Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.

)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

Keragaman Jenis Cacing Tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada

Species Diversity of Earthworm in the Field of Biology Gadjah Mada University

Sita Ratnawati1, Niken Satuti Nur Handayani2, Trijoko2


1
. The Department of Biology, Papua University
2
. The Faculty of Biology, Gadjah Mada University
* Koresponden : itta.sita@gmail.com

Abstract

The Earthworms are one of the invertebrate species which hasn’t backbone. The Earthworm has
lived in a few habitats, for example in the humid of forest ground with the high density of cover
canopy. Field of Biology UGM is an artificial forest and has a high density of cover canopy and
this condition can supported the living habitat of earthworms. The aim of this research were
investigated species diversity of earthworm in the field of Biology UGM.. Sampling method
was carried out with purposive random sampling method. Result obtained that the earthworms
in the field Biology of UGM consist of three species. The Three species were Pheretima
hawayana, Pheretima sp., and Eudrilus eugeniae. Data analysis was used UPGMA method by
3.1 MVSP Program and obtained that generally, similarity percentage of P. hawayana,
Pheretima sp., dan E. eugeniae interspecies more than 55 %. Whereas similarity percentage of
P. hawayana and Pheretima sp. more than 85 %.

Keywords: Earthworm, species diversity, field of Biologi UGM

Pendahuluan Faktor yang mempengaruhi


Cacing tanah merupakan hewan tingkat keragaman dan kelimpahan cacing tanah
rendah yang tidak mempunyai tulang adalah iklim mikro tanah dan sumber
belakang. Cacing tanah mempunyai banyak makanan. Perbedaan ini dapat dilihat dari
manfaat, antara lain: dapat digunakan karakter morfologi. Karakter pokok cacing
sebagai pendegradasi sampah, pakan ternak, tanah yang bisa digunakan untuk
bahan baku obat, dan bahan baku kosmetik. membedakan antar jenis antara lain: jumlah
Adapun jenis cacing tanah yang sudah segmen, setae, prostomium, dan klitelum.
diketahui di Indonesia adalah: Pontoscolex Tubuh cacing tanah tersusun atas beberapa
corethrurus, Peryonix excavatus, Pheretima segmen, karena itu digolongkan dalam
pusthuma, Drawida sp., Megascolex cempii filum Annelida (Moore, 2001).
(Maftuah & Susanti, 2009; Morario, 2010). Sejauh ini penelitian yang
Keragaman cacing tanah pada suatu mengungkap keragaman jenis cacing tanah
area dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di Kebun Biologi UGM belum pernah
yang meliputi: jenis bahan organik, pH diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan
tanah, kadar air tanah, dan suhu tanah. suatu penelitian untuk mengetahui
Populasi cacing tanah juga dipengaruhi oleh keragaman jenis cacing tanah di Kebun
kondisi lingkungan, musim dan penggunaan Biologi UGM.
lahan. Populasi cacing tanah pada musim
hujan lebih banyak dibandingkan pada Metode Penelitian
musim kemarau (Maftuah & Susanti, 2008). Waktu dan Tempat
Hal tersebut terkait dengan kadar air tanah, Penelitian ini dilaksanakan pada bulan
yang pada musim hujan lebih tinggi Desember 2012 sampai bulan Mei 2013 di
dibandingkan pada musim kemarau. Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada
yang terletak di Jalan Teknika Selatan,
127
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

Sekip Utara Yogyakarta dan dilanjutkan (Edwards & Lofty, 1977), dan The Fauna
identifikasi morfologi yang dilaksanakan di of British India (Stephenson, 1923).
Laboratorium Sistematika Hewan, dan Identifikasi dilakukan berdasarkan ciri-ciri
Laboratorium Parasitologi Fakultas Biologi morfologi yang membedakan jenis cacing
Universitas Gadjah Mada. tanah. Identifikasi meliputi jumlah segmen,
letak klitelum, panjang cacing tanah, warna
Bahan dan Alat Penelitian tubuh dorsal dan ventral, bentuk
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini prostomium, letak porus genitalia, dan
adalah: cacing tanah, tali rafia, kantung sebagainya.
plastik, dan alkohol 70%.
Peralatan yang digunakan dalam c. Analisis Data
penelitian ini meliputi: termometer, pH Karakter morfologi yang diamati
meter, higrometer, centong, cangkul, berdasarkan pengukuran (morfometri) dan
meteran, pisau, pita ukur, pinset, mikroskop deskripsi. Matriks data yang diperoleh
stereo binokuler (SZM 45), dan kamera disimpan dalam program windows excell.
digital (Canon A3300). Data morfometri dan deskripsi diubah ke
dalam data biner untuk digunakan dalam
Cara Kerja analisis clustering dan pembuatan
Penentuan lokasi plot sampling dilakukan dendogram. Apabila sifat morfologi yang
dengan metode Purposive Random diamati dimiliki oleh sebagian besar
Sampling yaitu memilih lokasi yang sesuai individu, maka sifat tersebut ditulis dengan
dengan habitat cacing tanah di Kebun angka 1. Sifat yang tidak muncul atau
Biologi UGM. Pengambilan sampel cacing hanya dimiliki oleh sebagian kecil individu
tanah dilakukan dengan Metode Kuadrat ditulis dengan angka 0.
dan Metode Hand Sorting. Lokasi Karakter morfometri yang bersifat
pengambilan sampel terbagi dalam tiga titik kuantitatif dikonversi menjadi data biner
utama, yaitu Kebun Biologi bagian selatan, melalui scoring karakter yang muncul. Jika
bagian tengah dan bagian utara. Masing- nilai yang dimiliki tiap individu masih
masing bagian titik utama diambil 8 plot. berada pada kisaran deviasi ditulis dengan
angka 1, sedangkan yang berada di luar
a. Pengambilan sampel cacing tanah kisaran deviasi ditulis dengan angka 0.
Pada masing–masing titik sampling yang Analisis ini menggunakan metode UPGMA
telah ditentukan dibuat plot berukuran 30 x (Unweighted Pair Group with Arithmetic
30 cm dengan kedalaman 20 cm sebanyak average) melalui bantuan program MVSP
24 plot dan diambil tanahnya menggunakan 3.1 (Multi Variate Statistical Package).
skop/cangkul. Sampel ditempatkan dalam Langkah awal pada tampilan MVSP 3.1
lembaran plastik. Cacing tanah yang telah dipilih menu File→New. Kolom “Variable”
didapatkan dikumpulkan dan dibersihkan diisi dengan individu cacing tanah yang
dengan air, kemudian dimasukkan ke dalam diuji, sedangkan pada kolom “Cases” diisi
botol sampel. Spesimen untuk koleksi, dengan jumlah karakter morfologi dan
diawetkan dengan alkohol 70% kemudian morfometri yang diamati. Kemudian klik
dibawa ke laboratorium untuk “OK” dan selanjutnya dipilih “Data” dan
diidentifikasi. edit data.
Data scoring yang telah disimpan
b. Identifikasi morfologi cacing tanah di Microsoft Excel disalin pada tabel
Sampel cacing tanah dikumpulkan scoring MVSP 3.1 lalu klik “Analysis” dan
berdasarkan jenis yang sesuai dengan “Cluster analysis option”. Pada kolom
kemiripan bentuk morfologi. Cacing tanah “Data transformation” dipilih “None”,
dideterminasi dan diidentifikasi dengan kolom “Clustering method” dipilih
bantuan lup dan Mikroskop Stereo UPGMA sedangkan untuk analisis
binokuler serta menggunakan buku similaritas dipilih “percent similarity”
identifikasi: The Earthworm Book kamudian klik “OK”. Selanjutnya untuk
(Minnich, 1977), Biology of Earthworms menyimpan diagram dendogram yang
128
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

dihasilkan melalui “File” kemudian dipilih tanah yang terdapat di Kebun Biologi
“Export” dan dipilih lokasi penyimpanan UGM.
file tersebut. Karakter morfologi yang diamati
berdasarkan panjang tubuh, warna tubuh
Hasil dan Pembahasan bagian dorsal dan ventral, bentuk
Cacing anggota Ordo Oligochaeta prostomium, jumlah segmen, susunan setae,
merupakan cacing yang umum dikenal bentuk dan letak klitelum, letak porus
sebagai cacing tanah (earthworm) karena genitalia, letak mulut, letak crop, letak
hidup secara terrestrial, namun ada sebagian gizzard, letak dan jumlah spermateka, letak
yang hidup secara akuatik. Cacing anggota dan jumlah vesikula seminalis, serta letak
Ordo Oligochaeta memunyai sedikit setae anus.
di tubuhnya (Edward & Lofty, 1977). Hasil identifikasi diketahui bahwa
Dalam penelitian ini dilakukan di Kebun Biologi UGM terdapat 3 jenis
identifikasi cacing tanah dengan cacing tanah dari 2 genus yang disajikan
mempelajari karakter morfologi dalam Tabel 1. Berdasarkan karakter
berdasarkan buku The Earthworm Book panjang tubuh, warna tubuh bagian dorsal
(Minnich, 1977), Biology of Earthworms dan ventral, bentuk dan letak klitelum,
(Edwards & Lofty, 1977), dan The Fauna susunan setae, letak porus genitalia jantan
of British India (Stephenson, 1923). dan betina dimasukkan dalam jenis
Identifikasi sampel bertujuan untuk Pheretima hawayana, Pheretima sp., dan
mengetahui jenis cacing tanah yang Eudrilus eugeniae.
terdapat di Kebun Biologi UGM. Tujuan Identifikasi cacing tanah anggota
identifikasi lainnya adalah memperoleh data Oligochaeta dilakukan dengan pengamatan
karakter pembeda antar spesies cacing morfologi luar dan organ dalam. Seperti
yang tercantum dalam Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Karakteristik morfologi luar cacing tanah


Karakteristik morfologi P. hawayana Pheretima sp. E. eugeniae
Panjang tubuh 8,5 – 18 cm 8 – 12,7 cm 7 – 10,2 cm
Jumlah segmen 84 – 121 113 – 191 120 – 230
Warna tubuh dorsal Cokelat hitam Cokelat hitam Merah muda
Warna tubuh ventral Cokelat hitam Putih pucat Putih pucat
Bentuk prostomium Epilobus Epilobus Epilobus
Bentuk klitelum Sadel sepeda Sadel sepeda Cincin
Letak klitelum Segmen 14-16 Segmen 12-16 Segmen 15-22
Susunan setae Perisetin Perisetin Lumbrisin
Letak porus genitalia jantan Segmen ke-17 Segmen ke-16 Segmen ke-17/18
Letak porus genitalia betina Segmen ke-14 Segmen ke-11 Segmen ke-13/14
* segmen ke 17 septum ke 18
** segmen ke 13 septum ke 14
menunjukkan bahwa ukuran per segmen
Berdasarkan karakteristikistik morfologi spesies satu dengan yang lainnya berbeda,
luar (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat P. hawayana dan Pheretima sp. ukuran per
perbedaan antara spesies P. hawayana, segmennya cenderung lebih besar
Pheretima sp., dan E. eugeniae. Ketiga dibandingkan E. eugeniae. Oleh karena itu
spesies tersebut memiliki panjang tubuh Pheretima dengan ukuran tubuh yang
yang tidak sebanding dengan jumlah panjang tetapi jumlah segmennya sedikit,
segmen. Panjang tubuh P. hawayana sedangkan Eudrilus dengan ukuran tubuh
mencapai 18 cm dengan jumlah segmen yang relatif pendek tetapi jumlah
121. Panjang tubuh Pheretima sp. 12 cm segmennya banyak. Hasil pengamatan
dengan jumlah segmen 191, sedangkan E. karakteristik morfologi luar ditunjukkan
eugeniae dengan panjang hanya 10,2 cm Gambar 1 yang mewakili 3 jenis cacing
tetapi jumlah segmennya 230. Hal ini
129
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

tanah yang ditemukan di Kebun Biologi Pheretima sp. dan E. eugeniae, karena
UGM. panjang persegmen klitelum P. hawayana
Warna tubuh ketiga spesies mencapai 0,2 cm sedangkan spesies yang
berbeda-beda, ada yang berwarna gelap dan lain hanya berkisar 0,1 cm. Panjang
ada yang lebih terang. Warna tubuh P. klitelum tersebut berkaitan dengan jumlah
hawayana hitam kecoklatan (gelap), hal ini dan ukuran kokon yang dihasilkan setiap
dikarenakan spesies ini hidupnya di substrat spesies. Letak porus genitalia jantan dan
paling atas sehingga tubuhnya betina sesuai dengan letak klitelum, porus
membutuhkan pigmen agar bisa bertahan genitalia betina terletak pada segmen
dengan paparan sinar matahari. Pheretima sebelum klitelum, sedangkan letak porus
sp. hidupnya di substrat yang lebih dalam genitalia jantan terletak pada segmen
dari P. hawayana sehingga warna tubuhnya setelah klitelum, kecuali porus genitalia
lebih terang (cokelat kehitaman pucat), jantan E. eugeniae yang terletak di klitelum
sedangkan E. eugeniae hidupnya di substrat karena klitelumnya terdiri dari benyak
yang paling dalam sehingga warna tubuh segmen.
spesies ini cenderung lebih terang Setae merupakan struktur
dibandingkan spesies lainnya. Hal ini fungsional sebagai pemegang substrat dan
menunjukkan bahwa pola warna tubuh alat bantu dalam kopulasi. Susunan setae
adalah salah satu upaya adaptasi cacing bisa dijadikan sebagai karakter pembeda
tanah terhadap kondisi lingkungan agar bisa antar spesies. Tipe setae pada P. hawayana
tetap survive. dan Pheretima sp. adalah perisetin (terdiri
Bentuk klitelum antara Genus dari banyak setae per segmen), sedangkan
Pheretima dan Eudrilus berbeda, P. tipe setae pada E. eugeniae adalah
hawayana dan Pheretima sp. bentuk lumbrisin (terdiri dari 8 pasang per
klitelum menyerupai sadel sepeda, segmen). Perbedaan tipe setae
sedangkan E. eugeniae berbentuk menunjukkan fungsionalnya, P. hawayana
menyerupai cincin. Letak klitelum P. dan Pheretima sp. dengan pergerakan yang
hawayana pada segmen ke 14-16, klitelum cenderung cepat sedangkan E. eugeniae
Pheretima sp. terletak pada segmen 12-16, pergerakannya yang cenderung lambat, hal
sedangkan klitelum E. eugeniae terletak ini menunjukkan bahwa setae yang banyak
pada segmen ke 15-22. Klitelum pada P. per segmen sesuai untuk spesies yang
hawayana hanya terdiri dari 3 segmen pergerakannya cepat.
tetapi paling panjang dibandingkan klitelum

klitelum
klitelum
klitelum

(a) (b) (c)


Gambar 1. Morfologi cacing tanah di Kebun Biologi UGM yang menunjukkan panjang tubuh dan warna
tubuh (a) P. hawayana, (b) Pheretima sp., dan (c) E. Eugeniae.
130
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

Tabel 2. Karakteristik organ dalam cacing tanah


Karakteristik organ dalam P. hawayana Pheretima sp. E. eugeniae
yang dapat teramati
1. Letak mulut Segmen pertama Segmen pertama Segmen pertama
2. Letak faring Segmen 2-4 Segmen 2-4 Segmen 2-3
3. Letak crop Segmen 5 Segmen 5 Segmen 4
4. Letak gizzard Segmen 7 Segmen 7 Segmen 6
5. Jumlah spermateka 3 pasang 2 pasang 1 pasang
6. Letak spermateka Segmen 3-6 Segmen 7-8 Segmen 10
7. Jumlah vesikula seminalis 3 pasang 2 pasang 1 pasang
8. Letak vesikula seminalis Segmen 10-12 Segmen 19-22 Segmen 15-17
1. Letak anus Segmen terakhir Segmen terakhir Segmen terakhir

Karakteristik organ dalam yang tercantum segmen ke-3 maka letak crop di segmen ke-
pada Tabel 2 diperoleh dari pembedahan 4. Hal yang serupa juga yang
cacing tanah. Organ dalam yang telah mengakibatkan perbedaan letak Gizzard,
diamati meliputi pengamatan letak mulut, spermateka, dan vesikula seminalis pada
letak faring, letak crop, letak gizzard, spesies P. hawayana, Pheretima sp. dan E.
jumlah dan letak spermateka, serta jumlah eugeniae. Letak mulut dan anus pada semua
dan letak vesikula seminalis. Hasil spesies tidak ada perbedaan, letak mulut
pengamatan organ dalam ditunjukkan pada P. hawayana, Pheretima sp. dan E.
Gambar 2 - 4 yang mewakili 3 jenis cacing eugeniae terletak pada segmen pertama,
tanah yang ditemukan di Kebun Biologi sedangkan letak anus ketiga spesies tersebut
UGM. Berdasarkan hasil identifikasi secara terletak pada segmen terakhir.
morfologi, bahwa untuk mengidentikasi Semua Oligochaeta bersifat
cacing tanah selain dengan membandingkan hermaprodit, dan melalui pembuahan
morfologi luar cacing tanah, organ dalam (fertilisasi) internal silang dengan kopulasi.
juga bisa digunakan sebagai pembeda antar Organ reproduksi jantan dan betina dari
genus maupun antar spesies. sistem reproduksi terdapat pada beberapa
Saluran pencernaan merupakan segmen dekat anterior tubuh. Spermateka
tabung lurus yang panjang dari mulut memproduksi spermatogonia yang terdapat
sampai anus dengan diferensiasi mulut, di dalam kantung yang disebut vesikula
faring, oesophagus, crop (tembolok), seminalis yang sederhana di dalam rongga
gizzard (empedu) dan saluran pencernaan tubuh. Sperma matang akan dipindah ke
(intestinal) (Hanafiah et al., 2005). Mulut kantong sperma dan akan dikeluarkan lewat
terletak pada segmen pertama. Faring porus genitalia jantan yang akan diterima
berlendir dan glandular mengandung oleh porus genital betina tempat
kelenjar pharyngeal sebagai masa putih, menampung sperma selama kopulasi.
letak faring antar spesies berbeda-beda, Jumlah spermateka dan vesikula
faring pada P. hawayana dan Pheretima seminalis setiap spesies berbeda, P.
sp. terletak di segmen ke 2-4, sedangkan hawayana, memiliki 3 pasang spermateka,
pada E. eugeniae terletak di segmen 2-3. Pheretima sp. memiliki 2 pasang
Crop merupakan tembolok, sebagai tempat spermateka dan E. eugeniae memunyai 1
penyimpanan berdinding tipis. Letak crop pasang spermateka. Jumlah spermateka
antar spesies berbeda-beda, pada P. sama dengan jumlah vesikula seminalis, hal
hawayana dan Pheretima sp. terletak di ini berkaitan dengan spermateka sebagai
segmen ke-5, sedangkan pada E. eugeniae penghasil sperma sedangkan vesikula
terletak di segmen ke-4. Perbedaan letak seminalis sebagai kantung sperma sehingga
crop diakibatkan oleh kesesuaian dari letak jika sperma yang dihasilkan banyak maka
faring, faring yang terletak sampai segmen perlu tempat penampungan sperma yang
ke-4 maka letak crop ada di segmen ke-5 cukup. Satu bagian spermateka dan vesikula
sedangkan faring yang terletak pada seminalis tidak selalu terletak pada 1
131
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

segmen, bahkan ada spermateka dan dan vesikula seminalis tidak sesuai dengan
vesikula seminalis yang terletak pada 2 jumlah segmen.
segmen. Oleh karena itu jumlah spermateka

a b e f h g
d i
c

a b h g
e f
d i
c

Gambar 2. Organ dalam P. hawayana a= mulut, b= faring, c= crop, d= gizzard, e= spermateka,


f=vesikula seminalis, g= porus genitalia jantan, h= porus genitalia betina, i= usus.

g
h
a b c d e f
i

d g h
e f i
a b c

Gambar 3. Organ dalam Pheretima sp. a= mulut, b= faring, c= crop, d= gizzard, e= spermateka,
f=vesikula seminalis, g= porus genitalia jantan, h= porus genitalia betina, i= usus.
132
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

b c d e f h g
a i

f
e h g
a b c d i

Gambar 4. Organ dalam E. Eugeniae. a= mulut, b= faring, c= crop, d= gizzard, e= spermateka, f=vesikula
seminalis, g= porus genitalia jantan, h= porus genitalia betina, i= usus.

Analisis Keragaman Jenis Cacing Tanah Perbedaan morfologi yang dimiliki antar
Berdasarkan Morfologi spesies dapat dijadikan karakter untuk
Jenis cacing tanah di Kebun Biologi identifikasi polimorfisme. Dendogram
Universitas Gadjah Mada ada 3 macam similaritas berdasarkan 51 karakter
yaitu P. hawayana, Pheretima sp., dan E. morfologi dan morfometri cacing tanah
eugeniae. Identifikasi cacing tanah tersebut (Gambar 5) menunjukkan bahwa secara
berdasarkan karakter morfologi dan umum persentase kemiripan antar spesies P.
morfometri. hawayana, Pheretima sp., dan E. eugeniae
Karakter morfologi berdasarkan lebih dari 55%, sedangkan persentase
pada hereditas Mendel sederhana seperti kemiripan P. hawayana dan Pheretima sp.
bentuk, warna, dan ukuran (Bateson, 2007).UPGMA (constrained) lebih dari 85%.
H1
H2
H3
H4
1
Cb
Cd
Ce
C2X
C3X
Eb
E2X
E3X
E4X
EUI
52 60 68 76 84 92 100
Gambar 5. Dendogram persentase similaritas morfologi dan morfometri cacing tanah di Kebun Biologi
Percent Similarity
Universitas Gadjah Mada (P. hawayana (H1, H2, H3, H4 dan 1), Pheretima sp. (Cb, Cd, Ce,
C2X, dan C3X), E. eugeniae (Eb, E2X, E3X, E4X, dan EUI))

Kemiripan ketiga spesies terlihat karakter prostomium yang dijelaskan oleh


jelas pada bentuk prostomium tipe epilobus Hanafiah et al. (2005).
(Gambar 6) yaitu antara keduanya ada Ketiga spesies dimasukkan dalam
lingkaran alur yang agak dalam sebagai takson Genus yang berbeda karena ada
pemisah yang utuh dan prostomium terlihat beberapa karakter pembeda antara lain:
sebagai tonjolan jelas, hal ini sesuai dengan bentuk klitelum, letak klitelum, jumlah
segmen, tipe setae, warna tubuh, dan letak
133
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

organ dalam. Perbedaan morfologi antara dimiliki oleh cacing tanah, tetapi ada
Genus Pheretima dan Eudrilus dengan perbedaan letak dan jumlah antar spesies.
persentase hampir 50%. Bentuk klitelum Setae pada Genus Pheretima adalah tipe
yang menyerupai sadel sepeda adalah jenis perisetin yaitu memiliki jarak setae pada
P. hawayana dan Pheretima sp. dan masing-masing spesies konstan, sedangkan
klitelum yang bentuknya menyerupai cincin pada Genus Eudrilus adalah tipe lumbrisin
adalah karakter E. eugeniae (Gambar 7). yaitu setae yang berpasangan renggang
Setae yang sering disebut sebagai (Gambar 8).
rambut jalan merupakan karakter yang

prostomium prostomium

(a) (b) (c)


Gambar 6. Bentuk prostomium epilobus (a) P. hawayana dan Pheretima sp., (b) E. Eugeniae (foto
koleksi pribadi, 2012) dan (c) sketsa bentuk prostomium tipe epilobus (Hanafiah et al., 2005)

klitelum
klitelum klitelum
(a) (b) (c)
Gambar 7. Bentuk klitelum (a) P. hawayana, (b) Pheretima sp. menyerupai sadel sepeda, dan (c) E.
Eugeniae menyerupai cincin

setae setae setae

(a) (b) (c)


Gambar 8. Susunan setae tipe perisetin (a) P. hawayana, (b) Pheretima sp, dan tipe lumbrisin (c) E.
Eugeniae
Berdasarkan dendogram tersebut diketahui
Dendogram similaritas spesies P. persentase kemiripan lebih dari 85%.
hawayana dan Pheretima sp. berdasarkan Kemiripan P. hawayana dan Pheretima
51 karakter morfologi cacing tanah di sp.terdapat pada karakter yang dimiliki oleh
Kebun Biologi UGM (Gambar 5). keduanya sama, antara lain: bentuk
134
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

prostomium, tipe setae, bentuk klitelum, Hanafiah et al. (2005) kisaran pH optimum
letak mulut, letak crop, letak gizzard, dan untuk kehidupan cacing tanah antara 5,2 –
merupakan cacing tanah yang hidup di 7,2, kemasaman tanah mempengaruhi
permukaan tanah dan di bahan organik yang populasi dan aktifitas cacing tanah sebagai
terdegradasi. faktor pembatas penyebaran dan
Berdasarkan dendogram similaritas spesiesnya. Hal serupa juga didapatkan dari
intra spesies P. hawayana berdasarkan 51 penelitian Mambrasar et al. (2018) bahwa
karakter morfologi diketahui persentase suhu yang masam dapat mempengaruhi
kemiripan lebih dari 92%, hal yang sama distribusi cacing tanah.
juga pada persentase kemiripan intra Pengukuran kelembaban di Kebun
spesies Pheretima sp. lebih dari 92%. Biologi UGM didapatkan hasil yang
Persentase kemiripan intra spesies pada cenderung seragam antar titik sampling dari
jenis E. eugeniae juga besar yaitu berkisar 24 – 27%. Kelembaban di Kebun Biologi
90%. Persentase kemiripan intra spesies UGM bagian utara berkisar antara 25 –
pada 3 jenis cacing tanah di Kebun Biologi 27%, di bagian tengah 25 – 27%, dan di
UGM disebabkan karena kondisi bagian selatan 25,5 - 27%. Kelembaban
lingkungan di tempat tersebut cenderung tanah yang optimum bagi kehidupan cacing
homogen, yaitu tidak ada perbedaan kondisi tanah berkisar antara 15 - 50% (Hanafiah et
lingkungan yang signifikan. al., 2005). Hal ini didukung oleh penelitian
Cacing tanah merupakan salah satu Subowo et al. (2002) bahwa cacing tanah
hewan avertebrata yang mudah dipengaruhi hanya bisa hidup direntang kelembaban
oleh kondisi lingkungan. Faktor lingkungan yang tidak terlalu tinggi. Jika kondisi tanah
yang berpengaruh pada kehidupan cacing terlalu basah maka cacing tanah akan naik
tanah meliputi temperatur tanah, pH tanah, ke permukaan.
kelembaban tanah, kadar air tanah, tekstur Bahan organik dan kondisi tanah
tanah, dan jenis serasah (Edward & Lofty, berperan penting pada jumlah dan distribusi
1977). Parameter lingkungan yang diukur cacing tanah (Hanafiah et al., 2005).
pada penelitian ini meliputi suhu tanah, Kondisi lingkungan (Suhu, pH, dan
kelembaban tanah, pH tanah, jenis tanah kelembaban tanah) di Kebun Biologi UGM
dan jenis serasah yang kemudian akan cenderung sama, sehingga tidak
dihubungkan dengan cacing tanah anggota berpengaruh nyata terhadap jumlah dan
Oligochaeta yang ditemukan. distribusi cacing tanah di setiap titik
Temperatur tidak berpengaruh sampling. Tetapi yang membedakan antara
nyata terhadap distribusi cacing tanah di ke tiga titik sampling adalah di bagian utara
Kebun Biologi UGM. Berdasarkan hasil terdapat tiga jenis cacing tanah yaitu P.
pengukuran suhu ketiga titik sampling di hawayana, Pheretima sp., dan E. eugeniae,
Kebun Biologi UGM, suhu yang paling sedangkan titik sampling bagian tengah dan
tinggi ada pada titik sampling bagian selatan tidak ditemukan spesies Pheretima
selatan dengan suhu 26ºC yang kemudian sp. Hal ini karena di bagian utara kondisi
diikuti dengan titik sampling bagian utara tanahnya lebih gembur dibandingkan di
dan bagian tengah dengan kisaran suhu 25 - bagian tengah dan selatan, dan bahan
26ºC. Hal ini ditegaskan oleh Hanafiah et organiknya lebih banyak dibandingkan
al. (2005) kisaran suhu optimum bagi siklus bagian lainnya.
hidup cacing tanah adalah 15 - 29ºC. Hal Berdasarkan hasil pengambilan
ini sama dengan yang didapatkan dari sampel cacing tanah di Kebun Biologi
penelitian Mambrasar et al. (2018) bahwa UGM menunjukkan bahwa cacing tanah
suhu 21 – 32 ºC tidak berpengaruh nyata banyak ditemukan di titik sampling bagian
terhadap distribusi cacing tanah. utara karena banyaknya sampah organik
Berdasarkan pengukuran pH yang dengan ketebalan sampah organik lebih dari
telah dilakukan diperoleh kisaran 5,6 – 6,9. 5 cm, sedangkan di bagian tengah hanya
pH di titik sampling bagian utara berkisar sekitar 3 cm dan di bagian selatan kurang
antara 5,6 – 6,7, di bagian tengah 5,7 – 7, dari 1 cm. Kebun Biologi UGM di bagian
dan di bagian selatan 6,2 – 6,9. Menurut selatan kondisi tanahnya lebih kering, dan
135
Jurnal Biologi Universitas Andalas (J. Bio. UA.)
7(2) – September 2019: 126-135 (ISSN : 2303-2162)

banyak terdapat bebatuan. Bahan organik Makrobiologi Tanah. Cetakan


merupakan sumber nutrisi bagi ke-1. Jakarta: PT. Raja Grafindo
pertumbuhan dan perkembangan cacing Persada.
tanah. Selain bahan organik kondisi tanah Maftuah, E. & Susanti, M.A. 2008.
juga berpengaruh terhadap kehidupan Komunitas Cacing Tanah pada
cacing tanah. Kondisi tanah yang dominan Beberapa Penggunaan Lahan
di Kebun Biologi UGM berupa tanah Gambut di Kalimantan Tengah.
gembur, yang sesuai dengan kehidupan Berita Biologi, 9(4):371-377.
cacing tanah. Mambrasar, R. E., Krey, K., & Ratnawati,
S. 2018. Keanekaragaman,
Kesimpulan Kerapatan, dan Dominansi Cacing
Berdasarkan data hasil penelitian dan Tanah di Bentang Alam
analisis dapat disimpulkan bahwa: Pegunungan Arfak. VOGELKOP:
Jenis cacing tanah yang ditemukan di Jurnal Biologi 1 (1) 2018 22-30.
Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada Minnich, J. 1977. The Earthworm Book.
adalah: Pheretima hawayana, Pheretima Rodale Press Emmaus: USA, 43-
sp., dan Eudrilus eugeniae. Keragaman 46.
jenis cacing tanah di Kebun Biologi UGM Moore, J. 2001. An Introduction to the
termasuk dalam kategori rendah karena dari Invertebrates. Cambridge
1.250 jenis cacing tanah yang telah University Press. Cambridge UK.
teridentifikasi hanya ada 3 jenis cacing Hal 110-123.
tanah yang ditemukan di Kebun Biologi Morario. 2010. Komposisi dan Distribusi
UGM. Cacing Tanah di Kawasan
Perkebunan Kelapa sawit PT.
Ucapan Terima kasih Moeis dan di Perkebunan Rakyat
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Desa Simodong Kecamatan Sel
Indonesia – Managing Higher Suka Kabupaten Batu Bara. Hal 6-
Education for Relevance and Efficiency 25.
(I-MHERE) Project tahun 2012 yang Stephenson, J. 1923. The Fauna of British
telah mendanai penelitian ini. India. Taylor and Francis, Red Lion
Court, Fleet Street: London.
Daftar Pustaka Subowo., Anas, I., Djajakirana, G.,
Edwards, C. A., & Lofty, J. R. 1977. Abdurachman, A., &
Biology of Earthworm. 2nd. Hardjowigeno. 2002. Pemanfaatan
Chapman and Hall. London.p: 40, Cacing Tanah untuk Meningkatkan
48, 53.pp: 1-14; 149-164; 245-257. Produktivitas Ultisols Lahan
Hanafiah, K.A., Anas, I., Napoleon, A., Kering. Jurnal Tanah dan Iklim No.
& Ghoffar, N. 2005. Biologi 20/2002.
Tanah: Ekologi dan

Anda mungkin juga menyukai