LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekologi
Yang dibina oleh Drs. Agus Dharmawan, M.Si. dan Farid Akhsani, S.Si., M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 5 Offering C
Adera Suri Wardani (180341617544)
Gracia Fillia Mulyono (180341617552)
Hendrawan (180341600135)
Naily Adniya R (180341617575)
Rahma Nur Aini Berlian (180341617547)
Siti Widyawati (180341617501)
Pengambilan
Diambil payung dan dirapikan
No Nama Spesies U1 U2 U3 U4 U5 Ʃ H’ E R
1. Pygonomyrex
6 2 1 9 1,58 0,72 1,9
californicus
2. Zootermophis
1 1 (sedang) (tinggi) (rendah)
angusticalis
3. Anoplolepis
1 2 1 4
gracilipes
4. Drosophila
1 1
melanogaster
5. Messor barbaus 4 3 3 1 11
6. Eumodicogryllus
2 2
bordigalensis
7. Tetramorium
5 1 6
bicarinatum
8. Micromus
1 2 2 26 31
tasmaniae
9. Ceratitis capitata 1 1 2
Total 67
Pada praktikum pitfall dilakukan dengan memilih 5 plot yang berbeda. Pada
plot 1 ditemukan spesies Pygonomyrex californicus sebanyak 6 ekor, Zootermophis
angusticalis sebanyak 1 ekor, Anoplolepis gracilipes sebanyak 1 ekor, Drosophila
melanogaster sebanyak 1 ekor, Messor barbaus sebanyak 4 ekor dan
Eumodicogryllus bordigalensis 2 ekor. Pada pitfall plot 2 ditemukan spesies Messor
barbaus sebanyak 3 ekor, Tetramorium bicarinatum sebanyak 5, Micromus tasmaniae
sebanyak 1 dan Ceratitis capitata sebanyak 1. Pada plot 3 terdapat spesies
Pygonomyrex californicus sebanyak 2 ekor, Anoplolepis gracilipes sebanyak 2 ekor,
Messor barbaus sebanyak 3 ekor, Micromus tasmaniae sebanyak 2 ekor, Ceratitis
capitata sebanyak 1 ekor. Pada pitfall plot 4 ditemukan spesies Pygonomyrex
californicus sebanyak 1 ekor, Anoplolepis gracilipes sebanyak 1 ekor, Messor
barbaus sebanyak 1 ekor, Tetramorium bicarinatum sebanyak 1 ekor dan Ceratitis
capitata sebanyak 1 ekor. Pada plot yang ke-5 ditemukan spesies Micromus
tasmaniae sebanyak 26 ekor. Total organisme tersebut sebnayak 67 ekor. Nilai
keanekaragaman yang diperoleh dari seluruh spesies tersebut yaitu 1,58 yang berarti
tingkat keanekaragamannya sedang. Kemerataan spesies tersebut telah dihitung dan
didapatkan nilai sebesar 0,72 yang berarti nilai kemerataannya tinggi. Sedangkan nilai
kekayaan spesiesnya sebesar 1,9 yang berarti kekayaan spesiesnya rendah
G. Pembahasan
Pada praktikum kali ini, kami melakukan pengamatan percobaan pitfall trap.
Percobaan dilakukan pada hari Kamis, 5 Maret 2020, di Kebun Biologi Universitas
Negeri Malang. Kemudian, pengamatan dilakukan pada Jumat, 6 Maret 2020, di
Laboratorium Ekologi, Gedung O5 Ruang 109 Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Percobaan pitfall
dilakukan dengan menempatkan pitfall set trap pada sebanyak 5 titik di Kebun
Biologi UM. Pitfall set trap ditempatkan pada setiap titik yang telah digali, dan diisi
dengan larutan atraktan sebanyak 1/3 dari volume gelas pitfall sel trap. Kemudian,
setelah 1x24 jam, pitfall set trap diambil dari tempatnya dan dibawa ke laboratorium
untuk dilakukan pengamatan organisme serta analisis nilai keanekaragaman (H),
kemerataan (E), serta kekayaan (R) organisme yang ditemukan.
Berdasarkan hasil praktikum yang kami lakukan, diperoleh sebanyak 9 spesies
yang terperangkap dalam pitfall trap yang kami pasang. 9 spesies tersebut
diantaranya yakni Pogonomyrmex californicus, Zootermopsis angusticollis,
Anoplolepis gracilipes, Drosophila melanogaster, Messor barbarus,
Eumodicogrillus bordigalensis, Tetramorium bicarinatum, Micromus tasmaniae, dan
Ceratitis capitata. Dari jumlah setiap spesies yang ditemukan, dapat diketahui nilai
keanekaragaman (H), kemerataan (E), dan kekayaan (R), berdasarkan penghitungan
menggunakan rumus Shannon-Wiener.
Indeks keanekaragaman (H) menunjukkan jumlah total proporsi suatu spesies
relative terhadap jumlah total individu yang ada (Iswandaru, dkk, 2018). Dari hasil
praktikum yang kami lakukan, diperoleh bahwa indeks keanekaragaman jenis hewan
tanah yang terdapat di kebun biologi UM adalah 1,58. Berdasarkan nilai ini, dapat
diketahui bahwa indeks keanekaragaman jenis hewan tanah yang terdapat di kebun
biologi UM tergolong dalam kategori sedang. Hal ini sesuai dengan teori Shannon-
Wiener yang menyatakan bahwa kisaran keanekaragaman jenis (H) berkisar antara
nilai atau angka 1-3. Dimana kisaran nilai H < 1 menunjukkan indikator tingkat
keanekaragaman rendah, kisaran 1 < H < 3 menunjukkan indikator tingkat
keanekaragaman sedang dan kisaran H > 3 menunjukkan indikator tingkat
keanekaragaman tinggi (Kurniawan, dkk, 2018). Menurut Iswandaru, dkk, (2018)
indeks keragaman digunakan untuk mengetahui pengaruh kualitas lingkungan
terhadap komunitas makrofauna tanah. Berdasarkan nilai indeks keanekaragaman
yang diperoleh, maka dapat diketahui bahwa kestabilan komunitas bernilai rendah
dan keadaan kualitas lingkungan dikategorikan sebagai lingkungan telah tercemar
(Hidayat, 2018).
Indeks kemerataan atau Index of Evenness (E) menunjukkan tingkat sebaran
individu antara jenis-jenis (Iswandaru, dkk, 2018). Indeks kemerataan berfungsi
untuk untuk mengetahui keseimbangan komunitas digunakan indeks keseragaman,
yaitu ukuran kesamaan jumlah individu antar spesies dalam suatu komunitas
(Insafitri, 2010). Semakin mirip jumlah individu antar spesies (semakin merata
penyebarannya) maka semakin besar derajat keseimbangan (Insafitri, 2010). Dari
hasil praktikum yang kami lakukan, diperoleh bahwa indeks kemerataan jenis hewan
tanah yang terdapat di kebun biologi UM adalah 0,72. Berdasarkan nilai ini, dapat
diketahui bahwa indeks kemerataan jenis hewan tanah yang terdapat di kebun biologi
UM tergolong dalam kategori tinggi. Hal ini sesuai dengan Insafitri (2010) yang
menyatakan bahwa indeks kemerataan dibagi menjadi 3 kategori dengan kisaran
sebagai berikut E < 0,4 menunjukkan keseragaman populasi rendah, 0,4 < E < 0,6
menunjukkan keseragaman populasi sedang, dan E > 0,6 menunjukkan keseragaman
populasi tinggi. Insafitri (2010) juga menambahkan bahwa semakin kecil nilai indeks
keanekaragaman (H) maka indeks keseragaman (E) juga akan semakin kecil, yang
mengisyaratkan adanya dominansi suatu spesies terhadap spesies lain. Berdasarkan
pernyataan ini maka dapat diketahui bahwa pada komunitas hewan tanah di kebun
biologi UM, berdasarkan percobaan yang kami lakukan, tidak ada jenis hewan tanah
yang mendominasi dari jenis hewan tanah lain.
Indeks Kekayaan (R) atau species richness menunjukan kekayaan jenis setiap
spesies dalam setiap komunitas yang dijumpai (Sulistyani, dkk, 2014). Dari hasil
praktikum yang kami lakukan, diperoleh bahwa indeks kekayaan jenis hewan tanah
yang terdapat di kebun biologi UM adalah 1,9. Berdasarkan nilai ini, dapat diketahui
bahwa indeks kemerataan jenis hewan tanah yang terdapat di kebun biologi UM
tergolong dalam kategori rendah. Hal ini sesuai dengan Ismawan, dkk (2015) yang
menyatakan bahwa indeks kemerataan dibagi menjadi 3 kategori dengan kisaran
sebagai berikut R < 2,5 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang rendah, 2,5 > R >
4 menunjukkan tingkat kekayaan jenis yang sedang, dan R > 4 menunjukkan tingkat
kekayaan jenis yang tinggi. Indeks kekayaan berhubungan dengan tingkat
keberhasilan suatu spesies dalam mempertahankan hidup terhadap kondisi
lingkungan atau habitatnya (Izmiarti, dkk, 2015). Berdasarkan pernyataan ini, maka
dapat diketahui bahwa kemampuan atau tingkat keberhasilan untuk bertahan hidup
yang dimiliki jenis hewan tanah yang kami amati adalah rendah. Hal ini sesuai
dengan hasil pengamatan sebelumnya, yakni pada indeks keanekaragaman, bahwa
diketahui indeks keaneakaragam jenis hewan tanah yang diamati adalah sedang,
yakni 1,58, yang menunjukkan kestabilan komunitas bernilai rendah dan keadaan
kualitas lingkungan dikategorikan sebagai lingkungan telah tercemar (Hidayat,
2018). Berdasarkan pernyataan ini, maka dapat diketahui bahwa komunitas jenis
hewan tanah pada kebun biologi UM adalah rendah, dan berdasarkan sudut pandang
kualitas lingkungan termasuk dalam indikator tercemar. Karena itu, tingkat
keberhasilan bertahan hidup jenis hewan tanah di kebun biologi tergolong rendah.
Keberadaan hewan tanah dalam lingkungannya sangat tergantung pada ketersediaan
energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya, seperti bahan organik
dan biomassa hidup yang semuanya berkaitan dengan aliran siklus karbon dalam
tanah (Izmiarti, dkk, 2015). Dengan ketersediaan energi dan hara bagi serangga
permukaan tanah tersebut, maka perkembangan dan aktivitas serangga permukaan
tanah akan berlangsung baik (Izmiarti, dkk, 2015). Keberadaan hewan tanah
memiliki beberapa peranan diantaranya memperbaiki sifat fisik tanah dan menambah
kandungan bahan organiknya, juga sebagai perombak material tanaman dan
penghancur kayu (organisme dekomposer) (Izmiarti, dkk, 2015).
H. Kesimpulan
1. Berdasarkan hasil praktikum pitfall trap yang dilakukan diketahui terdapat
beberapa spesies hewan arthropoda tanah yang terdapat di kebun biologi
Universitas Negeri Malang. Berikut merupakan spesies hewan arthropoda tanah
yang berhasil diidentifikasi yaitu, Zootermois angusticollis, Anoplolepis
gracilipes,Drosophila melanogaster, Pygonomyrex californicus, Messor
barbarus, Eumodicogryllus bordigalensi, Tetramorium bicarinatum, Micromus
tasmaniae, dan Caratitis capitata
2. Berdasar hasil analisi data yang dilakukan diketahui bahwa nilai keragaman,
kemerataan, dan kekayaan jenis hewan arthropoda tanah dikebun biologi
Universitas Negeri Malang. Nilai keragaman, kemerataan, dan kekayaanhewan
arthropoda tanah dikebun biologi Universitas Negeri Malang secara berurutan
1,59; 0,72; 1,9.
DAFTAR RUJUKAN
Hanafiah, K.A., Napoleon, A, Ghoffar, N. 2007. Biologi Tanah: Ekologi dan Makrobiologi
Tanah. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Ismawan, A., Rahayu, S. E., dan Dharmawan, A. 2015. Kelimpahan dan Keanekaragaman
Burung di Prevab Taman Nasional Kutai Kalimantan Timur. Jurnal Oline Universitas
Negeri Malang. Malang: Universitas Negeri Malang.
Iswandaru, D., Setiawan, A., dan Winarno, Gunardi Dj. 2018. Panduan Praktikum
Manajemen Hidupan Liar (MJL). Lampung: Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian
Universitas Lampung.
Izmiarti, M. S., Zakaria, I. J., Jabang, N., Rizaldi, dan Nofrita. 2015. Penuntun Praktikum
Ekologi Hewan. Padang: Universitas Andalas.
Kurniawan, Agis J., Prayogo, H., dan Erianto. 2018. Keanekaragaman Jenis Burung Diurnal
di Pulai Temajo Kecamatan Sungai Kunyit Kabupaten Mempawah Kalimantan Barat.
Jurnal Hutan Lestari. Pontianak: Universitas Tanjungpura Pontianak.
Sulistyani, Teguh H., Margaretha, R., dan Partaya. 2014. Keanekaragaman Jenis Kupu-Kupu
(Lepidoptera rhopalocera) di Cagar Alam Ulolanang Kecubung Kabupaten Batang.
Journal of Life Science. Semarang: Universitas Negeri Semarang.