Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

MAKALAH

disusun untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah

Bahasa Indonesia

Oleh,

Hilmi Fauzy Rizman


NPM : 205009067

PROGRAM STUDI JURUSAN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SILIWANGI

TASIKMALAYA

2020
LEMBAR PENERIMAAN

Makalah ini telah diterima pada hari……….. tanggal…………

Oleh,

Dosen Mata Kuliah Bahasa Indonesia

Agi Ahmad Ginanjar M. Pd

NIDN : 0003088603

i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Allah swt, karena rahmat dan hidayah-Nya,
serta usaha penulis dapat menyelesaikan makalah ini dapat diselesaikan. Shalawat dan salam
selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Semoga kita semua termasuk ke dalam
golongan umat-Nya dan mendapatkan syafaat-Nya di yaumul qiyamah
Makalah ini berjudul “ Manajemen Budidaya Ikan Nila”. Adapun tujuan dari penulisan dari
makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Agi Ahmad Ginanjar, M.Pd,
pada Mata Kuliah Bahasa Indonesia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Adapun isi ringkasan makalah ini yaitu kajian teoritis mengenai Budaya Ikan Nila, manfaat
Ikan Nila bagi kesehatan, yaitu menjaga kolesterol, baik untuk pencernaan, tulang lebih sehat,
mencegah penuaan dini, 5 kesehatan otak terjaga dan membantu mencegah kanker.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Agi Ahmad Ginanjar,M.Pd selaku Dosen
Mata Kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni. Penulis
menyadari, makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dalam penyempurnaan
makalah ini.
Tasikmalaya, 27 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENERIMAAN.......................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................................1
C. Tujuan Makalah..................................................................................................................1
D. Kegunaan Makalah.............................................................................................................2
E. Prosedur Makalah...............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
A. KAJIAN PUSTAKA...........................................................................................................3
B. PEMBAHASAN................................................................................................................4
A. Habitat dan Penyebaran...................................................................................................4
B. Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba..................................................................4
C. Manajemen Kualitas Air.................................................................................................5
D. Manajemen Pemberian Pakan.........................................................................................6
E. Manajemen Penyakit.......................................................................................................7
BAB III......................................................................................................................................8
PENUTUP.................................................................................................................................8
Kesimpulan...............................................................................................................................8
Saran..........................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................iv

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Saat ini permintaan akan ikan air tawar naik cukup tinggi untuk kebutuhan domestik
& luar negeri. Untuk kebutuhan domestik saja sudah kewalahan, hal ini di karenakan
hasil ikan laut tidak bisa dipastikan hasilnya karena pengaruh dari cuaca dan kondisi
laut sekarang yang sudah tercemar sehingga untuk mencari ikan laut agak susah,
sedangkan permintaan akan ikan terus meningkat. Salah satu alternatif untuk
memenuhi pasar adalah budidaya ikan air tawar, diantaranya budidaya ikan nila.
Dimana ikan nila memiliki rasa daging yang khas dengan kandungan omega dan gizi
yang cukup tinggi, sehingga dijadikan sebagai sumber protein yang mudah didapat,
serta memiliki harga jual yang terjangkau oleh masyarakat.
Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan
menggunakan jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung di
permukaan air. Budidaya perikanan di Indonesia merupakan salah satu komponen
yang penting di sector perikanan. Hal ini berkaitan dengan perannya dalam
menunjang persdiaaan pangan nasional, penciptaan lapangan kerja serta
mendatangkan penerimaan Negara dari ekspor. Budidaya perikanan juga berperan
dalam mengurangi beban sumberdaya laut. Di samping itu budidaya itu budidaya di
anggap sebagai sector penting untuk mendukung perkembangan ekonomi pedesaan
Ikan nila dapat dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga dipelihara di
Karamba Jaring Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti waduk, dan
danau. Seperti halnya ikan nila memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap
berbagai kondisi lingkungan perairan. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada
umumnya lebih tahan terhadap perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila
yang berukuran besar.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang permasalahan yang ada, maka rumusan masalah pokok yang
dibahas adalah :

1. Bagaimana cara manajemen budidaya serta kualitas air ikan nila pada sistem
karamba jaring apung (KJA)?
2. Apa saja syarat-syarat penentuan lokasi dan tipe karamba yang digunakan?
3. Bagaimana cara manajemen pemberian pakan (tipe pakan) serta menanggulangi
penyakit ikan nila pada sistem karamba jaring apung (KJA)?

C. Tujuan Makalah

1
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk
mengetahui dan menjalankan :
1. Budidaya ikan nila
2. Mengetahui Habitat dan Cara hidup ikan nila
3. Mengetahui Managemen dari budidaya hinga pemasaran ikan nila

D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberi kegunaan yang baik secara teoritis
maupun praktis. Secara teoritis makalah ini berguna sebagi pengembangan konsep
dalam proses pembelajaran di Indonesia dan sebagai bahan referensi suatu bahan ajar.
Sedangkan secara praktis makalah ini berguna untuk:
1. Penulis
Dapat menambah wawasan tentang dunia pembudidayaan serta pembelajaran tentang
bagaimana manajemen budidaya ikan nila
2. Pembaca
Dapat menambah ilmu pengetahuan dan bisa mengembangkan tentang manajemen
budidaya ikan nila agar lebih tertarik unuk membuka peluang bisnis pada ikan nila

E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun menggunakan pendekatan kualitatif. Metode yang di gunakan
adalah metode deskriptif. Melalui metode ini penulis akan menguraikan permasalahan
yang di bahas secara jelas dan komprehensif. Data teoritis dalam makalah ini di
kumpulkan dengan menggunakan teknik studi pustaka, artinya penulis mengambil
data melalui kegiatan membaca berbagi litelatur yang relevan dengan makalah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KAJIAN PUSTAKA
1. Klasifikasi Ikan Nila
Klasifikasi lengkap yang kini dianut oleh ilmuwan adalah telah dirumuskan oleh
Trewavas (1980) dalamSuyangto (2010) sebagai berikut:
Filum : Chordata
Sub-filum : Vertebrata
Kelas : Osteichthyes
Sub-kelas : Acantoptherigii
Ordo : Percomorphi
Sub-Ordo : Percoidea
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Jenis : Oreochromis niloticus
Bentuk badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh nila
umumnya putih kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila
merah. Tubuh nila hitam berwarna kehitaman, makin keperut makin terang.
Mempunyai garis vertikal 9-11 buah berwarna hijau kebiruan. Pada sirip ekor terdapat
6-12 garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan, sedangkan
punggungnya terdapat garis-garis miring. Sedangkan nila merah mempunyai warna
tubuh merah, termasuk sirip-siripnya, atau merah pada bagian punggung dan putih
kemerahan pada bagian perut (Kordi, 2013).
2. Syarat penentuan lokasi budidaya
Menurut Junaedi dan Affan (2012), faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua
yaitu faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor
kualitas perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak
dan silikat). Pengelompokan ini didasarkan atas pengaruh parameter, parameter dari
faktor lingkungan akan mempengaruhi daya tahan hidup ikan laut sementara faktor
kualitas akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan
2. Menejemen Pemberian Pakan
Menurut Erlania et al. (2010), pemberian pakan ikan nila pada keramba jaring apung
di Danau Maninjau menggunakan sistem pompa, yaitu ikan diberi pakan terus
menerus sampai ikan berhenti makan. Pemberian pakan yang baik seharusnya

3
berdasarkan Best Management Practices yaitu pemberian pakan berdasarkan
persentase berat tubuh ikan, di mana persentase kebutuhan pakan menurundengan
semakin bertambahnya bobot ikan.

B. PEMBAHASAN
A. Habitat dan Penyebaran

Ikan nila berasal dari sungai Nil dan danau-danau sekitarnya. Sekarang ikan nila
sudah tersebar ke negara-negara di lima benua yang beriklim tropis dan subtropis. Di
wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak dapat hidup baik.
Ikan nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran
salinitas yang lebar). Keadaan ph air antara 5-11 dapat ditoleransi oleh ikan nila,
tetapi ph optimal untuk perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan ini adalah 7-8. Ikan
nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk saluran air yang dangkal, kolam,
sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi masalah sebagai spesies invasif pada
habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya pada daerah beriklim sedang karena
ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan hidup diperairan dingin, yang umumnya
bersuhu dibawah 21o C. Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada
kisaran suhu 14-38oc dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya
yaitu 25-30o C. Pada suhu 14o C atau pada suhu tinggi 38o C pertumbuhan ikan nila
akan terganggu.
Ikan nila jantan memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin) dari pada
nila betina. ikan nila berukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan diri terhadap
kenaikan salinitas daripada ikan nila yang berukuran besar.
B. Syarat Penentuan Lokasi dan Tipe Karamba

Menurut Junaedi dan Affan (2012), faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua
yaitu faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor
kualitas perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak
dan silikat). Pengelompokan ini didasarkan atas pengaruh parameter, parameter dari
faktor lingkungan akan mempengaruhi daya tahan hidup ikan laut sementara faktor
kualitas akan mempengaruhi pertumbuhan, perkembangan dan daya tahan hidup ikan.
Berikut syarat pembatas kehidupan dan perkembangan komoditas budidaya dan nilai
parameter kesesuaiannya. Menurut Junaedi dan Affan (2012), penentuan tingkat
kesesuaian budidaya untuk masing-masing parameter didasarkan dari pengaruh
parameter terhadap komoditas budidaya Tipe Karamba yang Digunakan

Menurut Amri dan Khairuman (2008), karamba untuk pemeliharaan ikan nila sama
dengan karamba yang dimanfaatkan untuk pembudidayaan jenis ikan lainnya. Bahan
yang digunakan umumnya terbuat dari bambu atau kayu dengan ukuran 3 x 2 x1 m
atau menyesuaikan dengan kondisi dan situasi. Karamba biasa ditempatkan di sungai,
kali, danau, dan waduk. Pemilihan lokasi berdasarkan pada penempatan karamba,

4
yakni karamba yang diletakkan di permukaan air; karamba di bawah permukaan air;
dan karamba yang diletakkan di dasar perairan.
C. Manajemen Kualitas Air

Karamba jaring apung memiliki kualitas air yang stabil sehingga produksi dapat lebih
tinggi. Kendala yang dihadapi dalam pembesaran ikan nila yaitu pemberian pakan
yang kurang efektif dan kualias air serta padat penebaran yang belum optimal.
Lingkungan tempat budidaya berlangsung terutama parameter kualitas air juga harus
dipertimbangkan untuk menjaga kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan. Ikan nila
memiliki batasan toleransi yang cukup tinggi terhadap berbagai kondisi lingkungan
perairan. Ikan nila yang masih berukuran kecil pada umumnya lebih tahan terhadap
perubahan lingkungan, dibandingkan dengan ikan nila yang berukuran besar (Rejeki
et al., 2013).

Salah satu penyebab utama menurunnya produktivitas ikan dalam budidaya Karamba
Jaring Apung (KJA) adalah konsentrasi oksigen terlarut(Disolved Oxygen, DO) yang
menurun. Kondisi ini bersifat timbal balik, karena menurunnya DO akan
menyebabkan pertumbuhan ikan menjadi lebih lambat, hal ini seingkali ditanggapi
oleh pembudidaya dengan meningkatkan jumlah pakan yang diberikan. Peningkatan
jumlah pakan akan meningkatkan sisa pakan, dan keadaan ini akan menurunkan DO
karena digunakan untuk perombakan sisa pakan yang meningkat. Oksigen terlarut
yang baik untuk pertumbuhan ikan adalah 5-7 mg/l. Masalah lain yang yang dihadapi
oleh pembudidaya ikan dalam KJA adalah terjadinya kematian massal yang
disebabkan oleh pembalikan massa air (turnover). Peristiwa pembalikan massa air
biasanya terjadi saat pergantian musim kemarau ke musim hujan yang menyebabkan
berubahnya distribusi vertikal suhu yang selanjutnya menimbulkan perubahan
kandungan oksigen terlarut secara vertikal. Peningkatan oksigen terlarut akan
meningkatkan nafsu makan ikan. Ikan akan menurunkan pengambilan makanan (food
intake) pada kondisi okseigen terlarut rendah dan hal tersebut berdampak pada
penurunan pertumbuhan (Boyd, 1990 dalam Zahidah et al., 2015).
Parameter kualitas air terpenting selain oksigen yang berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan adalah konsentrasi ammonia. Konsentrasi ammonia akan
meningkat seiiring dengan meningkatnya biomassa ikan yang dipelihara.ammonia
dalam air pada pemeliharaan KJA terutama berasal dari sisa pakan/pakan yang tidak
termanfaatkan dan sisa metabolisme berupa urine dan feses. Sisa metabolisme
berbanding lurus dengan biomassa ikan, oleh karena itu semakin tinggi biomassa ikan,
maka akan semakin banyak ammonia yang masuk kedalam perairan. Konsentrasi
ammonia yang semakin meningkat akan mempengaruhi pertumbuhan ikan peliharaan
sehubungan dengan meningkatnya efek toksik yang ditimbulkan oleh meningkatnya
konsentrasi amonia. Toksisitas ammonia meningkat sejalan dengan peningkatan suhu
dan pH. Konsentrasi ammonia yang tinggi akan berdampak terhadap penurunan
pertumbuhan yaitu (1) menurunkan pengambilan oksigen yang disebabkan rusaknya
insang, (2) dibutuhkan energi lebih banyak untuk proses detoksifikasi, (3) adanya

5
gangguan osmoregulasi, (4) kerusakan fisiologis jaringan. Untuk mengendalikan
konsentrasi ammonia agar tetap berada dalam level yang optimal dapat dilakukan
dengan menurunkan jumlah pakan yang diberikan, aerasi, pengapuran, pemupukan
dengan menggunakan fosfor dan introduksi bakteri tertentu (Sumiarsih, 2014 dalam
Zahidah et al., 2015).
D. Manajemen Pemberian Pakan

Makanan nila berupa plankton, perifiton, dan tumbuh-tumbuhan lunak seperti


hydrilla, ganggang sutera, dan klekap. Oleh karena itu, nila digolongkan ke dalam
omnivora. Untuk pemeliharaan, nila diberi pakan buatan (pelet) yang mengandung
protein antara 20-25 %. Menurut penelitian, nila yang diberi pakan pelet yang
mengandung protein 25% tumbuh optimal. Namun, ikan peliharaan yang diberi
makanan berupa dedak halus tepung bungkil kacang, ampas kelapa, dan sebagainya
pun dapat tumbuh dengan baik. Untuk memacu pertumbuhan nila, pakan yang
diberikan harus mengandung protein 25-30%. Sedangkan pada benih ikan nila diberi
pakan berupa zooplankton seperti Rototaria, Copepoda dan Cladocera (Kordi, 2013).
Nila tergolong ikan pemakan segala atau omnivora sehingga bisa mengonsumsi
makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat mudah
dibudidayakan. Ketika masih benih, makanan yang disukai ikan adalah zooplankton
(plankton hewani), seperti Rotifera sp., Moina sp., atau Daphnia sp. Selain itu,juga
memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda dihabitat hidupnya.
Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh di kolam budi daya. Jika telah
mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya
pelet (Amri dan Khairuman, 2003).
Menurut Erlania et al. (2010), pemberian pakan ikan nila pada keramba jaring apung
di Danau Maninjau menggunakan sistem pompa, yaitu ikan diberi pakan terus
menerus sampai ikan berhenti makan. Pemberian pakan yang baik seharusnya
berdasarkan Best Management Practices yaitu pemberian pakan berdasarkan
persentase berat tubuh ikan, di mana persentase kebutuhan pakan menurundengan
semakin bertambahnya bobot ikan. Untuk ikan nila jumlah yang diberikan selama
pemeliharaan cukup 3%/hari dari bobot total ikan yang dipelihara, karena ikan nila
merupakan ikan omnivora yang memakan tumbuhan air, fitoplankton, zooplankton,
organisme benthik serta detritus. Jumlah jenis plankton pada perairan mendukung
kegiatan budidaya ikan di KJA, karena plankton merupakan salah satu sumber bagi
ikan nila. Frekuensi pemberian pakan umumnya 3 kali sehari (pagi, siang dan sore).
Selain itu, yang perlu diperhatikan yaitu sifat dari sistem pencernaan ikan yang
dipelihara. Ikan nila merupakan jenis ikan yang sistem pencernaannya dilengkapi
dengan lambung, sehingga pemberian pakan dapat dilakukan dengan interval waktu
yang lebih lebar. Mengingat ikan nila merupakan ikan yang memiliki lambunng, serta
ukuran KJA yang relatif lebih kecil yakni 5m x 5m x 3m, kemungkinan perlu
dipertimbangkan untuk menurunkan frekuensi pemberian pakan menjadi 2 kali /hari,
serta memperhitungkan bobot total ikan yang dipelihara untuk penentuan jumlah

6
pakan yang diberikan, sehingga pakan yang diberikan tidak terlalu banya yang
terbuang dan menjadi bahan cemaran bagi lingkungan budidaya itu sendiri.
E. Manajemen Penyakit

Budidaya ikan yang sudah dilakukan adalah budidaya di karamba jaring apung laut
dan di tambak. Seiring berkembangnya usaha budidaya ikan di karamba jaring apung
laut maupun di tambak terdapat pula beberapa masalah yang sering mengganggu
sehingga menghambat perkembangan usaha tersebut, salah satunya adalah timbulnya
penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus dan parasit ikan.selain itu, keadaan ikan
yang stress dan daya tahan tubuh ikan yang lemah mudah terserang penyakit. Penyakit
dapat menular dari ikan yang saling bersentuhan. Semakin banyaknya ikan yang
terserang penyakit, dapat membuat usaha budidaya makin merugi (Bunga, 2008
dalam Fidyandini dan Kismiyati, 2012).

7
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Budidaya ikan pada sistem KJA merupakan salah satu cara budidaya ikan menggunakan
jaring dan rakit sedemikian rupa sehingga dapat mengapung di permukaan air. Bentuk
badan nila pipih ke samping memanjang. Sedangkan warna tubuh nila umumnya putih
kehitaman dan merah, sehingga dikenal sebagai nila hitam dan nila merah. Ikan nila dapat
dipelihara di berbagai lahan, seperti di kolam tetapi juga dipelihara di Karamba Jaring
Apung (KJA) yang berada di perairan umum seperti waduk, dan danau. Ikan nila jantan
memiliki toleransi lebih tinggi terhadap salinitas (air asin) dari pada nila betina. ikan nila
berukuran kecil relatif lebih cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas daripada
ikan nila yang berukuran besar. faktor yang mempengaruhi budidaya menjadi dua yaitu
faktor lingkungan meliputi kedalaman, kecerahan, kecepatan arus dan faktor kualitas
perairan (suhu, salinitas, pH, oksigen terlarut, fosfat, nitrat, nitrit, amoniak dan silikat).
karamba untuk pemeliharaan ikan nila sama dengan karamba yang dimanfaatkan untuk
pembudidayaan jenis ikan lainnya. Salah satu penyebab utama menurunnya produktivitas
ikan dalam budidaya Karamba Jaring Apung (KJA) adalah konsentrasi oksigen
terlarut(Disolved Oxygen, DO) yang menurun. Nila tergolong ikan pemakan segala atau
omnivora sehingga bisa mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena
itulah, ikan ini sangat mudah dibudidayakan Keadaan ikan yang stress dan daya tahan
tubuh ikan yang lemah mudah terserang penyakit. Penyakit dapat menular dari ikan yang
saling bersentuhan.

Saran
Dengan adanya makalah ini, kiranya kita sebagai mahasiswa dapat lebih memahami
tentang mutasi. Dengan adanya makalah ini kiranya para dosen yang terkait dengan
materi budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus), mampu memberi pemahaman yang
lebih kepada mahasiswa. Dengan adanya makalah ini, diharapkan dapat memberi
wawasan bagi semua mengenai budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus).

8
9
DAFTAR PUSTAKA
Amri, K dan A. Khairuman. 2003. Budi Daya Ikan Nila Secara Intensif. AgroMedia Pustaka.
Jakarta. 146 hlm.
Amri, K dan Khairuman. 2008. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. AgroMedia Pustaka:
Jakarta Selatan.
Erlania, Rusmaedi, A.B. Prasetio dan J. Haryadi. 2010. Dampak manajemen pakan dari
kegiatan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di keramba jaring apung terhadap
kualitas perairan Danau Maninjau. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
621-631.
Fidyandini, H. P., S. Subekti dan Kismiyati. 2012. Identifikasi dan prevalensi ektoparasit
pada ikan bandeng (Chanos chanos) yang dipelihara di karamba jarring apung UPBL
Situbondo dan ditambak desa bangunrejo kecamatan jabon Sidoarjo. 1(2) : 91-112.
Junaidi M. dan Affan. 2012. Identifikasi lokasi untuk pengembangan budidaya keramba
jaring apung (KJA) berdasarkan faktor lingkungan dan kualitas air di perairan pantai
timur Bangka Tengah. Depik, 1(1):78-85.

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi Untuk Pengembangan Budidaya Laut
Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi di Teluk Kupang, Nusa Tenggara
Timur. TESIS. Universitas Diponegoro. Semarang.

Komarudin, O. 2005. Petunujuk Teknis Pembenihan Ikan Patin Indonesia, Pangasius


djambal. IRD, BRPBAT, BRPB, BRKP.
Kordi, M. G. 2013. Budi Daya Ikan Nila di Kolam Terpal.Lili Publisher. Yogyakarta.
Kordi, M.G.H. 2013. Farm Bigbook- Budi Daya Ikan Konsumsi di Air Tawar. Lily Publisher.
Yogyakarta. 732 hlm.

iv

Anda mungkin juga menyukai