Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Mengangkut berarti memindahkan atau membawa suatu barang, atau benda lainnya dari satu
tempat ke tempat lainnya. Tujuan utamanya agar barang yang dibawa bisa sampai di tempat tujuan
dalam keadaan utuh, atau tidak rusak atau tidak berubah. Perubahan bentuk, perubahan rasa, dan ke-
tidak-lengkapan dapat menurunkan nilai barang itu. Agar tujuan itu bisa terwujud, maka alat yang
digunakan dalam pengangkutan harus cocok, yaitu alat yang bisa menjaga keutuhan barang itu. Selain
itu, pengangkutan juga harus menggunakan cara yang baik. Bila keduanya tidak dilakukan, sudah
pasti barang itu tidak akan sampai dalam keadaan utuh. Keadaan itu sangat merugikan. Seperti
pengangkutan barang, pengangkutan ikan juga memiliki arti dan tujuan yang sama. Namun alat, dan
cara yang digunakan dalam pengangkutan ikan berbeda dengan alat, dan cara dalam pengangkutan
buku. Karena buku benda mati yang tidak mudah rusak. Sedangkan ikan mahluk hidup yang
kemungkinan besar bisa rusak, bahkan mati.
Untuk menentukan alat dan alat pengangkutan sangat tergantung dari karakteristik, dan sifat-
sifat hidup ikan, terutama segala sesuatu yang berhubungan dengan pernapasannya. Jangan sampai
selama pengangkutan alat pernapasannya terganggu. Itu bisa menyebabkan kematian total.memelihara
wadahnya diam, sedangkan kalau mengangkut wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan,
dimana saat mengangkut kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan
memelihara. Ikan bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas
dengan bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan
berbeda dengan di kolam. Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam saja. Karena
itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan suasana dalam alat
pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan baik, sehingga bisa bertahan hidup hingga di tujuan.
Satu hal lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama pengangkutan ikan mengeluarkan
kotoran.Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga faktor penting yang harus diperhatikan
dalam pengangkutan ikan, yaitu kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan, sebelum dan selama
pengangkutan. Bila ketiga faktor itu diperhatikandengan baik, maka prinsip pengakutan bisa tercipta.
1.2 TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini agar kita sebagai mahasiswa perikanan khususnya budidaya
perairan dapat mengetahui cara penanganan ikan hidup selama transportasi sehingga kita dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

1
BAB II
PEMBAHASAN

PRINSIP-PRINSIP PENGANGKUTAN / TRANSPORTASIKAN

Transportasi ikan hidup dapat dilakukan dalam 2 kondisi yaitu kondisi sadar maupun
pingsan. Transportasi dalam kondisi sadar merupakan transportasi ikan dimana kondisi ikan
dalam kondisi seperti umumnya yaitu bereaksi dan bergerak. Sementara transportasi dalam
kondisi pingsan dilakukan dengan memberikan perlakuan pembiusan sehingga ikan pingsan
(tidak bergerak dan bereaksi) selama dalam pengaruh perlakuan pemingsanan.

A. Transportasi kondisi sadar


Untuk transportasi ikan dalam kondisi sadar ini hamp dengan memelihara ikan. Yang
membedakan adalah jika memelihara wadahnya diam, sedangkan dalam
pengangkutan/transportasi wadahnya bergerak. Beda lainnya adalah kepadatan, dimana saat
mengangkut kepadatannya jauh lebih sangat tinggi dibandingkan dengan meme Ikan
bernapas dengan insang, dan mengambil oksigen dari dalam air. Agar bisa bernapas dengan
bebas, diperlukan oksigen yang cukup. Namun keadaan oksigen dalam alat pengangkutan
berbeda dengan di kolam. Ketersediaan sangat terbatas, hanya cukup untuk beberapa jam
saja. Karena itu, salah satu prinsip dalam pengangkutan ikan adalah bagaimana menciptakan
suasana dalam alat pengangkutan agar ikan bisa bernapas dengan baik, sehingga bisa
bertahan hidup hingga di tujuan. Satu hal lagi yang harus menjadi perhatian adalah selama
pengangkutan ikan mengeluarkan kotoran.
Untuk menciptakan suasana seperti itu, maka ada tiga faktor penting yang harus
diperhatikan dalam pengangkutan ikan, yaitu kepadatan, waktu pengangkutan dan perlakuan,
sebelum dan selama pengangkutan. Bila ketiga faktor itu diperhatikan dengan baik, maka
prinsip pengakutan bisa tercipta. Pengangkutan ikan dalam kondisi sadar dapat dilakukan
dengan sistem terbuka dan sistem tertutup. Pada sistem terbuka media air di dalam wadah
dapat kontak langsung dengan udara terbuka diluar wadah sedangkan pada sistem tertutup
kontak dengan udara luar tidak terjadi karena media terdapat dalam wadah yang tertutup
rapat. Untuk memenuhi kebutuhan oksigen, ke dalam wadah dimasukan gas oksigen murni.
B. Tranportasi Sistem Basah
Transportasi sistem basah (menggunakan air sebagai media pengangkutan) terbagi menjadi
dua, yaitu :
1. Sistem Terbuka
Pada sistem ini ikan diangkut dalam wadah terbuka atau tertutup tetapi secara terus
menerus diberikan aerasi untuk mencukupi kebutuhan oksigen selama pengangkutan.
Biasanya sistem ini hanya dilakukan dalam waktu pengangkutan yang tidak lama. Berat ikan
yang aman diangkut dalam sistem ini tergantung dari efisiensi sistem aerasi, lama
pengangkutan, suhu air, ukuran, serta jenis spesies ikan.
2. Sistem Tertutup
Dengan cara ini ikan diangkut dalam wadah tertutup dengan suplai oksigen secara
terbatas yang telah diperhitungkan sesuai kebutuhan selama pengangkutan. Wadah dapat
berupa kantong plastik atau kemasan lain yang tertutup. Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2,
amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986).Faktor-faktor penting yang
mempengaruhi keberhasilan pengangkutan adalah kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2,
amoniak, kepadatan dan aktivitas ikan (Berka, 1986).
(1). Kualitas Ikan
Kualitas ikan yang ditransportasikan harus dalam keadaan sehat dan baik. Ikan yang
kualitasnya rendah memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi dalam waktu pengangkutan
yang lebih lama dibandingkan dengan ikan yang kondisinya sehat.
(2). Oksigen

2
Kemampuan ikan untuk menggunakan oksigen tergantung dari tingkat toleransi ikan terhadap
perubahan lingkungan, suhu air, pH, konsentrasi CO2 dan hasil metabolisme seperti amoniak.
Biasanya dasar yang digunakan untuk mengukur konsumsi O2 oleh ikan selama transportasi
adalah berat ikan dan suhu air. Jumlah O2 yang dikonsumsi ikan selalu tergantung pada
jumlah oksigen yang tersedia. Jika kandungan O2 meningkatikan akan mengkonsumsi O2
pada kondisi stabil dan ketika kadar O2 menurun konsumsi O2 oleh ikan lebih rendah
dibandingkan konsumsi pada kondisi kadar O2 yang tinggi.
(3). Suhu
Suhu merupakan faktor yang penting dalam transportasi ikan. Suhu optimum untuk
transportasi ikan adalah 6 – 8 0C untuk ikan yang hidup di daerah dingin dan suhu 15 – 20 0
untuk ikan di daerah tropis.
(4). Nilai pH, CO2, dan amonia
Nilai pH air merupakan faktor kontrol yang bersifat teknik akibat kandungan CO2 dan
amoniak. CO2 sebagai hasil respirasi ikan akan mengubah pH air menjadi asam selama
transportasi. Nilai pH optimum selama transportasi ikan hidup adalah 7 sampai 8. Perubahan
pH menyebabkan ikan menjadi stres, untuk menanggulanginya dapat digunakan larutan bufer
untuk menstabilkan pH air selama transportasi ikan. Amoniak merupakan anorganik nitrogen
yang berasal dari eksresi organisme perairan, permukaan, penguraian senyawa nitrogen oleh
bakteri pengurai, serta limbah industri atau rumah tangga.
(5). Kepadatan dan aktivitas ikan selama transportasi
Perbandingan antara volume ikan dan volume air selama transportasi tidak boleh lebih dari
1 : 3 . Ikan-ikan lebih besar, seperti induk ikan dapat ditrasportasi dengan perbandingan ikan
dan air sebesar 1 : 2 sampai 1 : 3 , tetapi untuk ikan-ikan kecil perbandingan ini menurun
sampai 1 : 100 atau 1 : 200. Kesegaran ikan juga dipengaruhi oleh kondisi apakah ikan dalam
keadaan meronta-ronta dan letih selama transportasi. Ketika ikan berada dalam wadah selama
transportasi, ikan-ikan selalu berusaha melakukan aktivitas. Selama aktivitas otot berjalan,
suplai darah dan oksigen tidak memenuhi, sehingga perlu disediakan oksigen yang cukup
sbagai alternatif pengganti energi yang digunakan.
C. Transportasi Sistem Kering (Semi Basah)
Pada transportasi sistem kering, media angkut yang digunakan adalah bukan
keseluruhannya air, tetapi dengan campuran media padatan tertentu sebagai pengisi. Oleh
karena ikan harus dikondisikan dalam keadaan aktivitas biologis rendah sehingga konsumsi
energi dan oksigen juga rendah. Makin rendah metabolisme ikan, terutama jika mencapai
basal, makin rendah pula aktivitas dan konsumsi oksigennya sehingga ketahanan hidup ikan
untuk diangkut diluar habitatnya makin besar. Penggunaan transportasi sistem kering
dirasakan merupakan cara yang efektif meskipun resiko mortalitasnya cukup besar. Untuk
menurunkan aktivitas biologis ikan (pemingsanan ikan) dapat dilakukan dengan
menggunakan suhu rendah, menggunakan bahan metabolik atau anestetik, dan arus listrik.
Pada kemasan tanpa air, suhu diatur sedemikian rupa sehingga kecepatan metabolisme
ikan berada dalam taraf metabolisme basal, karena pada taraf tersebut, oksigen yang
dikonsumsi ikan sangat sedikit sekedar untuk mempertahankan hidup saja. Secara anatomi,
pada saat ikan dalam keadaan tanpa air, tutup insangnya masih mangandung air sehingga
melalui lapisan inilah oksigen masih diserap.
D. Pemingsananan Ikan
Kondisi pingsan merupakan kondisi tidak sadar yang dihasilkan dari sistem saraf pusat
yang mengakibatkan turunnya kepekaan terhadap rangsangan dari luar dan rendahnya respon
gerak dari rangsangan tersebut. Pingsan atau mati rasa pada ikan berarti sistem saraf kurang
berfungsi. Pemingsanan ikan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu melalui penggunaan
suhu rendah, pembiusan menggunakan zat-zat kimia dan penyetruman menggunakan arus
listrik.
A. Pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah .
1. Metode pemingsanan dengan penggunaan suhu rendah dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu dengan penuruanan suhu secara langsung dan secara bertahap.
2. Penurunan suhu secara langsung, dimana ikan langsung dimasukan dalam air yang bersuhu 1
– 5 oC. Sehingga ikan akan pingsan.
3
3. Penurunan suhu secara bertahap, dimana suhu air sebagai media ikan diturunkan secara
bertahap sampai ikan pingsan.
B. Pemingsanan ikan dengan bahan anestasi (bahan pembius)
Bahan Pembius Dosis
MS-222 0.05 mg / l
Novacaine 50 mg / kg berat ikan
Barbitas sodium 50 mg / kg berat ikan
Ammobarbital sodium 85 mg / kg berat ikan
Methyl paraphynol (dormisol) 30 mg / l
Tertiary amyl alcohol 30 mg / l
Choral hydrate 3-3.5 g lt
Urethane 100 mg / l
Hydroksi quinaldine 1 mg / l
Thiouracil 10 mg / l
Quinaldine 0.025 mg / l
Minyak Cengkih 10 ml/l
Kuning telur bebek 6 butir/10 l
Table 2.1 Bahan yang dapat di gunakan untuk anastesi ikan

Pembiusan ikan dikatakan berhasil bila memenuhi tiga kriteria, yaitu :


1. Induksi bahan pembius dalam tubuh ikan terjadi dalam waktu tiga menit atau kurang,
sehingga ikan lebih mudah ditangani.
2. Kepulihan ikan sampai gerakan renangnya kembali normal membutuhkan waktu kurang dari
10 menit.
3. Tidak ditemukan adanya kematian ikan selama 15 menit setelah pembongkaran
Proses pembiusan ikan meliputi 3 tahap yaitu :
1. Berpindahnya bahan pembius dari lingkungan ke dalam muara pernapasan organism
2. Difusi membran dalam tubuh yang menyebabkan terjadinya penyerapan bahan pembius ke
dalam darah.
3. Sirkulasi darah dan difusi jaringan menyebarkan subtansi ke seluruh tubuh. Kecepatan
distribusi dan penyerapan oleh sel bergantung pada persediaan darah dan kandungan lemak
pada setiap jaringan sehingga bahan anestasi juga harus mudah larut dalam air dan lemak.
C. Pemingsanan Ikan dengan Arus
ListrikArus listrik yang aman digunakan untuk pemingsanan ikan adalah yang
mempunyai daya 12 volt, karena pada 12 Volt ikan mengalami keadaan pingsan lebih cepat
dan tingkat kesadaran setelah pingsan juga cepat.

Secara garis besar, transpotasi/pengangkutan ikan dibedakan menjadi 2


sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
a. Sistem terbuka
Yaitu pengangkutan ikan yang menggunakan wadah terbuka. Seperti jerigen,
drum, bak fiber, dan lainnya. Namun tetap pada kepadatan yang terukur sehingga
ikan yang diangut tetap aman, tidak rusak. Pengangkutan sistem terbuka ini lebih
cocok pada jenis ikan seperti lele, gurami ataupun patin. Karena jenis ikan ini
mampu mengambil oksigen langsung dari udara dan juga pengangkutan sistem
terbuka ini cocok juga untuk mengangkut induk ikan atau ikan yang berukuran
besar, namun bila ikan tersebut bukan ikan labirin, maka sebaiknya menggunakan
fiber atau bak besar dan ditambah dengan aerasi ataupun oksigen.
Pengangkutan sistem terbuka ini mungkin lebih cocok untuk pengangkutan
ikan jarak dekat, tetapi apabila menggunakan angkutan umum seperti bus, pesawat,
dan lainnya tidak cocok.

4
b. Sistem pengangkutan ikan tertutup
Yaitu pengangkutan ikan dengan menggunakan kantong plastik yang ditambah
oksigen. Keadaan ini memang dalam kondisi yang benar-benar tertutup atau tidak
bocor. Kalau terjadi bocor atau gembos, maka air beserta oksigen akan keluar. Dan
ini sangat membahayakan bagi ikan yang diangkut. Bahkan bisa menyebabkan
kematian. Biasanya penyebab kebocoran antara lain cara mengikat , yang salah
sehingga mudah lepas plastiknya, ataupun penyebab ain seperti terkena benda
runcing ataupun mungkin kerikil dan bebatuan. Biasanya pada saat sebelum
dipacking karena penempatan kantong plastik yang alah sehingga mudah
bocor. Jadi pastikan bahwa ikan yang di dalam plastik tidak bocor baik yang
diakibatkan oleh ikan itu sendiri, maupun benda lainnya. Sehingga keselamatan
terjamin.

5
Persiapan ikan sebelum diangkut:
Setelah ikan ditangkap, tentunya dengan cara penangkapan yang baik. Artinya
ikan tidak luka ataupun lecet, maka langkah selanjutnya yaitu ikan ditampung dalam
bak penampungan. Dan dalam bak ini, alirkan air secukupnya, sehingga oksigen
tetap mencukupi kebutuhan. Selama ikan ditampung ini, disebut dengan istilah
pemberokan.sedangkan tujuan dari hal ini yaitu untuk melaparkan ikan. Sehingga
ikan yang diangkut kondisi perut kosong, diharapkan pada saat pengangkutan nanti,
ikan tidak banyak mengeluarkan otoran. Dan apabila hal ini terjadi akan sangat
beresiko untuk ikan tersebut. Pemberokan ini dilakukan selama minimal satu hari
satu malam. Sehingga dengan hal ini ikan benar-benar siap untuk diangkut.
Cara pengangkutan ikan sistem tertutup:
Pengangkutan ikan dengan sistem ini, lebih cocok pada ukuran benih. Plastik
yang digunakan bisa menggunakan plastik ukuran 5 kg, 10 kg. Tingkat ketebalan
0,002-0,005 mm. Tergantung pada jenis dan ukuran ikan yang diangkut. Plastik
didobel agar tidak mudah lepas klem plastiknya, bila perlu rangkap 3. Setelah itu
lakukan pengisian air dengan menggunakan air bersih kira-kira tiap kantong 5-10
liter air. Dimana nantinya setengah bagian kantong plastik berisi ikan dan air, dan
setengah bagian yang lain berisi oksigen.
Tingkat kepadatan ikan dalam kantong plastik sangat dipengaruhi oleh ukuran,
jenis ikan maupun jarak tempuhnya. Juga besar kecilnya plastik.
contoh pengangkutan ikan menggunakan plastik ukuran 10 kg dengan ketebalan
0,005 mm
No Jarak tempuh Jumlah ikan Ukuran ikan
1 2-3 jam perjalanan 2 kg (500 ekor) 5-7 cm
2 -+ 5 jam 1,5 kg (300 ekor) 5-7 cm
3 <= 10 Jam 0,75 kg (200-250 ekor) 5-7 cm
4 >12 jam 1,5 kg (200 ekor ) 5-7 cm
6
Setelah kantong plastik diisi air,maka masukkan ikan ke dalam plastik sesuai
kepadatan dn jarak tempuh ikan sampai ke lokasi. Langkah selanjutnya keluarkan
udara yang ada di dalanm kantong plastik dengan cara pegang plastik lalu tekan
sampai permukaan air seghingga udara keluar dari plastik semuanya. Lakukan
pengisian O2 ke dalam plastik dengan cara emutar tabung oksigen sesuai dengan
kebutuhan. Setelah itu, putar platik tersebut agar oksigen tidak lepas. Dan ikan
dengan karet gelang yang kuat sehingga tidak mudah lepas dan gembos. Untuk
pegangkutan jarak dekat, di bawah 2 jam misalnya, masukkan kantong plastik
bersama ikan tersebut ke dalam bagor/zak plastik dan ikan dengan rafia. Untuk
pengangkutan dengan menggunakan angkutan umum akan lebih aman kalau
kantong plastik tersebut dimasukkan ke dalam stereoform, sehingga plastik tidak
mudah bocor.

Pengiriman benih antarpulau bukan lagi kendala. Beragam sistem


transportasi bisa dijadikan pilihan. Salah satunya sistem basah-
tertutup.

TransportasiBenihLarasati

7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pengangkutan ikan dalam keadaan hidup merupakan salah satu mata
rantai dalam usaha perikanan. Harga jual ikan, selain ditentukan oleh ukuran, juga ditentukan
oleh kesegarannya. Oleh karena itu, kegagalan dalam pengangkutan ikan merupakan suatu
kerugian. Pada prinsipnya, pengangkutan ikan hidup bertujuan untuk mempertahankan
kehidupan ikan selama dalam pengangkutan sampai ke tempat tujuan. Pengangkutan dalam
jarak dekat tidak membutuhkan perlakuan yang khusus. Akan tetapi pengangkutan dalam
jarak jauh dan dalam waktu lama diperlukan perlakuan-perlakuan khusus untuk
mempertahankan kelangsungan hidup ikan.
Pada dasarnya, ada dua metode transportasi ikan hidup, yaitu dengan menggunakan air
sebagai media atau sistem basah, dan media tanpa air atau sistem kering.

3.2 SARAN
Agar ikan tetap terjaga kualitasnya selama pengangkutan maka saran saya selama
pengangkutan kita harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi turunnya
kualitas ikan seperti kualitas ikan, oksigen, suhu, pH, CO2, amoniak, kepadatan dan aktivitas
ikan.

8
DAFTAR PUSTAKA

Junianto. 2003. TeknikPenanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.


KamilFR. 2012. Daya Hantar Listrik. http://www.scribd.com/doc/49028214/ Daya-Hantar-Listrik.
[9Januari 2012].
Achmadi D. 2005. Pembiusan Ikan Nila (Oreochromis niloticus) dengan Tegangan Listrik untuk
Transportasi sistem kering [skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan.Institut Pertanian Bogor.
Ahdiyah UL. 2011. Penggunaan Jerami dan Serbuk Gergaji Sebagai Media
Pengisi Pada Penyimpanan Udang Galah (Macrobrachium rosenbergii) Tanpa Media Air
[skripsi]. Bogor: Departemen Teknologi Hasil Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Albani RI, Saleh R dan Diamahesa WA. 2008. Teknik Anestesi ikan menggunakan Arus Listrik
[artikelilmiah]. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

9
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata Pelajaran
Mengestimasi yang berjudul “ Prinsip-Prinsip Pengangkutan/Transportasi ”.
Melalui tugas ini kita diharapkan dapat memahami tentang Makalah ini. Makalah
yang kami buat ini tentunya masih banyak kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan
saran dan masukan yang bersifat konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kami.

Labuhanhaji, 31 Januari 2018

Penulis

i
10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. i


DAFTAR ISI …………………………………………………………………. ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………............….... 2

A. Transportasi kondisi sadar………........……............................................ 2


B. Transportasi sistem basah….............................…………………...... 2
C. Transportasi sistem kering.............................................................. ....... 3
D. Pemingsanan ikan...................................................................................... 3

BAB III PENUTUP ............................................................................................. 8

A. Kesimpulan................................................................................................. 8
B. Saran .......................................................................................................... 8

Daftar Pustaka........................................................................................................ 9

ii

11

Anda mungkin juga menyukai