Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN AIR

PENGARUH PERUBAHAN SUHU PANAS MEDIA AIR


TERHADAP MEMBUKA DAN MENUTUP
OPERCULUM BENIH IKAN NILA
Disusun Sebagai Laporan Akhir Praktikum Fisiologi Hewan Air
Tahun Akademik 2017-2018

Disusun oleh :
Perikanan A/Kelompok 5

Dita Rosani 230110160047


Rachmat Mahadika R 230110160062
Revky Priyambodo 230110160051

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2017
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum ini tepat
pada waktunya. Laporan praktikum ini berjudul Pengaruh Perubahan
Suhu Panas dan Suhu Dingin terhadap Membuka dan Menutup
Operculum Benih Ikan Nila. Laporan praktikum ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas praktikum mata kuliah Fisiologi
Hewan Air.
Penyusunan laporan praktikum ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak
yang telah bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses praktikum maupun
dalam penyusunan laporan ini. Sebagai sebuah karya, laporan ini akan terus
berproses, tentunya dengan masukan, kritik, dan saran dari berbagai pihak.
Demikian laporan praktikum ini disusun yang disesuaikan dengan format laporan
yang diberikan oleh asisten laboratorium.
Semoga dengan dibuatnya laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya
bagi semua pihak.

Jatinangor, Oktober 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman
DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ iv

I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................ 1
1.2 Tujuan ......................................................................................... 1
1.3 Manfaat ....................................................................................... 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Ikan Nila ..................................................................................... 3
2.1.1 Habitat dan Kebiasaan Hidup ..................................................... 3
2.1.2 Sistem Pernapasan ...................................................................... 5
2.2 Suhu ............................................................................................ 5
III BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat ...................................................................... 7
3.2 Alat dan Bahan............................................................................ 7
3.2.1 Alat.............................................................................................. 7
3.2.2 Bahan .......................................................................................... 7
3.3 Prosedur Praktikum..................................................................... 8
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Kelompok .......................................................................... 9
4.2 Hasil Kelas .................................................................................. 10

V KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 13
5.2 Saran ........................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 14
LAMPIRAN .......................................................................................... 15

ii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Ikan Nila........................................................................................... 3
2. Sistem Pernafasan ikan .................................................................... 5
3. Grafik Perubahan Suhu terhadap Buka Tutup Mulut Operculum
Kelompok 5 ...................................................................................... 9
4. Grafik Buka Tutup Operculum Per Kelompok .............................. 10
5. Grafik Rata-rata Buka Tutup Operculum Kelas A ........................ 11

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat..................................................................................................... 16
2. Bahan ................................................................................................. 17
3. Prosedur ............................................................................................. 17
4. Kegiatan Praktikum ........................................................................... 18
5. Hasil Pengamatan............................................................................... 2

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ikan adalah hewan berdarah dingin (poikilotermis), artinya suhu tubuh
ikan selalu mengikuti suhu lingkungannya sehingga suhu badannya turun naik
bersama-sama dengan turun naiknya suhu sekitarnya. Sebagai hewan air ikan
memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat.
Secara keseluruhan ikan lebih toleran terhadap perubahan suhu air, beberapa
spesies mampu tumbuh pada suhu air mencapai 290C. Bagi hewan akuatik,
suhu media air merupakan faktor pembatas oleh karena itu perubahan suhu
media air akan mempengaruhi kandungan Oksigen terlarut yang akan
berakibat pada laju pernafasan dan laju metabolisme hewan akuatik tersebut.
Proses pernapasan pada ikan adalah dengan cara membuka dan menutup
mulut secara bergantian dengan membuka dan menutup tutup insang. Pada
ikan bertulang sejati (Osteichthyes) insangnya dilengkapi dengan tutup insang
(operculum), sedangkan pada ikan bertulang rawan (Chondrichthyes)
insangnya tidak mempunyai tutup insang. Selain bernapas dengan insang, ada
pula kelompok ikan yang bernapas dengan gelembung udara (pulmosis), yaitu
ikan paru-paru (Dipnoi). Untuk membuktikan bahwa ikan merupakan hewan
poikilotermik maka dilakukan praktikum pengaruh perubahan suhu panas dan
suhu dingin pada media air terhadap membuka dan menutup operculum benih
ikan nila.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini sebagai berikut
1. Untuk mengetahui perubahan suhu panas media air terhadap membuka
dan menutup operculum ikan nila yang ecara tidak langsung ingin
mengetahui laju pernafasan benih ikan nila tersebut

1
2

2. Untuk mengetahui perubahan suhu panas media air terhadap membuka


dan menutup operculum ikan nila yang ecara tidak langsung ingin
mengetahui laju pernafasan benih ikan nila tersebut.

1.3 Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah untuk lebih memahami laju pernafasan
ikan, untuk membuktikan apakah ikan termasuk hewan poikilotermis yang suhu
tubuhnya mengikuti suhu lingkungannya dengan perubahan suhu media air dan
mengetahui metabolisme pada ikan dengan parameter suhu sehingga dapat di
aplikasikan dalam bidang perikanan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Ikan Nila


Ikan nila merupakan jenis ikan air tawar yang mempunyai nilai konsumsi
cukup tinggi. Bentuk tubuh memanjang dan pipih ke samping dan warna putih
kehitaman atau kemerahan. Ikan nila berasal dari Sungai Nil dan danau-danau
sekitarnya. Sekarang ikan ini telah tersebar ke negara-negara di lima benua yang
beriklim tropis dan subtropis. Di wilayah yang beriklim dingin, ikan nila tidak
dapat hidup baik (Sugiarto 1988). Ikan nila disukai oleh berbagai bangsa karena
dagingnya enak dan tebal seperti daging ikan kakap merah (Sumantadinata 1981).
Terdapat tiga jenis ikan nila yang dikenal, yaitu nila biasa, nila merah (nirah) dan
nila albino (Sugiarto 1988). Menurut Saanin (1984), ikan nila mempunyai
klasifikasi sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Percomorphi
Famili : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus

Gambar 1. Ikan Nila

2.1.1 Habitat dan Kebiasaan Hidup


Ikan nila merupakan ikan konsumsi yang umum hidup di perairan tawar,
terkadang ikan nila juga ditemukan hidup di perairan yang agak asin (payau). Ikan
nila dikenal sebagai ikan yang bersifat euryhaline (dapat hidup pada kisaran

3
4

salinitas yang lebar). Ikan nila mendiami berbagai habitat air tawar, termasuk
saluran air yang dangkal, kolam, sungai dan danau. Ikan nila dapat menjadi
masalah sebagai spesies invasif pada habitat perairan hangat, tetapi sebaliknya
pada daerah beriklim sedang karena ketidakmampuan ikan nila untuk bertahan
hidup di perairan dingin, yang umumnya bersuhu di bawah 21 C (Harrysu 2012).
Menurut Mudjiman (2001), Ikan Nila (oreochormis niloticus) adalah termasuk
campuran ikan pemakan campuran (omnivora).
Ikan nila mempunyai kemampuan tumbuh secara normal pada kisaran
suhu 14-38C dengan suhu optimum bagi pertumbuhan dan perkembangannya
yaitu 25-30C. Pada suhu 14C atau pada suhu tinggi 38C pertumbuhan ikan nila
akan terganggu. Pada suhu 6C atau 42C ikan nila akan mengalami kematian.
Kandungan oksigen yang baik bagi pertumbuhan ikan nila minimal 4mg/L,
kandungan karbondioksida kurang dari 5mg/L dengan derajat keasaman (pH)
berkisar 5-9 (Amri 2003). Menurut Santoso (1996), pH optimum bagi
pertumbuhan nila yaitu antara 7-8 dan warna di sekujur tubuh ikan dipengaruhi
lingkungan hidupnya. Bila dibudidayakan di jaring terapung (perairan dalam)
warna ikan lebih hitam atau gelap dibandingkan dengan ikan yang dibudidayakan
di kolam (perairan dangkal). Pada perairan alam dan dalam sistem pemeliharaan
ikan, konsentrasi karbondioksida diperlukan untuk proses fotosintesis oleh
tanaman air. Nilai CO2 ditentukan antara lain oleh pH dan suhu. Jumlah CO2 di
dalam perairan yang bertambah akan menekan aktivitas pernapasan ikan dan
menghambat pengikatan oksigen oleh hemoglobin sehingga dapat membuat ikan
menjadi stress. Kandungan CO2 dalam air untuk kegiatan pembesaran nila
sebaiknya kurang dari 15 mg/liter (Sucipto dan Prihartono 2005).
5

2.1.2 Sistem Pernapasan

Gambar 2. Sistem Pernafasan ikan


Insang tersimpan dalam rongga insang yang terlindung oleh tutup insang
(operculum). Insang ikan nila terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas
tulang rawan berwarna putih, riri-rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air
pernafasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen
insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda
karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari
arteri insang. Ditempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.
O2 diambil dari gas O2 yang larut dalam air melalui insang secara difusi.
Dari insang, O2 diangkut darah melalui pembuluh darah keseluruh jaringan tubuh,
dari jaringan tubuh gas CO2 diagkat darah menuju jantung, dari jantung menuju
insang untuk melakukan pertukaran gas. Proses ini terjadi secara terus-menrus dan
berulang-ulang. Mekanisme pernafasan ikan bertulang sejati dilakukan melalui
mekanisme inspirasi dan ekspiasi.

2.2 Suhu
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila
suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen terlarut yang
biasanya dihasilkan oleh fitoplankton dan tanaman laut, keberadaannya sangat
penting bagi organisme yang memanfaatkannya untuk kehidupan, antara lain pada
proses respira sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2
dan H2O. Oksigen sebagai bahan pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai
6

reaksi metabolisme. Oleh sebab itu kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh
kemampuannya memperoleh oksigen yang cukup dari lingkungannya. Ikan adalah
hewan berdarah dingin ( poikilothermal ) yang metabolisme tubuhnya dipengaruhi
oleh suhu lingkungan (Neuman et al.1997). Engelsma et al (2003) menyatakan
bahwa suhu juga berpengaruh terhadap parameter hematological dan daya tahan
terhadap penyakit. Pemberian suhu tinggi ataupun suhu rendah yang mendadak
dapat meningkatkan jumlah sel darah putih pada ikan nila. Proses fisiologis dalam
ikan yaitu tingkat respirasi, makan, metabolisme, pertumbuhan, perilaku,
reproduksi dan tingkat detoksifikasi dan bioakumulasi dipengaruhi oleh suhu
(Fadhil et al 2011). Jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk pernafasan biota
budidaya tergantung ukuran, suhu dan tingkat aktivitasnya dengan batas minimum
adalah 3 ppm. Kandungan oksigen di dalam air dianggap optimum bagi budidaya
biota air adalah 4-10 ppm, tergantung jenisnya. Laju respirasi terlihat tetap pada
batas kelarutan oksigen antara 3-4 ppm pada suhu 20-30 oC (Ghufran & Kordi
2007). Ernest (2000) ikan nila dapat bertahan hidup pada konsentrasi DO
minimum sebesar 2 mg/L. Doudoroff dan Shumway (1970) menyatakan bahwa
kebutuhan minimum oksigen untuk ikan nila adalah 0,2-2,8 mg/L. Boyd (1990)
menjelaskan juga bahwa kandungan DO kurang dari 1 mg/L dapat menyebabkan
lethal atau menyebabkan kematian dalam beberapa jam
.
BAB III
BAHAN DAN METODE

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Fisiologi Hewan Air mengenai Pengaruh Perubahan Suhu
Panas dan Suhu Dingin terhadap Membuka dan Menutup Operculum
Benih Ikan Nila dilaksanakan pada tanggal 17 oktober 2017, pukul 13.30 WIB
sampai pukul 15.30 WIB yang bertempat di Laboratorium Akuakultur Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran, Jatinangor, Sumedang
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum sebagai berikut:
Tabel 1. Alat yang digunakan dalam praktikum
No Alat Fungsi
1 Beaker glass Sebagai tempat ikan pada saat diamati
2 Wadah plastik Tempat ikan sebelum dan sesudah diamati
3 Water bath Pemanas air
4 Termometer Untuk mengukur suhu air
Alkohol
5 Hand counter Menghitung bukaan operculum ikan
6 Timer/stopwatch Untuk mengamati waktu

3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan pada saat praktikum sebagai berikut:
Tabel 2. Bahan yang digunakan dalam praktikum
No Bahan Fungsi
1 Benih ikan nila Objek yang akan diamati
2 Stok air panas Mengubah suhu air sesuai perlakuan
3 Stok air dingin Mengubah suhu air sesuai perlakuan

7
8

3.3 Prosedur Praktikum


1. Beaker glass 1000 ml disiapkan, lalu diisi dengan air secukupnya
2. 3 ekor ikan benih ikan nila diambil
3. Pengamatan dilakukan dengan 3 perlakuan , T1; suhu kamar, T2; suhu 3C
diatas suhu kamar, T3; suhu 6C diatas suhu kamar
4. Diamati satu persatu ikan uji hitung banyaknya membuka dan menutup
operculum,
5. Dilanjutkan untuk ikan selanjutnya
6. Setelah selesai perlakukan a, dilanjutkan perlakuan b dan seterusnya
7. Data hasil pengamatan ditulis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Kelompok


Berdasarkan hasil pengamatan, diperoleh data kelompok seperti pada gambar 3:

180 162
160
140
134
140
120
100
80
60
40
20
0
Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin

Gambar 3. Grafik Perubahan Suhu Terhadap Buka Tutup Mulut Operculum


Kelompok 5
Berdasarkan hasil pengamatan diatas, Ketika benih ikan nila dimasukkan
kedalam air yang bersuhu panas maka buka tutup operculumnya menjadi cepat,
atau ikan tersebut bernafas lebih cepat dibandingkan suhu normal. Sedangkan
ketika benih ikan nila dimasukan kedalam air yang bersuhu dingin, maka akan
menyebabkan buka tutup operculum sedikit atau ikan tersebut bernafas lebih
lambat dibandingkan keadaan suhu yang normal.
Suhu di perairan dapat mempengaruhi kelarutan dari oksigen. Apabila
suhu meningkat maka kelarutan oksigen berkurang. Oksigen sebagai bahan
pernafasan dibutuhkan oleh sel untuk berbagai reaksi metabolisme. Oleh sebab itu
kelangsungan hidup ikan ditentukan oleh kemampuannya memperoleh oksigen
yang cukup dari lingkungannya. Berkurangnya oksigen terlarut sudah tentu akan
berpengaruh terhadap fisiologi respirasi ikan
Kenaikan suhu pada suatu perairan menyebabkan kelarutan oksigen atau
dissolved oxygen (DO) di peraiaran tersebut akan menurun, sehingga kebutuhan
organisme air terhadap oksigen semakin bertambah dengan pergerakan operculum
yang semakin cepat, penurunan suhu pada suatu perairan dapat menyebabkan

9
10

kelarutan oksigen dalam perairan itu meningkat sehingga kebutuhan organisme


dalam air terhadap oksigen semakin berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya
frekuensi membuka serta menutupnya operculum pada ikan tersebut (Yulianto
2011).
Di dalam tubuh ikan suhunya bisa berkisar 1C dibandingkan temperatur
lingkungannya (Nikolsky 1927). Maka dari itu, perubahan yang mendadak dari
temperatur lingkungan akan sangat berpengaruh pada ikan itu sendiri.

4.2 Hasil Kelas


Adapun hasil pengamatan Kelas Perikanan sebagai berikut:

200 250

200
150
150
100
100
50
50

0 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin

200

150

100

50

0
17 18 19 20 21 22 23

Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin

Gambar 4. Grafik Buka Tutup Operculum Per Kelompok


Berdasarkan hasil pengamatan, sudah menunjukan bahwa pada saat benih
ikan nila dimasukan kedalam suhu yang lebih tinggi dari suhu kamar maka akan
11

menyebabkan kelarutan oksigen pada air tersebut akan menurun sehingga


kebutuhan ikan nila terhadap oksigen semakin besar yang membuat ikan nila
operkulumnya bergerak menjadi lebih cepat. Sedangkan ketika benih ikan nila
dimasukan kedalam suhu yang lebih rendah dibandingkan suhu kamar maka akan
menyebabkan kelarutan oksigen pada air itu akan meningkat sehingga kebutuhan
ikan nila terhadap oksigen semakin mengurang, dan itulah yang menyebabkan
bukaan operkulum ikan nila pada saat dimasukan kedalam air yang bersuhu lebih
rendah daripada suhu kamar akan sedikit.
180

160 155

140 127
120 115
Axis Title

100

80

60

40

20

0
Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin

Gambar 5. Grafik Rata-Rata Buka Tutup Operculum Kelas A


Berdasarkan hasil pengamatan rata-rata kelas A, membuktikan bahwa
perubahan suhu mempengaruhi buka tutup operculum ikan nila. Pada saat ikan
dimasukan kedalam suhu yang panas maka buka tutup operculum akan menjadi
cepat, sedangkan pada saat ikan nila dimasukan kedalam suhu yang dingin maka
buka tutup operculum menjadi lambat. Kenaikan suhu pada suatu perairan
menyebabkan kelarutan oksigen atau dissolved oxygen (DO) di peraiaran tersebut
akan menurun, sehingga kebutuhan organisme air terhadap oksigen semakin
bertambah dengan pergerakan operculum yang semakin cepat, penurunan suhu
pada suatu perairan dapat menyebabkan kelarutan oksigen dalam perairan itu
meningkat sehingga kebutuhan organisme dalam air terhadap oksigen semakin
12

berkurang, hal ini menyebabkan jarangnya frekuensi membuka serta menutupnya


operculum pada ikan tersebut (Yulianto 2011).
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan
Kesimpulan dari praktikum pengaruh bukaan tutup operculum yang
dipengaruhi oleh suhu panas dan suhu dingin pada akhirnya menghasilkan data
bahwa suhu akan mempengaruhi proses metabolisme tubuh. Dalam praktikum ini
ketika benih ikan nila dimasukkan kedalam air yang bersuhu panas maka bukaan
tutup operculumnya menjadi cepat, atau ikan tersebut bernafas lebih cepat
dibandingkan suhu normal. Sedangkan ketika benih ikan nila dimasukan kedalam
air yang bersuhu dingin, maka akan menyebabkan bukaan tutup operculum sedikit
atau ikan tersebut bernafas lebih lambat dibandingkan keadaan suhu yang normal.
Maka, dapat disebutkan bahwa suhu berpengaruh pada kandungan DO yang
berada di dalam air yang digunakan. Selain itu, karena kurangnya ketelitian
praktikan saat melakukan percobaan, maka di beberapa kelompok ditemukan hasil
pengamatan yang tidak sesuai yaitu pengamatan menghasilkan data bukaan tutup
operculum pada saat di suhu dingin lebih banyak dibandingkan bukaan tutup
operculum pada suhu normal. Karena jika diteliti kembali, air yang digunakan
dari praktikum 1 (suhu kamar) sampai yang terakhir (suhu rendah) tidak dirubah.
Sehingga dapat disimpulkan jika kandungan oksigennya akan berkurang yang
mengakibatkan bukaan operculum ikan yang seharusnya lebih sedikit ini menjadi
lebih banyak dari yang seharusnya.
5.2 Saran
Untuk percobaan berikutnya mungkin bisa lebih diperhatikan dalam hal
perlakuan pada saat mengambil ikan, mungkin bisa lebih tenang pada saat
mengambil ikan agar tidak membuat ikan stress. Bisa lebih berhati-hati dalam
melakukan praktikum agar hasil bisa sesuai dengan yang diharapkan. Juga
menjadi cermin untuk kita kedepannya agar bisa lebih baik lagi.
.

13
DAFTAR PUSTAKA

Affandi, 1992. Biologi Perikanan. Sinar Baru, Bandung.


Amri, K. dan Khairuman. 2003. Budidaya Ikan Nila Secara Intensif. PT.
Agromedia Pustaka. Jakarta.
Boyd, C. E. 1990. Water Quality in Ponds for Aquqculture. Alabama:
Birmingham Publishing Co.Birmingham.
Doudoroff, P., S. DL. 1970. Dissolved Oxygen Requirements of Freshwater
Fishes. Rome : Food and Agriculture Organization of the United
Nations.
Engelsma MY, Hougee S, Nap D, Hofenk M, Rombout JHWM, van Muiswinkel
WB. 2003. Multiple acute temperature stress affects leucocyte
populations and antibody responses in common carp, Cyprinus carpio
L. J. Fish Shellfish Immunol 15: 397-410.
Ernest DH. 2000. Performance engineering. Di dalam: Stickney RR.
Encyclopedia of Aquaqulture. New York: John Wiley & Sons. Hal 629-
644.
Fadhil R, Endan J, Taip FS, Salih M. 2011. Kualitas air dalam sistem resirkulasi
untuk budidaya ikan lele/keli (Clarias Batrachus). J. Aceh Depelovment
International Conference 1:1-10.
Ghufran HM, Kordi K, Andi BT. 2007. Pengelolaan Kualitas Air dalam
Budidaya Perairan. Jakarta: Rineka Cipta.
Harrysu, 2012. Budidaya Ikan Nila. Kasinius: Yogyakarta
Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan. Cetakan IX. Penebar Swadaya. Jakarta
Neuman E, Sandstrom O, Thoresson G. 1997. Gudlines for Coastal Fish
Monitoring. Sweden: National Board of Fisheries.
Saanin H. 1984. Taksonomi dan kunci identifikasi ikan. Jakarta: Bina Cipta.
Santoso. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Jakarta.
Sucipto, A. dan Prihartono, R. E. 2005. Pembesaran Nila Merah Bangkok.
Penebar Swadaya. Jakarta.

14
15

Sumantadinata, K. 1981. Pengembangan Ikan-Ikan Peliharaan Di Indonesia.


Sastra Hudaya. Jakarta.
Sugiarto. 1988. Teknik Pembenihan Ikan Mujair dan Nila, Edisi I, C.V. Simpang
Jakarta, 1-7 : 15-19.
LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat

Gambar 1. Beaker glass Gambar 2. Wadah Plastik

Gambar 3. Hand Counter Gambar 4. Termometer Alkohol

16
17

Lampiran 2. Bahan

Gambar 5. Benih Ikan Nila

Lampiran 3. Prosedur Praktikum

Beaker glass 1000 ml disiapkan, lalu diisi dengan air secukupnya

3 ekor ikan benih ikan nila diambil

Pengamatan dilakukan dengan 3 perlakuan , T1; suhu kamar, T2; suhu


3C diatas suhu kamar, T3; suhu 6C diatas suhu kamar

Diamati satu persatu ikan uji hitung banyaknya membuka dan menutup
operculum

Dilanjutkan untuk selanjutnya

Setelah selesai perlakukan a, dilanjutkan perlakuan b dan seterusnya

Data hasil pengamatan ditulis


18

Lampiran 4. Kegiatan Praktikum

Gambar 6. Beaker glass disiapkan dan diisi air Gambar 7. Benih ikan diambil

Gambar 8. Diamati tutup dan membukanya


operculum
19

Lampiran 5. Hasil Pengamatan

Kelompok Suhu Kamar Suhu Panas Suhu Dingin


1 119,9 147,78 91,77
2 120,93 142,33 109,47
3 129,87 177,57 150,33
4 127,6 150,2 101,6
5 140 162,57 133,97
6 138,77 153,33 112,55
7 133 158,67 107,67
8 90,42 113,73 94,63
9 101,63 180,72 71,57
10 126,22 168,5 73,33
11 126,93 157,73 123,07
12 124,44 151,67 114,1
13 112,23 160,1 102,77
14 126,07 136,73 119,4
15 161,11 213,11 233,3
16 167,11 205,77 178,2
17 128 160,22 115,89
18 115,13 94,77 119
19 118,97 148,2 96,53
20 117,67 116 90,3
21 122,1 149,63 109,63
22 156,87 179 84,53
23 114,57 139,33 101,5
Rata-rata 126,94 155,12 114,57

Anda mungkin juga menyukai