologi

Akuatik, Jurusan Akuakultur, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas

Tadulako .

3.2 Materi Penelitian


3.2.1 Organisme uji

Organisme uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah calon induk ikan

nila (Oreochromis niloticus) yang berkelamin betina, ukuran 15-20 cm dengan

bobot 200-250 gram sebanyak 100 ekor. Organisme uji diperoleh dari hasil

budidaya di Balai Benih Ikan Sentral (BBIS) Kalawara, Kabupaten Sigi.

3.2.2 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3-1 :

Table 3-1. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian


No Nama alat Jumlah Kegunaan
1. Baskom 20 unit Wadah pemeliharaan ikan nila
2. Aerator 2 unit Alat penyuplai oksigen
Untuk mengalirkan oksigen ke dalam wadah
3. Selang aerasi 20 buah
pemeliharaan
4. Timbangan 1 buah Menimbang berat ikan
5. Milimeter blok 1 buah Mengukur panjang ikan
6. Termometer 1 buah Mengukur suhu air
7. pH meter 1 buah Mengukur pH air
8. DO meter 1 buah Mengukur oksigen terlarut
9. Test kit amonia 1 buah Mengukur kadar amonia

14
15

Lanjut Tabel 3-1.


No Nama alat Jumlah Kegunaan
10. Seser 1 buah Mengambil ikan
11. Ember 1 buah Wadah penyalin air
12. Selang sifon 1 buah Menyifon wadah
13. Kamera 1 buah Mengambil dokumentasi
14. Alat tulis 1 buah Mencatat data
15. Mikroskop 1 buah Mengamati kematangan gonad
16. Baskom kecil 1 buah Mencampur pakan
17. Pencetak pakan 1 buah Mencetak pakan
18. Pisau 1 buah Memotong pakan
19. Oven 1 buah Mengeringkan pakan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Tabel 3-2.

Tabel 3-2. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian


No Nama bahan Kegunaan
1. Air Media hidup ikan
2. Vitamin E Sabagai bahan uji
3. Tepung ikan Bahan baku pakan
4. Tepung kedelai Bahan baku pakan
5. Tepung jagung Bahan baku pakan
6. Tepung tapioka Bahan baku pakan
7. Minyak ikan Bahan baku pakan
8. Minyak jagung Bahan baku pakan
9. Mineral mix Bahan baku pakan
10. Sabun deterjen Mencuci alat
11. Aquades Mengkalibrasi alat

3.3 Prosedur Penelitian


3.3.1 Persiapan wadah

Wadah penelitian adalah baskom plastik berkapsitas 50 liter sebanyak 20

buah. Wadah dicuci menggunakan sabun deterjen dan dibilas dengan air tawar.

Baskom didesinfeksi dengan methylene blue sebanyak 6 tetes pada masing-

masing wadah dan didiamkan selama 24 jam. Wadah kembali dibersihkan dengan

menggunakan air bersih, kemudian setiap baskom diisi dengan air tawar sebanyak
16

30 liter dan di aerasi selama 24 jam. Sebelum diberikan aerasi, dilakukan

pengukuran kualitas air, yaitu berupa oksigen terlarut, pH, suhu dan amonia.

3.3.2 Persiapan pakan

Formulasi pakan dilakukan dengan cara memilih komposisi bahan yang

digunakan, kemudian menghitung jumlah bahan pakan yang digunakan untuk 7

kg pakan. Formulasi pembuatan pakan atau komposisi pakan yang digunakan

dalam penelitian ini mengacu pada Napitu dkk., (2013), dimana bahan penyusun

pakan buatan dengan penambahan dosis vitamin E yang berbeda dapat dilihat

pada Tabel 3-3;

Tabel 3-3. Bahan komposisi pakan buatan


Komposisi Bahan Pakan (g)
No Bahan Pakan Perlakuan A Perlakuan B Perlakuan C Perlakuan D
1. Tepung kedelai 2520 2520 2520 2520
2. Tepung ikan 2160 2160 2160 2160
3. Tepung jagung 1440 1440 1440 1440
4. Tepung tapioka 504 504 504 504
5. Minyak ikan 216 216 216 216
6. Minyak jagung 216 216 216 216
7. Mineral mix 144 144 144 144
8. Vitamin E 2,16 2,52 2,88 3,24
Jumlah 7202,16 7202,45 7202,88 7203,24
Protein 31,6% 29,80% 31,47% 27,98%
Dosis Vitamin E 300 mg/kg 350 mg/kg 400 mg/kg 450 mg/kg

Pencampuran bahan penyusun pakan di mulai dari yang jumlahnya sedikit ke

bahan yang jumlahnya banyak hingga rata. Setelah mencampur semua bahan,

melakukan pencetakan dan pengeringan pakan di bawah sinar matahari. Bahan

pakan ikan yang telah menjadi pelet kemudian di uji proksimat untuk mengetahui

kadar protein yang ada dalam pakan. Uji proksimat dilakukan di Laboratorium

Nutrisi, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas Tadulako.


17

3.3.3 Pemeliharaan Organisme Uji

Pakan diberikan dengan dosis 3% dari bobot tubuh dan diberi sebanyak 3

kali dalam sehari (Napitu dkk, 2013). Pakan diberikan pagi hari pukul 07.00, siang

hari pukul 12.00 dan sore sore hari pukul 17.00 WITA. Pergantian air dan

penyiponan dilakukan pada pagi atau sore hari setiap tiga hari

sekali..Pemeliharaan organisme uji dilakukan selama 42 hari atau selama 6

minggu.

3.3.4 Kualitas air

Pengukuran kualitas air dilakukan dengan mengukur suhu menggunakan

thermometer, derajat keasaman (pH) menggunakan pH meter, oksigen terlarut

menggunakan DO meter dan amonia menggunakan amonia test kit. Pengukuran

suhu dan pH dilakukan setiap hari sekali (pagi hari pukul 07.30 WITA),

sedangkan oksigen terlarut dan amonia diukur pada awal dan akhir penelitian.

3.3.5 Pengamatan Kematangan Gonad

Pengamatan gonad ikan nila dilakukan dengan cara mengamati calon induk

secara morfologi dan mengamati gonad ikan. Cara melihat ikan yang telah matang

gonad melalui pengamatan morfologi yaitu dengan melihat pembesaran yang

terjadi pada perut ikan, ikan betina memiliki bentuk kelamin bulat kemerahan,

selanjutnya menekan perut ikan untuk mengetahui keluarnya telur dari lubang

urogenital.

Pengamatan dengan cara lain, yaitu dengan melihat gonad menggunakan

mikroskop. Langkah awal yaitu dengan membedah ikan dan mengambil organ

reproduksi gonad, kemudian di lakukan pengamatan menggunakan mikroskop


18

untuk melihat warna telur dan pembulu darah dalam gonad. Pengamatan

kematangan gonad dilakukan pada akhir penelitan dengan mengamati seluruh

ikan dari masing-masing perlakuan.

3.4 Desain Penelitian

Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap

(RAL) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 5 kali ulangan, sehingga didapatkan 20

unit percobaan. Adapun beberapa perlakuan yang diberikan dan tata letak yang

digunakan pada gambar 3-1 adalah sebagai berikut :

Perlakuan A: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 300 mg/kg pakan

Perlakuan B: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 350 mg/kg pakan

Perlakuan C: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 400 mg/kg pakan

Perlakuan D: Pemberian pakan buatan dengan dosis vitamin E 450 mg/kg pakan

Gambar 3-1. Tata letak wadah penelitian setelah pengacakan


19

3.5 Peubah yang Diamati


3.5.1 Persentase Kematangan Gonad

Persentase TKG secara morfologi pada ikan selama pemeliharaan dapat

dihitung dengan menggunakan persentase sebagai berikut :

Jumlah induk matang gonad


TKG% = Jumlah sampel yang diamati
X 100

3.5.2 Kelangsungan Hidup (SR)

Kelangsungan hidup adalah membandingkan jumlah organisme uji yang

hidup pada akhir penelitian dengan jumlah yang ditebar pada awal penelitian

(Mulqan dkk., 2017). Kelangsungan hidup ikan nila dapat dihitung dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut :

SR (%) = × 100

Dimana :
SR : Tingkat kelangsungan hidup
Nt : Populasi pada akhir penelitian (ekor)
No : Populasi pada awal penelitian (ekor)

3.6 Analisis Data

Persentase kematangan gonad dan kelangsungan hidup dianalisis secara

deskriptif. Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk Tabel dan Gambar.
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Tingkat Kematangan Gonad

Berdasarkan hasil penelitian selama 42 hari atau selama 6 minggu

menunjukkan bahwa sampel gonad pada perlakuan D dengan pemberian (vitamin

E 450 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG V, diikuti pada perlakuan C

pemberian (vitamin E 400 mg/kg pakan) berkembang hingga tahap TKG IV.

Selanjutnya diikuti perlakuan A pemberian (vitamin E 300 mg/kg pakan)

berkembang hingga tahap TKG III dan pada perlakuan B (vitamin E 350 mg/kg

pakan) berkembang hingga tahap TKG III.

Gambar 4-1. Gonad ikan nila betina (Oreochromis niloticus)

Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara, yaitu cara

pengamatan morfologi yang dilakukan di lapangan, kemudian yang kedua dengan

cara menggunkan mikroskop dilakukan di Laboratorium Kualitas Air dan Biologi

Akuatik, Jurusan Akuakultur, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Universitas

Tadulako.

20
21

Hasil pengamatan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus) dengan

menggunakan mikroskop terlihat pada Tabel 4-1.

Tabel 4-1. Pengamatan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus)


Perlakuan Gonad Keterangan
A - Terlihat telur berwarna kuning
(300 mg Vit pucat
E/kg pakan) - TKG III
- 55,56% matang gonad

B - Terlihat telur berwarna


(350 mg Vit kecoklatan
E/kg pakan) - TKG III
- 61,11% matang gonad

C - Terlihat telur berwarna kuning


(400 mg Vit gelap
E/kg pakan) - TKG IV
- 65,22% matang gonad

D - Terlihat telur berwarna kuning


(450 mg Vit cerah
E/kg pakan) - TKG V
- 68,18% matang gonad
22

4.1.2 Persentase Kematangan Gonad

Berdasarkan hasil penelitian, persentase calon induk matang gonad ikan nila

(Oreochromis niloticus) dapat dilihat pada Tabel 4-2.

Tabel 4-2. Persentase kematangan gonad ikan nila (Oreochromis niloticus)


Jumlah Jumlah Ikan Persentase
Fase Perkembangan
Perlakuan Ikan yang Matang Matang
Diamati (ekor) Gonad (ekor) Gonad Gonad (%)
Perlakuan A
Vit E 18 10 Tahap Dewasa 55,56
(300 mg/kg (TKG III)
pakan)
Perlakuan B
Vit E 18 11 Tahap Dewasa 61,11
(350 mg /kg (TKG III)
pakan)
Perlakuan C
Vit E 23 15 Tahap Matang 65,22
(400 mg /kg (TKG IV)
pakan)
Perlakuan D
Vit E 22 15 Tahap Salin 68,18
(450 mg/kg (TKG V)
pakan)
Keterangan : Vit E : vitamin E; TKG : tingkat kematangan gonad

Berdasarkan hasil pengamatan dapat diketahui tingkat kematangan gonad

pada pemberian vitamin E dengan dosis 300 mg/kg pakan menunjukan hasil TKG

III dengan jumlah persentase mencapai 55,56% dan pemberian vitamin E 350

mg/kg pakan mencapai tahap TKG III dengan persentase matang gonad 61,11%,

kemudian pada perlakuan C dengan dosis vitamin E 400 mg/kg pakan

menunjukan capaian TKG IV dengan persentase matang gonad 65,22%,

selanjutnya kematangan gonad tertinggi terdapat pada perlakuan D dengan

pemberian dosis vitamin E sebanyak 450 mg/kg pakan dengan capaian TKG V

dan persentase matang gonad 68,18%.


23

4.1.3 Kelangsungan Hidup (SR)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama 42 hari, diperoleh rata-

rata tingkat kelangsungan hidup ikan nila berkisar 72%-92%. Perlakuan A dan B

sebesar 72%, perlakuan C mencapai 92% dan perlakuan D mencapai 88%

(Gambar 4-2).

100 92%
90
88%
Kelangsungan Hidup (%)

80
72% 72%
70
60
50
40
30
20
10
0
A B C D
Perlakuan

Gambar 4-2. Grafik kelangsungan hidup ikan nila (Oreochromis niloticus)

4.1.4 Kualitas Air

Variabel kualitas air yang diamati pada masa pemeliharaan adalah suhu, pH,

oksigen terlarut (DO) dan amonia (NH3). Hasil pengukuran kualitas air media

pemeliharaan ikan nila tertera pada Tabel 4-3.

Tabel 4-3. Parameter kualitas air pemeliharaan ikan nila (Oreochromis niloticus)
Perlakuan
NO Parameter A (300 mg) B (350 mg) C (400 mg) D (450 mg)
1. Suhu (°C) 26-29°C 26-29°C 26-29°C 26-29°C
2. pH 7,0-8,3 6,6-8,4 6,6-8,5 6,6-8,6
3. DO (mg/L) 3,5-5,5 3,5-5,5 4,8-6,3 3,5-6,3
4. Amoniak (ppm) 0,05-0,2 0,05-0,2 0,05-0,2 0,05-0,2
24

4.2 Pembahasan

4.2.1 Kematangan Gonad

Hasil penelitian menunjukan yang diperoleh pada tingkat kematangan gonad

(Tabel 4-1) bahwa semakin tinggi pemberian dosis, maka semakin tinggi ikan nila

yang dapat mencapai tingkat kematangan gonad. Penambahan vitamin E dengan

dosis 300 mg/kg dan 350 mg/kg pakan memberikan hasil TKG III dengan masing-

masing persentase ikan matang gonad 55,56% dan 61,11%, selanjutnya pemberian

dosis sebanyak 400 mg/kg pakan memberikan hasil dengan TKG IV dan

persentase ikan matang gonad sebanyak 65,22%, dan perlakuan terakhir dengan

pemberian dosis vitamin E sebanyak 450 mg/kg pakan memberikan hasil TKG V

dengan persentase ikan matang gonad 68,18%. Peningkatan gonad dalam setiap

perlakuan diduga karena ikan nila dapat merespon dengan baik pakan yang

diberikan, sehingga kandungan nutrisi dan vitamin E dalam pakan dapat

dimanfaatkan dengan baik untuk proses pematangan gonad.

Adliana dkk., (2013), menyatakan bahwa salah satu faktor yang sangat

menentukan dalam pematangan gonad adalah vitamin E. Hasil penelitian terlihat

bahwa penggunaan vitamin E dalam pakan sangat mempengaruhi jumlah dan

waktu pencapaian matang gonad ikan dari TKG II ke TKG IV. Hal ini disebabkan

karena adanya proses vitellogenesis sehingga hasil dari proses vitellogenesis

(vitellogenin) membantu proses pembentukan telur dan pematangan ovari.

Menurut Habibi dkk. (2013), vitamin E berfungsi sebagai antioksidan yang

mencegah terjadinya okidasi asam lemak terutama asam lemak tak jenuh sehingga

vitamin E berperan untuk meningkatkan proses kematangan pada telur. Vitamin E


25

berpengaruh terhadap kualitas telur yang dihasilkan karena vitamin E sebagai

antioksidan asam lemak dalam tubuh. Vitamin E dan asam lemak essensial

dibutuhkan secara bersamaan untuk pematangan gonad ikan dengan dosis vitamin

E di dalam pakan akan bergantung pada kandungan asam lemak essensial yang

ada pada pakan (Yulfiperius, 2003).

Tingkat kematangan gonad tertinggi ditemukan pada perlakuan dengan

vitamin E sebesar 450 mg/kg pakan. Hal ini sebabkan oleh kebutuhan vitamin

yang diberikan pada pakan sudah memenuhi kebutuhan sehingga dapat memacu

kecepatan pencapaian matang gonad. Ketika terjadinya perkembangan gonad

proses metabolisme dalam tubuh ikan mambantu pada proses pertumbuhan

gonadik.

Pertumbuhan gonadik terjadi apabila energi yang digunakan untuk

pertumbuhan sudah terpenuhi. Selain itu, vitamin E merupakan salah satu unsur

nutrient yang harus dipenuhi dalam pakan, karena vitamin E diperlukan sebagai

bahan penyusun struktur simatik, gonadik, dan penetuan kualitas telur. Vitamin E

ini juga berfungsi sebagai antioksidan, sehingga asam lemak tidak jenuh pada

posfolipid dalam membran sel terlindung (Hamre, 2011).

Darwisito dkk., (2006), menyatakan bahwa Vitamin E akan membentuk

enzim untuk proses biosintesa hormon steroid ke dalam aliran darah menuju hati,

hormon ini akan merangsang hati untuk melaksanakan proses vitellogenesis yang

menghasilkan vitellogenin (pembentuk butir-butir telur). Hubungan Vitamin E

dengan vitellogenin dalam perkembangan oosit yaitu melalui prostaglandin,

dalam hai ini prostaglandin disintesis secara enzimatik dengan menggunakan


26

asam lemak esensial, sedangkan Vitamin E dapat mempertahankan keberadaan

asam lemak tersebut karena salah satu fungsi Vitamin E adalah sebagai

antioksidan.

4.2.2 Persentase Induk Matang Gonad

Hasil penelitian ini berbeda dengan hasil penelitian Napitu dkk., (2013) pada

penelitian sebelumnya bahwa penambahan vitamin E dalam pakan terhadap

perkembangan kematangan gonad ikan nila merah, pemberian dosis berlebihan

tidak memberikan hasil ikan cepat matang gonad, penambahan vitamin E 300

mg/kg dalam pakan buatan memberikan hasil terhadap kematangan gonad ikan

nila merah. Menurut Darwisito dkk., (2015) bahwa tingkat kematangan gonad

disebabkan oleh terjadinya berkembangnya ukuran telur dalam gonad yang

mendekati fase pematangan. Pemberian pakan yang bermutu pada induk ikan akan

menentukan suksesnya reproduksi. Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam

pemberian pakan yang bermutu adalah melalui pemberian suplementasi vitamin E

di dalam pakan (Tarigan dkk., 2017).

Kematangan gonad dipengaruhi oleh nutrisi dalam pakan buatan. Faktor

yang mempengaruhi kematangan gonad ikan nila yaitu vitamin E dan protein yang

mencukupi. Menurut Yulfiperius dkk. (2003), vitamin E berfungsi sebagai

pemelihara keseimbangan intraselluler dan sebagai antioksidan. Vitamin E dapat

melindungi lemak agar tidak teroksidasi, misalnya lemak atau asam lemak yang

terdapat pada membran sel, sehingga proses embryogenesis berjalan dengan

normal dan hasil reproduksi dapat ditingkatkan.


27

Menurut Nurhayati dkk. (2018), bahwa ikan yang kekurangan vitamin E

dapat mempengaruhi penampilan reproduksi, penyebab tidak matang gonad,

rendahnya derajat tetas telur, dan kelangsungan hidup benih. Kebutuhan vitamin E

dapat bertambah seiring dengan pertambahan jumlah asam lemak dalam pakan.

Vitamin E ditambahkan ke dalam pakan untuk mempercepat fase pembentukan

folikel.

Vitamin E dalam akuakultur dapat di aplikasikan melalui pakan buatan.

Selain berfungsi sebagai peningkataan performa reproduksi, vitamin E juga untuk

meningkatkan pertumbuhan, kesehatan, dan kualitas daging ikan. Kebutuhan

dasar vitamin E pada ikan bergantung pada jenis, ukuran dan umur ikan, suhu air,

persentase pertumbuhan, dan komposisi pakan. Kelebihan dan kekurangan

vitamin E dalam pakan dapat mengakibatkan penurunan laju pertumbuhan,

timbulnya penyakit, keracunan, dan kematian (Pamungkas, 2013).

4.2.3 Kelangsungan Hidup (SR)

Tingkat kelangsungan hidup dari setiap perlakuan berkisar 72-92%.

Tingginya persentase ini di sebabkan oleh terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada

pakan dan teraturnya pemberian pakan selama pemeliharaan. Penelitian ini

memiliki tingkat kematian yang rendah, terjadi pada beberapa ekor ikan pada

semua perlakuan yang kematiannya pada minggu pertama dan minggu ketiga. Hal

ini diduga ikan belum dapat beradaptasi dengan lingkungan yang baru serta

terjadinya stres ketika dilakukannya pergantian air.

Kelangsungan hidup ikan sangat ditentukan oleh ketersediaan makanan.

Ikan yang berhasil memperoleh makanan akan mengalami pertumbuhan,


28

sebaliknya ikan akan mengalami kematian apabila tidak mendapatkan makanan.

Kematian ikan juga dapat disebabkan oleh faktor lain, yaitu predator, parasit, dan

kondisi abiotik. Kelangsungan hidup ikan sangat tergantung dari kondisi perairan

tempat hidupnya.

Ikan nila adalah ikan yang terus bergerak aktif di dalam wadah

pemeliharaan. Ruang gerak yang terbatas mengakibatkan ikan menjadi lebih

mudah stress sehingga energi yang dihasilkan dari proses metabolisme yang

digunakan untuk pertumbuhan digunakan untuk mempertahankan diri dari stress

(Rivandi, 2014).

4.2.4 Kualitas Air

Selama masa pemeliharaan suhu pada wadah pemeliharaan berkisar antara

26-29°C. Suhu media pemeliharaan ini masih layak bagi kelangsungan hidup ikan

dan pertumbuhan ikan. Ikan nila dapat hidup, tumbuh dan bereproduksi pada

kisaran suhu antara 25°C-32°C. Hal ini dikarenakan ikan nila adalah ikan yang

hidup pada perairan hangat atau beriklim tropis (Boyd dan Pillai, 1984).

Derajat keasaman (pH) dalam penelitian ini berkisar antara 6,6-8,6 dan pada

nilai ini ikan masih dapat hidup dan tumbuh dengan baik. Menurut Panggabean

dkk. (2016), bahwa air dengan derajat keasaman (pH) 6-9 dapat di tolerir ikan nila.

ikan nila masih dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH 5-10, sedangkan pH

optimal untuk ikan nila yaitu berkisar 7-8. Menurut Napitu dkk., (2013) derajat

keasaman yang baik untuk reproduksi ikan nila berkisar pada 6-7.

Konsentrasi oksigen terlarut pada penelitian ini berkisar antara 3,5-6,3

mg/L. Tingkat kelarutan oksigen tersebut masih layak digunakan oleh ikan nila.
29

Menurut Tahapari dkk., (2019) nilai oksigen terlarut yang baik dan optimum

berkisar 1,10-7,56 mg/L, nilai parameter oksigen terlarut ini masih dalam kisaran

layak terhadap kelangsungan hidup, pertumbuhan dan kualitas reproduksi ikan

nila.

Hasil pengukuran amonia dalam wadah pemeliharaan pada penelitian ini

berkisar antara 0,05-0,2 ppm. Kenaikan konsentrasi amonia pada wadah

pemeliharaan disebabkan akibat dampak dari mengendapnya sisa-sisa pakan yang

menumpuk di dasar wadah pemeliharaan. Untuk mengontrol kadar amonia, maka

dilakukan penggantian air secara rutin dan penyiponan. Kisaran amonia pada

penelitian ini dapat di tolerir oleh ikan nila seperti pendapat yang dikemukakan

oleh Boyd dan Lichtkoppler (1979), diamana amonia pada nilai 0,1-0,2 mg/L

masih layak digunakan oleh organisme budidaya, akan tetapi dapat menimbulkan

tingkat kematian yang terbilang rendah. Pendapat lain juga dikemukakan oleh

Napitu dkk. (2013) bahwa kadar amonia 0,051-0,076 mg/L dapat di tolerir ikan

nila uji untuk proses reproduksi ikan.


BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan

bahwa semakin tinggi dosis vitamin E yang diberikan pada pakan buatan, maka

semakin tinggi tingkat kematangan gonad yang dihasilkan.

Tingkat kelangsungan hidup tertinggi dalam peneliltian ini ada pada

perlakuan dengan penambahan dosis vitamin E sebesar 400 mg/kg pakan dimana

mencapai 92%.

5.2 Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, disarankan agar

dalam menyusun formulasi pakan buatan dengan penambahan suplemen vitamin

E dapat menggunakan bahan lainnya seperti bahan organik atau limbah sayur

yang mengandung banyak vitamin E.

32
33

DAFTAR PUSTAKA

Abarike E.D. and Yeboah A.A. 2016. Reproductive Potential of Nile Tilapia
(Oreochromis niloticus Linnaeus, 1757) In The Golinga Reservoir In
Ghana. International Journal of Aquatic Studies. Vol 4(5) : 279-283.

Adliana C., Sukendi, dan Aryani N. 2013. Pematangan Gonad Ikan Silam
(Trichogaster pectoralis Blkr) dengan Perlakuan Pemberian Pakan yang
Berbeda. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau.
Pekanbaru.

Agusnandi F. 2017. Pemijahan Buatan pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


dengan Penyuntikan Ovaprim dan Hormon Oksitosin. Skripsi. Departemen
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor.

Apriliza K. 2012. Analisa Genetic Gain Anakan Ikan Nila Kunti F5 Hasil
Pembesaran I (D90-150). Journal of Aquaculture Management and
Technology. Vol 1(1) : 132-146.

Ariwibowo J. 2010. Karakteristik Varietas Unggulan Ikan Nila


(Oreochromisniloticus) di Broodstock Center, Satker, Pbiat Janti, Klaten
Berdasarkan Ciri Morfologi dan Pola Pita Serta Kandungan Protein. Skripsi.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Boyd C.E. and Lichtkoppler F. 1979. Water Quality Management In Pond Fish
Culture. Auburn : Auburn University.

Boyd C.E. and Pillai V.K. 1984. Water Quality Management In Aquaculture.
Chocin : Central Marine Fisheries Research Institute.

Darwisito S., Junior M.Z., Sjafei D.S., Manalu W., dan Sudrajat A.O. 2006.
Kajian Performans Reproduksi Perbaikan pada Kualitas Telur dan Larva
Ikan Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Vitamin E dan Minyak Ikan
Berbeda dalam Pakan. Prosiding Seminar Nasional Ikan IV. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Sam Ratulangi. Manado.

Darwisito S., Sinjal H. J., dan Wahyuni I. 2015. Tingkat Perkembangan Gonad,
Kualitas Telur dan Ketahanan Hidup Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Berdasarkan Perbedaan Salinitas. Jurnal LPPM Bidang Sains dan
Teknologi. Vol 2(2) : 86-94.
34

Erni R., Asriyana., dan Mustafa A. 2018. Biologi Reproduksi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Perairan Rawa Aopa Watunohai Kecamatan
Angata Kabupaten Konawe Selatan.

Froese R. and Pauly D. 2015. Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758). FishBase.


Available: (January 2018).

Gammanpila M., Age A.Y., and Bart A.N. 2007. Evaluation of The Effects of
Dietary Vitamin C, E and Zinc Supplementation on Reproductive
Performance of Nile Tilapia (Oreochromis niloticus). Sri Lanka J. Aquat.
Sci. 12 : 39-60.

Habibi., Sukendi., dan Aryani N. 2013. Kematangan Gonad Ikan Sepat Mutiara
(Trichogaster leeri Blkr) dengan Pemberian Pakan yang Berbeda. Jurnal
Akuakultur Rawa Indonesia. Vol 1(2) : 127-134.

Hamre K. 2011. Metabolism, interactions, requirements and functions of vitamin


E in fish. Aquaculuture Nutrition. Vol 17 : 98-115.

ITIS (Integrated Taxonomic Information System). 2018. Oreochromis niloticus


(Linnaeus, 1758). Integrated Taxonomic Information System, Reston,
Virginia. Available (January 2018).

Mujalifah., Santoso H., dan Laili S. 2018. Kajian Morfologi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) dalam Habitat Air Tawar dan Air Payau. E-Jurnal
Ilmiah BIOSAINTROPIS. Vol 3(3) : 10-17.

Napitu R., Santoso L., dan Suparmono. 2013. Pengaruh Penambahan Vitamin E
pad Pakan Berbasis Tepung Ikan Rucah Terhadap Kematangan Gonad Ikan
Nila Merah (Oreochromis niloticus). E-Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. Vol 1(2).

Ningrum N.E.P.H.H, 2012. Keragaan Pertumbuhan Ikan Nila


(Oreochromisniloticus) Hasil Seleksi F3, F4, dan Nila Lokal. Skripsi.
Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Nurhayati, Thaib A., dan Irmayani. 2018. Efektifitas Penambahan Vitamin E


dalam Ransum Pakan Terhadap Tingkat Kematangan Gonad Induk Ikan
Cupang (Betta splendens). Aquatic Sciences Journal. Vol 5(1) : 19-22.

Panggabean T. K., Sasanti A. D., dan Yulisman. 2016. Kualitas Air,


Kelangsungan Hidup, Pertumbuhan, dan Efisiensi Pakan Nila yang diberi
Pupuk Hayati Cair pada Air Media Pemeliharaan. Jurnal Akuakultur Rawa
Indonesia. Vol 4(1) : 67-79.
35

Pamungkas W. 2013. Aplikasi Vitamin E dalam Pakan, Kebutuhan dan Peranan


Untuk Meningkatkan Reproduksi, Sistem Imun, dan Kualitas Daging pada
Ikan. Media Akuakultur. Vol 8 (2).

Permatasari D. W. 2012. Kualitas Air pada Pemeliharaan Ikan Nila (Oreochromis


sp.) Intensif di Kolam Departemen Budidaya Perairan Institu Pertanian
Bogor. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Prabu E., Rajagopalsamy C.B.T., Ahilan B., Jeevegan I.J.M.A., and Renuhadevi
M. 2017. Tilapia-An Excellent Candidate Species for World Aquaculture: A
Review. Annual Research & Review in Biology. X(X) : XX-XX.

Rasyid, A. 2010. Distribusi Suhu Permukaan pada Musim Peralihan Barat-Timur


Terkait dengan Fishing Ground Ikan Pelagis Kecil di Perairan Spermonde.
Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan.Vol. 20(1) : 1.

Rivandi D.O. 2014. Pemeliharaan Induk dan Larva Ikan Nila (Oreochromis
niloticus) Berbasis Teknologi Bioflok. Skripsi. Departemen Budidaya
Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

Salsabila M. dan Suprapto H. 2018. Teknik Pembesaran Ikan Nila (Oreochromis


niloticus) di Instalasi Budidaya Air Tawar Pandaan, Jawa Timur. Journal of
Aquaculture and Fish Health. Vol 7(3).

Satia Y., Octorina P., dan Yulfieperius. 2011. Kebiasaan Makanan Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) di Danau Bekas Galian Pasir Gekbrong Cianjur-
Jawa Barat. Jurnal Agroqua. Vol 9(1).

Silalahi, J. 2009. Analisis Kualitas Air Dan Interaksinya dengan


Keaneka\ragaman Vegetasi Akuatik Di Perairan Balige Danau Toba. Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Universitas Sumatera Utara. Medan.

Singh R., Singh A.K., dan Tripathi M. 2012. Melatonin Induced Changes in
Specific Growth Rate, Gonadal Maturity, Lipid and Protein Production in
Nile Tilapia Oreochromis niloticus (Linnaeus 1758). Journal Asian-Aust. J.
Anim. Sci. Vol 25(1) : 37-43.

Solang M. 2010. Indeks Kematangan Gonad Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


yang Diberi Pakan Alternatif dan Dipotong Sirip Ekornya. Saintek. Vol
5(2).

Tahapari E., Darmawan J., Robisalmi A., dan Setiyawan P. 2019. Penambahan
Vitamin E dalam Pakan Buatan Terhadap Kualitas Reproduksi Induk Ikan
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Riset Akuakultur. Vol 14(4) : 243-252.
36

Tarigan N. 2016. Percepatan Pematangan Gonad dan Peningkatan Kualitas Telur


Ikan Nilem (Ostheochilus hasselti, CV) Melalui Penambahan Vitamin E
dalam Pakan. Tesis. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Tarigan N., Supriatna I., Setiadi M.A., dan Affandi R. 2017. Pengaruh Vitamin E
dalam Pakan Terhadap Pematangan Gonad Ikan Nilem (Ostheochilus
hasselti, CV). Jurnal Perikanan Universitas Gadjah Mada. Vol 19(1) :1-9.

Waweru J.N., Raburu P.O., dan Odhiambo E.A. 2019. Gonad Histology,
Proximate Composition and Growth Efficiency of Nile Tilapia Fed with
Pawpaw (Carica papaya) Seeds Powder. Asian Journal of Fisheries and
Aquatic Research. Vol 3(4) : 1-9.

Widyastuti Y.R., Subagia J., dan Gustiano R. 2008. Reproduksi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) Seleksi dan Non Seleksi dengan Pemijahan Buatan
Karakter Induk, Telur, Embrio dan Benih. Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol
8(1).

Yulfieperius., Mikoginta I., dan Jusadi D. 2003. Pengaruh Kadar Vitamin E dalam
Pakan Terhadap Kualitas Telur Ikan Patin (Pangasius hypophthalmus).
Jurnal Ikhtiologi Indonesia. Vol 3(1).

Yulita E. 2015. Subtitusi Chlorella vurlgaris Hasil Isolasi dari Limbah Cair
Industri Karet Sebagai Pakan Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Dinamika Penelitian Industri. Vol 26(2) : 131-138.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Kelangsungan Hidup Ikan Nila

Jumlah awal Jumlah akhir Rata-rata


Ulangan SR (%)
(ekor) (ekor) (%)
A1 5 3 60 72
A2 5 4 80
A3 5 4 80
A4 5 4 80
A5 5 3 60

B1 5 5 100 72
B2 5 3 60
B3 5 3 60
B4 5 4 80
B5 5 3 60

C1 5 4 80 92
C2 5 5 100
C3 5 5 100
C4 5 4 80
C5 5 5 100

D1 5 4 80 88
D2 5 5 100
D3 5 5 100
D4 5 3 60
D5 5 5 100
Lampiran 2. Dokumentasi

Persiapan wadah Bahan Pakan Buatan

Pencampuran Bahan Mencetak Pakan

Proses Aklimatisasi Pemasangan Aerator


Pengisian Air Wadah Penelitian

Pengukuran kualitas air

Sampel Ikan Nila Membedah Ikan


Gonad Ikan Nila Pengamatan Gonad

Sampel Perlakuan A (300 mg Vit Sampel Perlakuan B (350 mg Vit


E/kg pakan) E/kg pakan)

Sampel Perlakuan C (400 mg Vit Sampel Perlakuan D (450 mg Vit


E/kg pakan) E/kg pakan)
Lampiran 3. Hasil Uji Proksimat Protein
RIWAYAT PENULIS

Penulis bernama lengkap ISYA ANDAR

SYAMDANI, lahir di Palu. Pada tanggal 12 April

1997. Penulis adalah putra pertama dari 2

bersaudara dari pasangan Samsudin dan Nining.

Pada tahun 2003 penulis memulai pendidikan di

SDN 1 Talise dan lulus pada tahun 2009.

Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikannya ke MTsN MODEL

PALU TIMUR dan lulus pada tahun 2012 kemudian melanjutkan pendidikan ke

SMK NEGERI 7 PALU dan lulus pada tahun 2015. Pada tahun 2016 penulis

melanjutkan study ke jenjang yang lebih tinggi yaitu Universitas Tadulako

melalui jalur SBMPTN dan diterima sebagai mahasiswa baru di Universitas

Tadulako, Fakultas Peternakan dan Perikanan, Jurusan Peternakan, Program Studi

Akuakultur.

Anda mungkin juga menyukai