Anda di halaman 1dari 12

ANATOMI IKAN LELE (Clarias gariepinus)

DAN IKAN NILEM (Osteochilus vittatus)

Oleh :
Nama : Iqbal Auni Rahman
NIM : B1A018105
Rombongan : C1
Kelompok :1
Asisten : Balqist Nadia Rahmah

LAPORAN PRAKTIKUM STRUKTUR HEWAN

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ikan merupakan organisme akuatik yang memiliki organ yang kompleks.
Ikan terdiri atas beberapa sistem organ yang saling bekerja sama melakukan
aktivitas hidup. Ikan adalah hewan berdarah dingin yang hidup di air, bertulang
belakang, poikiloterm, bergerak dengan menggunakan sirip, bernafas dengan
insang, dan memiliki gurat sisi (linea lateralis) sebagai organ keseimbangannya
(Radiopoetro, 1991). Tubuh ikan terdiri atas caput, truncus, dan cauda,
diantaranya tidak ada pembatas yang nyata sebagai batas antar caput, truncus,
dan ekor. Batas antar caput dan truncus yaitu dari tepi caudal operculum dan
sebagai batas antara truncus dan ekor yaitu dari anus (Marshall, 1980).
Ikan lele (Clarias gariepinus) adalah vertebrata yang termasuk kelas pisces
karena habitatnya di air yaitu hidup di air tawar, dan merupakan famili dari
Clariidae. Tubuh ikan lele dibagi menjadi 3 bagian yaitu kepala (caput), badan
(truncus), dan ekor (cauda). Bagian kepala dimulai dari ujung moncong sampai
dengan batas tutup insang, badan dimulai dari belakang tutup insang sampai
dengan anus, dan ekor dimulai dari belakang anus sampai ujung sirip ekor
(Sarwono, 2007). Ikan lele (Clarias gariepinus) merupakan salah satu jenis ikan
yang badannya tidak diselubungi dengan sisik, melainkan licin pada permukaan
tubuhnya dan sedikit berlendir. Kepala ikan lele (Clarias gariepinus) berbentuk
pipih simetris, dan dari kepala sampai punggung berwarna coklat kehitaman,
mulut lebar dan tidak bergigi, bagian badan membulat dan memipih kearah ekor
dan memiliki patil. Patil ikan lele merupakan senjata ampuh dan berbisa yang
terdapat pada pinna pectoral ikan lele untuk melindungi diri dari musuh dan
predator di sekitarnya (Prawirohartono, 2000).
Ikan nilem (Osteochilus vittatus) merupakan ikan endemik (asli) Indonesia
yang hidup di sungai–sungai dan rawa–rawa. Ikan ini memiliki bentuk tubuh yang
hampir sama dengan dengan ikan mas, bedanya ikan nilem mempunyai bentuk
kepala yang lebih kecil. Bagian-bagian sudut mulutnya terdapat dua pasang
sungut peraba. Sisik pada tubuh ikan nilem berwarna hijau dan keabu-abuan
(Sutanmuda, 2007). Ikan nilem (Osteochilus vittatus) bertulang sejati dan
tubuhnya ditutupi oleh sisik sebagai kerangka luar. Kulit ikan nilem mengandung
lendir untuk melicinkan tubuhnya agar mudah bergerak di air. Tubuh ikan nilem
dilengkapi dengan beberapa sirip dan terdapat gurat sisik (linea lateralis) sebagai
alat keseimbangan untuk mengetahui perubahan tekanan air, dan suhu di sekitar
habitatnya (Radiopoetro, 1991). Ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele
(Clarias gariepinus) digunakan pada praktikum kali ini karena susunan anatomi
dan morfologinya sederhana serta mudah dipahami. Alasan selanjutnya adalah
ikan tersebut mudah didapat, murah, dan mudah dalam perawatannya. sehingga
praktikan dapat mudah melakukan pengamatan baik anatomi maupun
morfologinya.

B. Tujuan
Tujuan dari praktikum kali ini adalah untuk mengetahui Morfologi dan
Anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan nilem

(Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus).

Alat yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah bak preparat, pinset

dan gunting.

B. Cara Kerja

Metode yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Ikan dilumpuhkan syaraf pusatnya dengan cara ditusuk pada kepala hingga tembus
ke otak dengan menggunakan gunting bedah.
2. Ikan di bedah dari lubang urogenitalia (dubur) hingga ke arah anterior sepanjang
medioventral searah dengan sirip dada.
3. Pengguntingan dilakukan dari lubang urogenitalia ke bagian kanan terlebih
dahulu. Setelah itu, baru digunting dari lubang urogenitalia ke bagian kiri. Hal ini
dilakukan dengan perlahan agar organ dalam tidak rusak sehingga banyak darah
yang keluar menutupi organ yang akan diamati.
4. Setelah digunting, bagian belahan daging dibuka menggunakan bantuan pinset.
5. Organ dalam ikan diamati, jika ada bagian yang belum terlihat jelas, maka
pengguntingan dilanjutkan tetapi jangan sampai ada bagian yang putus.
B. Pembahasan
Menurut Hasanuddin Saaanin (1984) klasifikasi ikan lele (Clarias
gariepinus) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Subkingdom : Metazoa
Phylum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Pisces
Subclass : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Species : Clarias gariepinus
Hasil pengamatan pembedahan yang dilakukan pada ikan lele (Clarias
gariepinus) yaitu terbagi atas tiga bagian yaitu kepala (caput) diukur dari mulai
moncong sampai tutup insang, badan (truncus) mulai dari belakang tutup insang
sampai anus, dan yang terakhir bagian ekor (cauda) dari anus hingga ujung sirip
ekor. Kepala ikan lele berbentuk pipih dan simetris, dari kepala sampai punggung
berwarna coklat kehitaman, mulut lebar dan tidak bergigi. Bagian kepala (cauda)
ikan lele terdapat bagian-bagian yaitu organon visus (mata), lengkung hidung,
serta barbels inferior dan barbels superior atau sungut sebanyak masing-masing
satu pasang. Fungsi dari barbels ini yaitu sebagai indera peraba pada saat terdapat
rangsangan dan pada saat mencari makanan. Bagian badan ikan lele berbentuk
bulat memiliki alat pernapasan tambahan yaitu organ arborescent yang berupa
kulit tipis menyerupai spons. Tubuh ikan lele tidak memiliki sisik, memiliki kulit
berlendir, tampak pula alat gurat sisi dibagian tengah sisi badannya. Ikan marga
Clarias ini terkenal dari tubuhnya yang licin panjang tak bersisik (Persyadha et al.,
2019).
Mempunyai patil atau taji yang merupakan senjata untuk melindung dirinya
dari serangan musuh dan predator di sekitarnya. Panjang maksimum mencapai
400 mm. Ikan lele mempunyai sirip punggung (pinnae dorsalis), sirip anus
(pinnae analis) dan sirip ekor (pinnae caudalis) yag disebut ekor tidak
berpasangan. Sirip dada (pinna pectoralis) dan sirip perut (pinna abdominalis) di
sebut sirip yang berpasangan. Ikan lele mempunyai sirip anal sirip dorsal, yang
memanjang sampai pangkal ekor namun tidak menyatu dengan sirip ekor
(Rachmatika & Wahyudewantoro, 2006).
Bagian dalam ikan lele terdapat beberapa organ yang dapat dikenali seperti
hati (hepar), jantung (cor), lambung (gastrum), usus (intestine), anus.
arborescent, dan gonad. Lambung pada ikan lele sudah dapat dibedakan bagian-
bagiannya. Organ selanjutnya yng dapat diamati adalah esofagus, porus
urogenitalis, pylorus, dan vesica felea. Vesica felea atau kantung empedu
merupakan organ eksresi dari ikan lele. Terletak pada usus bagian depan, berupa
kantung bulat hijau kebiru-biruan (Radiopoetro, 1991).
klasifikasi ikan nilem (Osteochilus vittatus) menurut radiopoetro (1991),
ialah sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Subphylum : Craniata
Class : Pisces
Subclass : Actinopterygii
Ordo : Ostariophysi
Subordo : Cyprinoideae
Familia : Cyprinidae
Genus : Osteochilus
Species : Osteochilus vittatus
Hasil pengamatan praktikum ini didapatkan morfologi luar Ikan Nilem
dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu caput, truncus, dan cauda. Caput
terbentang mulai dari ujung moncong sampai dengan akhir operculum. Truncus
membentang dari akhir operculum sampai dengan anus. Cauda terbentang dari
belakang anus sampai dengan ujung sirip ikan. Ketiga bagian tubuh tersebut tidak
memiliki batas yang nyata (Kriswantoro, 1986). Tipe sisik dari ikan nilem ini
adalah cycloid, mempunyai garis-garis melingkar (sirkuler) dan garis-garis radier,
serta berpigmen, terutama pada bagian yang tidak tertutup oleh sisik di depannya.
Sisik cycloid sebagaian besar terdapat pada ikan tulang keras, tertanam bagian
depannya di celah-celah kulit, bagian distal kulit menutup sisik berikutnya. Sisik
cycloid pada dasarnya melingkar dan bertambah ukuran seiring pertumbuhan ikan.
Pertumbuhan sisik tersebut tampak sebagai tanda cincin pertumbuhan, seperti
lingkaran tahun pada pohon. Cincin pertumbuhan tersebut lebih jelas pada bagian
sisik yang tertanam, karena pertumbuhannya terhambat selama musim dingin atau
penghujan akibat menurunnya suhu dan pasokan makanan (Anwar et al., 2015).
Bagian anatomi viscera in-situ ikan nilem antara lain insang, organon visus,
porus urogenitalis, cor, pronephros, mesonephros, gonad, vesica natatoria, usus,
hepatopancreas, dan anus. Jantung (cor) terletak di bagian ventro caudal dari
insang. Hepatopancreas adalah organ utama yang bertanggung jawab atas
penyerapan dan penyimpanan bahan yang masuk ke dalam proses pencernaan
makanan. Organ ini juga terlibat dalam sintesis enzim pencernaan dan
detoksifikasi xenobiotik (Diaz et al., 2010). Duktus-duktus ginjal dan sistem
reproduksi sangat terkait satu sama lain, sehingga banyak ahli yang mempelajari
kedua sistem tersebut sebagai satu sistem urogenital (uro berarti urin). Ureter
membesar dan membentuk vesica urinaria. Ureter bermuara ke dalam sinus
urogenitalis, sinus urogenitalis bermuara keluar melalui porus urogenitalis yang
terdapat di caudal dari anus (Azami et al., 2017).
Otot-otot pada ikan nilem (Osteochilus vittatus) terdiri dari otot epaxial
yaitu otot bagian dorsal dari tulang vertebrae, otot hypoxsial yaitu kelompok otot
bagian ventral dari vertebrae. Otot-otot pada ikan masih segmental dan
dinamakan myomere, yang dibungkus oleh selaput yang disebut mycomata.
Tampak pada bagian tengah yaitu tempat sumsum tulang belakang, sebelah dorsal
mempunyai lengkung neural membentuk taju neural yang memiliki fungsi sebagai
tempat lalunya urat syaraf, sedangkan pada sebelah ventralnya terdapat lengkung
haemal membentuk taju haemal, yaitu tempat lalunya arteri dan vena caudalis.
otot ikan nilem terdiri dari beberapa bagian seperti epaxsial (bagian atas),
hypoxsial (bagian bawah), muscular supervisialis, myomer, myosetum dan septum
transversal (Rahardjo, 2011).
Ikan lele (Clarias gariepinus) memiliki morfologi demgan bentuk tubuh
memanjang, agak bulat, kepala gepeng dan batok kepalanya keras, tidak bersisik
dan berkulit licin, mulut besar, warna kulit badannya terdapat bercak-bercak
kelabu seperti jamur kulit manusia (panu). Ciri-ciri morfologis ikan lele lainnya
adalah sungutnya. Sungut berada di sekitar mulut berjumlah delapan buah atau
empat pasang terdiri dari sungut nasal dua buah, sungut mandibular luar dua
buah, sungut mandibular dalam dua buah dan sungut maxillar dua buah. Ikan lele
mempunyai lima buah sirip yang terdiri dari sirip pasangan (ganda) dan sirip
tunggal. Sirip yang berpasangan adalah sirip dada (pectoral) dan sirip perut
(ventral), sedangkan yang tunggal adalah sirip punggung (dorsal), ekor (caudal)
serta sirip dubur (anal). Sirip dada ikan lele dilengkapi dengan patil atau taji tidak
beracun (Puspowardoyo & Djarijah, 2002).
Ikan nilem memiliki alat pernapasan berupa insang, kemudian mempunyai
gelembung renang (vesica natatoria) yang berfungsi sebagai alat keseimbangan
naik turun dalam air. Insang pada ikan nilem terdiri atas lengkung insang, filamen
insang, dan tapis insang. Pasangan rigi-rigi (tapis insang) berfungsi menyaring air
untuk pernapasan tubuh pada lengkung insang. Lembaran insang (filamen insang)
berwarna merah karena memiliki banyak pembuluh kapiler darah dari arteri
insang, melalui lembaran ini pertukaran CO2 dan O2 dapat berlangsung
(Prawirohartono, 2000). Alat pernapasan pada ikan lele sama-sama berupa insang
namun ada perbedaannya jika dibanding ikan nilem yaitu terdapatnya Ikan lele
(Clarias griepinus) memiliki alat bantu pernapasan tambahan, yaitu arborescent
yang dengannya, bisa hidup di perairan yang relatif rendah kadar oksigennya
(Hastuti et al., 2019). Insang pada ikan lele memiliki bagian-bagian dan
mekanisme pernapasan mirip dengan ikan nilem. Ikan lele dapat hidup di dalam
lumpur atau di dalam air yang memiliki kadar oksigen yang minim karena
memiliki, alat pernapasan tambahan yang mempermudah ikan lele dapat bertahan
hidup di luar air dalam beberapa jam jika keadaan udara disekitair lembab.
Arborescent merupakan membran yang berlipat-lipat dan penuh dengan kapiler-
kapiler darah. Kapiler darah ini terletak di bagian atas lengkung insang kedua dan
ketiga. Arborescent memiliki bentuk mirip dengan bunga karang (Kriswantoro,
1986).
Sistem reproduksi pada ikan nilem jantan dengan testis dan ikan nilem
betina dengan ovarium. Ikan nilem jantan dan betina dapat dibedakan dengan cara
memijit bagian perut ikan ke arah anus. Ikan jantan akan mengeluarkan cairan
yang berwarna putih susu dari lubang genitalianya. Sedangkan ikan nilem betina
yang sudah matang telurnya mempunyai ciri-ciri perut yang relatif besar dan tersa
lunak apabila diraba. Ginjal berfungsi sebagai tempat untuk penyarinngan urin.
Ureter untuk menyalurkan urin dari ginjal ke vesica urinaria. Sistem ekskresi
pada ikan nilem terdiri dari ureter, vesica urinaria dan berakhir pada porus
urogenetalia (Moment, 1967).
Sistem reproduksi pada ikan lele jantan dan ikan lele betina jelas berbeda.
Ikan lele jantan terdapat sepasang testis dan bagian luar tampak clasper yang
bentuknya meruncing berwarna merah dan merupakan alat kelamin yang
berfungsi untuk menyalurkan sperma keluar tubuh. Ikan lele betina pada bagian
tubuhnya terdapat ovarium yang berisi butiran-butiran telur yang akan
dikeluarkan pada saat waktunya untuk bereproduksi. Ikan Lele melakukan
fertilisasi eksternal, jadi ikan jantan membuahi telur diluar tubuh induk.
Perbedaan ikan lele jantan dan ikan lele betina yaitu pada ikan lele jantan terdapat
alat kelamin yang terletak di dekat anusnya, berwarna cerah dan meruncing
(clasper), sedangkan alat kelamin ikan lele betina tampak membulat
(Kriswantoro, 1986).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut


anatomi ikan nilem (Osteochilus vittatus) dan ikan lele (Clarias gariepinus) terdiri
atas kepala, badan, dan ekor. Insang berperan penting dalam respirasi ikan nilem
dan ikan lele. Sitem pernapasan ikan nilem hanya insang, jika di ikan lele ada alat
tambahan pada pernapasan yaitu arborescent. Ikan nilem dan Ikan lele memiliki
sistem reproduksi yang sama yaitu melalui gonad.
DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Kardhinata, E. H. & Mutia, H., 2015. Identification Types of Fish in The
River District Bar Girl Muarasipongi Mandailing Natal North Sumatra. Jurnal
Biologi Lingkungan Industri Kesehatan , 2(1), pp. 38-46.

Azami, W., Zainuddin & Rahmi, E., 2017. Histological Urinary System of
Snakehead (Channa striata). Jimvet, 1(4), pp. 709-714.

Diaz, A. C., Sousa, L. G. & Petriella, A. M., 2010. Functional cytology of hhe
Hepatopancreas of Palaemonetes argentinus (Crustacea, Decapoda, Caridea)
Under Osmotic Stress. Brazilian Archives of Biology and Technology, 53(3),
pp. 599-608.

Hastuti, S., Subandiyono & Windarto, S., 2019. Blood Performance of Jaundice
Catfish Clarias gariepinus. AACL Bioflux, 12(2), pp. 480-489.

Kriswantoro, M., 1986. Mengenal Ikan Air Tawar. Jakarta: Karya Bani.

Marshall, A. J., 1980. Textbook of Zoogology Vertebrates. London: English


Language Book Society and Macmillan.

Moment, G. B., 1967. General Zoology. Boston: Bentley Glass.

Persyadha, S. I., Maharani, S. & Cahyadi, D., 2019. Sistem Pendukung Keputusan
Pemilihan Indukan Unggul Ikan Lele Jenis Sangkuriang (Clarias Gariepinus)
Menggunakan Metode Weighted Product (WP). Jurnal Ilmiah Ilmu Komputer,
14(2), pp. 76-81.

Prawirohartono, S., 2000. Sains Biologi. Jakarta: Bumi Aksara.

Puspowardoyo, H. & Djarijah, 2002. Pembenihan dan Perbesaran Ikan Lele Dumbo
Hemat Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Rachmatika, I. & Wahyudewantoro, G., 2006. Jenis-Jenis Ikan Introduksi di Perairan


Tawar Jawa Barat dan Banten: Catatan Tentang Taksonomi dan Distribusinya.
Jurnal Iktiologi Indonesia, 6(2), pp. 92-97.

Radiopoetro, 1991. Zoologi. Jakarta: Erlangga.

Rahardjo, M. F., 2011. Iktiology. Bandung: Lubuk Agung.

Saanin, H., 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bogor: Binacipta.

Sarwono, B., 2007. Beternak Lele Dumbo. Jakarta: Agromedia.

Sutanmuda, 2007. Budidaya Ikan Lele. Jakarta: Bappenas.

Anda mungkin juga menyukai