Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN LENGKAP

EKOLOGI HEWAN
SUMBER DAYA ALAM SERANGGA CAHAYA
(LIGHT TRAP)

Di susun
Oleh :

Nama : Gusti Ayu Kadek Yunita Safitri


Stambuk : A22116053
Kelas :B
Kelompok : 14
Asisten : Aris Munandar S.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS TADULAKO

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan atas kehadirat Tuhan Yang maha Esa yang
telah memberikan nikmat berupa kesahatan dan kekuatan sehingga penulis dapat
menyusun laporan lengkap pada mata kuliah Ekologi Hewan yang berjudul “SDA
Serangga Cahaya (Light Trap)”.

Tidak lupa penulis sampaikan banyak terimakasi kepada seluruh anggota


kelompok 14 dengan modul praktikum “SDA Serangga Cahaya (Light Trap)”,
kepada asisten lapangan yang telah membimbing seleuruh praktikan sehingga
kami memperleh arah dan tujuan untuk melakukan pengamatan, dan tak lupa
penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dosen pengampuh mata kuliah
Ekologi Hewan yang telah memberi banyak masukan dan membimbing serta
memberikan bekal teori dan praktik sehingga kami memiliki bekal dalam
melakukan pengamatan “SDA Serangga Cahaya (Light Trap)”.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyelesaikan


laporan ataupun dalam melakukan pengamatan “SDA Serangga Cahaya (Light
Trap)”, oleh sebab itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
pengetahuan mengenai serangga cahaya dan adaptasinya pada lingkungan
tertentu. Penulis berharap laporan ini bermanfaat untuk membantu menambah
wawasan dan pengetahuan mahasiswa

Palu, 22 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

Kata pengantar i

Daftar Isi ii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan
4. Manfaat Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode Penelitian
2. Waktu dan tempat
3. Alat dan bahan
4. Prosedur kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil Pengamatan
2. Pembahasan

BAB V PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran

Daftar lampiran

Laporan sementara

Gambar
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat adaptasi yang
sangat tinggi. Ukuran serangga relaitif kecil dan pertama kali sukses
berkoloni di bumi. Serangga merupakan hewan yang beranekaragam,
serangga adalah makhluk hidup yang domina n di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan dibumi.
Serangga dibagi pada beberapa ordo seperti orthoptera, isoptera,
thysanoptera, hemiptera,homoptera, lepidoptera, celeoptera, diptera, dan
hymenoptera. Serangga juga memiliki beberapa ciri yang khas yaitu diantaranya
tubuhnya dibagi menjadi 1 bagian, serangga juga termasuk kelas insekta,
tubuhnya beruas-ruas. Serangga memiliki tipe metamorphosis yaitu
paurometabola dan holometabola. Serangga memiliki antenna yang fungsinya
cukup beragam,yaitu sebagai peraba, pembau dan perasa. bentuk antena serangga
bermacam-macam, dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk mengidentifikasi
makhluk asing.
Walaupun ukuran tubuh serangga relative kecil dibandingkan dengan
vertebrata, kuantitasnya yang demikian besar menyebabkan serangga sangat
berperan dalam biodiversity (keanekaragaman bentuk hidup) dan dalam siklus
energy dalam suatu habitat. Keanekaragaman yang tinggi dalam sifat-sifat
morfologi, fisiologi, dan prilaku adaptasi dalam lingkungannya.
Adapun faktor-faktor yang melatarbelakanggi dilakukannya penelitian di
Dusun Lino, Desa Lembah Sada, Kecamatan Banawa Selatan, Kabupaten
Donggala karena di desa tersebut memiliki kondisi alam yang cukup menunjang
untuk kehidupan organisme didalamnya, seperti kondisi fisik lingkungan, suhu,
intensitas cahaya dan kelembaban di deerah ini sangat baik. Selain itu Desa
Tolongano mempunyai hutan yang berlum terlalu di jamah manusia. Sehingga
sangat cocok di gunakan sebagai tempat di lakukan nya pratikum lapangan mata
kuliah Ekologi hewan yaitu Sumber Daya Alam Serangga cahaya (Light Trap).
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada pengamatan light trap yaitu :
1. Bagaimana keanekaragam jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa
Tolongano, Kabupaten Donggala
2. Bagaimana kelimpahan jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa
Tolongano, Kabupaten Donggala
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai:
1. Keanekaragaman jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,
kabupaten donggala.
2. Kelimpahan jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,
kabupaten donggala.
1.4 Manfaat
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan
menganalisis keanekaragaman jenis serangga dan sebagai bahan dasar untuk
mengambil kebijakan yang bermanfaat bagi pembelajaran mahasiswa Pendidikan
Biologi Universitas Tadolako.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Serangga adalah anggota dari filum atropoda (binatang dengan kaki


beruas-ruas) yang terbagi menjadi tiga sub filum yaitu filum Trilobita (telah punah
dan tinggal sisa-sisanya/fosil) Chelicerata (terdiri atas beberapa kelas termasuk
Arachnida) dan Mandibulata (terdiri atas beberapa kelas yang salah satunya
adalah kelas insect/Hexapoda). Serangga malam merupakan golongan hewan yang
menghabiskan sebagian besar hidupnya untuk beraktivitas pada malam hari
(Adeliny 2018).
Salah satu sifat serangga adalah memiliki ketertarikan terhadap cahaya,
dalam praktek secara tradisional hal ini telah lama diaplikasikan misalnya
menggunakan lampu petromak untuk menangkap laron (serangga), menangkap
lalat buah dengan warna kuning, menangkap lalat dengan warna-warni yang
mencolok dan menangkap nyamuk dengan menggunakan ultraviolet. Intensitas
cahaya dapat berpengaruh terhadap perilaku serangga (hama), sehingga intensitas
cahaya dapat dimanfaatkan guna menangkap serangga (hama) yang mana
penangkapan serangga (hama) tersebut dapat dimanfaatkan dalam bidang
pertanian (pengendalian hama serangga) serta dapat digunakan sebagai bahan
pakan ternak. Cahaya memiliki daya tarik dan mampu mempengaruhi perilaku
serangga (hama), dengan intesitas tertentu akan diperoleh efisiensi sumber energi
(catu daya), serta daya pikat untuk mengumpulkan serangga (hama). Kemampuan
ini dapat dijadikan sebagai alat pengendalian populasi serangga yang tidak
menguntungkan (hama) dengan pendekatan ramah lingkungan (Mukhlis, 2016).
Ada dua faktor yang memengaruhi perkembangan populasi serangga yaitu
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi kemampuan
berkembang-biak yang dipengaruhi oleh natalitas dan fekunditas, sex rasio antara
serangga jantan dan betina, sifat mempertahankan diri, siklus hidup, dan umur
imago, sedangkan faktor eksternal meliputi faktor temperatur, kelembapan,
cahaya, warna, bau, angin, makanan, ruang, dan faktor hayati/ musuh alami
(Natawigena, 1990 dalam Sianipar, 2015).
Insekta atau serangga merupakan spesies hewan yang jumlahnya paling
dominan di antara spesies hewan lainnya dalam filum Arthrophoda. Serangga
dapat dijumpai di semua daerah di atas permukaan bumi baik di darat, laut,
maupun udara. Mereka hidup sebagai pemakan tumbuhan, serangga, atau binatang
lain, bahkan mengisap darah manusia dan mamalia. Serangga merupakan hewan
beruas dengan tingkat adaptasi yang sangat tinggi. Fosil-fosilnya dapat dirunut
hingga ke masa fosil raksasa primitif telah ditemukan. Sejumlah anggota Diptera
seperti lalat dan nyamuk yang terperangkap pada getah juga ditemukan. Serangga
mampu hidup dimanapun, bahkan ada serangga yang mampu hidup tanpa oksigen
sekalipun (Hasyimudin, 2017).
Serangga hama memiliki kemampuan untuk menemukan tanaman inang.
Menurut Sunarno (2011) kesesuaian isyarat visual maupun isyarat kimia akan
menyebabkan serangga lebih tertarik menemukan inangnya. Respon dapat berupa
gerak mendekat, menjauh maupun mematikan serangga secara perlahan. Respon
tersebut dijadikan landasan oleh para peneliti untuk mengendalikan serangga
hama di pertanian. Bentuk pengendalian hama yaitu sticky trap, yellow trap, light
trap, pemanfaatan senyawa atraktan, repelen dan feromon, dan insektisida nabati
maupun kimia. Hasil wawancara kepada petani pada bulan Januari 2016 di Desa
Selokerto, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang menunjukkan sebagian besar
petani jeruk menggunakan insektisida kimia dalam mengendalikan serangan
hama. Mereka menganggap insektisida kimia lebih efektif menurunkan serangan
hama (Oktaviana, 2009).
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif ekploratif.


Penelitian ini bersifat deskriptif ekploratif. Penelitian dilakukan di di dusun lino,
desa lembah sada ,kecematan banawa, kabupaten donggala. Pengambilan data
menggunakan light trap dengan memberi perlakuan warna lampu yaitu putih,
merah, kuning, hijau, dan biru.

3.2 Waktu dan Tempat

Waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum lapangan yaitu :

Hari/tanggal : Jumat- Sabtu / 13-14 April 2019

Waktu : Pukul 18.00 wita – selesai

Tempat : Dusun Lino, Desa tolongano, Kecamatan Banawa Selatan,

Kabupaten Donggala.

3.3 Alat dan Bahan

3.3.1 Alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :


1. Lampu
 Boh lam warna putih sebagai control
 Boh lam warna warni sebagi pembanding
2. Kabel untuk menyambungkan lampu dan sumber listrik.
3. Toples sebagai wadah untuk perangkap
4. Kamera sebagai alat dokumentasi
5. Jenset sebagai sumber listrik
6. Meteran untuk mengukur dan menentukan panjang transek
7. Buku identifikasi serangga.
8. Tali rafia untuk mengikat toples
9. Senter dan baterai sebagai penerangan saat pengamatan
10. Thermometer sebagai pengukur suhu
11. Patok sebagai penyangga toples
12. Penggaris 30 cm untuk mengukur panjang serangga.
13. Alat tulis menulis untuk menliskan hasil pengamatan
14. Saringan untuk menyaring hewan yang terkena perangkap
15. Anemometer untuk menghitung kecepatan angin
16. Hygrometer untuk menghitung kelembaban

3.3.2 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:


1. Air sebagai pencampur alcohol.
2. Alcohol agar serangga masuk dalam toples tidak bias keluar
3. Plastic sampel untuk tempat menaruhkan serangga yang sudah tertangkap di
light trap.
4. Kertas label untuk member nama spesies yang di temukan.

3.4 Teknik pengambilan data


Data yang dikumpulkan yaitu jenis, kelimpahan, dan keanekaragaman spesies
yang ditemukannya satwa.
3.4.1 Pengamatan langsung
1) Metode light trap
Metode penelitian yang digunakan adalah bersifat deskriptif ekploratif.
Penelitian ini bersifat deskriptif ekploratif. Penelitian dilakukan di di dusun lino,
desa lembah sada ,kecematan banawa, kabupaten donggala. Pengambilan data
menggunakan light trap dengan memberi perlakuan warna lampu yaitu putih,
merah, kuning, hijau, dan biru.

Pengambilan data dilakukan pada pukul 18.00-20.00, 20.00-22.00, dan


22.00- 00.00, 00.00-02.00, dan 02.00-04.00 WITA. Serangga yang terjebak pada
toples yang berisi yang bercampur dengan alcohol agar serangga tidak bisa keluar
lagi. Jenis lampu yang digunakan lampu yang berwarna putih. Sumber energi
berasal dari aki atau jenset. Pengukuran faktor abiotik (suhu, kelembaban udara,
dan kecepatan angin) dilakukan satu kali pada setiap pengambilan data.

3.6 Analisis Data


3.6.1 Indeks keanekaragaman jenis (H’)
Ludwig dan Reynold (1998) menyatakan bahwa keanekaragaman jenis
mamalia ditentukan dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shannon–
Wiener dengan rumus :
H’= -∑pi ln pi; dimana pi = ni N
Keterangan :
H’ = Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
ni = Jumlah individu setiap jenis
N =Jumlah individu seluruh jenis Untuk menentukan keanekaragaman jenis
serangga,

Kriteria nilai indeks keanekaragaman Shanon-Wieners seperti berikut:

nilai indeks shanon-wiener Kategori


>3 Keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu
tiap spesies tinggi dan kestabilan komunitas tinggi
1–3 Keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah
individu tiap spesies sedang dan kestabilan
komunitas sedang
<1 Keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah
individu tiap spesies rendah dan kestabilan
komunitas rendah

3.6.2 Rumus Kelimpahan Jenis


Kelimpahan individu dapat dinyatakan sebagai jumlah individu persatuan
luas, dimana dapat dihitung dengan rumus :
𝑋𝑖
𝐴=
𝑛𝑖

Keterangan:
𝐴 = Kelimpahan (individu/m2)
𝑋𝑖 = Jumlah individu
𝑛𝑖 = Luas plot jenis ke-I di temukan (m2)
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 HASIL PENGAMATAN

Tabel 4.1.1 Kondisi fisik-kimia desa tolongano


No Parameter Nilai Kisaran
1 Suhu 27,2 0C
2 Kelembaban 99.9 00/0
3 Kecepatan Angin 0,8 m/s

Tabel 4.1.2 Jenis-Jenis Serangga Cahaya


No Ordo Family Genus Spesies
1 Diptera Tachinidae Triarthria Triarthria setipennis
2 Blattodea Termitidae Macrotermes Macrotermes gilvus
3 Lepidoptera Crambidae Nymphula Nymphula sp.
4 Coleopteran Geotrupidae Geotrupes Geotrupes sp.
5 Hymenoptera Agaonidae Blastopaga Blastophaga sp.
6 Hymenoptera Formicidae Anoplolepis Anoplolepis sp.
7 Hymenoptera Berytidae Zelus Zelus sp.
8 Hymenoptera Formicidae Solenopsis Solenopsis sp.

Tabel 4.1.3 Anilisis keanekaragaman jenis serangga cahaya


No Nama Pengambilan Data Jam ∑ Pi Ln. Pi Pi. H1
21 22 23 lnpi
1 Triarthria setipennis 1 11 - 12 0,35 -1,05 -0,36 0,36
2 Macrotermes gilvus 2 3 5 10 0,29 -1,23 -0,35 0,35
3 Nymphula sp. 1 1 1 3 0,08 -2,52 -0,20 0,20
4 Geotrupes sp. - 1 - 1 0,03 -3,50 -0,10 0,10
5 Blastophaga sp. - 1 1 2 0,05 -2,99 -0,14 0,14
6 Anoplolepis sp. - 4 - 4 0,11 -0,21 -0,24 0,24
7 Zelus sp. - - 1 1 0,03 -3,50 -0,10 010
8 Solenopsis sp. - 1 - 1 0,03 -3,50 -0,10 010
Total 34 -1,59 1,59

Tabel 4.1.4 Tabel Cacah Lampu Putih


Pengambilan Data Jam
No. Nama Jumlah
21 22 23 24 25
1 Triarthria setipennis 1 - - 1
2 Macrotermes gilvus 2 3 1 6
3 Nymphulla sp. 1 - - 1
4 Geotrupes sp. - 1 - 1
5 Blastophaga sp. - 1 1 2
6 Anoplolepis sp. - 1 - 1
7 Zelus sp. - - 1 1

Tabel 4.1.5. Tabel Cacah Lampu Merah


Pengambilan Data Jam
No. Nama Jumlah
21 22 23 24 25
1 Anoplolepis sp. - 1 - 1

Tabel 4.1.6 Tabel Cacah Lampu Kuning


Pengambilan Data Jam
No. Nama Jumlah
21 22 23 24 25
1 Anoplolepis sp. - 2 -
2 Nympulla sp. - 1 -
3 Macrotermes gilvus - - 2
Tabel 4.1.7. Tabel Cacah Lampu Hijau
Pengambilan Data Jam
No. Nama Jumlah
21 22 23 24 25
1 Solenopsis sp. - 1 - 1
2 Nympulla sp. - - 1 1

Tabel 4.1.7. Tabel Cacah Lampu Biru

Pengambilan Data Jam


No. Nama Jumlah
21 22 23 24 25
1 Triarthria setipennis - 11 - 11
2 Macrotermes gilvus - - 2 2

Tabel 4.1.8 Kelimpahan Jenis Serangga

No Nama spesies Waktu Pengambilan ∑ 𝐴


Sampel (individu/m2)
21 22 23
1. Triarthria setipennis 1 11- 12 0,48
2. Macrotermes gilvus 2 3 5 10 0,40
3. Nymphula sp. 1 1 1 3 0,12
4. Geotrupes sp. - 1 - 1 0,04
5. Blastophaga sp. - 1 1 2 0,08
6. Anoplolepis sp. - 4 - 4 0,16
7. Zelus sp. - - 1 1 0,04
8. Solenopsis sp. - 1 - 1 0,04
Total 34 1,36
ANALISIS DATA :

4.1.3 Anilisis keanekaragaman jenis serangga cahaya

1. Triarthria setipennis

Pi = ni/N = 12/34 = 0,35

Len pi = -1,05

Pi. Len pi = 0,35 X (-1,05) = -0,36

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,36) = 0,36

2. Macrotermes gilvus

Pi = ni/N = 10/34 = 0,29

Len pi = -1,23

Pi. Len pi = 0,29 X (-1,23) = -0,35

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,35) = 0,35

3. Nymphula sp.

Pi = ni/N = 3/34 = 0,08

Len pi = -2,52

Pi. Len pi = 0,08 X (-2,52) = -0,20

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,20) = 0,20

4. Geotrupes sp.

Pi = ni/N = 1/34 = 0,029

Len pi = -3,54

Pi. Len pi = 0,029 X (-3,54) = -0,102


H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,102) = 0,102

5. Blastophaga sp.

Pi = ni/N = 2/34 = 0,058

Len pi = -2,84

Pi. Len pi = 0,058 X (-2,84) = -0,164

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,164) = 0,164

6. Anoplolepis sp.

Pi = ni/N = 4/34 = 0,11

Len pi = -2,21

Pi. Len pi = 0,11 X (-2,21) = -0,24

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,24) = 0,24

7. Zelus sp.

Pi = ni/N = 1/34 = 0,029

Len pi = -3,54

Pi. Len pi = 0,029 X (-3,54) = -0,10

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,10) = 0,10

8. Solenopsis sp.

Pi = ni/N = 1/34 = 0,029

Len pi = -3,54

Pi. Len pi = 0,029 X (-3,54) = -0,10

H1 = -∑ pi. Len pi = -∑ X (-0,10) = 0,10


4.1.8 Kelimpahan Jenis Serangga

1. Triarthria setipennis

A = Xi/ni = 12/25 = 0,48 individu/m2

2. Macrotermes gilvus

A = Xi/ni = 10/25 = 0,40 individu/m2

3. Nympulla sp.

A = Xi/ni = 3/25 = 0,12 individu/m2

4. Geotrupes sp.

A = Xi/ni = 1/25 = 0,04 individu/m2

5. Blastophaga sp.

A = Xi/ni = 2/25 = 0,08 individu/m2

6. Anoplolepis sp.

A = Xi/ni = 4/25 = 0,16 individu/m2

7. Zelus sp.

A = Xi/ni = 1/25 = 0,04 individu/m2

8. Solenopsis sp.

A = Xi/ni = 1/25 = 0,04 individu/m2


4.2 Pembahasan
Serangga malam merupakan golongan hewan yang menghabiskan
sebagian besar hidupnya untuk beraktivitas pada malam hari, Salah satu sifat
serangga adalah memiliki ketertarikan terhadap cahaya. Cahaya memiliki daya
tarik dan mampu mempengaruhi perilaku serangga (hama), dengan intesitas
tertentu akan diperoleh efisiensi sumber energy, serta daya pikat untuk
mengumpulkan serangga (hama).
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan pada pengamatan sumber daya
alam serangga cahaya (light trap) menggunakan metode deskriptif ekploratif, dan
didalam melakukan penelitian menggunakan teknik tiga pengambilan sampel
dalam jeda waktu dua jam. Adapun penerang cahaya yang gunakan yaitu lampu
berwarna putih, biru, merah, kuning dan hijau tujuannya agara mengetahui tingkat
pencahayaan yang disukai oleh serangga dan dapat menarik perhatian serangga.
Pada umumnya serangga akan mendekati cahaya atau sumber cahaya yang lebih
dekat dari pada cahaya bulan karena saat melihat cahaya lebih kuat pada salah
satu mata, sehingga salah satu sayap akan dikepakan lebih cepat kemudian
serangga akan terbang dengan arah spiral yang semakin mengecil dan semakin
mendekat kea rah cahaya.
Berdasarkan hasil pengamatan yang di peroleh jenis-jenis serangga cahaya
yang di peroleh yaitu Triarthria setipennis, Macrotermes gilvus, Nymphula sp.,
Geotrupes sp., Blastophaga sp., Anoplolepis sp., Zelus sp. Dan Solenopsis sp.
Adapun keanekaragaman jenis serangga yang diperoleh yaitu pada spesies
Triarthria setipennis dengan jumlah 12 ekor, spesies Macrotermes gilvus dengan
jumlah 10 ekor, spesies Nymphula sp. dengan jumlah 3 ekor, Geotrupes sp.
dengan jumlah 1 ekor, spesies Blastophaga sp. dengan jumlah 2 ekor, spesies
Anoplolepis sp. dengan jumlah 4 ekor, spesies Zelus sp. dengan jumlah 1 ekor dan
spesies Solenopsis sp. dengan jumlah 1 ekor.
Setelah melakukan pengamatan diperoleh hasil bahwa lampu balon
berwarna putih memiliki daya tarik terhadap serangga yang paling banyak yaitu
terdapat 7 speises yang menyukai lampu (cahaya putih). Pada lampu berwarna
merah hanya satu jenis serangga yang mendekati cahaya. Pada lampu atau cahaya
kuning terdapat 3 jenis serangga yang mendekati cahaya kuning. Pada lampu
balon berwarna hijau terdapat 2 spesies yang mendekati cahaya hijau. Pada lampu
cahaya berwarna biru terdapat 2 jenis serangga yang mendekati cahaya biru.
Adapun untuk kelimpahan jenis serangga yang diperoleh yaitu Triarthria
setipennis dengan jumlah kelimpahan 0,48 individu/m2, spesies Macrotermes
gilvus dengan jumlah kelimpahan 0,40 individu/m2, spesies Nymphula sp. dengan
jumlah kelimpahan 0,12 individu/m2, Geotrupes sp. dengan jumlah kelimpahan
0,04 individu/m2, spesies Blastophaga sp. dengan jumlah kelimpahan 0,08
individu/m2, spesies Anoplolepis sp. dengan jumlah kelimpahan 0,16 individu/m2,
spesies Zelus sp. dengan jumlah kelimpahan 0,04 individu/m2 dan spesies
Solenopsis sp. dengan jumlah kelimpahan 0,04 individu/m2. Sehingga di peroleh
tingkat kelimpahan mencapai 1,36.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Keanekaragaman jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,


kabupaten donggala. Antara lain spesies Triarthria setipennis
Macrotermes gilvus, Nymphula sp. Geotrupes sp. Blastophaga sp.
Anoplolepis sp. Zelus sp. spesies Solenopsis sp. adapun tingkat
keanekaragaman jenis serangga cahaya yaitu mencapai 1,59 yakni dapat
dikategorikan sedang karena nilai indek keanekaragaman pada interval 1-
3.
2. Kelimpahan jenis serangga yang ada di Dusun Lino, Desa Tolongano,
kabupaten donggala yaitu 1,36 individu/m2.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat penulis sampaikan yaitu agar tingkat penelitian
yang relevan mengenai serangga cahaya lebih ditingkatkan lagi, mengenai
metode indentifikasi dan referensi mengenai serangga cahaya lebih banyak
lagi dikumpulkan guna menambah wawasan peneliti untuk mengidentifikasi
jenis-jenis serangga yang ada di desa tolongano khusunya. Selain itu penulis
berharap agar laporan ini dapat menjadi salah satu referensi yang digunakan
untuk menambah wawasan pembaca.

Anda mungkin juga menyukai