Anda di halaman 1dari 12

KAKI SERANGGA

Oleh :
Nama

: Nur Rosyidah

NIM

: B1J014068

Rombongan : I
Kelompok

:2

Asisten

: Ganjar Cahyo Aprianto

LAPORAN PRAKTIKUM ENTOMOLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2016

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Serangga merupakan kelompok hewan yang dominan di muka bumi ini dengan
jumlah spesies hampir 80% dari jumlah total hewan yang ada di bumi. Serangga
memiliki keanekaragaman tinggi baik dalam ukuran, bentuk dan prilaku. Salah satu
keunikan yang dimiliki serangga adalah adanya rangka luar atau eksoskeleton. Ukuran
dari serangga bervariasi umumnya relatif kecil. Kemapuan beradaptasi yang tinggi juga
diduga sebagai alasan mengapa kelompok ini mampu hidup diberbagai tempat dibumi
(Jamuar, 2000). Serangga merupakan kelompok utama dari Arthropoda. Tubuh serangga
tersusun atas lapisan kutikula yang mengalami pengerasan atau sklerotisasi. Pengerasan
ini disusun oleh suatu subtansi kimia yang disebut sklerotin. Tubuh serangga secara
umum dibagi menjadi tiga bagian yaitu Kepala, dada dan perut (Pracaya, 2004).
Kehidupan serangga adalah proses perkembangan atau berubahnya bentuk
dan ukuran tubuhnya yang tidak akan kembali lagi ke bentuk semula dengan
berbagai kegiatannya. Dimana serangga tersebut melakukan berbagai gerakan,
tumbuh, berkembangbiak, peka terhadap lingkungan dan mengadakan proses
metabolisme. Keberadaan serangga sebagai salah satu komponen biotik dalam suatu
ekosistem mutlak diperlukan. Keberadaanya dalam ekosistem mengakibatkan
berlangsungnya interaksi antara serangga dengan komponen biotik lainnya. Salah
satu jenis serangga adalah serangga penggerek kayu, dimana penamaan jenis ini
berdasarkan aktivitasnya yang suka menggerek kayu terutama kayu-kayu yang
masih sgar (setelah ditebang) (Aryulina, 2006).
Serangga dewasa secara normal mernpunyai tiga daerah tubuh yang berbeda,
yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan abdomen. Kepala serangga bergabung dengan
thorak dan mempunyai sepasang antena. Bagian mulut terdiri dari sepasang rahang, dua
pasang maxilla, labrum dan labium seperti pada pasangan yang menyusun mata. Rahang
bagi larva serangga penggerek kayu khusus yaitu beradaptasi untuk menggerek kayu.
Rongga dada terbagi dalam tiga bagian (pro, meso dan meta thorak) yang masingmasing terdapat sepasang kaki. Masing-masing kaki terdiri dari lima bagian dasar.
Sebagian besar serangga fungsi sayap tidak berkembang, mungkin hanya untuk waktu
yang singkat dari siklus hidupnya atau mungkin menjadi bekas atau sisa (vestigial)
Coulson & Witter, 1984).

B. Tujuan
Tujuan praktikum acara kaki serangga yaitu menjelaskan bagian-bagian kaki
pada serangga dan menjelaskan tipe-tipe kaki pada serangga.

II. TINJAUAN PUSTAKA


Hexapoda merupakan kelompok Arthropoda yang memiliki kaki berjumlah tiga
pasang. Serangga menggunakan kaki-kaki yang bersendi untuk melompat, berjalan,
berlaru dan lai-lain. Kaki serangga berbeda-beda tergantung pada habitat dan
kegunaannya. Kaki ini dapat digunakan saat kawin, bertarung atau memegangi mangsa
saat dimakan. Beberapa contoh tipe kaki serangga seperti, kaki untuk mencengkram.
Kaki ini memiliki duri-duri yang tajam yang digunakan untuk mencengkram mangsa.
Kaki untuk melompat pada pinjal, kaki ini memiliki bantalan bertekanan seperti
sepasang gulungan pegas dan ketika dilepas bantalan tersebut akan berkembang secara
cepat menyebabkan serangga melompat. Dan kaki palsu, ulat memuliki lima pasang
kaki palsu dibagian abdomen. Kaki-kaki palsu itu terdiri dari empat pasang bagian
berotot yang disebut proleg yang memiliki kait kecil dibagian belakang, serta sepasang
anal clasper yang mirip penghisap. Proleg dan clasper membantu ulat bergantung di
daun dan batang (Setford, 2001).
Tungkai-tungkai atau kaki pada thoraks serangga mengalami skelotisasi dan
selanjutnya dibagi menjadi sejumlah ruas. Secara khas, terdapat 6 ruas pada kaki
serangga yaitu coxa, trochanter, femur, tibia, tarsus, pretarsus. Ruas yang pertama yaitu
coxa yang merupakan ruas dasar. Throchanter merupakan satu ruas kecil sesudah coxa.
Femur biasanya ruas pertama yang panjang pada tungkai. Tibia merupakan ruas kedua
yang panjang. Tarsus biasanya beberapa ruas kecil di belakang tibia. Pretarsus terdiri
dari kuku-kuku dan berbagai struktur serupa bantalan atau serupa seta pada ujung tarsus.
Sebuah benatalan atau gelambir antara kuku-kuku biasanya disebut arolium dan
bantalan yang terletak di dasar kuku disebut pulvili (Hadi et al., 2009).
Serangga memiliki infratruktur saraf yang mengendalikan aktivitas motorik
berirama pada sendi kaki, termasuk saraf yang berpengaruh modulator umpan balik
sensoris. Selain itu saraf pada kaki serangga berpotensi untuk mengontrol otot dan
struktur tulang. Contohnya pada serangga tanah seperti jangkrik, kecoa, semut dan
walang tongkat. Pada serangga, banyak infrastruktur saraf yang mengendalikan aktivitas
motorik berirama pada sendi kaki, termasuk sarf yang berpengaruh modulator umpan
balik sensoris. Selain itu saraf pada kaki serangga berpotensi untuk mengontrol otot dan
struktur tulang. Contohnya pada serangga tanah seperti jangkrik, kecoa, semut dan
walang tongkat (Dallmann, 2016).
Berdasarkan bentuknya kaki serangga dibedakan menjadi (Chapman, 1982):

1.

Natatorial, terdapat pada serangga perenang. Pada tipe ini pasangan kaki tengah
dan belakang bentuknya pipih dan pada bagian tepinya terdapat rambut-rambut
kasar. Contoh : Hydrophilus triangularis (kumbang air).

2.

Raptorial, sepasang kaki depan berfungsi sebagai lengan untuk memegang dan
menangkap mangsanya. Contoh : Stagmomantis carolina (belalang sembah).

3.

Saltatorial, terdapat pada serangga peloncat Hewan yang memiliki tipe kaki
saltatorial biasanya memiliki femur kaki belakang lebih besar dibandingkan femur
kaki depan. Contoh : Valanga nigricornis (belalang).

4.

Fossarial, misalnya bentuk kaki pada Gaang (Gryllotalpa sp) yang berfungsi
untuk menggali. Tibia pada kaki depan lebih besar dari kaki belakang.

5.

Clasping, misalnya bentuk kaki depan pada kumbang air yang berfungsi untuk
memegang/menangkap serangga betina pada saat kopulasi. Beberapa tarsomer
memiliki alat pengisap dan cakar yang besar. Misalnya pada Dytiscus.

6.

Ambulatorial, terdapat pada serangga yang berjalan, hanya berfungsi untuk


berjalan atau berlari. Bentuk kaki yang sederhana, memiliki femur dan tibia yang
panjang, misalnya semut.

7.

Korbikulum, tungkai tipe ini berfungsi untuk mengumpulkan tepung sari.


Contoh : Apis cerana (lebah madu).

III. MATERI DAN METODE


A. Materi
1.1. Alat
Alat yang digunakan dalam acara praktikum kali ini antara lain baki preparat,
mikroskop, cawan petri, gunting dan pinset.
1.2. Bahan
Bahan yang digunakan adalah Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%,
Musca domestica, Mantis religiosa, Xylotrupes gideon, Valanga nigricornis, dan
Apis mellifera.
B. Metode
1. Serangga yang akan diamati dipersiapkan.
2. Tetesi kapas dengan kloroform kemudian kapas dimasukkan kedalam botol
pembunuh menggunkan pnset.
3. Serangga yang akan diamati dimasukkan kedalam botol sampai mati lalu
dicelupkan kedalam alkohol.
4. Kaki serangga dipotong.
5. Tipe kaki diamati dari masing-masing objek.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil

B. Pembahasan
Kaki serangga terletak pada bagian thoraks. Masing-masing kaki terdiri atas
enam bagian, yaitu coxa basal yang berhubungan langsung pada thoraks di wilayah
pleura, trochanter, femur, tibia, tarsus dan pretarsus. Coxa dibagi menjadi dua bagian,
posterior dan anterior. Bagian anterior atau sering disebut meron merupakan bagian
yang ukurannya lebih besar dibandingkan bagian posterior. Trochanter merupakan
bagian ujung dari coxa dan beruas kecil yang terbagi menjadi dua ruas. Femur dan tibia
merupakan bagaian kaki dengan segmen terpanjang. Tarsus adalah bagian ruas kecil
dibawah tibia yang terdiri dari satu sampai lima ruas. Pretarsus adalah ruas kaki terakhir
yang terdiri dari cakar dan satu atau lebih bangunan menyerupai telapak kaki. Serangga
memiliki kaki yang diadaptasikan untuk meloncat, memegang, berenang dan menggali
(Singh, 2007).
Berdasarkan fungsinya, menurut Singh (2007), kaki serangga dibedakan menjadi
beberapa tipe, yaitu cursorial legs, fassorial legs, raptorial legs, saltatorial legs, pollencarrying legs, clinging legs, dan natatorial legs. Kaki ambulatorial merupakan kaki
serangga yang tidak termodifikasi. Kaki ini berfungsi sebagai kaki jalan. Contoh spesies
yang memiliki tipe kaki ini adalah Xylotrupes gideon. Crusorial legs merupakan kaki
yang tidak termodifikasi yang berfungsi untuk berjalan atau berlari. Umumnya
crusorial legs tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kaki amburatorial (kaki
jalan). Jenis kaki ini temuakan pada kecoa, lalat rumah (musca domestica).
Kalsifikasi kumbang tanduk menurut Sarkar et al. (2014), yaitu
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Coleoptera

Famili

: Scarabaeidae

Genus

: Xylotrupes

Spesies

: Xylotrupes gideon

Klasifikasi Musca domestica menurut Linnaeus (1758) adalah sebagai berikut:


Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthoropoda

Class

: Hexapoda

Ordo

: Diptera

Family

: Muscidae

Genus

: Musca

Spesies

: Musca domestica

Tipe kaki fassorial merupakan kaki serangga yang dimodifikasi untuk menggali.
Tipe kaki ini ditemukan pada spesies kumbang kotoran dan mole cricket atau anjing
tanah (Gryllotalpa). Bentuk kaki tipe ini memiliki kaki depan yang pendek dan tebal,
tibia dan tarsomer berbanta lobus stout yang digunakan untuk menggali (Singh, 2007).
Menurut Zhang (2015), anjing tanah memiliki kaki depan khusus denagan tarsi yang
bergerak hampir paralel dengan sumbu longitudinal. Kaki depan anjing tahan bergerak
pada sudut sumbu tertentu yang dibentuk dengan mengayunkan tubuhnya. Anjing tanah
memiliki kaki dengan bagian anterior feroma yang panjang berwarna kuning dengan
setae, panjang tibia sekitar 4 mm dengan warna coklat dan panjang tarsus 2 mm
berwarna kuning. Tibia berwarna coklat kekuningan dan tarsus coklat. Kaki belakang
anjing tanah jantan memiliki tibiae posterior dengan 6 duri apikal pra internal.
Sedangkan, anjing tanah betina memiliki kaki belakang dengan tibia posteior dengan 11
duri apikal pra internal (Prasanna et.al, 2012).
Raptorial legs merupakan jenis kaki termodifikasi yang ditemukan pada
serangga predator. Tipe kaki ini dimiliki oleh belalang sembah (Mantis religiosa) dan
kalajengking air (Nepid bug). Mantis religiosa memiliki kaki depan termodifikasi untuk
menangkap mangsa. Coxa pada tipe kaki raptorial memanjang sementara femora
membentuk spinosa yang tebal. Kaki bagian depan dapat dilipat menghadap kearah
prothorax. Ketika ada mangsa, kaki depan tipe raptorial ini dapat direntangkan untuk
menangkap mangsa dan membawanya langsung kebawah rahang untuk dimangsa
(Singh, 2007). Klasifikasi Mantis religiosa menurut Uhan (2013), adalah sebagai
berikut,
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: Mantisadaea

Genus

: Mantis

Spesies

: Mantis religiosa

Tipe kaki saltatorial menurut Singh (2007) memiliki femora kaki belakang yang
besar untuk menampung otot-otot yang digunakan untuk melompat. Tipe kaki

termodifikasi ini dimiliki oleh belalang kayu. Klasifikasi Valanga nigricornis menurut
Jasin (1989), adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Orthoptera

Family

: Acrididea

Genus

: Valanga

Species

: Valanga nigricornis

Pollen-carrying legs atau kaki curbiculum merupakan bentuk kaki yang dimiliki
oleh lebah (Apis mellifera). Kaki tipe ini berfungsi untuk membawa serbuk sari atau
nektar. Bagian bekalang dari tibia pada tipe ini melebar dengan rambut-rambut atau
scopa yang panjang dan beberapa duri kaku yang pendek membentuk kuas sebagi
keranjang serbuk sari atau tempat menempelnya sebuk sari. Ketika serbuk sari atau
nektar sudah terkumpul penuh maka hindtibia akan saling bergesekan secara berlawanan
sehingga serbuk sari yang menempel pada rambut-rambut akan jatuh (Singh, 2007).
Klasifikasi Apis mellifera menurut Linnaeus (1758) adalah sebagai berikut:
Kingdom

: Animalia

Phylum

: Arthoropoda

Class

: Insecta

Ordo

: Hymenoptera

Family

: Apidae

Genus

: Apis

Spesies

: Apis mellifera

Clinging legs, merupakan kaki yang ditemukan pada spesies kutu. Kaki ini
berfungsi untuk menempel pada inangnya. Modifikasi tipe kaki ini, tarsi tersegmentasi
hanya satu dan masing-masing ujung memiliki cakar yang kuat. Cakar ini berfungsi
untuk melawan proses tibialis. Nantaorial legs merupakan bentuk kaki yang
termodifikasi untuk menfasilitasi serangga untuk berenang. Tipe kaki ini banyak
dimiliki oleh serangga air. Tepi tibia pada kaki natatorial memiliki dua baris rambut
renang. Selama berenang, kaki-kaki ini akan memperluas area permukaan yang
diterapkan pada permukaan air (Singh, 2007).

V. KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Bagian-bagian pada kaki serangga antar lain coxa, trochanter, femur, tibia, tarsus

dan pretarsus.
2. Tipe kaki serangga berdasarkan fungsinya antara lain, kaki ambulatorial contohnya
pada Xylotrupes gideon, kaki kursorial pada Musca domestica, kaki saltatorial pada
Valanga nigricornia, kaki raptorial pada Mantis religiosa, dan curbiculum pada Apis
mellfera.
B. Saran
Alokasi waktu praktikum sebaiknya lebih deperhatikan lagi agar semua
praktikan dapat mengamati preparat yang disedikan.

DAFTAR REFERENSI
Aryulina, D., Muslim, C., Manaf, S., Winarni, E.W. 2006. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Borror. 1992. Study of Insect. Ed-7. America: Thomson Brook/Cole.
Campbell, N.A., J.B. Reece & L.G. Mitchell. 2008. Biologi Edisi Kelima Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Chapman, R.F. 1982. The Insect : Structur and Function Third Edition. Masschusett:
Harvard University press.
Coulson, R.N. & Witter, J.A. 1984. Forest Entomology, Ecology and Management. New
York : A Wiley-Interscience Pubication. John Wiley and Sons.
Dallmann, C.J., Volker, D., Josef, S. 2016. Joint torquesn in a freely walking insect
reveal distinct functions of leg joints in propulsion and posture control.
Department of Biological Cybernetics, Faculty of Biology, and 2Cognitive
Interaction Technology Center of Excellence, Bielefeld University, Bielefeld
33615, Germany: 1-9.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya: Sinar
Wijaya.
Jumar. 2000. Entomologi Pertanian. Jakarta: Rineka Cipta.
Pracaya. 2004. Hama dan Penyakit Tanaman. Jakarta : Penebar Swadaya.
Prasanna, V.A., S. Anbalangan, J. Pandiarajan, S. Dinakran & M. Krisnan. 2012. A new
Species of The Mole Cricet Genus Gryllotalpa (Orthoptera: Gryllotalpidae,
Gryllotalpinae) from India. Zootaxa, pp. 41-46.
Setford, S. Marshall Mini Bugs. UK : Marshall Publishing, Ltd.
Singh, R. 2007. Elements of Entomology. India: Rastologi publications.
Zhang, J.X., Yan, Z., & Ren, L.Q. 2015. The Terrestrial Locomotion of Mole Criket
with Foreleg Amputation. Science China Press and Springer, pp. 1-8.

Anda mungkin juga menyukai