Disusun oleh :
Kelompok 2
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini berjudul “Pengangkutan spesies”. Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Domestikasi Ikan.
Penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang telah
bekerja sama mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya. Untuk itu pada
kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini.
Sebagai sebuah karya, makalah ini akan terus berproses, tentunya dengan masukan,
kritik, dan saran dari berbagai pihak. Demikian makalah ini disusun yang
disesuaikan dengan format yang semestinya..
Semoga dengan dibuatnya makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khususnya bagi pengembangan pengetahuan di bidang perikanan dan umumnya
bagi semua pihak.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pengangkutan.......................................................... 3
2.2 Jenis-Jenis Pengangkutan ......................................................... 3
2.2.1 Metode Media Basah ................................................................ 4
2.2.2 Metode Media Kering ............................................................... 6
2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengangkutan Ikan ............ 7
2.4 Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Pengangkutan Ikan...... 8
2.5 Prosedur Pengangkutan ............................................................ 11
ii
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
Adapun Tujuan dari pembuatan makalah ini:
1. Memberikan Informasi Mengenai Sistem Pengangkutan Ikan
2. Memberikan informasi mengenai Mekanisme Pengankutan Ikan
3. Memberikan informasi mengenai keuntungan dan kendala pengangkutan
ikan
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
3
4
kemasan. Menurut Junianto (2003), transportasi ikan hidup dengan sistem tertutup
gambar 2 merupakan cara pengangkutan ikan yang paling umum dilakukan. Pada
sistem tertutup ini, air sebagai media pengangkutan tidak berhubungan langsung
dengan udara terbuka dan sumber oksigen dipasok dalam jumlah tertentu.
Sebelum diangkut ikan sudah dikondisi dengan baik agar ikan tidak stress,
laju metabolismenya lambat dan konsumsi oksigennya rendah. Laju metabolisme
yang lambat akan mengurangi ekskresi ikan berupa amoniak dan karbondioksida
serta konsumsinya terhadap oksigen. Konsumsi oksigen juga dapat ditekan dengan
peningkatan umur dan ukuran berat tubuh ikan. Penurunan suhu air dan
pemberokan (dipusakan) ikan dilakukan sebelum diangkut. Pemuasaan membuat
metabolisme ikan turun sehingga ikan menjadi kurang aktif dan juga buangannya
berkurang. Benih ikan yang akan diangkut dipuasakan selama 24 jam dalam
penampungan.
menurun jika terdapat luka atau memar pada tubuh ikan. Panen ikan
sebaiknya dilakukan pada pagi hari agar mngurangi tingkat stres ikan.
b) Jarak Tempuh Pengangkutan
Jarak tempuh dan lama perjalanan akan mempengaruhi:
Cara pengepakan ikan.
Jumlah es batu yang digunakan.
Jenis pengangkutan ikan (terbuka atau tertutup)
c) Faktor lingkungan
Suhu lingkungan, peningkatan temperatur akan meningkatkan
aktivitas tubuh ikan sehingga akan mengeluarkan banyak energi dan
tingkat setres ikan. Peningkatan suhu akan menningkatkan kerja
enzim. Dan mempercepat proses pembusukan ikan segar
Sanitasi, lingkungan hidup ikan akan mempengaruhi aroma ikan
yang akan mempengaruhi nilai ekonomis ikan. Misalnya: bau
lumpur pada ikan bandeng. Dapat dihilangkan dengan memelihara
ikan terlebih dahulu pada bak dengan air mengalir selama beberapa
hari. Pada ikan segar, ikan yang ditangkap dan diperoleh pada
lingkungan yang tercemar akan mengalami penurunan kesegaran
lebih cepat karena sjumlah mikroba lebih banyak. Masa
penyimpanan ikan juga akan lebih cepat. Ikan yang telah disiangi
memiliki waktusimpan yang lebih lama
d) Faktor biologi
Jenis ikan, jenis ikan palegis( hidup dipermukaan) aktivitasnya lebih
banyak sehingga ketika ikan diangkut dalam keadaan mati atau segar
akan lebih cepat mengalami penurunan kualitas dibanding ikan
demersal. Ikan dengan kandungan lemak tinggi juga akan cepat
mengalami penurunan mutu Pada transportasi ikan hidup ikan yang
memiliki alat pernafasan tambahan akan lebih tahan terhadap setres
karena tahan terhadap penurunan oksigen.
Ukuran ikan, pada transfortasi ikan hidup, ikan berukuran kecil lebih
rentan terhadap setres (kecuali setadia D0 - D10 Ikan kecil lebih
8
udang hidup tanpa media air adalah sekam padi, serbuk gergaji, rumput laut
berupa Gracilaria sp. dan spon (Prasetiyo 1993 dan Ning 2009).
Bahan anestasi
Anestasi merupakan suatu bahan yang digunakan untuk pemingsanan ikan
dengan prinsip pelemahan system kerja syaraf yang mengakibatkan
perlambatan laju respirasi. Bahan-bahan anestetik akan mengganggu
keseimbangan ionic dalam otak ikan. Hal ini terjadi karena penurunan
konsentrasi kation K+ dan peningkatan kation Na+, Fe3+, dan Ca2+.
Kemudian gangguan ini akan mempengaruhi kerja syaraf motorik dan
pernapasan, sehingga menyebabkan kematian rasa atau pingsan (Yanto
2009). Berikut adalah bahan-bahan anesti yang dapat digunakan untuk
pembiusan ikan pada tabel 1.
pratisari (2010) ini adalah serbuk gergaji. Serbuk gergaji sebelum digunakan dicuci
dengan air tawar kemudian dijemur. Proses pencucian dan penjemuran ini
dilakukan sebanyak tiga kali. Serbuk gergaji kering kemudian direndam dengan air
tawar di dalam ember yang kemudian ditambahkan sejumlah es batu dan diaduk
sampai suhu serbuk gergaji sesuai dengan suhu pembiusan ikan.
3) Persiapan subjek transportasi
Subjek ikan yang akan di transportasikan dipilih dalam kondisi yang sehat
dan tidak cacat, gerakannya aktif dan responsif terhadap rangsangan. Ikan yang
baru dibeli dalam keadaan hidup dari kolam dipindahkan pada akuarium yang diberi
aerasi untuk dilakukan adaptasi (2x24 jam) kemudian dipuasakan(24 jam). Pada
saat ikan baru dipindahkan pada akuarium, ikan tidak diberi pakan terlebih dahulu,
karena ikan berada dalam lingkungan yang baru sehingga perlu penyesuaian diri
terhadap lingkungannya tersebut.
Penyusunan ikan dalam kemasan dapat dilihat secara sederhana pada Gambar 3
berikut.
Serbuk Gergaji
Ikan
Serbuk Gergaji
Kertas Koran
Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO 2
dan amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam
selama transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7
sampai 8. Terakhir yaitu anastesi, anastesi digunakan untuk mengurangi aktivitas
dari ikan tersebut sehingga ikan tidak buang air dan menghasilkan ammonia yang
cukup berbahaya bagi ikan, ada beberapa anatesi yang biasa digunakan seperti daun
cengkeh, minyak cengkeh, gedebong pisang, teourasil dll.
3) Persiapan subjek transportasi
Subjek ikan yang akan di transportasikan dipilih dalam kondisi yang sehat
dan tidak cacat, gerakannya aktif dan responsif terhadap rangsangan. Ikan yang
baru dibeli dalam keadaan hidup dari kolam dipindahkan pada akuarium yang diberi
aerasi untuk dilakukan adaptasi (2x24 jam) kemudian dipuasakan(24 jam). Pada
saat ikan baru dipindahkan pada akuarium, ikan tidak diberi pakan terlebih dahulu,
karena ikan berada dalam lingkungan yang baru sehingga perlu penyesuaian diri
terhadap lingkungannya tersebut setelah itu dimasukkan ke dalam plastik atau drum
dan diberi anastesi.
4) Persiapan Media Kemasan
Media kemasan yang digunakan yaitu plastik kuat serta drum dan styrofoam,
penyusunan media kemasan yaitu air dan ikan dimasukkan kedalam plastik lalu
dimasukkan ke dalam styrofoam atau drum.
5) Kepadatan Ikan
Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak
boleh lebih dari 1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi
dengan perbandingan ikan dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan
kecil perbandingan ini menurun sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga
dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam keadaan meronta-ronta dan letih
selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama transportasi, ikan-ikan
selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan, suplai darah
dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup sbagai
alternatif pengganti energi yang digunakan.
15
BAB III
STUDI KASUS
Tahun 2006
15
16
16
17
17
18
18
19
19
20
20
21
21
22
22
23
23
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Pengangkutan ikan pada dasarnya adalah usaha menempatkan ikan pada
lingkungan baru yang berbeda dengan lingkungan asalnya disertai dengan
perubahan-perubahan sifat lingkungan yang relatif mendadak akan sangat
mengancam kehidupan ikan. Pada dasarnya, ada dua metode pengangkutan ikan
hidup. Pertama, adalah pengangkutan dengan menggunakan air sebagai media
(sistem basah) dan kedua, adalah pengangkutan tanpa menggunakan media air
(sistem kering). Pengangkutan sistem basah terdiri dari dua cara yaitu terbuka dan
tertutup. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengangkutan ikan diantaranya: cara
panen, jarak tempuh pengangkutan, faktor lingkungan, faktor biologi dan waktu
pulih.
4.2 Saran
Sebaiknya banyak dilakukan riset – riset berkaitan dengan pengangkutan
ikan baik metode sistem basah ataupun kering untuk jenis – jenis ikan yang sulit
untuk dilakukan pengangkutan untuk menentukan metode apa yang sesuai untuk
jenis – jenis ikan tertentu.
24
DAFTAR PUSTAKA
25
Purwaningsih, S. 1998. Sistem Transportasi Ikan Hidup. Buletin Teknologi Hasil
Perikanan. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.
Suryaningrum TD, Utomo BSD, Wibowo S. 2005. Teknologi Penanganan dan
Transportasi Krustasea Hidup. Jakarta: Badan Riset Kelautan dan
Perikanan, Slipi.
Tobing, B. H. 1996. Pengaruh ekstrak ubi ketela pohon varietas adira 2 terhadap
kelangsungan hidup benih ikan nila merah (Oreochromis niloticus L.) dalam
pengangkutan selama delapan jam. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Padjadjaran. Jatinangor. (tidak dipublikasikan).
26