Anda di halaman 1dari 17

Laporan Praktikum Ekotoksikologi

AKLIMATISASI PADA IKAN NILA (Oreochromis niloticus)

Oleh :
Natasya Rebekka Manalu
200302050
II/A

LABORATORIUM EKOTOKSIKOLOGI
PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Aklimatisasi pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Tanggal Praktikum : 18 Oktober 2022
Nama : Natasya Rebekka Manalu
NIM : 200302050
Kelompok/ Grup : II/A
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan

Diketahui oleh, Dikoreksi oleh,


Asisten Koordinator Asisten Korektor

Regita Adelina Siregar Pita Desi Waty Silaen


NIM. 180302010 NIM. 180302075
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkatnya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktikum Ekotoksikologi yang
berjudul “Aklimatisasi pada Ikan Nila (Oreochromis niloticus)” sesuai dengan
yang diharapkan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Ibu Ipanna Enggar Susetya, S.Kel., M.Si, Bapak Rusdi Leidonald, SP., M.Sc, dan
Bapak Dr. Ahmad Muhtadi, S.Pi., M.Si yang telah banyak membantu dan juga
seluruh asisten laboratorium yang juga membantu dan mendukung sepenuhnya
dalam penyelesaian laporan ini.
Demikian laporan penulis selesaikan, penulis menyadari laporan ini masih
jauh dari kata sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
demi perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................... ii
PENDAHULUAN
Latar Belakang........................................................................................ 1
Tujuan Pratikum..................................................................................... 3
Manfaat Pratikum................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA
Jumlah Trip............................................................................................. 4
Alat Tangkap Ikan Selar (Caranx leptolepis)......................................... 5
CPUE (Catch per Unit Effort) Ikan Selar (Caranx leptolepis)............... 7
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Praktikum................................................................ 9
Alat dan Bahan Praktikum...................................................................... 9
Prosedur Praktikum................................................................................. 9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil........................................................................................................ 13
Pembahasan............................................................................................ 13
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan............................................................................................. 16
Saran....................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

ii
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Ikan merupakan salah satu hewan air yang berdarah dingin, mempunyai
tulang belakang, insang, sirip, dan terutama ikan sangat bergantung pada air
sebagai media untuk tempat mereka tinggal. Ikan memiliki kemampuan bergerak
di dalam air dengan menggunakan sirip untuk menjaga keseimbangan tubuhnya
sehingga tidak tergantung pada arus atau gerakan air yang disebabkan oleh arah
angin. Ikan merupakan bahan pangan yang berprotein tinggi dan mudah dicerna
oleh tubuh, karena ikan mengandung asam amino essensial, asam lemak jenuh,
omega 3, dan DHA yang berfungi sebagai pencegah penyakit jantung
aterosklerosis. Salah satu jenis ikan yang dapat dibudidayakan yaitu jenis ikan air
tawar (Anshari et al., 2013).
Ikan nila (Oreochromis sp.) merupakan salah satu jenis ikan yang banyak
dibudidayakan, karena mudah dalam pembudidayaannya dan permintaan
konsumen yang terus meningkat, sehingga ikan nila sangat potensial untuk terus
dikembangkan. Salah satu pengembangan pada kegiatan budidaya ikan nila adalah
kegiatan pembesaran ikan nila di air laut. Pembesaran ikan nila di air laut
dilakukan karena adanya faktor yang mendukung yaitu, ikan nila dapat
dibudidayakan di berbagai habitat yaitu air tawar, air payau dan air laut karena
mampu beradaptasi dengan baik pada kisaran salinitas yang luas (euryhaline)
yaitu 0-35 ppt (Asri, 2012).
Aklimatisasi merupakan suatu upaya penyesuaian fisiologis atau adaptasi
dari suatu organisme terhadap suatu lingkungan baru yang akan dimasukinya. Hal
ini didasarkan pada kemampuan organisme untuk dapat mengatur morfologi,
perilaku, dan jalur metabolisme biokimia di dalam tubuhnya untuk
menyesuaikannya dengan lingkungan. Beberapa kondisi yang pada umumnya
disesuaikan adalah salinitas, suhu lingkungan, derajat keasaman (pH), dan kadar
oksigen. Proses penyesuaian ini berlangsung dalam waktu yang cukup bervariasi
tergantung dari jauhnya perbedaan kondisi antara lingkungan baru yang akan
dihadapi, dapat berlangsung selama beberapa hari hingga beberapa minggu
(Asri, 2012).
2

Ikan nila yang diaklimatisasikan dari air tawar dengan salinitas 0 ppt ke air
laut dengan salinitas 30 ppt akan mengalami osmoregulasi. Osmoregulasi
merupakan pertukaran air dari dan ke dalam tubuh hewan air. Kemampuan
osmoregulasi pada ikan nila yang diadaptasikan ke air laut sangat tergantung pada
penambahan salinitasnya, semakin tinggi salinitas yang ditambahkan semakin
banyak energi yang dibutuhkan untuk melakukan osmoregulasi. Selain itu organ-
organ seperti ginjal, insang, dan kulit sebagai tempat berlangsunganya
osmoregulasi akan semakin aktif bekerja (Asri, 2012). Kualitas air merupakan
salah satu kunci dalam keberhasilan dalam budidaya ikan. Pengukuran parameter
kualitas air dilakukan untuk mengetahui kondisi air yang digunakan pada saat
pemeliharaan ikan nila. Kualitas air yang diukur saat penelitian meliputi suhu, pH,
DO dan salinitas. sebagian besar ikan dapat beradaptasi dengan baik pada
lingkungan perairan yang mempunyai pH berkisar antara 5-9. Tinggi rendahnya
pH di luar kisaran toleransi ikan menyebabkan rendahnya pertumbuhan ikan.
kadar oksigen terlarut yang optimal untuk pembesaran ikan nila lebih dari 3 ppm

Tujuan Pratikum
Tujuan dari penulisan laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui aklimatisasi pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
2. Untuk mengetahui prosedur pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi aklimatisasi pada ikan
nila (Oreochromis niloticus).

Manfaat Pratikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai aklimatisai pada ikan nila (Oreochromis niloticus).
Laporan ini juga menjadi syarat masuk laboratorium Dinamika Populasi Ikan pada
pertemuan selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA

Ikan Nila (Oreochromis niloticus)


Ikan Nila merupakan salah satu jenis ikan tawar yang tergolong sebagai
ikan omnivor, ikan ini termasuk omnivora yang cenderung herbivora sehingga
lebih mudah beradaptasi dengan jenis pakan yang dicampur dengan sumber bahan
nabati. Ikan air tawar umumnya dapat tumbuh baik dengan pemberian pakan yang
mengandung kadar protein 25-35%. ikan nila adalah hewan yang memenuhi
kebutuhannya dengan cara memakan hewan dan tumbuhan (omnivor), memakan
plankton, sampai pemakan aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah
berkembang biak, peka terhadap perubahan lingkungan, mampu mencerna
makanan secera efisiens, pertumbuhannya cepat, dan tahan terhadap serangan
penyakit (Elyana, 2011).
Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus), mempunyai bentuk tubuh
bulat pipih, pada badan dan sirip ekor ditemukan garis lurus. Pada sirip punggung
ikan nila ditemukan garis lurus memanjang. Ikan nila dapat hidup di perairan
tawar dengan menggunakan ekor untuk bergerak. Nila memiliki lima sirip, yaitu
sirip punggung, sirip dada, sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip
punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang sampai bagian atas sirip
ekor. Terdapat juga sepasang sirip dada dan sirip perut yang berukuran kecil serta
sirip anus berbentuk agak panjang. Sementara itu, jumlah sirip ekornya hanya satu
buah dengan bentuk bulat (
Jika dibedakan berdasarkan jenis kelaminnya, ikan nila jantan memiliki
ukuran sisik yang lebih besar daripada ikan nila betina. Alat kelamin ikan nila
jantan berupa tonjolan agak runcing yang berfungsi sebagai muara urin dan
saluran sperma yang terletak di depan anus. Jika diurut, perut ikan nila jantan akan
mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, ikan nila betina mempunyai lubang
genital terpisah dengan lubang saluran urin yang terletak di depan anus (
Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-
rawa tetapi karena toleransi ikan nila tersebut sangat luas terhadap salinitas
(eury haline) sehingga dapat pula hidup dengan baik di air payau dan air laut.
4

Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0-35 ppt (part per thousand), pertumbuhan
ikan nila secara optimal pada saat salinitas 0-30 ppt. Nila dapat hidup
padasalinitas 31-35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. morfologi ikan Nila
dalam habitat air tawardan air payau berdasarkan kriteria mata (Organum visus),
warna sisik (Squama), lima buah sirip yaitu sirip punggung ( Dorsal fin), sirip
dada (pectoral fin), sirip perut (ventral fin), sirip danus (Danal fin) dan sirip ekor
(Caudal fin), Operkulum (Operculum), serta bagian perut (Abdomen) dengan
dilakukan deskrispi minggu pertama dan minggu Akhir ( Hari, 2018). Ikan nila
menjadi ikan konsumsi air tawar yang banyak diminati oleh konsemen karena
ikan nila memiliki rasa daging yang enak, gurih, dan tidak memiliki banyak duri.
Tingginya konsumsi ikan nila menyebabkan budidaya ikan nila mulai
dikembangkan. Keunggulan dari ikan nila dibandingkan ikan konsumsi lain
adalah ikan nila mampu tumbuh cepat hanya dengan pakan yang rendah protein,
memijah sepanjang tahun, bersifat omnivora, berdaging tebal, dan rasa dagingnya
mirip dengan kakap merah (
Ekotoksikologi
Toksikologi merupakan salah satu cabang ilmu yang paling tua dari pada
farmakologi. Secara tradisional, toksikologi dianggap sebagai ilmu racun yang
berhubungan dengan nyawa manusia, dan itu pulalah sebabnya bahwa toksikologi
merupakan cabang dari ilmu kedokteran. Toksikologi ini sebagai cabang dari ilmu
kedokteran yang berhubungan dengan keadaan (nature), sifat-sifat pengaruh dari
penggunaan (detection) dari pada racun. Di sini juga termasuk metabolisme,
ekskresi, bekerjanya (action) dan cara mengatasi (treatment), analisis kimia dan
fisika, serta diagnosa keracunan.
Kata Ekotoksikologi pertama kali diperkenalkan oleh Djamar Tumpal F
Lumban Batu sebagai langkah awal pembentukan mata kuliah Ekotoksikologi
Perairan. Kata ekotoksikologi berasal dari kata cko (oikos) yang bermakna rumah
atau tempat untuk hidup: toksik (toxic) artinya racun, dan logi (logos) berarti
Ilmu. Jadi, Ekotoksikologi adalah suatu ilmu tentang hubungan antara bahan-
bahan racun dan organisme yang hidup dalam suatu lingkungan. Sementara
Ekotoksikologi Perairan adalah suatu ilmu tentang hubungan antara bahan-bahan
racun dengan organisme yang hidup dalam suatu lingkungan perairan (
5

Aklimatisasi
Dalam budidaya ikan terdapat satu proses perpindahan ikan dari
lingkungan baru ke lingkungan lama. Tahapan ini seringkali diabaikan oleh
pembudidaya, bahkan yang sudah menjadi rutinitas terkadang lupa. Aklimatisasi
dilakukan guna mencegah terjadinya shock lingkungan pada ikan. Hal ini
disebabkan perbedaan pH, suhu dan kualitas air yang sebelumnya ke tempat yang
baru. Aklimatisasi juga dilakukan untuk mencegah terjadinya kematian masal
akibat stress lingkungan atau proses fisiologis dan osmoregulasi yang mendadak
berubah.
Aklimatisasi merupakan proses penyesuaian pada kondisi lingkungan yang
berbeda (dari hatchery ke perairan tambak) sehingga kondisi tersebut tidak
menimbulkan stress bagi benur. Hal ini dapat dilakukan dikarenakan setiap
organisme memliki kemampuan mengatur morfologi pada tubuh mereka sehingga
dapat menyatu dengan lingkungan hidup yang baru.merupakan suatu upaya
penyesuaian fisiologis dan adaptasi dari suatu organisme terhadap suatu
lingkungan baru yang akan dimasukinya. Metode aklimatisasi adalah suatu cara
yang digunakan kepada ikan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan baru
tersebut. Ikan akan merasakan perbedaan pada suhu, tekanan, pH, salinitas serta
jumlah oksigen yang didapatkan (Hazarika, 2013).

Untuk Mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Aklimatisasi pada


Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Parameter lingkungan yang diukur adalah suhu dan salinitas karena kedua
parameter fisika ini merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap tingkat
stress ikan. Stress yang dialami ikan dapat menyebabkan penyimpangan tingkah
laku pada ikan. Pengukuran suhu air dalam akuarium dilakukan dengan cara
memasukkan termometer Hg kedalam akuarium. Sterilisasi pada termometer
sebelum dimasukkan ke dalam air untuk memperkecil efek muainya dan
mengembalikan titik awal termometer sebelum pengukuran dimulai. Suhu air
diperoleh dengan membaca skala yang ditunjukkan pada thermometer Hg.
Salinitas diukur dengan cara meneteskan sampel air akuarium sebanyak satu tetes
air ke atas permukaan kaca refraktometer lalu ditutup ( Beberapa komponen yang
mempengaruhi keberhasilan pemeliharaan benih ikan secara intensif yaitu pakan,
6

kualitas air, hama dan penyakit. Komponen-komponen tersebut harus sesuai


dengan kebutuhan dan kebiasaan hidup ikan di habitat aslinya, sehingga dapat
menunjang pertumbuhan dan kelulushidupan benih ikan. Salah satu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan kelulusanhidup ikan yaitu suhu, dengan suhu
yang baik maka pertumbuhan ikan selais akan berlangsung dengan cepat dan
tingkat kelulushidupan ikan juga tinggi. suhu air yang tinggi dapat mengakibatkan
sebagian besar energi yang tersimpan dalam tubuh ikan digunakan untuk
penyesuaian diri terhadap lingkungan yang kurang mendukung, sehingga dapat
merusak sistem metabolisme atau pertukaran zat. Perubahan suhu akan
mempengaruhi pengambilan makanan, proses metabolisme, proses enzimatis,
sintesa protein dan difusi molekul-molekul kecil ( Pakan merupakan salah satu
komponen penting dalam kegiatan budidaya ikan. pakan merupakan sumber
materi dan energi untuk menopang kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
namun di sisi lain pakan merupakan komponen terbesar (50-70%) dari biaya
produksi. Kian meningkatnya harga pakan ikan tanpa disertai kenaikan harga jual
ikan hasil budidaya adalah permasalahan yang harus dihadapi setiap pembudidaya
ikan. Oleh karena itu, upaya pencarian pakan alternatif yakni pakan alami yang
murah serta mudah dijangkau terus dilakukan agar dapat mengurangi biaya
produksi

Prosedur Aklimatisasi
Proses aklimatisasi dilakukan dalam beberapa tahap yakni penyamaan
lingkungan perairan, adaptasi suhu dan pH. Terlebih dahulu ikan dalam wadah
seperti wadah plastik pada gambar diatas diapungkan dalam kolam. Proses ini
biasanya dilakukan 10-15 menit atau hingga ikan terlihat 'megap-megap'. Proses
ini bertujuan untuk menyamakan suhu lingkungan perairan dalam wadah dengan
lingkungan kolam. Selanjutnya wadah dibuka dan air kolam dicampurkan sedikit
demi sedikit ke dalam wadah. Ini dilakukan untuk menyamakan kualitas air kolam
dengan air yang berada dalam wadah setidaknya nilai pH dan DO. Kemudian
dibiarkan hingga ikan mencari jalan keluarnya sendiri. Ketika ikan sudah terlihat
berenang-renang hendak keluar menuju kolam, maka ikan sudah dapat dilepaskan
(
7

Aklimatisasi dilakukan dengan cara kantong yang berisi ikan, diapungkan


di akuarium tanpa membuka kantongnya, tujuannya adalah penyamaan suhu air
dari kantong agar kurang lebih sama dengan Tank anda. Diamkan saja sekitar 15-
20 menit. disiapkan wadah, aerator dengan selang dan batu aerasinya, gayung air.
Buka kantong yang sudah didiamkan selama 20 menit dan tuang semua beserta
airnya ke wadah, buang air dari wadah sebagian. Kemudian ditambahin kembali
air dari tank menggunakan gayung, tuang pelan-pelan sampai level air kembali
seperti semula. Setelah itu diamkan saja sampai 30 menit dan pastikan aerasi
disetel ke posisi paling max. Tujuan dari hal tadi adalah mengurangi kadar
ammonia dalam air setelah air dibuang, menambah air dr tank akan merefresh air
di baskom, aerasi untuk meningkatkan PH di air dalam baskom. Tahap terahir
yaitu memindahkan ikan dari kantong kedalam akuarium (
METODE PRAKTIKUM

Waktu dan Tempat Praktikum


Praktikum dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 8 Oktober 2022 pukul
10.00 s/d selesai di laboratorium biologi dan budidaya perairan.

Alat dan Bahan Praktikum


Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis untuk mencatat
data, akuarium sebagai wadah ikan, Ph meter, DO meter, aerator
Bahan yang digunakan yang digunakan dalam praktikum ini adalah ikan
nila dengan jumlah 10 ekor dan panjang 10 cm, Garam ikan sebagai penghilang
stress pada ikan, pakan ikan.

Prosedur Praktikum
Prosedur Praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Dibuka kembali sheet baru dan rename “ Jumlah Trip” kemudian buatlah tabel
sebagai berikut.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Jumlah Trip Penangkapan di Pelabuhan Perikanan Provinsi Bengkulu
Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
Kesimpulan dari laporan ini adalah sebagai berikut :
1. Jumlah hasil tangkapan, upaya penangkapan yang telah distandarisasi dan
CPUE selama tahun 1994-1998, upaya penangkapan terbesar adalah sebesar
103. 778 trip pada tahun 1993, sedangkan yang terendah sebesar 34.454 trip
pada tahun 1997. Adapun nilai rata-ratanya per tahun adalah sebesar 62. 151
trip.Alat tangkap yang digunakan dalam pengkapan ikan selar berjumlah 5
yaitu payang, dongol, pukat pantai, jaring insang hanyut dan jaring insang
tetap.
2. CPUE terbesar adalah sebesar 108,975 ton/trip pada tahun 1997, sedangkan
yang terendah sebesar 0,00629 ton/trip pada tahun 1993. Peningkatan CPUE
diduga karena produksi ikan kembung memiliki kecenderungan meningkat,
sedangkan upaya penangkapannya cenderung menurun setiap tahunnya.

Saran
Adapun saran penulis dalam penulisan makalah ini adalah agar praktikan
dengan baik membaca serta memahami isi makalah ini dan saat praktikum materi
yang diberi lebih mudah untuk dimengerti.
DAFTAR PUSTAKA

Atmajaya, S. B., dan D. Nugroho. 2018. Distribusi Spasial Upaya Penangkapan


Kapal Cantrang dan Permasalahannya di Laut Jawa. Jurnal Penelitian
Perikanan Indonesia. 18 (4): 233-241.
Febrianti, A., Efrizal, T., Zulfikar, A. 2019. Kajian kondisi ikan selar
(Selaroides leptolepis) berdasarkan hubungan panjang berat dan faktor
kondisi di Laut Natuna yang didaratkan di tempat pendaratan ikan Pelantar
KUD Tanjungpinang. Jurnal Universitas Maritim Raja Ali Haji. 1 (1) : 1–
8.
Hary, D. 2021. Resiliensi Sosial anelayan Kamal Muara dalam Menghadapi
Dampak Reklamasi Teluk Jakarta. [Skripsi]. Universitas Islam
Kalimantan, Kalimantan.
Hidayat, T. dan Nurulludin. 2018. Indeks Keanekaragaman Hayati Sumberdaya
Ikan Demersal di Perairan Samudera Hindia Selatan Jawa. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia. 23 (2) : 123-130.
Hulaifi. 2018. Pendugaan Potensi Sumberdaya Perikanan Laut dan Tingkat
Keragaman Ekonomi Penangkapan Ikan (Kasus di TPI Sendang Biru
Kabupaten Malang. Jurnal Biologi. 2 (12) : 113-126.
Ibrahim, M., Nuhfil, H., Suhartini. 2018. Technical Efficiency Analysis of Mini
Purse Seine Fishing Unit in Sumenep District. Jurnal Habitat. 28 (1) : 1-6.
Kusumastanto, T. 2017. Pengembangan Perikanan, Kelautan, dan Maritim untuk
Kesejahteraan Rakyat. Bogor: IPB Press.
Listiani, A., Dian, W., Bogi, B. 2018. Analisis CPUE (Catch per unit effort) dan
Tingkat Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Lemuru di Perairan Selat
Bali. Jurnal Perikanan. 1 (1) : 1-9.
Lubis, E. K. 2020. Inventarisasi Ikan Demersal dan Ikan Pelagis yang Didaratkan
di PPI Kijang Kecamatan Bintan Timur Kabupaten Bintan. Jurnal Akuatik
Lestari. 4 (2): 47-57.
Mustapa, R., Aziz, S., Alfi S. B. 2017. Pengelolaan Usaha Penangkapan Ikan
Menggunakan Purse Seine di Kelurahan Leato Selatan, Kota Gorontalo.
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 5 (4) : 194-201.
Nelwan, A. F. P., M. F. A. Sondita, dan R. Monintja. 2017. Evaluasi Produksi
Perikanan Tangkap Pelagis Kecil di Perairan Pantai Barat Sulawesi
Selatan. Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. 1 (1): 41-49.
Santoso, D. 2019. Potensi Lestari dan Status Pemanfaatan Ikan Kakap Merah dan
Ikan Kerapu di Selat Alas Propinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Biologi
Tropis. 16 (1): 15-24.
12

Sartimbul, A. 2017. Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Pelagis di Indonesi.


Malang: UB Press.
Septiyawati, S., Muhammad, F., Deni, E. 2020. Analisis dinamika populasi ikan
selar kuning (Selaroides leptolepis) dalam upaya pengelolaan sumberdaya
ikan pelagis kecil di perairan Bintan, Provinsi Kepulauan Riau. Jurna
Ilmu-ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan. 9(3): 428-434.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai