Anda di halaman 1dari 11

SERANGGA

Serangga secara umum merupakan kelompok hewan yang memiliki kaki enam
(hexapoda), dimana badannya tersusun atas tiga bagian yaitu kepala, dada, dan perut.
Marheni (2017) menjelaskan bahwa serangga adalah kelompok hewan dengan ciri
memiliki jumlah kaki enam (heksapoda). Serangga merupakan arthropoda yang
tubuhnya terbagi atas kepala, dada dan perut. Kepala mempunyai satu pasang antena
dan dada dengan 3 pasang kaki biasanya terdapat 1 atau 2 pasang sayap pada tingkat
dewasa.
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi dengan
jumlah spesies hampir 80 persen dari jumlah total hewan di bumi. Dari 751.000 spesies
golongan serangga, sekitar 250.000 spesies terdapat di Indonesia. Serangga di bidang
pertanian banyak dikenal sebagai hama dan sebagian bersifat sebagai predator,
parasitoid, atau musuh alami. Fitriani (2015)
Secara umum serangga dapat dibedakan berdasarkan habitatnya yaitu di air,
tanah, dan udara. Serangga permukaan tanah merupakan serangga yang hidup di tanah.
Menurut Marheni (2017), Serangga permukaan tanah merupakan kelompok serangga
yang sebagian hidupnya berada di permukaan tanah, dalam proses kehidupannya tentu
memiliki syarat. Keberadaan serangga permukaan tanah dalam tanah sangat tergantung
pada ketersediaan energi dan sumber makanan untuk melangsungkan hidupnya.
Marheni (2017), menyatakan banyak macam serangga tanah meluangkan sebagian atau
seluruh hidup didalam tanah. Tanah tersebut memberikan serangga suatu pemukiman
atau sarang, pertahanan, dan seringkali makanan. Tanah diterobos oleh serangga tanah
menjadi lebih mengandung udara, dan tanah tersebut diperkaya oleh ekskresi dan
tubuh-tubuh serangga yang mati. Serangga tanah memperbaiki sifat-sifat fisik tanah
dan menambahkan kandungan bahan organiknya.
MORFOLOGI SERANGGA
Serangga memiliki bagian tubuh yang berfungsi untuk melindungi tubuhnya
dalam beraktifitas. Menurut Marheni (2017), tubuh serangga dilindungi oleh rangka
luar (eksoskeleton) yang berfungsi untuk perlindungan (mencegah kehilangan air) dan
untuk kekuatan (bentuknya silindris). Rangka luar serangga sangat kuat, tetapi tidak
menghalangi pergerakannya. Kelemahan dari rangka tersebut adalah berisi masa
jaringan, ukuran tubuh serangga terbatas oleh rangka dan berat rangka lebih dari 10%
dari total berat tubuh.
Menurut Marheni (2017), tubuh serangga terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
kepala, toraks, dan abdomen. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing
bagian tubuh serangga:
a. Kepala
Terdiri dari 3 sampai 7 ruas. Kepala berfungsi sebagai alat untuk pengumpulan
makanan, penerima rangsangan dan memproses informasi di otak. Kepala serangga
keras karena mengalami sklerolisasi. Kepala merupakan bagian anterior dari tubuh
serangga yang memperlihatkan adanya sepasang mata, sepasang sungut dan mulut.
Mata merupakan organ penglihatan, pada serangga terdapat mata majemuk dan
mata tunggal. Serangga dewasa mempunyai mata besar yang disebut mata majemuk
atau mata faset yang terdiri dari beberapa ribu ommatidia, sehingga bayangan yang
terlihat oleh serangga adalah mozaik. Mata tunggal mempunyai lensa kornea tunggal,
dibawahnya terdapat sel komeagen dan retina. Mata tunggal tidak membentuk
bayangan dan lebih berperan dalam membedakan intensitas cahaya.
Sungut adalah sepasang embelan beruas yang terletak di kepala, biasanya
diantara atau dibawah mata majemuk. Sungut digunakan oleh serangga untuk
menerima rangsangan dari lingkungan, fungsi utama sungut adalah untuk perasa dan
bertindak sebagai organ pengecap, organ pembau, dan organ pendengar. Sungut dapat
ditemukan pada semua serangga, baik pterigota maupun apterigota. Sungut terbagi
menjadi tiga bagian, yaitu:
1. Skape (batang dasar), yaitu ruas dasar sungut.
2. Pedikel (gantilan), yaitu ruas kedua.
3. Flagelum, yaitu ruas sisanya.
Sungut serangga mempunyai bentuk dan ukuran yang sangat bervariasi sehingga
dapat digunakan dalam identifikasi, yaitu :
1. Setaseus
Berbentuk seperti duri, pada bagian distal ruasnya menjadi langsing. Contoh
pada capung, capung jarum dan peloncat daun.
2. Filiform
Bentuk seperti benang, ruas-ruas hampir seragam dalam ukuran dan biasanya
silindris, misalnya pada kumbang tanah dan kumbang harimau.
3. Moniliform
Sungut seperti satu untaian merjan, ruas-ruas sama dalam ukuran dan kurang
lebih berbentuk bulat. Contohnya kumbang keriput kayu.
4. Serrata
Seperti gergaji, ruas-ruas terutama yang ada di distal separuh atau dua pertiga
sungut kurang lebih segi tiga, misalnya, kumbang loncat balik.
5. Pektinat
Sungut berbentuk seperti sisir, kebanyakan ruas-ruas dengan juluran lateral,
langsing dan panjang, misalnya kumbang warna api.
6. Klavat
Berbentuk seperti gada, ruas-ruas meningkat garis tengahnya disebelah distal,
contoh pada kumbang hitam dan kumbang lady bird. Bila ruas-ruas ujung
meluas 13 ke lateral membentuk gelambir oval disebut lamelat, misalnya pada
kumbang juni.
7. Genikulat
Berbentuk siku, dengan ruas pertama panjang dan ruas-ruas berikutnya kecil
dan membelok pada satu sudut dengan yang pertama. Misalnya pada kumbang
rusa dan semut calsid.
8. Plumosa
Sungut berbentuk seperti bulu, kebanyakan ruas-ruas dengan gerombolan
rambut-rambut panjang, misalnya nyamuk jantan.
9. Aristat
Ruas terakhir dari sungut biasanya membesar dan mengandung bulu-bulu
dorsal yang banyak, disebut arista. Contoh pada lalat rumah dan lalat syrphid.
10. Stilat
Pada ruas terakhir sungut mengandung juluran yang berbentuk seperti stili.
Misalnya sungut pada lalat perompak dan lalat penyelinap.
Mulut serangga berdasarkan sumber pakan di alam, yaitu :
1. Tipe Pengunyah (Chewing)
Tipe pengunyah merupakan tipe mulut yang banyak dijumpai pada serangga
dewasa dan serangga muda. Mandibula serangga tipe ini mengalami
sklerotisasi, bergerak secara transversal sehingga dapat digunakan untuk
memotong seperti pisau. Serangga biasanya mampu untuk menggigit dan
mengunyah makanannya.
2. Tipe Pemotong-penyerap (Cutting-sponging)
Tipe pemotong-penyerap dapat ditemukan pada lalat hitam dan lalat kuda.
Serangga tipe ini mempunyai mandibular dan maksila yang memanjang dan
berfungsi sebagai stilet untuk menusuk kulit.
3. Tipe Spon (Sponging)
Pada lalat rumah dewasa tipe mulutnya termodifikasi seperti spon. Lalat ini
terlebih dahulu membasahi makanan dengan sekresi air liurnya, kemudian
menjilati makanan tersebut.
4. Tipe Sifon (Siphoning)
Kupu-kupu dan ngengat memiliki tipe mulut sifon. Serangga tersebut mengisap
cairan melalui proboscis. Probosis pada lalat dewasa biasanya panjang dan
melingkar, terbentuk dari dua galea maksila dan saluran makanan ada diantara
kedua galea tersebut.
5. Tipe Penusuk-penghisap (Piercing-sucking)
Tipe mulut penusuk-penghisap termodifikasi untuk mempenetrasi penghalang
luar dari inang dan cairan dikeluarkan dari tubuh untuk mempermudah proses
penyerapan makanan. Serangga yang mempunyai tipe mulut ini biasanya
berperan sebagai vector penyakit, seperti serangga herbivor (cicada), parasit
(kutu dan nyamuk) dan karnivor (kutu pembunuh). Ada tiga tipe mulut
penusuk-penghisap, yaitu tipe yang sangat umum dijumpai pada nyamuk
(terdiri dari stilet yang panjang dan bergerigi), tipe yang hanya ditemukan pada
thrips (tipe ini merupakan peralihan antara pengunyah dan penusuk penghisap)
dan tipe yang ditemukan pada kutu penghisap (tersusun oleh tiga stilet yang
tersimpan dalam tubuh ketika tidak digunakan).
6. Tipe Pengunyah-peminum (Chewing-lapping)
Lebah madu dewasa mempunyai tipe mulut yang termodifikasi menjadi bentuk
lain yang dapat digunakan untuk makanan cair, seperti nectar dan madu.
Mandibula dapat digunakan untuk memotong, pertahanan, dan membentuk
sarang.
b. Toraks
Toraks terbagi menjadi tiga segmen dan tiap segmen mempunyai sepasang
kaki, sehingga jumlah kaki serangga enam (heksapoda). Hal tersebut merupakan alasan
mengapa serangga dimasukkan kedalam kelas heksapoda, yaitu kelompok hewan yang
mempunyai kaki enam. Toraks terdiri atas tiga ruas, pada setiap ruas terdapat sepasang
tungkai dan jika terdapat sayap terletak pada ruas kedua dan ketiga, masing-masing
sepasang sayap.
Bentuk tungkai bervariasi menurut fungsinya seperti untuk menggali (jangkrik,
Gryllidae), menangkap (walang sembah, Mantidae), untuk berjalan (semut,
Formicidae) dan sebagainya. Tungkai serangga bersklerotisasi dan terbagi menjadi
enam ruas, yaitu :
1. Koksa, yaitu ruas dasar
2. Trokanter, yaitu ruas sesudah koksa
3. Femur, biasanya ruas pertama yang panjang dari tungkai
4. Tibia, yaitu ruas kedua yang panjang
5. Tarsus, biasanya berupa sederet ruas-ruas kecil dibelakang tibia
6. Pretarsus, terdiri dari kuku-kuku atau serupa seta di ujung tarsus.
Sayap serangga tumbuh dari dinding tubuh yang terletak dorso-lateral antara
nota dan pleura. Pada umumnya serangga mempunyai dua pasang sayap yang terletak
pada ruas mesotoraks dan metatoraks. Pada sayap terdapat rangka dengan pola tertentu
dan sangat berguna dalam identifikasi. Rangka sayap merupakan struktur yang
berongga yang mengandung syaraf, trakea, dan hemolimf. Marheni (2017)
Sistem rangka sayap yang banyak dipakai adalah sistem yang dibuat oleh John
Comstock dan George Needham sehingga terkenal dengan sistem ComstockNeedham.
Marheni (2017) Ada dua macam rangka sayap, yaitu rangka sayap longitudinal dan
rangka sayap menyilang. Rangka sayap longitudinal terdiri dari: Kosta (C), Sub Kosta
(Sc), Radius (R), Media (M), Kubitus (Cu), dan Anal (A). Rangka sayap menyilang
menghubungkan rangkarangka sayap longitudinal yang utama dan biasanya diberi
nama sesuai dengan yang bersangkutan, misalnya: rangka sayap Humeral (H), Radio-
medial (R-m), medial (m), dan medio-cubital (m-cu).
c. Abdomen
Abdomen serangga terdiri dari 11 ruas. Abdomen berfungsi untuk menampung
sistem pencernaan, ekskretori, dan reproduksi Marheni (2017). Anatomi internal
serangga dicirikan oleh adanya sistem peredaran darah terbuka, saluran pernapasan,
dan tiga bagian saluran pencernaan.
Pada serangga dewasa terdapat spirakel dekat membrane pleural pada tiap
segmen dikedua sisi abdomen. Spirakel adalah bagian terbuka yang menghubungkan
sistem respirasi dengan luar tubuh. Pada bagian paling ujung abdomen terdapat anus,
yang merupakan saluran keluar dari sistem pencernaan. Pada serangga betina men
abdomen ke delapan dan Sembilan bersatu membentuk 17 ovipositor sebagai organ
yang membantu peletakan telur Marheni (2017).

RESEPTOR
Reseptor adalah molekul protein yang secara normal diaktivasi oleh transmitor
atau hormon. Saat ini banyak reseptor yang telah banyak diklon dan diketahui urutan
asam aminonya. Fadilla (2018)
Terdapat empat jenis reseptor utama yaitu:
1. Agonist (ligand) gated channel terdiri dari subunit protein yang
membentuk pori sentral (misal : reseptor nikotin, reseptor GABA).
2. G- protein coupled receptor yaitu reseptor protein yang mengikat
protein G membentuk suatu kelompok reseptor dengan tujuh heliks
yang membentuk membrane. Reseptor ini berkaitan dengan respon
fisiologis oleh second messenger.
3. Reseptor inti untuk membentuk hormone steroid dan hormone tiroid
terdapat dalam inti sel yang mengatur transkripsi dan selanjutnya
sintesis protein.
4. Kinase-linked receptor adalah reseptor permukaan yang mempunyai
(biasanya) aktivitas tirosin kinase intrinsik (misal : reseptor insulin,
sitokin dan faktor pertumbuhan).
Hestining (2018)

RESEPTOR PADA SERANGGA


Di dalam sistem indera, terdapat reseptor indera, jalur saraf, dan bagian
dari otak ikut serta dalam tanggapan indera. Serangga memiliki indera penglihatan
berupa mata tunggal (oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki
keduanya.
Mata tunggal umumnya berbentuk segitiga, mata majemuk terdiri dari ribuan
alat penerima rangsangan cahaya yang disebut Omatidium. Setiap omatidiun terdiri
dari lensa, sel konus, pigmen, sel fotoreseptor, dan jatuh tegak lurus pada lensa.
Apabila dibagi kedalam kelompok alat indera, maka alat indera dapat dibagi
menjadi :
1. Kemoreseptor
Kemoreseptor yang berhubungan dengan indra perasa dan indra
pembau adalah bagian-bagian yang penting dalam sistem sensorik yang
menyangkut tingkah laku serangga.
Penciuman adalah penangkapan atau perasaan bau. Perasaan ini
dimediasi oleh sel sensor tespesialisasi pada rongga hidung vertebrata, dan
dengan analogi, sel sensor pada antena invertebrata.
Untuk hewan penghirup udara, sistem olfaktori mendeteksi zat
kimia asiri atau pada kasus sistem olfaktori aksesori, fase cair. Pada
organisme yang hidup di air, seperti ikan atau krustasea, zat kimia
terkandung pada medium air di sekitarnya.
Penciuman, seperti halnya pengecapan, adalah suatu
bentuk kemosensor. Zat kimia yang mengaktifkan sistem olfaktori, biasanya
dalam konsentrasi yang sangat kecil, disebut dengan bau.
Organ indra kemoreseptor / kimiawi tanggap terhadap kontak dengan
bahan-bahan kimiawi, yang digunakan sebagai isyarat kimiawi dalam
lingkungan bagi serangga dari banyak aspek, misalnya untuk :
(1) Mendapatkan makanan,
(2) Mediasi fungsi kasta di dalam kolom serangga sosial,
(3) Menemukan pasangan,
(4) Identifikasi rangsangan berbahaya yang membahayakan hidup,
(5) Pemilihan tempat peletakan telur,
(6) Pemilihan habitat.
Secara umum pengindraan kimiawi dapat di bagi dalam tiga hal :
1. Pengindraan kimiawi jarak jauh, disebut alpaksi (alpaction),
2. Pengindraan dengan kontak, disebut gustasi (gustation),
3. Pengindraan umum.
Pada alfaksi, organ indra tanggap terhadap molekul atau bahan
kimia dalam bentuk gas pada konsentrasi yang relatif rendah, organ itu
sangat peka dan mempunyai kespesifikan yang tinggi terhadap bahan kimia
tertentu.
Gustasi terjadi karena kontak langsung dengan melekul atau lainnya
dalam bentuk larutan, biasanya dengan kontraksi yang relatip tinggi di
bandingkan dengan alpaksi umumnya, indra ini kurang peka dari pada indra
alpaksi dan biasanya berhubungan dengan kegiatan makanan.
Pengindraan kimiawi umum melibatkan organ-organ indra yang kurang
peka, kecuali terhadap konsentrasi yang tinggi bahan kimia yang
merangsang.
2. Mekanoreseptor
Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan gaya berat,
tegangan suara dan tekanan yakni indera peraba (kulit) dan indera
pendengaran (telinga).
Pendengaran adalah kemampuan untuk mengenali suara.
Dalam manusia dan binatang bertulang belakang, hal ini dilakukan terutama
oleh sistem pendengaran yang terdiri dari telinga, syaraf-syaraf, dan otak.
Tidak semua suara dapat dikenali oleh semua binatang. Beberapa
spesies dapat mengenali amplitudo dan frekuensi tertentu. Manusia dapat
mendengar dari 20 Hz sampai 20.000 Hz. Bila dipaksa mendengar frekuensi
yang terlalu tinggi terus menerus, sistem pendengaran dapat menjadi rusak.
Organ-organ perasa serangga peka terhadap reaksi stimuli mekanik /
mekanoreseptor seperti sentuhan, tekanan, atau getaran dan memberikan
informasi kepada serangga tentang arah, gerakan-gerakan umum, makan,
terbang, menjauhi musuh, reproduksi dan aktivitas-aktivitas lainnya.
Organ-organ perasa ini ada tiga kelompok yaitu:
1. Sensila rambut,
2. Sensila kampaniform,
3. Organ-organ skolopoforus.
3. Photoreseptor/ Fotoreseptor
Yaitu alat indera yang merespon terhadap rangsangan cahaya seperti
indera penglihatan atau mata.
Fotoreseptor / Penglihatan adalah kemampuan untuk
mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari indra. Alat tubuh yang
digunakan untuk melihat adalah mata.
Organ penglihatan utama serangga biasanya ada dua tipe yaitu, mata
tunggal dan mata majemuk. Reseptor-reseptor cahaya yang paling kompleks
pada serangga adalah mata majemuk yang memiliki banyak omatidia.
Omatidia berfungsi untuk mengatur frekuensi cahaya yang masuk ke mata.
Serangga memiliki kemampuan menyatukan cahaya yang tidak sama
gelombangnya sehingga dapat memandang bentuk, walaupun serangga
sedang dalam penerbangan yang cepat dan karena itu serangga sangat peka
terhadap gerakan.
Serangga menggunakan tanda atau isyarat penglihatan dalam
menentukan tempat dan mengenal induknya.
Fadila. (2018). RESEPTOR SERANGGA . Diakses pada
http://eprints.umm.ac.id/40692/3/BAB%20II.pdf .04 Septermber 2019,
pk. 17.00
Fitriani. (2015). SERANGGA. Diakses pada http://etheses.uin-
malang.ac.id/457/9/10620100%20Bab%202.pdf 04 Septermber 2019,
pk. 16.28
Hestining. (2018). RESEPTOR. Diakses pada
http://eprints.umm.ac.id/41352/3/BAB%20II.pdf. 04 Septermber 2019,
pk. 17.04
Marheni. (2017). MORFOLOGI SERANGGA. Diakses pada
http://eprints.umm.ac.id/35063/3/jiptummpp-gdl-yanikabano-48326-3-
babii.pdf. 04 Septermber 2019, pk 16.31

Anda mungkin juga menyukai