PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
Transportasi ikan hidup dapat dilakukan dalam 2 kondisi yaitu kondisi sadar maupun
pingsan. Transportasi dalam kondisi sadar merupakan transportasi ikan dimana kondisi ikan
dalam kondisi seperti umumnya yaitu bereaksi dan bergerak. Sementara transportasi dalam
kondisi pingsan dilakukan dengan memberikan perlakuan pembiusan sehingga ikan pingsan
(tidak bergerak dan bereaksi) selama dalam pengaruh perlakuan pemingsanan.
2
Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap
perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2 dan hasil metabolisme seperti amoniak.
Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh ikan selama transportasi
adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada
jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkatikan akan mengkonsumsi O2
pada kondisi stabil dan ketika kadar O2 menurun konsumsi O2 oleh ikan lebih rendah
dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O2 yang tinggi.
(3). Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk
transportasi ikan adalah 6 – 8 0C untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 – 20 0
untuk ikan di daerah tropis.
(4). Nilai pH, CO2, dan amonia
Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan
amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama
transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan
pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan bufer
untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen
yang berasal dari eksresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh
bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.
(5). Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi
Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari
1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan
dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun
sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam
keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama
transportasi, ikan-ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan,
suplai darah dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup
sbagai alternatif pengganti energi yang digunakan.
C. Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunakan adalah bukan
keseluruhannya air, tetapi dengan campuran media padatan tertentu sebagai pengisi. Oleh
karena ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi
energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai
basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan
untuk diangkut diluar habitatnya makin besar. Penggunaan transportasi sistem kering
dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk
menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan
menggunakan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme
ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang
dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi,
pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga
melalui lapisan inilah oksigen masih diserap.
D. Pemingsananan Ikan
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat
yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon
gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang
berfungsi. Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan
suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus
listrik.
A. Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah .
1. Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan penuruanan suhu secara langsung dan secara bertahap.
2. Penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 1
– 5 oC. Sehingga ikan akan pingsan.
3
3. Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara
bertahap sampai ikan pingsan.
B. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Bahan Pembius Dosis
MS-222 0.05 mg / l
Novacaine 50 mg / kg berat ikan
Barbitas sodium 50 mg / kg berat ikan
Ammobarbital sodium 85 mg / kg berat ikan
Methyl paraphynol (dormisol) 30 mg / l
Tertiary amyl alcohol 30 mg / l
Choral hydrate 3-3.5 g lt
Urethane 100 mg / l
Hydroksi quinaldine 1 mg / l
Thiouracil 10 mg / l
Quinaldine 0.025 mg / l
Minyak Cengkih 10 ml/l
Kuning telur bebek 6 butir/10 l
Table 2.1 Bahan yang dapat di gunakan untuk anastesi ikan
4
b. Sistem pengangkutan ikan tertutup
Yaitu pengangkutan ikan dengan menggunakan kantong plastik yang ditambah
oksigen. Keadaan ini memang dalam kondisi yang benar-benar tertutup atau tidak
bocor. Kalau terjadi bocor atau gembos, maka air beserta oksigen akan keluar. Dan
ini sangat membahayakan bagi ikan yang diangkut. Bahkan bisa menyebabkan
kematian. Biasanya penyebab kebocoran antara lain cara mengikat , yang salah
sehingga mudah lepas plastiknya, ataupun penyebab ain seperti terkena benda
runcing ataupun mungkin kerikil dan bebatuan. Biasanya pada saat sebelum
dipacking karena penempatan kantong plastik yang alah sehingga mudah
bocor. Jadi pastikan bahwa ikan yang di dalam plastik tidak bocor baik yang
diakibatkan oleh ikan itu sendiri, maupun benda lainnya. Sehingga keselamatan
terjamin.
5
Persiapan ikan sebelum diangkut:
Setelah ikan ditangkap, tentunya dengan cara penangkapan yang baik. Artinya
ikan tidak luka ataupun lecet, maka langkah selanjutnya yaitu ikan ditampung dalam
bak penampungan. Dan dalam bak ini, alirkan air secukupnya, sehingga oksigen
tetap mencukupi kebutuhan. Selama ikan ditampung ini, disebut dengan istilah
pemberokan.sedangkan tujuan dari hal ini yaitu untuk melaparkan ikan. Sehingga
ikan yang diangkut kondisi perut kosong, diharapkan pada saat pengangkutan nanti,
ikan tidak banyak mengeluarkan otoran. Dan apabila hal ini terjadi akan sangat
beresiko untuk ikan tersebut. Pemberokan ini dilakukan selama minimal satu hari
satu malam. Sehingga dengan hal ini ikan benar-benar siap untuk diangkut.
Cara pengangkutan ikan sistem tertutup:
Pengangkutan ikan dengan sistem ini, lebih cocok pada ukuran benih. Plastik
yang digunakan bisa menggunakan plastik ukuran 5 kg, 10 kg. Tingkat ketebalan
0,002-0,005 mm. Tergantung pada jenis dan ukuran ikan yang diangkut. Plastik
didobel agar tidak mudah lepas klem plastiknya, bila perlu rangkap 3. Setelah itu
lakukan pengisian air dengan menggunakan air bersih kira-kira tiap kantong 5-10
liter air. Dimana nantinya setengah bagian kantong plastik berisi ikan dan air, dan
setengah bagian yang lain berisi oksigen.
Tingkat kepadatan ikan dalam kantong plastik sangat dipengaruhi oleh ukuran,
jenis ikan maupun jarak tempuhnya. Juga besar kecilnya plastik.
contoh pengangkutan ikan menggunakan plastik ukuran 10 kg dengan ketebalan
0,005 mm
No Jarak tempuh Jumlah ikan Ukuran ikan
1 2-3 jam perjalanan 2 kg (500 ekor) 5-7 cm
2 -+ 5 jam 1,5 kg (300 ekor) 5-7 cm
3 <= 10 Jam 0,75 kg (200-250 ekor) 5-7 cm
4 >12 jam 1,5 kg (200 ekor ) 5-7 cm
6
Setelah kantong plastik diisi air,maka masukkan ikan ke dalam plastik sesuai
kepadatan dn jarak tempuh ikan sampai ke lokasi. Langkah selanjutnya keluarkan
udara yang ada di dalanm kantong plastik dengan cara pegang plastik lalu tekan
sampai permukaan air seghingga udara keluar dari plastik semuanya. Lakukan
pengisian O2 ke dalam plastik dengan cara emutar tabung oksigen sesuai dengan
kebutuhan. Setelah itu, putar platik tersebut agar oksigen tidak lepas. Dan ikan
dengan karet gelang yang kuat sehingga tidak mudah lepas dan gembos. Untuk
pegangkutan jarak dekat, di bawah 2 jam misalnya, masukkan kantong plastik
bersama ikan tersebut ke dalam bagor/zak plastik dan ikan dengan rafia. Untuk
pengangkutan dengan menggunakan angkutan umum akan lebih aman kalau
kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam stereoform, sehingga plastik tidak
mudah bocor.
TransportasiBenihLarasati
7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata
rantai dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan
oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu
kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam
jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam
jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air
sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering.
3.2 SARAN
Agar ikan tetap terjaga kualitasnya selama pengangkutan maka saran saya selama
pengangkutan kita harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turunnya
kualitas ikan seperti kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas
ikan.
8
DAFTAR PUSTAKA
9
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata Pelajaran
Mengestimasi yang berjudul “ Prinsip-Prinsip Pengangkutan/Transportasi ”.
Melalui tugas ini kita diharapkan dapat memahami tentang Makalah ini. Makalah
yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami.
Penulis
i
10
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN………………………………………............….... 2
A. Kesimpulan................................................................................................. 8
B. Saran .......................................................................................................... 8
Daftar Pustaka........................................................................................................ 9
ii
11