Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN EKOLOGI TUMBUHAN

TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT


[METODE TITIK SENTUH (POINT INTERCEPT METHOD)]

NAMA : Fira Safitri

NIM : 19032127

PRODI/KELAS : Biologi/Sains C

DOSEN : Dr. Hj. Vauzia, M.Si

ASISTEN DOSEN : 1. Vina Irene Sinurat (17032176)

2. Yuni Selfia (17032083)

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2020
PRAKTIKUM 6
TEKNIK SAMPLING ANALISIS VEGETASI TANPA PLOT
[METODE TITIK SENTUH (POINT INTERCEPT METHOD)]

A. Tujuan
Melihat proses suksesi sekunder yang diakibatkan oleh gangguan.
B. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal : Kamis/29 Oktober 2020
Pukul : 13.20 – 15.50 WIB
Tempat : Jl hidayah dadok tunggul hitam, Padang
C. Dasar Teori
Struktur suatu vegetasi terdiri dari individu-individu yang membentuk
tegakkan di dalam suatu ruang. Komunitas tumbuhan terdiri dari sekelompok
tumbuhan yang masing-masing individu mempertahankan sifatnya, sedangkan
komposisi dan struktur suatu vegetasi merupakan fungsi dari beberapa faktor seperti
Flora setempat, habitat (iklim tanah dan lain lain), waktu dan kesempatan. Vegetasi,
tanah dan iklim berhubungan erat dan pada tiap tiap tempat mempunyai
keseimbangan yang spesifik. Vegetasi di suatu tempat akan berbeda dengan
vegetasi di tempat lain karena berbeda pula faktor lingkungan nya. Vegetasi hutan
merupakan suatu Sistim yang selalu berkembang sesuai dengan keadaan habitatnya
(Rahim, 2017)
Analisis vegetasi adalah cara mempelajari komposisi jenis dan bentuk
vegetasi atau masyarakat tumbuhan-tumbuhan. Pentingnya analisis vegetasi dalam
suatu habitat dilakukan yaitu untuk dapat mengetahui stuktur, kemelimpahan jenis,
distribusi vegetasi dalam suatu ekosistem, serta hubungan keberadaan tumbuhannn
dengannn faktor lingkungannya (Damanik, 2018)
Metode yang paling umum digunakan untuk pengambilan sampel cover
tanaman adalah metode berbasis wilayah, metode Whittaker (MW) yang
dimodifikasi, dan metode titik sentuh (PT), berdasarkan transek. Metode PT pada
awalnya diusulkan untuk padang rumput dan didasarkan pada intersepsi spesies
pada titik-titik yang telah ditentukan di sepanjang transek. Oleh karena itu, metode
ini kurang disukai dibandingkan dengan metode berbasis area, yang mengandalkan
penilaian visual cover tanaman (Nunes, 2014).
Titik sentuh melibatkan penempatan pin atau sekelompok pin di sepanjang
transek dan mencatat spesies dan substrat yang dicegat. Metode titik sentuh telah
terbukti lebih efisien dan objektif daripada metode estimasi visual atau line
intecepts (Wirth, 2007).
Untuk komunitas tumbuhan bawah seperti rumput, herba dan semak, metode
yang dapat dipakai adalah Metode Titik Sentuh (Point Intercept Method). Dalam
pelaksanaannya di lapangan dapat digunakan alat bantu. Tumbuhan yang
menyentuh pin yang terbuat dari kawat, akan dicatat jenisnya sehingga dominansi
dari jenis tersebut dapat dihitung dengan rumus:
Dominasi suatu jenis (D)
Σ sentuhan suatu jenis x 100 %
Σ seluruh sentuhan

Dominansi relatif suatu jenis


. D x 100 %
Dominansi seluruh jenis (Jayadi, 2015).

Metode titik sentuh adalah salah satu metode yang direkomendasikan sejak
1989. Ini adalah metode berbasis plot dengan titik yang mewakili plot sekecil
mungkin - serangkaian titik diambil sampelnya pada interval tetap di sepanjang
garis (transek) (Tiner, 1999).
D. Alat dan Bahan
 Alat
1. Point Frequency Frame
2. Gunting tanaman
3. Plastik
4. Buku acuan untuk mengidentifikasi tumbuhan
 Bahan
1. Label
E. Cara Kerja
1. Pilihlah satu tegakan vegetasi yang akan diteliti, misalnya padang rumput.
2. Letakkan bingkai pada lokasi berbeda yang dipilih secara acak dari area kajian,
minimal 5 lokasi.
3. Catatlah jenis yang tertusuk pertama kali oleh kawat setiap peletakkan bingkai.
F. Hasil Pengamatan

Penusukan
Peletakan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Axonopus Axonopus Cyperus Asystasia Asystasia Centella Centella Centella


Axonopus Mimosa
1
compressus compressus compressus kyllingia gangetica gangetica asiatica asiatica asiatica pudica

Polygonum Polygonum Mimosa Mimosa Asystasia Centella Centella Axonopus


Cypeus Axonopus
2
rotundus sp. sp. pudica pudica gangetica asiatica asiatica compressus compressus

Cyperus Cyperus Mimosa Cynodon Cynodon Andropogon Centella Axonopus Mimosa Mimosa
3
kyllingia kyllingia pudica dactylon dactylon aciculatus asiatica compressus pudica pudica

Axonopus Axonopus Cyperus Cyperus Andropogon Mimosa Mimosa Mimosa


Centella
4 Setaria sp
asiatica compressus compressus kyllingia kyllingia aciculatus pudica pudica pudica

Ageratum Ageratum Cyperus Axonopus Axonopus Axonopus Cynodon Cynodon Cynodon


Polygonum
5
sp. conyzoides conyzoides kyllingia compressus compressus compressus dactylon dactylon dactylon

Cyperus Axonopus Axonopus Cyperus Andropogon Axonopus Ageratum


Andropogon Axonopus Axonopus
6
kyllingia compressus compressus kyllingia aciculatus aciculatus compressus compressus conyzoides compressus

Cyperus Eleusine Ageratum


Cyperus Axonopus Axonopus Axonopus Polygonum Ageratum Ageratum
7
rotundus rotundus compressus compressus indica compressus sp. conyzoides conyzoides conyzoides
Cyperus Centella Andropogon Eleusine
Cyperus Axonopus Andropogon Eleusine Axonopus Axonopus
8
rotundus rotundus asiatica aciculatus compressus aciculatus indica indica compressus compressus

Cyperus Asystasia Centella


Axonopus Cyperus Axonopus Andropogon Ageratum Ageratum Polygonum
9
kyllingia compressus gangetica rotundus compressus asiatica aciculatus conyzoides conyzoides sp

Mimosa Axonopus Andropogon Andropogon Axonopus Polygonum Polygonum Ageratum Andropogon Andropogon
10
pudica compressus aciculatus aciculatus compressus sp. sp. conyzoides aciculatus aciculatus
Nama Spesies F FR D DR INP
Axonopus compressus 100 % 18% 26 % 26 % 44 %
Cyperus kyllingia 60 % 11% 9% 9% 20 %
Asystasia gengetica 30 % 5% 4% 4% 9%
Centella asiatica 60 % 11% 9% 9% 20 %
Mimosa pudica 50 % 9% 10 % 10 % 19 %
Cyperus rotundus 40 % 7% 6% 6% 13 %
Polygonum sp. 50% 9% 7% 7% 16 %
Cynodon dactylon 20 % 4% 5% 5% 9%
Andropogon aciculatus 60 % 11 % 11 % 11 % 22 %
Setaria sp. 10 % 2% 1% 1% 3%
Ageratum conyzoides 50 % 9% 9% 9% 18 %
Eleusine indica 20 % 4% 3% 3% 7%
G. Pembahasan

Pada praktikum ekologi tumbuhan pada hari kamis / 29 Oktober 2020 kami melakukan
praktikum mengenai Teknik Sampling Analisis Vegetasi Tanpa Plot [Metode Titik Sentuh
(Point Intercept Method)].Kami memahami materi dimana Metode point intercept ini
adalah metode yang menggunakan batang penyentuh herba yang berada di bawah garis titik
sentuh. Selain digunakan untuk menganalisis wilayah yang ditumbuhi tumbuhan
rendahyang rapat, metode point intercept juga dapat digunakan untuk menganalisa
mulaidari tumbuhan bawah sampai pohon.

Beberapa keunggulan dari metode point intercept yaitu metode ini memiliki tingkat
pengukuran yang lebih akurat danlebih efisien dibandingkan dengan metode line intercept,
terutama untuk jenis tumbuhan herba. Adapun kelemahan dari metode ini adalah sulit untuk
menganalisis spesies minor yang ada di suatu komunitas tanpa menggunakan jumlah point
transek yang sangat banyak.

Pada pratikum ini terdapat peletakan. Dimana peletakkan tersebut terdapat 10 buah
dimana telah didapatkan F,FR,D,DR, dan INP. Pada Axonopus compressus terdapat 100 %,
18 %, 26 %, 26 %, & 44 %. Pada Cyperus kyllingia terdapat 60 %, 11 %, 9 %, 9 %, & 20
%. Pada Asystasia gengetica terdapat 30 %, 5 %, 4 %, 4 %, & 9 %. Pada Centella asiatica
terdapat 60 % , 11 % , 9 %, 9 %, & 20 %. Pada Mimosa pudica terdapat 50 %, 9 %, 10 %,
10 %, & 19 %. Pada Cyperus rotundus terdapat 40 %, 7 %, 6 %, 6 %, & 13 %. Pada
Polygonum sp. terdapat 50%, 9 %, 7 %, 7 %, & 16 %. Pada Cynodon dactylon terdapat 20
%, 4 %, 5 %, 5 %, & 9 %. Pada Andropogon aciculatus terdapat 60 %, 11 %, 11 % 11 %,
& 22 %. Pada Setaria sp. terdapat 10 %, 2 %, 1 %, 1 %, & 3 %. Pada Ageratum
conyzoides terdapat 50 %, 9 %, 9 %, 9 %, & 18 %. Dan pada Eleusine indica terdapat 20
%, 4 %, 3 %, 3 %, & 7 %.
Dengan melihat nilai F, FR, D, DR, dan INP yang tinggi menujukkan bahwa tumbuhan
tersebut memiliki penyebaran yang merata dan merupakan jenis tumbuhan utama penyusun
vegetasi transek. Faktor lingkungan seperti kondisi tanah, topografi, iklim, dan faktor biotik
memungkinkan suatu jenis tumbuhan untuk berkembang disuatu tempat sehingga menjadi
jenis yang dominan dan pada giliraannya jenis yang dominan dan pada gilirannya jenis
yang dominan ini akan menciptakan lingkungan tertentu yang sesuai untuk pertumbuhan
jenis lain terutama vegetasi penutup dan meningkatkan kelembaban tapi juga dengan
mengubah struktur tanah.

H. Kesimpulan

1. Analisis vegetasi merupakan sebuah cara untuk mempelajari komposisi jenis dan
struktur vegetasi atau kelompok tumbuh- tumbuhan.
2. Alat yang digunakan adalah Point Frequency Frame atau Point Kuadrat.
3. Metode Point intercept adalah metode dengan menggunakan batang penyentuh herba
yang berada dibawah garis titik sentuh.
4. Keunggulan metode ini adalah memiliki tingkat pengukuran yang lebih akurat dan
lebih efisien terutama untuk jenis tumbuhan herba.

Kelemahan metode ini adalah sulit untuk menganalisis spesies minor yang ada
disuatu komunitas tanpa menggunakan jumlah poin transek yang banyak.
Daftar Pustaka

Damanik, Sarintan Efratani. 2018. Buku Ajar Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia

Jayadi, Edi Muhamad. 2015. Ekologi Tumbuhan. Mataram : CV.Sanabil

Nunes, Alice (et.all). 2014. Advantages of the point-intercept method for assessing
functional diversity in semiarid areas. iForest - Biogeosciences and Forestry. 8(4) : 2

Rahim, Sukirman & Dewi Wahyuni K. Baderan. 2017. Hutan Mangrove dan
Pemanfaatannya. Yogyakarta : Penerbit Deepublish

Tiner, Ralph W. 1999. Wetland Indicators: A Guide to Wetland Identification, Delineation,


Classification, and Mapping. Boca Raton : CRC Press LLC

Wirth, Troy A., and David A. Pyke . 2007. Monitoring Post-Fire Vegetation Rehabilitation
Projects: A Common Approach for Non-Forested Ecosystems. Virginia :  U.S. Geological
Survey
Lampiran





Anda mungkin juga menyukai