Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

SISTEMATIKA HEWAN
AVES

OLEH :

NAMA : SHERLY KHAROL VERONICA


NIM : 08041182126009
KELOMPOK : VIII (DELAPAN)
ASISTEN : DEVI ANGGRAINI

LABORATORIUM BIOSISTEMATIKA HEWAN


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Anggota kelas aves termasuk salah satu kelompok hewan yang tergolong ke
dalam hewan vertebrata yang memiliki ciri dan bentuk tubuh khas yang dapat
membedakannya dari anggota hewan lainnya. Bulu berupa ciri khas kelas aves
yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain, sehingga dengan bentuk tubuh tersebut
kelompok hewan ini terbukti sangat berhasil dalam penyebarannya
memperbanyak habitat di permukaan bumi. Mengenai jumlah jenisnya di dunia,
ada beberapa pendapat yang menyatakan bahwa diperkirakan ada sekitar 9000
jenis aves dan ada pula yang menyatakan diperkirakan ada sebanyak 8900 jenis
hewan kelas aves yang tersebar pada berbagai tipe habitat, mulai dari pinggir
pantai hingga pegunungan (Kurniawan et al., 2019).
Aves termasuk ke dalam golongan hewan berdarah panas atau yang dikenal
bersifat homoiterm. Tulang dada pada umumnya tumbuh membesar dan memipih,
anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang, dan bertengger.
Mulut sudah termodifikasi menjadi paruh, mempunyai kantong hawa, jantung
terdiri dari empat ruang yang meliputi dua atrium dan dua ventrikel, rahang
bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang dan digantikan
oleh paruh ringan dari zat tanduk dan berkembang biak dengan cara bertelur.
Sayap atau anggota gerak depan pada burung berupa kunci untuk melakukan
aktivitas terbang (Mafaja dan Fadli, 2019).
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik
berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik. Secara
embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat
menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga
terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis
sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus.
Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung
pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada
perkembangan selanjutnya (Maya dan Nur, 2021).

Universitas Sriwijaya
Burung atau aves yang bagian tubuhnya ditutupi oleh bulu pada umumnya
dapat mengalami pergantian bulu, yang dapat terjadi sebanyak satu kali dalam
satu tahun. Proses terjadinya pergantian bulu pada umumnya dapat terjadi
sebelum atau sesudah aves mengalami perkembangbiakan. Namun ada juga
kelompok aves yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu.
Pergantian bulu burung salah satunya dapat dipengaruhi oleh faktor fisiologis
tubuhnya misalnya disebabkan akibat adanya hormon tiroksin. Umumnya
sempurnanya bulu dari setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa
berbeda-beda pada setiap jenisnya (Kurniawan et al., 2019).
Aves atau anggota burung termasuk salah satu kelompok hewan yang paling
dikenal orang karena dapat dilihat dan dijumpai dimana-mana, aktif pada siang
hari, dan unik dalam hal memiliki bulu sebagai penutup tubuh. Dengan bulu itu
tubuh aves dapat mengatur suhunya dan berfungsi juga untuk membantu aktivitas
terbang. Dengan kemampuan terbang itulah aves dapat mendiami semua tempat.
Kelompok ini dapat berpindah atau bermigrasi kemanapun dengan mudah karena
dibantu dengan aktivitas terbang yang dapat membawa mereka kemanapun
mereka mau. Warna dan suara dari beberapa aves menjadi daya tarik dan
mempunyai nilai ekonomi. Semakin maraknya aktivitas memelihara burung
penting dilakukan studi mengenai eto-ornitologi (Mafaja dan Fadli, 2019).
Kelas aves umumnya dimanfaatkan oleh manusia sebagai umber makanan,
hewan ternak, hingga hobi dalam peliharaan. Dalam bidang industri bulunya dapat
dimanfaatkan contohnya sebagai baju, hiasan dinding, aksesoris, dan lainnya.
Bulu yang ada pada aves berbeda dengan rambut yang biasanya terdapat pada
tubuh angota mamalia. Perbedaan terssebut dapat dilihat dari bentuk, tekstur,
hingga fungsinya. Rambut umumnya bertekstur lebih halus dan juga lebih pendek,
sedangkan bulu teksturnya lebih kasar dan ukuran lebih panjang. Pada bulu juga
umumnya terdapat pertulangan di bagian tengahnya. Burung dari segi ekologi
juga memenuhi beberapa kriteria sebagai bioindikator lingkungan, sehingga dapat
digunakan untuk mengukur kesehatan ekosistem (Kurniawan et al., 2019).

1.2. Tujuan Praktikum


Praktikum ini bertujuan untuk mengenal ciri-ciri aves yang penting untuk
identifikasi dan determinasi serta mengklasifikasikannya.

Universitas Sriwijaya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Aves


Aves berasal dari kata dalam bahasa Latin, yaitu avis yang berarti burung.
Kekhasan dari kelas aves yaitu adanya bulu yang menutupi seluruh bagian atau
permukaan tubuh. Secara umum ciri-ciri hewan pada kelas aves yang berbeda
dengan hewan vertebrata lainnya adalah tulang dada yang umumnya tumbuh
membesar dan memipih, anggota gerak belakang beradaptasi untuk berjalan,
berenang dan bertengger. Mulut kelas aves sudah termodifikasi menjadi paruh,
punya kantong hawa, jantung terdiri dari empat ruang, rahang bawah tidak
mempunyai gigi karena gigi-giginya telah menghilang yang digantikan oleh paruh
ringan dari zat tanduk (Maya dan Nur, 2021).
Adanya bulu pada burung merupakan karakter spesifik yang menunjukkan
jenis burung. Sayap merupakan adaptasi dari burung yang jelas untuk terbang.
Sisik pada kaki burung merupakan sisa evolusi dari reptil. Bulu adalah salah satu
adaptasi vertebrata yang paling luar biasa karena sangat ringan dan kuat. Bulu
terbuat dari keratin, protein yang juga menyusun rambut dan kuku pada mamalia
dan sisik pada reptilia. Hewan aves memiliki ekor yang pendek dan terdapat
sejumlah bulu yang panjang pada ekornya. Bulu aves dalam bidang industri dapat
dimanfaatkan sebagai bahan pembuatan kerajinan hiasan dinding, desain busana
dan lainnya (Velayati et al., 2021).

2.2. Ornitologi
Biologi sebagai ilmu yang mempelajari tentang makhluk hidup terbagi
menjadi beberapa cabang ilmu lain untuk mempelajari suatu segi atau bentuk
kehidupan. Ornitologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata “ornis”
yang berarti burung dan “logos” yang berarti ilmu. Ornitologi terpisah dari
zoologi kerena fokus mempelajari burung dari berbagai aspek khusus. Ornitolog
merupakan sebutan bagi ahli ornitologi. Pekerjaan mereka seringkali melibatkan
survei, pencatatan, dan pelaporan aktivitas burung di alam liar. Adapun upaya
seperti studi eto-ornitologi sangat bermanfaat dalam membantu upaya konservasi
burung kicau agar tetap menjaga kelestariannya (Mafaja dan Fadli, 2019).

Universitas Sriwijaya
2.3. Penutup Tubuh Aves
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain.
Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptil serupa dengan sisik. Berdasarkan susunan
anatomis, bulu terdiri atas filoplumae yaitu bulu-bulu kecil mirip rambut yang
tersebar di seluruh tubuh. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile,
sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves
dibedakan menjadi 2 macam yaitu ada tectrices, bulu yang menutupi badan.
Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi
sebagai kemudi (Anas dan Murti, 2021).

2.4. Keanekaragaman Aves


Aves dapat dibagi dalam dua puluh sembilan ordo utama dengan lebih dari
seratus famili, yakni diperkirakan sekitar 158 famili yang tersebar. Aves seperti
burung termasuk spesies yang menarik untuk dikaji dengan berbagai
karakteristiknya. Penyebaran jenis-jenis burung sangat dipengaruhi oleh habitat
tempat hidupnya, meliputi adaptasi burung terhadap lingkungan, kompetisi, strata
vegetasi, ketersediaan pakan, dan seleksi alam seperti ditemukan di daerah hutan,
laut, perkotaan, dan pedesaan. Keanekaragaman jenis burung di Indonesia
seringkali dikaitkan dengan kondisi lingkungan, semakin tinggi keanekaragaman
jenis burung maka semakin seimbang suatu ekosistem di wilayah tempat hidup
burung tersebut (Kurniawan et al., 2019).

2.5. Kemampuan Terbang


Bangsa aves pada umumnya dikenal sebagai satu-satunya hewan yang
memiliki sayap dan juga bulu pada bagian tubuhnya dan pada umumnya memiliki
kemampuan terbang atau dapat terbang dengan menggunakan sayapnya. Namun
pada kenyataannya, ada juga beberapa jenis aves yang tidak bisa melakukan
kemampuan terbang meskipun memiliki sayap sebagai modifikasi dari kaki
depan. Beberapa burung dengan sayapnya dapat terbang seperti elang, pipit, dan
merpati. Adapun jenis aves yang jarang terbang seperti pada ayang dan itik
manila. Beberapa aves lain tidak dapat terbang misalnya seperti burung unta,
penguin, dan kiwi (Velayati et al., 2021).

Universitas Sriwijaya
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu dan Tempat


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 02 Maret 2023 pukul
08.00 WIB sampai dengan selesai. Bertempatan di Laboratorium Biosistematika
Hewan Jurusan Biologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sriwijaya.

3.2. Alat dan Bahan


Alat yang digunakan di dalam praktikum ini yaitu bak preparat. Bahan yang
digunakan di dalam praktikum ini berupa Estrildid finches dan Passer montanus.

3.3. Cara Kerja


Adapun cara kerja dalam praktikum dimulai dengan digambarkan morfologi
dan dideskripsikan sampel dari Estrildid finches dan Passer montanus. Kemudian
diidentifikasikan spesies dan ditentukan klasifikasinya.

Universitas Sriwijaya
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

Lembar Kerja
Identifikasi

Nama : Sherly Kharol Veronica Praktikum ke : 10


NIM : 08041182126009 Hari/ Tanggal : Kamis/ 02 Maret 2023

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Estrildidae
Genus : Estrildid
Spesies : Estrildid finches

Gambar 1. Estrildid finches


Keterangan:
1. Kepala 5. Sayap
2. Mata 6. Kaki
3. Paruh 7. Ekor
4. Badan

Universitas Sriwijaya
Lembar Kerja
Identifikasi

Nama : Sherly Kharol Veronica Praktikum ke : 10


NIM : 08041182126009 Hari/ Tanggal : Kamis/ 02 Maret 2023

Klasifikasi
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Aves
Ordo : Passeriformes
Famili : Passeridae
Genus : Passer
Spesies : Passer montanus

Gambar 2. Passer montanus


Keterangan:
1. Paruh 8. Kepala
2. Mata 9. Punggung
3. Sayap 10. Jari Kaki
4. Ekor
5. Dada
6. Kaki
7. Perut

Universitas Sriwijaya
4.2. Pembahasan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
Estrildid finches dan Passer montanus termasuk salah satu dari kelompok hewan
kelas aves. Kekhasan dari hewan kelompok kelas aves dapat dilihat dari
permukaan tubuhnya yang ditutupi oleh bulu. Menurut Maya dan Nur (2021),
secara umum ciri-ciri hewan pada kelas aves yang berbeda dengan hewan
vertebrata lainnya adalah tulang dada tumbuh membesar dan memipih, anggota
gerak belakang beradaptasi untuk berjalan, berenang dan bertengger. Mulut kelas
aves sudah termodifikasi menjadi paruh, punya kantong hawa, jantung terdiri dari
empat ruang, rahang bawah tidak mempunyai gigi karena gigi-giginya telah
menghilang yang digantikan oleh paruh ringan dari zat tanduk.
Burung pipit termasuk jenis burung berukuran kecil yang memiliki bentuk
paruh pendek. Bentuk paruh tersebut memiliki proporsi yang pas sesuai dengan
bentuk tubuhnya dengan warna hitam yang dominan berguna untuk memecah
bulir padi dan juga biji kecil lain. Menurut Agustin et al. (2021), paruh burung
memiliki bentuk yang bermacam-macam tergantung jenis makanan yang
dimakan. Burung pipit umumnya memiliki ukuran tubuh yang kecil dengan warna
bulu yang dominan berwarna cokelat.
Estrildid finches sering kali ditemukan di daerah persawahan dimana
sumber makanannya sangat melimpah. Menurut Roslinawati et al. (2019), spesies
ini sering terlihat mendatangi rawa-rawa dan sawah untuk mencari biji-bijian,
termasuk biji padi. Selain itu, habitat burung pipit di alam liar biasanya akan
hidup secara bergerombol dimana dalam satu kawanan terdapat 4 hingga 8 burung
saja. Tapi saat petang tiba, kawanan burung pipit akan bergabung dengan
kawanan lain dan berbagi pohon besar untuk berteduh di malam hari.
Burung gereja termasuk salah satu jenis burung yang secara umum memiliki
ukuran tubuh sedang, sekitar 14 cm. Menurut Merry et al. (2018), burung gereja
tubuhnya berwarna coklat yakni tubuh bagian bawah terdapat warna putih dan
kuning keabu-abuan sedangkan bagian atas memiliki bintik coklat berpadu
dengan tanda hitam dan putih pada bagian dagu. Jenis burung ini sering dijumpai
di kawasan pemukiman masyarakat dan perkebunan, sering juga bertengger di
tiang listrik ataupun kabel listrik.

Universitas Sriwijaya
BAB V
KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
1. Estrildid finches dan Passer montanus termasuk contoh dari kelompok hewan
kelas aves.
2. Karakteristik dari hewan kelompok kelas aves dapat dilihat dari permukaan
tubuhnya yang ditutupi oleh bulu.
3. Aves dilengkapi juga dengan paruh dan sayap, sebagian ada yang bisa terbang
ada juga yang tidak bisa terbang.
4. Burung pipit dan burung gereja memiliki bentuk paruh pendek yang berfungsi
untuk memecah bulir biji-bijian.
5. Burung pipit memiliki ukuran tubuh lebih kecil, sedangkan burung gereja
ukuran tubuhnya sedang.

Universitas Sriwijaya
DAFTAR PUSTAKA

Agustin, N. S., Joni, K., Rahmawati, D dan Saputro, A. K. (2021). Rancang


Bangun Alat Pengusir Hama Burung pada Tanaman Padi Berbasis
Mikrokontroler. Jurnal of Engineering and Life Science. 1(1): 1-8.
Anas, M dan Murti, W. (2021). Zoologi Vertebrata. Bandung: Widina Bhakti
Persada Bandung.
Kurniawan, I. S., Tapilouw, F. S., Hidayat, T dan Setiawan, W. (2019).
Keanekaragaman Aves di Kawasan Cagar Alam Pananjung Pangandaran.
Jurnal Ilmiah Multi Sciences. 11(1): 37-44.

Mafaja, K dan Fadly, H. (2019). Kelompok Kicau Mania, Kontes Burung dan
Kesadaran Konservasi Burung Kicau di Kabupaten Blora. Journal of
Education, Society and Culture. 8(1): 601-613.
Maya, S dan Nur, R. A. (2021). Zoologi Vertebrata. Bandung: Widina Bhakti
Persada Bandung.
Merry, Novarino, W dan Rizaldi. (2018). Karakteristik Sarang Tempua Ploceus
philippinus di Area Persawahan Gurun Aur, Kecamatan Banuhampu,
Kabupaten Agam, Sumatera Barat. Jurnal Metamorfosa. 5(1): 117-122.

Roslinawati, E., Prihatini, E dan Haryoko, T. (2019). Variasi Ciri Morfometrik


Burung Bondol di Indonesia. Jurnal Zoo Indonesia. 26(2): 116-129.
Velayati, K., Mukhirah dan Novita. (2021). Pemanfaatan Media Bahan Alam pada
Desain Busana Tiga Dimensi. Jurnal Busana dan Budaya. 1(1): 30-40.
Verma, A. K dan Sadguru, P. (2020). Status Fila Hewan di Kerajaan yang
Berbeda Sistem Klasifikasi Biologis. Jurnal Internasional Inovasi
Biologis. 2(2): 149-154.

Universitas Sriwijaya
LAMPIRAN

Gambar 1. Passer montanus

(Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2023)

Gambar 2. Estrildid finches

(Sumber : Google, 2023)

Universitas Sriwijaya
SUMBER

CEK PLAGIARISME

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai