BIOSISTEMATIK HEWAN
SERANGGA
Nama
NIM
Kelompok
Kelas
Nama Asisten
Nama Dosen
Tanggal Praktikum
Tanggal Pengumpulan:
:
Nur Sadrina Ghaisani Rahayu
:
1147020047
:
6
:
3B
:
Gaestro Orly Haryono
:
Bahiyah M.si
;
Rabu, 30 September 2015
Jumat, 16 Oktober 2015
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2015
I. PENDAHULUAN
A. Tujuan
:
Memahami arti identifikasi serangga serta mengetahui cara-cara
identifikasi secara morfologi dengan menggunakan kunci identifikasi baik
secara manual maupun multimedia.
B. Dasar Teori
Serangga atau insecta merupakan kelompok utama dari hewan beruas
(arthropoda) yang bertungkai kaki enam (tiga pasang), karena itulah mereka
disebut pula hexapoda (dari bahasa Yunani) yang berarti berkaki enam. Kajian
mengenai kehidupan serangga disebut etomologi. Serangga termasuk kedalam
kelas insecta yang dibagi menjadi 29 ordo, antara lain diptera (misalnya lalat),
coleoptera (misalnya kumbang), hymenoptera (misalnya semut, lebah,dan
tabuhan),
dan
lepidoptera
(misalnya
kupu
kupu
dan
ngengat).
Kelompokapterigota terdiri dari empat ordo karena semua serangga dewasa tidak
memiliki sayap, dan 25 ordo lainnya termasuk kedalam kelompok pterigota
karena memiliki sayap. Serangga merupakan hewan beruas dengan tigkat adaptasi
yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses
berkombinasi di bumi. Serangga merupakan hewan beruas dengan tingkat
adaptasi yang sangat tinggi. Ukuran serangga relatif kecil dan pertama kali sukses
berkolonisasi di bumi. Ciri-ciri klas Insecta yaitu tubuh terbagi menjadi 3 bagian
(kepala, thoraks, abdomen), mempunyai sepasang antenna, kaki 3 pasang,
mempunyai sepasang/ 2 pasang sayap dan lat mulut terdiri dari: sepasang
mandibula, sepasang maxilla, labium dan hypopharing (Borror, 2002).
Lebih dari 800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000
spesies bangsa capung (Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera),
170.000 spesies bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa
lalat dan kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000
spesies bangsa kumbang (Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan
II METODE PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
No
1
2
Alat
Baki Plastik
Kaca
Jumlah
1 Buah
1 Buah
Bahan
Tawon
Kecoa
Jumlah
1 Ekor
1 Ekor
3
4
5
Pembesar
Insect net
Kompas
Toples
1 Buah
1 Buah
1 Buah
Belalang
1 Ekor
B.
B.
B.
B.
Cara Kerja
Alat dan Bahan
- Disiapkan
Spesimen
III.
Hasil
Gambar Hasil Pengamatan
Literatur
Gambar 1
Morfologi Tawon Pinggang
Benang
Ammpohila sabulosa
(Dok.pribadi,2015)
Gambar 3
Gambar 2
Morfologi Tawon Pinggang
Benang
Ammpohila sabulosa
(Alan, 2004)
Gambar 4
Keterangan
IV.
Gambar 5
Gambar 6
Morfologi Belalang
Dissosteira Carolina
(Dok.pribadi,2015)
Morfologi Belalang
Dissosteira Carolina
(Rian, 2015)
PEMBAHASAN
Dalam praktikum kali ini dilakukan pengamatan terhadap beberapa
hewan
insecta
atau
serangga,
yaitu
tawon
pinggang
benang
pasang dan bergerak seirama di mana jika sayap depan naik, maka sayap
belakang juga ikut bergerak naik. Tawon sangat pandai terbang di udara
karena saat terbang, ia bisa melakukan aneka manuverseperti terbang cepat,
berputar di angkasa, dan bahkan terbang mundur. Sehingga dapat dikatakan
bahwa pengamatan sesuai dengan literatur.
Pengamatan selanjutnya yang dilakukan yaitu pengamatan pada
morfologi kecoa yang ditemukan di 00BT. Adapun Klasifikasi kecoa
menurut Sjahrir (2008) adalah :
Kerajaan
: Animalia
Filum
: Arthropoda
Kelas
: Insecta
Upakelas
: Pterygota
InfraKelas
: Neoptera
Super Ordo : Dictyoptera
Famili
: Blattidae
Genus
: Periplaneta
Spesies
: Periplaneta americana
Pada pengamatan yang dilakukan teramati tubuh kecoa berbentuk
bulat telur dan pipih dorsoventral (gepeng) berwarna coklat, kepala agak
tersembunyi dilengkapi dengan sepasang antena panjang bertipe setaceous,
halus dan digunakan sebagai navigasi serta bagian yang peka terhadap
rangsangan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Maryani (2002) bahwa
pada kecoa memiliki antena berjumlah dua pasang dengan ukuran panjang
setaceous dengan fungsi vital. Selain itu pada bagian kepala juga teramati
mulut dengan tipe mengunyah seperti pada belalang. Hal tersebut
disesuaikan dengan lingkungan dan jenis makanannya. Dimana kecoa
memangsa ataupun memakan makanan dan mangsanya dengan cara
mengunyahnya, berbeda dengan tawon yang memiliki tipe mulut penghisap
yang mana difungsikan untuk menghisap nektar bunga sebagai sumber
makanannya.
Pada bagian dada terdapat tiga pasang kaki dengan kaki pada
bagian tengah ukurannya lebih panjang dari kaki yang berada pada bagian
depan
dan
belakang.
Tipe
kaki
tersebut
cursorial
yang
mana
memungkinkan kecoa tersebut berlari bebas dan cepat berpindah dari satu
tepat ketempat lainnya. Kecoa tersebut lebih sering mengandalkan kakinya
untuk melakukan aktifitasnya dibandingkan dengan sayapnya. Kecoa
merupakan hewan yang aktif bergerak dan berlari dengan cekatan yang
ditunjang dengan jumlah dan tipe kakinya. Tipe kaki kecoa sama dengan
tipe kaki pada tawon, namun tawon lebih sering menggunakan sayapnya
dibandingkan dengan kakinya. Kaki kecoa memiliki segmen dan bulu yang
dapat mencengkam dengan kuat pada tempat kecoa tersebut berada, oleh
karena itu kecoa dapat berlari dan berpindah dari satu tempat ketempat
lainnya meskipun itu pada dinding dan atap rumah. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Rina (2010) bahwa kecoa merupakan hewan yang aktif
pada malam hari dan memiliki tiga pasang kaki dengan kemampuannya
yang luarbiasa, berlari, memanjat, hingga dapat berpindah kemanapun
dengan cepat sesuai keinginannya.
Pada bagian adbomen teramati dua pasang sayap dengan tipe
tegma, yaitu bagian depan seperti kulit yang melindungi bagian belakang.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Vira (2009) bahwa kecoa memiliki 2
pasang sayap, bagian luar tebal dan bagian dalam berbentuk membran.
Fungsi dari sayap tersebut adalah untuk membantunya berpindah dari satu
tempat ke tempat lain dengan cepat selain dengan berlari dan menjangkau
tempat tempat yang tinggi. Sayap tersebut berwarna coklat dan bagian
dalam seperti membran yang berwarna lebih muda. Sayap menutupi
seluruh bagian badan kecuali bagian kepala.
Pengamatan selanjutnya yaitu pengamatan morfologi pada belalang
yang ditemukan di 2780BB. Adapun klasifikasi belalang menurut Rian
(2015) adalah :
Kingdom :
Animalia
Filum
:
Antropoda
Kelas
:
Insecta
Ordo
:
Orthoptera
Famili
:
Acrididae
Genus
:
Dissosteira
Spesies
:
Dissosteira Carolina
Pada pengamatan belalang teramati bentuk tubuh belalang yang
panjang berwarna kecoklatan. Teramati bentuk antena belalang sama
dengan tipe antena pada kecoa yaitu setaceous dimana bentuk antena
panjang dengan tekstur bersegmen halus yang berfungsi sebagai navigasi
dan bagian yang peka terhadap rangsang. Hal tersebut sesuai dengan
pendapat Vira (2009) bahwa bealalang memiliki tubuh memanjang dan
antena panjang seperti kecoa.
Selanjutnya pada bagian kepala juga teramati bentuk mulut dengan
tipe mulut mengigit dan mengunyah sama halnya dengan kecoa. Hal
tersebut sesuai dengan tipe makanannya yaitu daun daunan ataupun telur
serangga kecil lainnya oleh karena itu tipe mulut belalang dimodifikasi
sesuai dengan tipe makanannya. Hal tersebut sama pula dengan tipe mulut
kecoa yang disesuaikan dengan fungsinya. Selain itu mulut belalang jga
digunakan untuk melumpuhkan mangsanya saat mencari makan.
Tipe sayap belalangpun sama dengan tipe sayap pada kecoa, yaitu
tegma, dimana terdapat sayap depan seperti kulit yang melindungi sayap
belakang namun ukurannya lebih besar dan panjang dibandingkan dengan
sayap pada kecoa. Teramati sayap depan bertekstur lebih kasar dan
memiliki warna lebih gelap kekuningan, jika dibandingkan dengan sayap
pada bagian bawah. Sayap pada bagian bawah memiliki tekstur lebih halus
dan transparan seperti membran. Sayap pada belalang terbentang pada
bagian dada sampai dengan bagian belakang tubuh seperti halnya pada
kecoa. Bentuk sayap pada belalang memungkinkannya untuk terbang
dengan cepat untuk menjangkau tempat tempat yang tinggi.
Bagian kaki belalang memiliki tiga pasang kaki dengan dua pasang
kaki depan tipe cursorial yang sama panjang dan kaki belakang beukuran
lebih besar yang difungsikan untuk melompat. Belalang lebih sering
melompat dan menggunakan kaki belakangnya meskipun terkadang
terbang. Kaki lompatnya memungkinkan belalang untuk dapat terhindar
dari serangan predatornya, oleh karena itu dia dapat melmpat dari satu
tempat ke tempat lainnya dengan cepat dan jarak yang jauh. Kakinya
memiliki semacam rambut yang terdiferensiasi yang dapat menempel dan
mencengkram kencang pada tempat dimana ia berada, sehingga dia dapat
bertahan ketika ada sesuatu yang menarik tubuhnya.
V.
KESIMPULAN
Dari pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap jenis
serangga memiliki tipe antena, mulut, sayap, dan kaki yang berbeda yang
sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masing masing. Tawon memiliki tipe
antena clavate dengan tipe mulut mengunyah dan menjilat, tipe kaki
cursorial, dan tipe sayap halter. Kecoa memiliki tipe antena setaceous,
dengan tipe mulut menggigit dan mengunyah, tipe kaki cursorial dan tipe
sayap tegma. Sedangkan belalang memiliki tipe antena setaceous, dengan
tipe mulut menggigit dan mengunyah, tipe kaki cursorial dengan kaki
belakang terdiferensiasi serta tipe sayap tegma.
VI.
DAFTAR PUSTAKA
Alan, intan Kartika. 2004. Insecta Dalam Ekosistem. Jakarta
: Erlangga.
Alan,W.2004.Arthropoda of the human and domestik animals.A gulde
to preliminary indentification.1st Ed.Chapman dan Hall.
Borror,D.J.CA.Triplehorn,N.F.Johnson.2006.Pengenalan
Pelajaran
Serangga. No.1 (05) : 406-412.