PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000
spesies golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di
bidang pertanian banyak dikenal sebagai hama. Sebagian bersifat sebagai predator,
parasitoid, atau musuh alami. Kebanyakan spesies serangga bermanfaat bagi manusia.
Sebanyak 1.413.000 spesies telah berhasil diidentifikasi dan dikenal, lebih dari 7.000
spesies baru di temukan hampir setiap tahun. Karena alasan ini membuat serangga
berhasil dalam mempertahankan keberlangsungan hidupnya pada habitat yang
bervariasi, kapasitas reproduksi yang tinggi, kemempuan memakan jenis makanan
yang berbeda, dan kemampuan menyelamatkan diri dari musuhnya (Djarubito, 1993).
Serangga merupakan Filum Arthropoda (termasuk pada kelas insekta).
Filum Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki)
merupakan hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen. Segmen
tersebut juga terdapat pada tubuhnya. Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral
dan tergolong tripoblastik selomata. Arthropoda adalah filum yang paling besar dalam
dunia hewan dan mencakup serangga, laba-laba, udang, lipan dan hewan mirip
lainnya. Arthropoda adalah nama lain hewan berbuku-buku (Hadi, 2009).
Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan udara,
serta termasuk berbagai bentuk simbiotis dan parasit. Hampir dari 90% dari seluruh
jenis hewan yang diketahui orang adalah Arthropoda. Arthropoda dianggap
berkerabat dekat dengan Annelida, contohnya adalah Peripetus di Afrika Selatan.
Filum Arthropoda sebagian berperan sebagai mangsa dari sejumlah hewan predator
yang terdiri atas arthropoda lain dan spesies bukan arthropoda (Hadi, 2009).
1.2 RUMUSAN MASALAH
Makalah ini mempunyai rumusan masalah sebagai berikut :
1.3 TUJUAN
Makalah ini mempunyai tujuan sebagai berikut :
BAB II
PEMBAHASAN
Gambar Hipotesis evolusi tubuh serangga yang berasal dari hewan sejenis
cacing (Ross, 1964)
1. Caput (Kepala)
Kepala/caput merupakan bangunan anterior yang menyerupai
kapsul. Menurut Trisyono (2004) caput merupakan sebuah konstruksi yang
padat dan keras dan terdapat beberapa suture yang menurut teori evolusi caput
tersebut terdiri dari empat ruas yang mengalami penyatuan. Kepala pada
dasarnya tersusun atas 6 segmen yang berfusi. Keenam segmen tersebut tidak
tampak lagi pada hewan dewasa, tetapi pada saat embrio teramati. Bukti
adanya keenam segmen pada saat dewasa yaitu terlihat adanya 6 apendiks
yang meliputi dorsal, antena, interkalari, mandibula, maksila, dan labial.
Pada kepala terdapat mata, antena dan alat mulut. Bentuk kepala
bervariasi yang sangat berkaitan dengan bagaimana serangga makan.
Serangga-serangga dengan alat mulut pengunyah secara normal memiliki
kepala yang sangat besar, yang lurus ke arah bawah. Serangga dengan alat
mulut pencucuk-pengisap mempunyai kepala yang kecil yang bervariasi
dalam kenampakan maupun letaknya.
a. Tipe Kepala Serangga
Ada tiga tipe kepala serangga yaitu hypognathous, acrididae, dan
carabidae. Hypognathous apabila alat mulutnya menghadap ke bawah,
contoh serangganya adalah belalang. Acrididae prognathous apabila alat
mulutnya menghadap ke depan, contoh serangganya adalah kumbang.
Carabidae dan ephistognathous apabila alat mulutnya menghadap ke
belakang, contoh serangga adalah semua serangga ordo Hemiptera
(Trisyono, 2004).
d. Mulut
Bagian-bagian mulut serangga dapat diklasifikasikan menjadi dua tipe umum,
yaitu mandibulata (pengunyah) dan haustelata (penghisap), tipe alat mulut
pengunyah, mandibel bergerak secara transversal yaitu dari sisi ke sisi, dan serangga
tersebut biasanya mampu menggigit dan mengunyah makanannya (Trisyono, 2004).
Tipe mulut penghisap memiliki bagian-bagian dengan bentuk seperti probosis
yang memanjang atau paruh dan melalui alat itu makanan cair dihisap. Tipe mulut
penggigit yaitu Mulut tipe pengigit dilengkapi dengan rahang atas dan bahwa yang
sangat kuat, contohnya mulut belalang dan jangkrik. Tipe mulut penusuk-penghisap
yaitu mulut tipe penusuk-penghisap mempunyai rahang yang panjang dan runcing.
Contohnya nyamuk. Mulut penghisap yaitu mulut tipe penusuk-penghisap dilengkapi
dengan alat seperti belalai panjang yang dapat digulung, contohnya mulut kupu kupu.
dan mulut penjilat yaitu mulut tipe penjilat dilengkapi dengan alat untuk menjilat.
Contohnya mulut lebah madu dan lalat (Jumar, 2000).
2. Thorax (Dada)
Toraks adalah bagian yang menghubungkan antara caput dan abdomen. Torak
juga merupakan daerah lokomotor pada serangga dewasa karena pada torak terdapat
tiga pasang kaki dan dua atau satu pasang sayap (kecuali ordo Thysanura tidak
bersayap). Torak bagian dorsal disebut notum (Jumar, 2000).
Dada (thorax) terdiri atas 3 segmen yaitu prothorax (anterior): adalah bagian
depan dari thoraks dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai depan,
mesothorax (tengah) bagian tengah dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi
sepasang tungkai tengah dan sepasang sayap depan dan metathorax (posterior) bagian
belakang dari thorax dan sebagai tempat atau dudukan bagi sepasang tungkai
belakang dan sepasang sayap belakang. Tiap-tiap segmen tertutup oleh eksokeleton,
di bagian dorsal disebut tergum, disisi lateral disebut pleura, dan di bagan ventral
disebut sternum (Jumar, 2000). Pada mesothorax dan metathorax masing-masing
terdapat sepasang sayap.
3. Abdomen (Perut)
Abdomen serangga merupakan bagian tubuh yang memuat alat pencernaan,
ekskresi, dan reproduksi. Abdomen serangga terdiri dari beberapa ruas, rata-rata 9-10
ruas jumlah segmen abdomen embrio insekta adalah 11 dan masing-masing segmen
membawa sepasang apendiks rudimenter (Jumar, 2000).
Sedangkan pada insekta fase dewasa abdomennya tidak memiliki apendiks dan
sejumlah segmen biasanya mereduksi. Segmen pertama abdomen belalang berfusi
dengan metathoraks. Hasil penggabungan ini hanya terdri atas tergum saja, dan
disetiap sisi segmen ini terdapat sebuah membran tympani berbentuk oval yang
merupakan penutup sebuah kantung pendengaran. Pada segmen ke 9 dan ke 10
sternumnya berfusi, sedangkan tergumnya hanya sebagian saja yang berfusi. Segmen
ke 11 hanya terdiri atas tergum saja dan membentuk alat genitalia. Pada hewan jantan
terdiri atas lempeng sub genital, 2 lempeng podical, dan 2 cerci (Jumar, 2000).
Sedangkan pada hewan betina memiliki 2 lempeng podical, 2 cerci, dan 3
pasang lempeng yang dapat digerakkan dimana membentuk ovipositor, alat untuk
meletakkan telur Sesungguhnya, terdapat sejumlah serangga yang tidak memiliki
ovipositor, dengan demikian serangga ini menggunakan cara lain untuk meletakkan
telurnya. Jenis serangga tersebut terdapat dalam ordo Thysanoptera, Mecoptera,
Lepidoptera, Coleoptera, dan Diptera. Serangga ini biasanya akan menggunakan
abdomennya sebagai ovipositor. Beberapa spesies serangga dapat memanfaatkan
abdomennya yang menyerupai teleskop sewaktu meletakkan telur-telurnya (Jumar,
2000).
2.2. Dinding tubuh
Dinding tubuh serangga tidak hanya berfungsi untuk melindungi bagian luar
tubuh tetapi juga merupakan struktur untuk memperkokoh tubuh dan juga sebagai
tempat melekatnya otot (Gillot, 2005). Integumen terdiri dari tiga lapisan utama,
yaitu:
1. Lapisan dasar (basement membrane) dengan ketebalan kurang lebih
mm.
2. Epidermis atau hipodermis yang mempunyai ketebalan satu sel.
Pada serangga dewasa dan nimfa, dan hexapoda pada umumnya, salah satu
fitur eksternal yang paling mencolok adalah penggabungan dari segmen menjadi unit
fungsional (tagmosis). Proses tagmosis telah melahirkan tagmata (daerah) familiar
dari kepala, toraks, dan abdomen. Proses tagmosis tersebut menghasilkan daerah yang
dikenal dengan sebutan tagmata (daerah) kepala, toraks dan abdomen. 6 segmen
menjadi kepala, 3 segmen menjadi toraks dan 11 segmen menjadi abdomen. (Gillot ,
2005)
Untuk membahas morfologi eksternal secara lebih rinci, beberapa indikasi
orientasi diperlukan. Tubuh bilateral simetris dapat dijelaskan menurut tiga sumbu
(Gullan dan Cranston, 2005):
1. longitudinal, atau anterior ke posterior, cephalic (kepala) ke caudal (ekor);
2. dorsoventral, atau dorsal (atas) ke ventral (bawah);
3. melintang, atau lateral (luar) melalui sumbu memanjang ke arah lateral
berlawanan.
Sayap
Sayap adalah eksistensi atau perluasan kutikula yang dibentuk oleh epidermis.
Sayap terdiri dari membran ganda yang mengandung pembuluh darah dari kutikula
yang lebih tebal yang berfungsi untuk memperkuat sayap. Meskipun pembuluh darah
ini bervariasi dalam polanya, mereka bersifat konstan dalam sebuah family, genus
atau spesies dan berfungsi sebagai salah satu sarana klasifikasi dan identifikasi
(Hickman, 2001).
Borror. 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, edisi VI. Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Trisyono, Suputa Y. Andi. 2004. Buku Ajar Entomologi Dasar. Yogyakarta: UGM.