Anda di halaman 1dari 12

SEKSUALITAS IKAN GUPPY ( Poecilia Reticula sp.

)
PENGARUH LUAS WADAH DAN KUALITAS AIR PROSES PEMIJAHAN
IKAN GUPPY ( Poecilia Reticula sp. )

Nama Kelompok : 1. Khairu Ummah (1904110363)


2. M. Anugrah Tri Dermawan (1904124253)
3. Hasby Assiddiqi (1904110197)
4. Rahmad Akbar (1904125017)
5. Zulfa Herfiko (1904110089)
6. Fadila Ayuningtyas Putri (1904124999)
7. Santa Maria Romauli (1904125099)
8. Desty Sahroni Siregar (1904111969)
9. Devy P Lumban Gaol (1904124587)
10. Juniarty Manurung (1904113861)
11. Shintia Folni Lerian (1904113845)
12. Putri Miftahul Zana (1904110069)

Dosen Pengampu :
Jurusan : BDP- B

JURUSAN BUDIDAYA PERAIRAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN

UNIVERSITAS RIAU

PEKANBARU

2020
KATA PENGANTAR

Pertama dan utama sekali puji syukur kami haturkan kehadirat Allah SWT

yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk menyelesaikan tugas tentang

Sekseualitas pada Ikan Guppy ini selesai tepat pada waktunya.

Adapun karya ilmiah ini dibuat untuk menyelesaikan tugas karya ilmiah

biologi perairan dan diharapkan agar dapat menambah pengetahuan bagi pembaca

mengenai Mata Kuliah Biologi Perairan.

Penyusun mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung. Penyusun menyadari bahwa

dalam pembuatan karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu,

penyusun mengharapkan kritik dan saran yang membangun serta penyempurnaan

laporan ini untuk masa yang akan datang.

Pekanbaru, 10 Oktober 2020

Pemulis
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Biologi perairan merupakan ilmu yang mempelajari tentang kehidupdan di


laut ( makhluk hidup beserta interaksinya di lingkungan). Ada banyak alasan untuk
mempelajari biologi perairan. Perairan menyediakan sumber makanan, obat, bahan
dasar, rekrasi, dan pariwisata. Biologi perairan mencakup skala yang sangat luas, dari
mikro seperti plankton dan fitoplankton sampai hewan yang besar sampai paus,
Walaupun laut menutupi 71 % permukaan planet bumi, karena kedalamannya laut
meliputi 300 kali volume yang ditinggali manusia.

Ikan merupakan hewan yang banyak bersinggungan dalam kehidupan


manusia di bumi. Kehidupannya di dalam air nyaris tidak terlihat. Di laut hanya
terlihat gelombang dan ombak, padahal kekayaan laut ikan hampir terhampar sampai
kedalam ribuan meter di permukaan laut.Belum lagi ikan yang di sungai dan rawa
yang mempunyai peranan penting bagi kehidupan. Baik ikan yang berada di air laut
payau, dan asin sama- sama memiliki keterkaitan yang sangat relevan (Buku
Ikhtiologi Raharjo,et al.,2011).

Ikan Guppy (Poecilia reticulata Peters) saat ini sangat populer sebagai ikan
hias. Ikan Guppy yang juga banyak dikenal sebagai Million fish atau Rainbow Fish,
adalah ikan yang cukup banyak didistribusikan ke berbagai negara khususnya daerah
tropis. Ikan Guppy berasal dari daerah kepulauan Karibia dan Amerika Selatan, dan
dapat digunakan sebagai pengendali nyamuk, sehingga tersebar dan dibawa oleh para
pelaut. Ikan Guppy sendiri pertama kali diteliti oleh Wilhelm C.H. Peters pada tahun
1959 di daerah Venezuela dan diberi nama dengan nama Poecilia reticulata akan
tetapi nama yang paling populer adalah Guppy. Nama Guppy merupakan hasil
penghargaan terhadap Robert John Lechmere Guppy melalui Albert C.L.G. Gunther
pada tahun 1866 dengan nama Girardinus guppii (sinonim) yang diteliti di kepulauan
Trinidad (Nixon dan Sitanggang 2004).

Jenis ikan jantan dan ikan betina dapat dibedakan melalui penampakan
morfologi luar, yaitu jantan memiliki ukuran yang lebih kecil dari betina, warna
jantan memiliki variasi warna yang lebih menarik, sedangkan betina memiliki warna
yang hampir selalu sama dan tidak menarik. Pada ikan Guppy liar yang umum
dijumpai, adalah memakan segalanya termasuk jenis alga bentik dan serangga air,
sehingga ikan Guppy sering dijadikan sebagai sampel organisme bidang ekologi dan
studi prilaku (Zipcodezoo 2015).
Ikan Guppy mudah berkembang biak dengan perkawinan pada umur 3 bulan
dan dengan cara pembuahan internal atau beranak, seekor ikan Guppy dapat
menghasilkan anakan mencapai ratusan ekor anakan selama hidupnya (Susanto
1990). Menurut de Assis Montag et al. (2011) golongan ikan Guppy mampu bertahan
di lingkungan yang tidak menguntungkan, dan tidak memerlukan lokasi khusus untuk
berkembangbiak.

Sistem budidaya intensif merupakan kegiatan pemeliharaan ikan dengan


menerapkan manajemen budidaya sesuai dengan standar prosedur, produksi
ikandengan kepadatan tinggi, pemberian pakan berkualitas atau berprotein tinggi
sertamanajemen kualitas air yang baik (Ebeling, 2006).Peningkatan jumlah pakan
tinggi protein pada budidaya intensif dapat menyebabkan penurunan kualitas perairan
budidaya. Kendala yang sering dihadapi dalam usaha budidaya ikan guppy biasanya
terjadi pada masa pendederan dan pembesaran yang mengharuskan penerapan system
resirkulasi yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas air saat budidaya terlebih lagi
pada ikan guppy jenis albino.

Peningkatan produksi ikan guppy secara massal, baik secara kuantitas maupun
kualitas, akan menjadikan suatu terobosan untuk membudidayakan ikan inidengan
padat tebar yang tinggi. Sehingga hal ini dapat dijadikan sebagai komoditas baru
terhadap ikan lain yang biasa dipasarkan.

1.2 Rumusan Masalah

Pada makalah ini terdapat beberapa rumusan masalah yang akan di bahas oleh
penulis. Rumusan masalah yang akan dibahas yaitu:

a. bagaimana ciri seksualitas primer dan skunder pada guppy?

b. bagaimana cara ikan guppy bereproduksi ?

c. bagaimana cara memahani seksualitas yang terjadi pada ikan guppy

d. bagaimana cara membedakan guppy jantan dan betina pada pemilihan


indukan?
1.3 Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan pembuatan karya ilmiah ini adalah untuk menambah


wawasan kita terhadap proses pemijahan ikan guppy yang baik dan benar sesuai
dengan kondisi wadah dan kualitas air sehingga kualitas yang dihasilkan akan sangat
baik dan memiliki nilai ekonomisyang tinggi. Selain itu, karya ilmiah ini juga dapar
menjadi reference bacaan bagi mahasiswa kedepannya untuk lebih mengetahui
tentang tekhnik pemijahan ikan guppy. Serta pembaca mengetahui ciri seksualitas
primer dan skunder pada guppy, memahami cara ikan guppy bereproduksi,
mengetahui cara seksualitas yang terjadi pada ikan guppy, Dan mengetahui cara
membedakan guppy jantan dan betina pada pemilihan indukan.
BAB II

ISI

2.1 Ciri Seksualitas Primer dan Skunder pada Guppy

1. Sifat Seksualitas Primer

Sifat seksual primer pada ikan ditandai dengan adanya organ yang secara
langsung berhubungan dengan proses reproduksi, yaitu ovarium dan pembuluhnya
pada ikan betina, dan testis dengan pembuluhnya pada ikan jantan.

2. Sifat Seksualitas Sekunder

Sifat seksual sekunder ialah tanda tanda luar yang di pakai untuk
membedakan ikan jantan dan ikan betina. Satu spesies ikan yang mempunyai sifat
morfologi yang dapat dipakai untuk membedakan jantan dan betina dengan jelas,
maka spesies itu bersifat seksual dimorfisme.

Ciri atau sifat seksual sekunder dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

a. Sifat seksual sekunder yang bersifat sementara


Hanya muncul pada waktu musim pemijahan saja.
b. Sifat seksual sekunder yang besifat tetap
Tandanya tetap ada sebelum, selama, dan sesudah musim pemijahan.

Pengamatan jenis kelamin ikan guppy sudah bisa dilakukan saat anakan ikan
guppy berumur 2 bulan, pada umur ini ikan guppy telah memiliki kenampakan ciri
seksual primer dan sekunder yang sudah dapat dibedakan dengan jelas antara jantan
dan betina. (Agustriyono ibrahim,Syamsuddin dan juliana : 2017). Warna tubuh juga
mengindikasi jenis kelamin ikan, umumnya ikan jantan memiliki warna lebih cerah
dibandingkan dengan ikan betina. Ikan guppy jantan memiliki ukuran tubuh yang
lebih kecil dari pada ikan guppy betina, ikan guppy jantan memiliki ekor lebih lebar
dan warna ekor yang lebih cemerlang dibandingkan betina. (Yosa Kalam
Panjaitan,Sucahyo dan Ferdy:2015).
2.2 Cara Ikan Guppy Reproduksi

Reproduksi pada makhluk hidup merupakan suatu proses alam dalam usaha
mempertahankan keturunan dan keberadaan jenisnya di alam. Ikan melakukan
reproduksi secara eksternal, yang mana ikan jantan dan betina akan saling mendekat
satu sama lain kemudian si betina akan mengeluarkan telur. Selanjutnya si jantan
akan mengeluarkan spermanya, lalu sperma dan telur bercampur di dalam air. Cara
reproduksi ini di kenal sebagai oviparus, yaitu telur dibuahi dan berkembang diluar
tubuh ikan. Ikan betina yang siap kawin mempunyai tingkah laku yang berbeda
dengan ikan jantan ataupun ikan betina yang belum dewasa. Sebagai contoh adalah
tingkah laku menggerak-gerakan sirip yang dapat menunjukkan selera ikan tersebut.
Ikan jantan biasanya mendominasi ikan betina dengan cara mengejar, atau
mendekati,serta melindungi.

Adapun bentuk-bentuk tingkah laku reproduksi yang dilakukan spesies ikan melalui 3
proses yaitu :

1. sebelum mijah yang aktivitasnya ikan tersebut adalah membuat sarang,


melakukan ruaya, bergerak beriringan, induk ikan jantan merayu induk ikan
betina, dan induk jantan memamerkan keindahan tubuhnya.
2. Pada waktu mijah, tubuh induk ikan jantan membelit tubuh ikan betina dan
berenang dan melompat sambil melepaskan gametnya secara bersamaan.
3. Pasca pemijahan dimana ikan betina mengeluarkan telur maupun anak secara
bertahap, menyimpan telur yang telah dibuahi, menunggu dan menjaga
sarang, merawat dan membawa telur yang telah dibuahi maupun anaknya dan
menggiring anaknya.

2.3 Cara Memahani Seksualitas yang Terjadi pada Ikan Guppy

Secara morfologis ikan Guppy jantan lebih diminati karena memiliki corak
warna yang lebih indah, menarik, dan tubuh lebih ramping dibandingkan dengan ikan
Guppy betina.Sehingga budidaya ikan Guppy jantan lebih menguntungkan daripada
ikan Guppy betina.Penggunaan hormone steroid sintetik (metyl testosterone) dalam
kegaitan produksi benih ikan secara monosex jantan perlu dihindari karena sudah ada
larangan dari pemerintah, sehingga perlu pengkajian sumber-sumber hormone
testosterone alami untuk pembenihan secara monosex.Salah satu sumber hormone
testosterone alami adalah testis sapi. Penggunaan testis sapi pada maskulinisasi ikan
guppy diharapkan mampu meningkatkan prosentase anakan jantan.Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak testis sapi terhadap nisbah kelamin
anakan ikan guppy melalui metode perendaman induk bunting.Penelitian ini telah
dilaksanakan di Laboratorium Universitas Airlangga PDD Banyuwangipada bulan
juni-Nopember 2016. Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak
lengkap (RAL) dengan lima taraf perlakuan dengan empat kali ulangan. Perlakuan
dengan berbagai dosis perendaman ekstrak testis sapi dengan lama perendaman 24
jam. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah rata-rata jumlah anakan yang
dihasilkan setiap induk, presentase jumlah anakan jantan, kelangsungan hidup
anakan, dan perkembangan gonad ikan perlakuan.Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata jumlah anakan tertinggi pada perlakuan P3, presentase jumlah anakan
jantan tertinggi pada P+ dan kelangsungan hidup semua perlakuan tertinggi (100%).

Metode yang biasa digunakan adalah dengan cara perendaman,


penyuntikan atau melalui pakan. Hormon yang umum digunakan adalah
hormone sintetik seperti 17α-metiltestosteron, 17α-metil dihydro testosterone
(MDHT) dan trembolon acetate. Namun seiring dengan perkembangannya,
penggunaan hormone sintetik dikhawatirkan memberikan dampak negatif terhadap
keamanan pangan dan kelestarian lingkungan (Bartet, et al, 2003). Salah satu
bahan alami yang dapat digunakan untuk proses maskulinisasi adalah testis sapi,
karena testis sapi mengandung hormon testosteron yang dapat digunakan dalam
proses maskulinisasi (Adamu, et al, 2006).

2.4 Cara Membedakan Guppy Jantan dan Betina pada Pemilihan Indukan

Ukuran ikan Guppy sangat kecil, bahkan ukurannya tidak lebih besar daripada
jari kelingking. betina dewasa sekitar 4–6 cm, sedangkan jantannya lebih kecil sekitar
2 – 3 cm. Sama halnya dengan ikan lainnya, ikan guppy betina lebih besar daripada
ikan jantan dan ikan jantan lebih menarik daripada ikan betina. Hal ini berguna bagi
ikan jantan untuk menarik perhatian ikan betina pada musim kawin.

Tahap pertama dalam proses pemilihan indukan adalah memisahkan antara


ikan betina dan jantan. Indukan betina dan jantan bisa dilihat perbedaannya dari
bentuk tubuh. Berikut ini adalah ciri-ciri indukan jantan:
a. Umur ikan guppy jantan untuk dapat melakukan pemijahan setidaknya 4-8
bulan
b. Tubuh ikan guppy jantan langsing
c. Gerakan ikan guppy jantan tampak lebih lincah
d. Kepala ikan guppy jantan tampak besar
e. Sisik ikan guppy jantan berwarna terang dan kontras
f. Terdapat gonopodium atau benjolan di sisi belakang sirip perutnya
g. Sirip punggungnya panjang
h. Ekornya lebar
i. Siripnya berbentuk rumbai-rumbai

Ikan guppy jantan populer karena warna badannya yang begitu mempesona. Tak
heran jika para pejantan ikan guppy sering didaftarkan sebagai peserta ajang
kompetisi ikan hias, hingga berhasil menang. Sedangkan ciri-ciri ikan guppy betina
bisa antara lain:
1. Umur ikan guppy betina untuk dapat melakukan pemijahan setidaknya 3-4
bulan
2. Tubuhnya gemuk dan sedikit bulat
3. Terdapat sirip halus dan indah di sisi belakang sirip perutnya
4. Warna sisiknya agak kusam
5. Kepalanya runcing dan kecil
6. Ekornya kecil
7. Pola sisiknya berbentuk jala dan berwarna coklat dan putih
Ikan yang termasuk ke dalam kualitas unggul yaitu berumur lebih dari 4 bulan,
tidak cacat, dan sehat. Faktor genetis selanjutnya yang dapat menghasilkan ikan
bermutu adalah yang lincah bergerak di akuarium.
Selain faktor di atas, kamu juga bisa memilih indukan yang memiliki warna
terang pada siripnya. Untuk menghasilkan keturunan ikan guppy yang bermutu dan
indah, kamu bisa menyilangkan induk-induknya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulam

3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA

Adamu, S. MY Fatihu, NM Useh, NGD Ibrahim, M Mamman, VI Sekoni dan


KAN Kesievo. 2006. Testicular Pathologic Changes in Relation to Serum
Concentrations of Testosteron in Trypanosoma pivax Infected White Fulani
Bull. Journal of Animal and.

De Assis MontagLF, da Silva FreitasTM, de Oliveira Raiol RD,da Silva MV.2011.


Length-weight relationship and reproduction of the Guppy Poecilia
reticulata(Cyprinodontiformes: Poeciliidae) in urban drainage channels in
the Brazilian city of Belém.Biota Neotrop 11(3): 93-97.

Ebeling, J.M, M.B. Timmons, and J.J. Bisogni. 2006. Engineering


Analysis of the Stoichiometry of Photoautotrophic, Autotrophic, and
Heterotrophic Removal of Ammonia Nitrogen in Aquaculture
Systems. Aquaculture. 257: 346-358.

Ibrahim, Agustriyono. Syamsuddin dan Juliana.2017. Penggunaan Dosis Madu


Berbeda melalui Perendaman Induk Guppy terhadap Jantanisasi Anakan Ikan
Guppy (Poecilia reticulata). Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. Vol.5,
No.4 (ISSN : 2303 – 2200).

Iqbal, Mukhammad. 2020. “Budidaya Ikan Guppy”.


(https://taldebrooklyn.com/budidaya-ikan-guppy/ diakses tanggal 10 Oktober
2020 pukul 10.15 WIB).

Nixon,SitanggangM. 2004. Mengenal Lebih Dekat Guppy: Ikan Mungil Berekor Indah.
Agromedia Pustaka,Jakarta.

Panjaitan, Yosa Kalam. Sucahyo dan Ferdy.2015. Struktur Populasi Ikan Guppy
(Poecilia Reticulata Peters) di Sungai Gajah Putih, Surakarta, Jawa Barat.
Jurnal Bonorowo Wetlands. Vol.6, No.2 (Hal : 103 – 109).

Rahardjo, M. F., dkk. 2011. Ikhtiologi. CV Lubuk Agung, Bandung.

Raswin.2017. Seksualitas dan Tingkah Laku Reproduksi Ikan Guppy Jerman


(Poecilia reticulata).
(http://reproduksiikanguppyjerman.blogspot.com/2017/07/seksualitas-dan-
tingkah-laku-reproduksi.html?m=1).
Situmeang, Andika Putra.2017. Biologi Perikanan Seksualitas Ikan.
(http://desasorkam.blogspot.com/2017/06/biologi-perikanan-seksualitas-
ikan.html?m+1) .
SusantoH. 1990. Budidaya Ikan Guppy. Kanisius,Yogyakarta.

Zipcodezoo. 2015. Poecilia reticulata


(http://zipcodezoo.com/index.php/Poecilia_reticulata). diakses November
2015.

Anda mungkin juga menyukai