Anda di halaman 1dari 21

Asisten: Mutiara Syaieba

Rabu, 08.00-10.00 WIB


Kelompok: 4

LAPORAN PRAKTIKUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN

SIKLUS HIDUP PARASIT DIGENEA

OLEH:
HAYCEL ANDREA PRATAMA
1804111815
BUDIDAYA PERAIRAN

LABORATORIUM PARASIT DAN PENYAKIT IKAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
i

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang sangat dalam penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena

limpahan rahmat-Nya Laporan Praktikum Parasit dan Penyakit Ikan ini dengan judul

“Siklus Hidup Parasit Digenea” dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

para dosen dan para asisten pembimbing yang telah banyak membantu penulis dalam

memberikan arahan-arahan, saran, serta petunjuk selama praktikum dilaksanakan dan

selama penyusunan laporan ini.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk kesempurnaan laporan ini.

Namun, sebagai manusia biasa, penulis juga memiliki kekhilafan dan kemampuan

yang terbatas. Oleh karena itu, dengan segala keindahan hati, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga menjadi masukan

untuk perbaikan pada laporan yang akan datang.

Pekanbaru, Maret 2020

Penulis
ii

DAFTAR ISI

Isi Halaman

KATA PENGANTAR................................................................................ i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................. iii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. iv

BAB I . PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang............................................................................... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat Praktikum..................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III. METODE PRAKTIKUM


3.1. Waktu dan Tempat........................................................................ 7
3.2. Alat dan Bahan.............................................................................. 7
3.3. Metode Praktikum......................................................................... 7
3.4. Prosedur Praktikum....................................................................... 7

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


4.1 Hasil............................................................................................... 9
4.2 Pembahasan................................................................................... 10

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan................................................................................... 12
5.2. Saran.............................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pomacea canaliculata………………......................................................... 9

2. Fasciola hepatica……………………………………………………………… 9

3. Trichinella spiralis…………………………………………………………….. 10

4. Acanthostomum sp……………………………………………………... 10
iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Alat dan Bahan......................................................................................... 15

2. Dokumentasi............................................................................................ 16
1

I. PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Dalam melakukan usaha budidaya ikan, para pembudidaya melakukannya ada

yang secara intensif dan semi intensif . Namun, Semakin intensif sistem budidaya

yang diterapkan tanpa disadari telah banyak menimbulkan masalah. Salah satu

masalahnya adalah masalah penyakit ikan. Penyakit pada ikan didefinisikan sebagai

kondisi patologi dengan tanda tanda klinis pada tubuh ikan dan prilakunya sebagai

indikasi kelainan baik histoogi maupun fisiologi.

Penyakit merupakan permasalahan yang sangat serius dalam kegiatan

budidaya ikan, karena hal ini dapat mengakibatkan penurunan mutu ikan dan juga

kematian ikan. Namun kematian yang ditimbulkan oleh penyakit ikan sangat

tergantung pada jenis penyakit, kondisi ikan dan kondisi lingkungan. Menurut

penyebabnya, penyakit ikan dibedakan atas penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit

infeksi adalah penyakit yang menular yang disebabkan oleh jasad parasit, bakteri,

jamur dan virus sedangkan penyakit non infeksi adalah penyakit yang tidak menular

disebabkan oleh mal nutrisi, avitaminosis, penyakit karna factor lingkungan, logam

berat karena pencemaran. Penyakit yang sangat berbahaya dan ditakutkan oleh

kalangan pembudidaya yaitu penyakit infeksi karena akan sangat cepat

menyerang/menginfeksi ikan dalam suatu populasi sehingga akan menurunkan

produksi.

Parasit adalah organisme yang hidup pada organisme lain yang mengambil

makanan dari tubuh organisme tersebut, sehingga organisme yang tempatnya makan
2

(inang) akan mengalami kerugian. Parasit yang dapat menyerang organisme budidaya

adalah dari jenis virus, bakteri, jamur, protozoa, golongan cacing dan udang renik.

Serangan parasit biasanya terjadi pada kolam yang kualitas airnya buruk atau kolam

yang tidak terawat.

Parasit dapat dibedakan menjadi dua yaitu ektoparasit dan endoparasit.

Ektoparasit adalah parasit yang hidup pada organ bagian luar organisme yang

ditumpanginya. Organ luar yang sering terinfeksi adalah sirip, insang dan kulit.

Insang yang terinfeksi biasanya berwama pucat dan produksi lendimya berlebihan.

Sedangkan endoparasit yaitu parasit yang hidup pada organ dalam tubuh ikan seperti

hati, limpha, otak, dan dalam sistem pencemaan, sirkulasi darah, pernafasan, dalam

rongga perut, otot, daging dan jaringan tubuh lain (Purbomartono et al., 2010).

Parasit digenea adalah endoparasit yang fase dewasanya pada vertebrata

termauk ikan. Pada ikan dapat ditemukan pada saluran pencernaan ikan seperti

lambung dan usus ikan. Parasite ini memiliki siklus hdup tidak langsung, yaitu

memiliki beberapa inang perantara dalam siklus hidupnya, salah satu inang

perantaranya adalah keong mas atau siput.

Siput merupakan perantara (hospes) dari cacing trematoda yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada tubuh siput tersebut

berkembangcerkaria yang pada waktu tertentu keluar mencari hospes untuk

bertumbuh lebih lanjut. Apabila mendapatkan hospes maka mirasidium tersebut akan

masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan menembus kulit, selanjutnya akan

masuk dalam pembuluh darah dan bertumbuh menjadi cacing dewasa (Hafsah, 2013).
3

Pomacea sp. adalah keong air tawar yang morfologinya cukup menarik. Keong ini

berbentuk bulat mengerucut dan berwarna kuning keemasan sehingga dikenal dengan

nama keong mas. Berdasarkan dagingnya, terdapat dua macam keong mas yakni yang

berdaging kuning dan berdaging hitam.Lingkaran (ubin) cangkang terdiri dari lima

sampai enam buah dipisahkan dengan kedalaman yang disebut suture, bukaan

cangkang (aperture) berbentuk panjang dan hampir bulat (Riani, 2011).

I.2. Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari praktikum ini adalah mahasiswa mampu mempraktekkan salah satu

fase dalam siklus hidup parasit digenea serta melihat dan mengidentifikasi parasit

yang terdapat pada keong mas.

Sedangkan manfaat dari praktikum ini adalah mengetahui jenis-jenis parasit

yang terdapat pada keong menggunakan mikroskop.


4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Keong mas atau yang biasa disebut siput memiliki klasifikasi sebagai berikut :

Kingdom  : Animalia, Filum : Moluska, Kelas : Gastropoda, Ordo : Mesogastropoda,

Famili : Ampullariida, Genus : Pomacea, Spesies : Pomacea canaliculata (Saanin,

1984).

Keong mas (Pomacea canaliculata) tergolong dalam famili Ampullaridae dan

ordo Mesogastropoda. Cangkang keong mas berwarna kuning. Lingkaran (ubin)

cangkang terdiri dari lima sampai enam buah dipisahkan dengan kedalaman yang

disebut suture, bukaan cangkang (aperture) berbentuk panjang dan hampir bulat.

Keong mas jantan memiliki aperture lebih bulat dari betina. Ukuran cangkang

bervariasi dengan lebar 4-6 cm dan tinggi 4,5-7,5 cm. Operculum (tutup cangkang)

umumnya tebal dan strukturnya berpusat di pusat cangkang. Oper-culum dapat ditarik

masuk ke dalam aperture. Pada bagian kepala keong mas terdapat sepasang tentakel

panjang berpangkal di atas kepala (Rusdy, 2010).

Cangkang berbentuk bulat mengerut, berwarna kuning keemasan, berdiameter

1,2-1,9 cm, tinggi 2,2-3,6 cm, dan berat 4,2-15,8 g. keong mas berkembang biak

secara ovipar dan menghasilkan telur. Seekor keong mas betina mampu bertelur 500

butir dalam seminggu dengan masa perkembang biakkan selama 3-4 tahun. Keong

mas betelur pada pagi dan sore hari, telur akan menetas dalam waktu 7-14 hari dan

hari ke-60 keong telah menjadi dewasa dan dapat berkembang biak (Anita, 2011).
5

Keong Mas (Pomacea canaliculata) dapat bermanfaat untuk meningkatkan

kecerdasan, meningkatkan libido, dan obat liver. Keong mas mengandung asam

omega 3, 6 dan 9. Hasil uji proksimat, kandungan protein pada keong mas 57,76 %.

Kandungan protein yang tinggi dapat digunakan sebagai pakan belut karena belut

merupakan hewan karnivora sehingga membutuhkan pakan dengan kadar protein

yang tinggi. Selain banyak mengandung protein, hewan dari keluarga moluska ini

juga kaya akan kalsium. Penggunaan keong mas untuk pakan itik terbukti mampu

menaikkan hasil telur hingga 80 %. Pemberian pakan sekitar 4,5 % tepung keong mas

pada sapi potong juga memberikan hasil pertumbuhan yang baik dan tingkat

keuntungan paling tinggi dibandingkan pemberian pakan lain. Sebagai pakan ikan,

penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas sebanyak 25 hingga

75 % memberikan pengaruh cukup baik terhadap laju pertumbuhan harian individu,

efisiensi pakan, retensi protein, dan retensi lemak (Saraswati, 2011).

Menurut Hendarsih dan Kurniawati (2009) Organisme ini berpotensi sebagai

hama utama karena sawah merupakan habitat yang cocok bagi perkembangannya,

sehingga keong mas dapat berkembang biak sangat cepat dan mampu merusak

tanaman padi dalam waktu yang cepat . Keong mas dapat bertahan hidup antara 2

sampai 6 bulan dengan fertilitas yang tinggi.

2.2. Parasit digenea

Parasit digenea adalah endoparasit yang fase dewasanya pada vertebrata

termauk ikan. Pada ikan dapat ditemukan pada saluran pencernaan ikan seperti

lambung dan usus ikan. Parasite ini memiliki siklus hdup tidak langsung, yaitu

memiliki beberapa inang perantara dalam siklus hidupnya.


6

Digenea adalah trematoda endoparasit yang fase dewasanya ditemukan pada

vertebrata termasuk ikan. memiliki siklus hidup kompleks yang melibatkan satu atau

lebih inang perantara(siput, burung). Biasanya di temukan di dalam tubuh pada

saluran pencernaan/usus, darah, arteri, osheopagus, kantong empedu. Digenea

umumnya berbentuk pipih seperti daun dengan struktur mirip turbelaria free living

dan bersifat hermaprodit. Tubuh lunak dan terdiri 2 sucker, faring, kaekum

intestinalis, sistem reproduksi. Bentuk dasar tubuh digenea dewasa bermacam-

macam. ( Lukistyowati, 2017 ).

Trematoda digenia bersifat hermaprodit dan cacing ini dilengkapi dengan alat

penghisap. Istilah digenea digunakan karena siklus hidupnya kompleks dan biasanya

melibatkan inang perantara (siput, burung) sebagai pembawa penyakit. Ikan sebagai

inang akhir daric acing digenea ini. Biasanya ditemukan dalam tubuh debagai

endoparasit. Saluran pencernaan yaitu usus, darah, ateri, oesophagus, kantong

empedu (Aryani dkk, 2017).

Siklus hdup digenea yaitu tinja yang mengandung trematoda dan telur-

telurnya dimakan siput, telur-telur cacing berkembang menjadi mirasidium (bentuk

larva bersilia) didalam usus siput, masuk ke dalam hati siput berkembang menjadi

spororsista. Sel-sel germinal yang melapisi dinding bagian dalam sporista

berkembang menjadi redia, redia yang keluar masuk dari lubang peranakan

dibebaskan dengan pecahnya sporosista menjadi serkaria. Serkaria mempunyai

struktur berupa ekor meninggalkan siput dan masuk ke ikan. Ikan sebagai inang

terakhir, berkembang menjadi metaserkaria, cacing dewasa (Aryani dkk, 2016).


7

III. METODE PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Ilmu Penyakit Ikan yang berjudul ”Siklus Hidup Parasit Digenea

Pada Keong Mas (Pomacea canaliculata)” ini dilakukan pada hari Jumat, tanggal 13

maret 2020. Pengamatan ini dilaksanakan di Laboratorium Parasit dan Penyakit Ikan,

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru.

3.2 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan sebagai objek praktikum yaitu Keong Mas (Pomacea

canaliculata) serta aquades. Sedangkan alat yang digunakan saat melakukan

praktikum yaitu mikroskop, pipet tetes, alat pencahayaan, cawan petri, object glass,

cover glass, nampan, dan alat tulis.

3.3 Metode Praktikum

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah metode pengamatan

secara langsung terhadap objek praktikum yang diteliti berdasarkan data-data yang

ada, serta tetap berpedoman pada buku panduan praktikum dan buku lain yang

mendukung mata kuliah Ilmu Penyakit Ikan serta didukung beberapa literatur

tertentu, yang berkaitan dengan objek yang diamati tersebut.

3.4 Prosedur Praktikum

Pertama-tama keong-keong mas yang sudah didapatkan dari perairan umum,

diambil dan pindahkan beberapa keong pada cawan petri kecil, lalu air dituangkan

sehinga menutupi smua permukaan. Cawan petri ditutup tanpa ada gelembung. Jika

terbentuk gelembung udara, ulangi kembali mengisi cawan petri tersebut dengan
8

aquades. Sinari cawan petri yang berisi keong tersebut dengan sinar/cahaya lampu

yang kuat. Amati cercaria yang dikeluarkan siput. Larva dipindahkan pada slide glass

dan tutup dengan cover glass. Amati di bawah mikroskop. Kemudian identifikasi

parasit yang dijumpai dengan menggunakan buku pedoman. Digenea yang ditemukan

langsung digambar kebuku gambar.


9

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Berdasarkan hasil pratikum yang berjudul “Siklus Hidup Parasit Digenea

Pada Keong Mas (Pomacea canaliculata)”, diperoleh hasil pengamatan sebagai

berikut

4.1.1. Keong Mas (Pomacea canaliculata)

Menurut Rusdy, (2010) keong mas di klasifikasikam sebagai berikut :

Kingdom : Animalia
Filum       : Moluska
Kelas : Gastropoda
Ordo : Mesogastropoda
Family : Ampullariidae
Genus      : Pomacea
Spesies : P. canaliculata
Gambar 1. Pomacea canaliculata

4.1.2 Klasifikasi parasite yang ditemukan

Kingdom : Animalia
Filum  : Platyhelminthes
Kelas : Trematoda
Sub Kelas : Digenea
Ordo : Echinostomida
Family : Fasciolidae
Genus       : Fasciola
Spesies : F.hepatica Gambar 2. Fasciola hepatica
10

Kingdom : Animalia
Filum  : Nemahelminthes
Kelas : Nematoda
Sub Kelas : Adenophorea
Ordo : Enoplida
Family : Trichinelloidae
Genus       : Trichinella
Spesies : T.spiralis Gambar 3. Trichinella spiralis

Kingdom : Animalia
Filum  : Platyhelminthes
Kelas : Digenia
Genus       : Acanthostonum
Spesies : Acanthostomum sp

Gambar 4. Acanthostomum sp
4.2 Pembahasan

Siput merupakan perantara (hospes) dari cacing trematoda yang dapat

menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada tubuh siput tersebut

berkembang cercaria yang pada waktu tertentu keluar mencari hospes untuk

bertumbuh lebih lanjut. Apabila mendapatkan hospes maka mirasidium tersebut akan

masuk ke dalam tubuh manusia atau hewan dengan menembus kulit, selanjutnya akan

masuk dalam pembuluh darah dan bertumbuh menjadi cacing dewasa (Hafsah, 2013).

Digenea adalah trematoda endoparasit yang memiliki siklus hidup kompleks

yang melibatkan satu atau lebih inang antara. Trematoda disebut juga cacing daun

yaitu cacing yang termasuk kelas Trematoda kelas Platyhelminthes dan hidup sebagai
11

parasit. Keong air di sini berfungsi sebagai hospes perantara pertama. Pada praktikum

Parasit dan penyakit ikan ini, sampel yang digunakan sebagai sampel untuk

mengidentifikasi ada tidaknya cercaria atau larva pada keong mas. Setelah

dimasukkan kedalam cawan petri, diisi akuades dan ditutup rapat hingga tidak ada

gelembung udara dan dipanasi dengan cahaya. Hal ini bertujuan agar parasite digenea

keluar dari inangnya.

Terlihatnya digenea setelah di sinari, dikarenakan larva digenea yang keluar

tergantung dari factor lingkungannya. Lingkungan yang pada umumnya berpengaruh

adalah factor fisika dan factor kimia lingkungan perairan. Salah satu yang menjadi

stimulant munculnya larva siput digenea dari siput adalah cahaya dan suhu air.
12

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Parasit digenea melakukaan siklus hidupnya dengan inang perantara siput/

keong mas. Digenea mempunyasi siklus hidup yang dimulai dari telur-sporocyst-

redia-cercaria-metasercaria hingga pada akhirnya berkembang menjadi digenea

dewasa. Berdasarkan hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa Faktor yang

membuat cercaria tidak ditemukan adalah terjadinya bubling pada waktu penutupan

cawan petri. Larva digenea keluar dikarenakan faktor lingkungan, yang pada

umumnya berpengaruh adalah factor fisika dan factor kimia lingkungan perairan.

Salah satu yang menjadi stimulant munculnya larva siput digenea dari siput adalah

cahaya dan suhu air.

5.2. Saran

Untuk mendapatkan hasil yang baik sebaiknya kerjasama sesama praktikan bisa

berjalan dengan lancar dan melakukan praktikum berdasarkan prosedur yang telah

dijelaskan baik dalam buku ataupun melalui penjelasan dari asisten.


13

DAFTAR PUSTAKA

Aninta saraswati. 2011. deskripsi-dan-klasifikasi-keong-mas. blogspot.com. di akses


tanggal 10 Maret 2019.pukul 22.45 wib

Aryani, Neti, et al., 2016. Parasit dan Penyakit Ikan. Cetakan kedua Juli 2016. Pekanbaru :
Unri press

Hafsah. 2013. “Karakteristik Habitat dan Morfologi Siput Ongcomelania Hupensis


Lindoensis Sebagai Hewan Reservoir dalam Penularan Shistosomiasis pada Manusia
dan Ternak di Taman Nasional Lore Lindu”. Jurnal. Manusia Dan Lingkungan,
Volume 20(2): 144-152.

Lukistyowati I, dkk. 2017. Parasit dan Penyakit Ikan. Pekanbaru : UNRI PRESS .112 hal.

Purbomartono. C, Isnaetin. M dan suwarsito .2010. Ektoparasit pada benih ikan Gurami
di Unit Pembenihan Rakyat (UPR) Beji dan Sidabowa, Kabupaten banyumas .
Sains Aquatik Jurnal

Riani, Etty. 2011. Kemampuan Reproduksi Keong Mas (Pomacea sp.) Daging Kuning dan
Daging Hitam. Jurnal Moluska Indonesia. Volume 2(1):9-13.

Rusdy, Alfian. 2010. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Bawang Putih Terhadap Mortalitas


Keong Mas”. J. Floratek,  5: 172 – 180

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina cipta Bandung. 508
hal

Suwignyo, Sugiarti. 2005. Avertebrata Air. Jakarta: Penebar Swadaya


14

LAMPIRAN
15

Lampiran 1. Alat dan Bahan

Oven dan Lampu Mikroskop Cawan petri

Pipet tetes Cover glass & Slide glass Tissue gulung

Siput Akuades

Lampiran 2. Dokumentasi
16

Lampiran 3. Hasil Pengamatan

Trichinella spiralis, Acanthostomum sp Fasciola hepatica

Anda mungkin juga menyukai