Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

EKOLOGI UMUM

PERCOBAAN IX

POLA PENYEBARAN DALAM POPULASI

NAMA : BESSE NAFISAH

NIM : H41114303

HARI/TANGGAL : SENIN/ 27 APRIL 2015

KELOMPOK : V (LIMA)

ASISTEN : MARDINA

ANDY NUGRAHA

BASRAWATI DAMING

LABORATORIUM ILMU LINGKUNGAN DAN KELAUTAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Di dalam ekologi dipelajari hubungan atau interaksi antara makhluk hidup

dengan lingkungannya. Pada suatu macam habitat dapat hidup berbagai macam

oganisme yang saling mempengaruhi sehingga terjadi interaksi antara populasi

dari suatu spesies dengan populasi dari lain spesies yang disebut interaksi

interspesifik. Beberapa fenomena ekologis yang paling spektakuler adalah

interaksi spesifik antara populasi yang berbeda secara taksonomi. Komunitas

ekologi tesusun oleh beberapa populasi yang berinteraksi pada tingkat yang

bervariasi. Interaksi potensial bervariasi mulai dari interaksi yang bersifat netral,

dimana dua populasi hidup bersama-sama dengan lingkungannya.

Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar

dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara

geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka

belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena dorongan

mencari makanan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh iklim, terbawa

air/angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya.

Perubahan-perubahan dalam jenis habitat juga dapat menyebabkan

perubahan-perubahan dalam pola penyebaran, dan dalam habitat yang sama,

spesies-spesies yang berada biasanya memperlihatkan perbedaan pola penyebaran.

Untuk mengetahui pola penyebaran individu dalam populasi dengan

menggunakan Indeks Mourisita maka dilakukanlah percobaan ini.


I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menentukan pola penyebaran individu dalam populasi dengan

menggunakan Indeks Morisita.

2. Melatih keterampilan mahasiswa dalam menerapkan teknik-teknik sampling

organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola penyebaran

individu dalam populasi.

I. 3 Waktu dan Tempat

Percobaan ini dilakukan pada hari Senin, 27 April dan 4 Mei 2015, pukul

14.00 – 17.00 WITA, bertempat di Laboratorium Biologi Dasar lantai 1, Jurusan

Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Hasanuddin, Makassar.

.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar

dari populasi. Penyebaran populasi berperan penting dalam penyebaran secara

geografi dari tumbuhan, hewan atau manusia ke suatu daerah dimana mereka

belum menempatinya. Penyebaran populasi dapat disebabkan karena adanya

dorongan untuk mencari makan, menghindarkan diri dari predator, pengaruh

iklim, terbawa air atau angin, kebiasaan kawin dan faktor fisik lainnya

(Umar, 2014).

Struktur suatu komunitas alamiah bergantung pada cara dimana tumbuhan

dan hewan tersebar atau terpencar di dalamnya. Pola penyebaran bergantung pada

sifat fisika kimia lingkungan maupun keistimewaan biologis organisme itu

sendiri. Keragaman tak terbatas dari pola penyebaran demikian yang terjadi dalam

alam secara kasar dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu (Michael, 1994) :

1. Penyebaran teratur atau seragam, dimana individu-individu terdapat pada

tempat tertentu dalam komunitas. Penyebaran ini terjadi bila ada persaingan

yang keras sehingga timbul kompetisi yang mendorong pembagian ruang

hidup yang sama.

2. Penyebaran secara acak (random), dimana individu-individu menyebar dalam

beberapa tempat dan mengelompok dalam tempat lainnya. Penyebaran ini

jarang terjadi, hal ini terjadi jika lingkungan homogen.

3. Penyebaran berkelompok/berumpun (clumped), dimana individu-individu

selalu ada dalam kelompok-kelompok dan sangat jarang terlihat sendiri secara
terpisah. Pola ini umumnya dijumpai di alam, karena adanya kebutuhan akan

faktor lingkungan yang sama.

Dari ketiga kategori ini, rumpun/berkelompok adalah pola yang paling

sering diamati di alam dan merupakan gambaran pertama dari kemenangan dalam

keadaan yang disukai lingkungan. Pada tumbuhan penggerombolan disebabkan

oleh reproduksi vegetatif, susunan benih lokal dan fenomena lain. Dimana

benih-benih cenderung tersusun dalam kelompok. Pada hewan-hewan tingkat

tinggi, agregasi dapat disebabkan oleh pengelompokan sosial. Penyebaran

seragam sering terjadi di alam baik diantara hewan-hewan tingkat rendah dimana

adanya seekor hewan tidak memberikan pengaruh terhadap adanya hewan lain

dengan jenis yang sama. Pada tumbuhan, penyebaran acak seperti ini adalah

umum dimana penyebaran benih disebabkan angin (Michael, 1994).

Penyebaran populasi dalam suatu ekosistem dapat terjadi melalui tiga pola

yaitu (Umar, 2011) :

1. Emigrasi yaitu pergerakan individu keluar daerah populasinya ke tempat

lainnya dan tinggal secara permanen.

2. Imigrasi yaitu pergerakan individu dari suatu daerah populasi lainnya dan

tinggal secara permanen.

3. Migrasi yaitu pergerakan secara dua arah suatu individu dari suatu daerah ke

daerah populasi lainnya secara periodik.

Migrasi musiman tidak hanya memungkinkan pendudukan daerah-daerah

yang akan tidak baik dalam ketiadaan migrasi tetapi juga memungkinkan

binatang-binatang memelihara laju rata-rata kepadatan dan kegiatan yang lebih

tinggi. Populasi yang tidak bermigrasi sering kali harus menjalani pengurangan

kepadatan yang luar biasa atau melakukan semacam bentuk dormansi selama
periode yang tidak baik. Orientasi dan navigasi migrasi-migrasi jarak jauh

merupakan lapangan penelitian dan teori-teori yang sangat populer, tetapi masih

sedikit yang di mengerti (Odum, 1993).

Penyebaran membantu natalitas dan mortalitas di dalam memberi wujud

bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi. Di dalam kebanyakan kasus

beberapa individu atau hasil-hasil refroduktifnya secara tetap meninggalkan atau

memasuki populasi (Odum, 1993).

Populasi dapat konstan dapat pula berfluktuasi atau dapat pula meningkat

atau menurun terus. Perubahan-perubahan demikian merupakan fokus utama

ekologi populasi. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh empat faktor yang

saling mempengaruhi, yaitu kelahiran (natality), kematian (mortality) dan migrasi

(emigrasi dan imigrasi) (Naughton, 1990).

Adapun, pola sebaran populasi suatu organisme ditentukan dengan

menghitung indeks dispersi Morisita dengan persamaan (Soegianto, 1994):

Id=
n (∑
n=1
X 2−N )
N ( N −1 )

Keterangan :

Id = Indeks Dispesi Morisita

= Jumlah plot pengambilan contoh

N = Jumlah individu dalam n plot

X = Jumlah individu pada setiap plot


Nilai indeks morisita yang diperoleh diinterpretasikan sebagai berikut

(Soegianto, 1994):

Id = 1, distribusi individu cenderung acak

Id = 0, distribusi individu bersifat seragam

Id = n (> 1), distribusi individu cenderung berkelompok.

Kemudian untuk menguji apakah suatu persebaran acak atau tidak, maka

dilakukan uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut (Soegianto, 1994):

X2
(
x 2= n ∑
N )−N

Selanjutnya, nilai x 2hitung yang di dapat dibandingkan dengan x 2 tabel

dengan derajat bebas (df = n-1). Sehingga, apabila di dapat x 2 hitung lebih besar

dari x 2 tabel, maka dapat dikatakan bahwa bentuk penyebaran berbeda nyata

dengan acak dan sebaliknya apabila x 2 hitung lebih kecil dari x 2 tabel dapat

dikatakan bentuk penyebaran tidak berbeda nyata dengan acak (Soegianto, 1994).

Hasil dari Indeks morisita yang diperoleh dikelompokan (Adi, dkk., 2013)

sebagai berikut:

Id > 1, untuk pola sebaran individu bersifat mengelompok

Id < 1, untuk pola sebaran individu bersifat sama

Id = 1, untuk pola sebaran individu bersifat acak


BAB III

METODE PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat yang digunakan pada percobaan pipa persegi, alat tulis menulis dan

table pengamatan.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan pada percobaan areal yang diamati.

III.3 Tata Kerja

Adapun tata kerja dari percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Memilih salah satu areal yang diamati persebaran individu dalam populasi.

2. Melempar pipa persegi secara acak .

3. Menghitung jenis spesies yang masuk dalam petak/plot.

4. Membuat table pengamatan sementara.

5. Melempar lagi sebanyak dua kali pipa persegi tersebut secara acak.

6. Menghitung jenis spesies yang masuk dalam petak/plot.

7. Membuat table pengamatan sementara.

8. Membuat laporan lengkap.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Tabel Pengamatan 1

Spesies (i)
Rumput
Plot
A B C D E F G
gajah
1 3 10 7 12 17 8 4 1
2 - - - 4 - - - -
3 - - 18 - - - - -
∑❑ 3 10 25 16 17 8 4 1

Valang Sirih- Rumpu


Mangga H I J K ∑❑
a sirihan t Teki
4 - - - - - - - 66
- 1 8 - - 23 6 - 42
- - - 51 2 - - 26 97
4 1 8 51 2 23 6 26 205

IV.1.2 Tabel Pengamatan 2

Plot Spesies (i2)


A B C D E F Rumput G
gajah
1 9 100 49 144 289 64 16 1
2 - - - 16 - - - -
3 - - 324 - - - - -
∑❑ 9 100 373 160 289 64 16 1

Valang Sirih- Rumpu


Mangga H I J K ∑❑
a sirihan t Teki
16 - - - - - - - 688
- 1 64 - - 529 36 - 646
- - - 2601 4 - - 676 3605
16 1 64 2601 4 529 36 676 4939

IV.1.3 Analisis Data

∑ x 2−N
Id = n N ( N −1)

Keterangan : Id = indeks Morisita

n = jumlah petak/plot

N = jumlah total individu dalam petak/plot

∑ x 2 = kuadrat jumlah individu dalam petak/plot

1. Spesies A

x 2−N 9−205
Id A =n∑
N ( N −1)
= 3 205(205−1)

−178
= 41820 = - 0, 004 (penyebaran acak)

2. Spesies B

∑ x 2−N 100−205
Id B = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)
95
= 41820 = 0, 002 (penyebaran acak)

3. Spesies C

∑ x 2−N 373−205
Id C = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

914
= 41820 = 0, 021(penyebaran acak)

4. Spesies D

∑ x 2−N 160−205
Id D = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

275
= 41820 = 0, 006 (penyebaran acak)

5. Spesies E

∑ x 2−N 289−205
Id E = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

662
= 41820 = 0, 015 (penyebaran acak)

6. Spesies F

∑ x 2−N 64−205
Id F = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−13
= 41820 = -0,0003 (penyebaran acak)

7. Spesies Rumput gajah

x 2−N 16−205
Id Rumput Gajah =n∑
N ( N −1)
= 3 205(205−1)

−157
= 41820 = -0,003 (penyebaran acak)
8. Spesies G

∑ x 2−N 1−205
Id G = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−202
= 41820 = -0,004 (penyebaran acak)

9. Spesies Valanga

∑ x 2−N 16−205
Id Valanga = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−157
= 41820 = -0,003 (penyebaran acak)

10. Spesies Mangga Mangifera indica

∑ x 2−N 1−205
Id Mangga = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−202
= 41820 = -0,004 (penyebaran acak)

11. Spesies Sirih-sirihan

∑ x 2−N 64−205
Id Sirih-sirihan = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−13
= 41820 = -0,0003 (penyebaran acak)

12. Spesies Rumput Teki Cyperus rotundus

∑ x 2−N 2601−205
Id Rumput Teki = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

7598
= 41820 = 0,181 (penyebaran acak)

13. Spesies H
∑ x 2−N 4−205
Id H = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−193
= 41820 = -0,004 (penyebaran acak)

14. Spesies I

∑ x 2−N 529−205
Id I = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

1382
= 41820 = 0,033 (penyebaran acak)

15. Spesies J

∑ x 2−N 36−205
Id J = n = 3 205(205−1)
N ( N −1)

−97
= 41820 = -0,002 (penyebaran acak)

16. Spesies K

x 2−N 676−205
Id K =n∑
N ( N −1)
= 3 205(205−1)

1823
= 41820 = 0,043 (penyebaran acak)

IV.2 Pembahasan

Penyebaran populasi merupakan pergerakan individu ke dalam atau keluar

dari populasi. Dalam percobaan dilakukan pengambilan data dengan

menggunakan metode plot yang dilemparkan secara acak sebanyak 3 (tiga) kali.

Pengambilan data diperoleh 16 spesies yaitu 15 spesies tumbuhan dan 1 spesies

serangga. Spesies yang belum di ketahui di beri simbol dengan huruf A-K.
Seperti hasil analisis data dengan menggunakan rumus Indeks Morisita di

atas diperoleh Id A= -0,004, Id B= 0,002, Id C= 0,021, Id D= 0,006, Id E= 0,015,

Id F= -0,0003, Id Rumput Gajah= -0,003, Id G= -0,004, Id Valanga = -0,003,

Id Mangga= -0,004, Id Sirih-sirihan= -0,0003, Id Rumput Teki= 0,181,

Id H= -0,004, Id I= 0,033, Id J= -0,002, Id K= 0,043.

Dari hasil analisis data menggunakan rumus Indeks Morisita di peroleh

bahwa pola penyebaran individu dalam populasi termasuk dalam kriteria

penyebaran acak/random karena Id¿ 1,0. Adapun faktor-faktor yang

mempengaruhi persebaran individu populasi tersebut adalah kelahiran (natality),

kematian (mortality) dan migrasi (emigrasi dan imigrasi), dan juga lingkungan

tempat tinggal mahluk hidup. Percobaan ini hanya satu spesies hewan yang di

dapat spesies Valanga sp.

Dari hasil percobaan yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa pola

penyebaran individu dalam populasi yang ada pada areal tempat percobaan adalah

rendah karena hasil analisis data Id¿ 1,0 yang berarti persebaran individu dalam

populasi adalah pola persebaran acak/random.

BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai berikut:


1. Dengan menggunakan Indeks Morisita pada metode plot didapatkan hasil pola

penyebaran yang tergolong rendah dari semua spesies karena Id¿ 1,0 yang

berarti pola penyebaran individu adalah acak/random dengan berbagai faktor

yang mempengaruhi persebarannya.

2. Mahasiswa telah mengetahui bagaimana cara menerapkan teknik-teknik

sampling organisme dan rumus-rumus sederhana dalam menghitung pola

penyebaran individu dalam populasi berdasarkan hasil yang di dapatkan.

V.2 Saran

Sebaiknya di dalam melakukan praktikum ini kondisi cuaca dapat

memungkinkan melakukan praktikum pengambilan sampel, agar data yang di

dapatkan itu lebih baik dan valid.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, J. S., Sudarmadji, & Subchan, 2013. Komposisi Jenis dan Pola Penyebaran
Gastropoda Hutan Mangrove Blok Bedul Segoro Anak Taman Nasional
Alas Purwo Banyuwangi. Jurnal Ilmu Dasar Vol 14.

Michael, P. E., 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan


Laboratorium. Universitas Indonesia. Jakarta.

Naughton, Mc. S., 1990. Ekologi Umum. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Odum, E., 1993. Dasar-Dasar Ekologi. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Soegianto, A., 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional, Surabaya.


Umar, M. R., 2014. Ekologi Umum dalam Praktikum. Universitas Hasanuddin,
Makassar.

Anda mungkin juga menyukai