Anda di halaman 1dari 6

PENAPISAN BAKTERI RIZOSFIR YANG BERPERAN DALAM

MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Nama : Iqbal Auni Rahman


NIM : B1A018105
Rombongan : II
Kelompok :3
Asisten : Afia Apriliana

LAPORAN PRAKTIKUM BAKTERIOLOGI

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2020
Nama : Iqbal Auni Rahman
NIM : B1A018105

PENAPISAN BAKTERI RIZOSFIR YANG BERPERAN DALAM


MENINGKATKAN PERTUMBUHAN TANAMAN

Rizosfir adalah bagian tanah sekitar perakaran yang masih mendapatkan pengaruh
langsung dari akar karena adanya eksudat akar, sehingga pertumbuhan bakteri sangat
tinggi di daerah tersebut. Sering juga diartikan sebagai material atau bahan-bahan
berukuran mikro dan mikroorganisme yang menempel pada akar tanaman. Daerah rizosfIr
merupakan suatu kondisi tanah yang kegiatan metaboliknya selalu lebih aktif, berubah
dengan cepat dan lebih kompetitif dibandingkan dengan bagian tanah yang ada
disekelilingnya. Daerah rizosfIr baik bagi pertumbuhan bakteri karena memiliki eksudat
akar yaitu zat yang diproduksi oleh sel akar yang masih aktif, lisat akar yaitu zat yang
dihasilkan akibat autolisis sel akar, dan musigel yang merupakan substansi campuran
antara eksudat akar dan mikroba yang telah mati (Sylvia et al., 2005). Rizoplane yaitu
daerah sekitar perakaran yang tidak mendapatkan pengaruh langsung dari akar tanaman,
populasi bakteri tidak terlalu tinggi karena nutrisinya tidak sebanyak daerah rizosfir.
Rizoplane adalah bagian permukaan akar tanaman yang merupakan epidermis atau lapisan
terluar dari akar dan merupakan pembungkus terluar akar tanaman dimana partikel-partikel
halus tanah, bakteri dan akar-akar jamur menempel (Rodriguez et al., 2008).
Plant Growth Promoting Rhizobacteria (PGPR) merupakan bakteri tanah yang
mampu mendukung pertumbuhan tanaman. PGPR menghasilkan senyawa pemacu
pertumbuhan tanaman (Plant Growth Promoting Substance / PGPS) serta memiliki
peranan penting bagi tumbuhan, misalnya sebagai pengendali biologi melalui kompetisi,
produksi antibiotik, induksi resistensi tanaman, produksi fitohormon, dan peningkatan
ketersediaan hara melalui fiksasi nitrogen dan melarutkan fosfat (Oktaviani et al., 2020).
PGPR menigkatkan pertumbuhan tanaman melalui dua mekanisme yaitu mekanisme tidak
langsung dan mekanisme langsung. Mekanisme secara tidak langsung adalah PGPR
berperan sebagai antagonis yang dapat mengendalikan penyakit tanaman  melalui beberapa
cara yaitu produksi antibiotik, siderofor, enzim kitinase, sianida, dan parasitisme,
sementara mekanisme secara langsung adalah PGPR dapat memproduksi pengatur tumbuh
tanaman, seperti asam indolasetat (indoleasetic acid = IAA), asam giberelat, sitokinin, dan
etilen, sebagai penyedia hara dengan menambat N2 dari udara dan melarutkan fosfat
mineral (Khalimi & Wirya, 2020).
Keberadaan PGPR dalam tanah dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Kondisi
tanah contohnya, yang meliputi pH tanah dimana bakteri mempunyai rentang spektrum
keasaman atau pH yang sangat luas dimana mereka masih bisa hidup. Pengaruh dari
adanya perbedaan pH pada lingkungan rizosfir ini sangat berperan dalam menciptakan
kondisi dimana terjadinya keanekaragaman komunitas mikroorganisme dalam tanah.
Tekstur tanah juga mempengaruhi keberadaan PGPR. Tanah pasir mempunyai ukuran pori
yang lebih besar dibandingkan tanah lempung, sehingga pergerakan mikroorgasisme tanah
dan eksudatnya akan dapat bergerak lebih leluasa. Ukuran butir atau agregat tanah yang
semakin besar ukurannya, akan mengakibatkan terjadinya pengaruh rizosfir dan
mikroorganisme yang berassosiasi dengannya menjadi lebih meluas ke daerah tanah
sekelilingnya. Limbah juga mempengaruhi keberadaan PGPR, contohnya limbah yang
bersifat cair ataupun padat mengandung bahan-bahan organik yang dapat diurai oleh
mikroorganisme. Berkembangnya mikroorganisme secara berlebihan dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit dan pencemaran lingkungan. Kompetisi terhadap ruang dan
nutrisi sangat mempengaruhi laju penghambatan patogen. Selain itu, Jenis dan umur
tanaman serta teknik budidaya yang baik sangat mempengaruhi keberadaan PGPR.
Selanjutnya yang mempengaruhi keberadaan PGPR adalah rhizodeposit yang merupakan
bahan-bahan dalam berbagai bentuk yang mengandung berbagai unsur yang dihasilkan
oleh tanaman dan berperan dalam memberikan ketersediaan bahan karbon yang membuat
daerah rizosfir mampu menjadi tempat yang baik bagi berbagai macam mikroorganisme di
dalamnya. Bahan-bahan yang dihasilkan tanaman ini digolongkan ke dalam lima kategori
yaitu exudates, secretions, mucilages, mucigel, dan lysates (Sylvia et al., 2005).

Tabel 1. Interpretasi Hasil Praktikum Kelompok 3 Rombongan II


No Uji Interpretasi
1 Antagonis Fusarium sp. +
2 Antagonis Sclerotium sp. +
3 Produksi HCN -
4 Pelarut fosfat +
5 Produksi IAA +
6 Penambat nitrogen -
7 Produksi siderofor +
Hasil praktikum kelompok 3 rombongan II menunjukkan untuk uji antagonis
Fusarium sp. hasil yang positif dimana terbentuk zona hambat jamur. Menurut Ihsanudin
et al. (2019) pengaplikasian bakteri antagonis merupakan salah satu cara mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Kelebihan pengendalian dengan memanfaatkan
bakteri antagonis adalah kemampuannya dalam berkembang dan dapat bertahan lama.
Beberapa agen yang berpotensial mengendalikan Fusarium sp. adalah Bacillus sp. dan
Pseudomonas sp. Jamur Trichoderma harzianum dan bakteri Azotobacter chroococcum
diketahui juga merupakan agen yang paling sebagai pengendali hayati terhadap jamur
patogen tanaman seperti Fusarium sp., Rhizoctonia solani, Sclerotium rolfsii dan Phytium
sp. (Kalay et al., 2018). Uji selanjutnya yaitu uji HCN dilakukan untuk mengetahui adanya
asam sianida yang dihasilkan mikroorganisme untuk menghambat pertumbuhan patogen.
Interpretasi positif pada uji HCN yaitu adanya perubahan warna pada kertas Whatmann
dari kuning hingga coklat gelap. Hasil yang didapatkan adalah negatif, ditandai dengan
kertas Whatmann tidak mengalami perubahan warna, sehingga dapat disimpulkan bahwa
pada uji HCN tidak ditemukan asam sianida yang dihasilkan mikroorganisme. Beberapa
strain dari Pseudomonas sp. dapat menghasilkan metabolit sekunder berupa HCN yang
dapat mempengaruhi metabolisme akar dan pertumbuhan akar dari tanaman. Strain dari
Pseudomonas sp. yang mampu menghasilkan sianida adalah Pseudomonas chlorophis,
Pseudomonas aureofaciens, Pseudomonas aeruginosa (Aprillia et al., 2014).
Hasil uji pelarut fosfat menunjukkan bahwa isolat bakteri mampu menghasilkan
zona bening pada medium pikovskaya yang berwarna keruh. Zona bening di sekeliling
koloni mengindikasikan bahwa isolat mampu melarutkan fosfat kompleks. Terbentuknya
zona bening pada agar terjadi akibat adanya pelarutan suspensi trikalsium fosfat
(Ca3(PO)2). Mekanisme pelarutan fosfat bakteri dikaitkan dengan kemampuannya dalam
menghasilkan asam organik. Asam organik diketahui mampu menurunkan pH dan
menyebabkan pelarutan fosfat Hal ini diduga karena adanya peranan bakteri endofit dalam
melarutkan fosfat. Bakteri pelarut fosfat berperan dalam menyediakan unsur hara fosfor
untuk diserap akar (Saridewi et al., 2020). Hasil uji bakteri endofit penghasil fitohormon
IAA menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna menjadi merah muda setelah ditetesi
reagen Salkowsky. Isolat bakteri yang mengalami perubahan warna menjadi merah muda
menunjukkan bahwa isolat bakteri mampu menghasilkan fitohormon IAA. Isolat yang
mampu menghasilkan IAA secara kualitatif akan berwarna merah muda karena adanya
interaksi antara IAA dan Fe yang membentuk senyawa kompleks (Fe2(OH)2(IA)4), IAA
merupakan indole-3-acetate. Interaksi tersebut terjadi pada suasana asam. Reaksi yang
terbentuk merupakan reaksi kompleks dan reaksi redoks ditandai dengan warna merah
muda yang dihasilkan oleh bakteri semakin tinggi (Saridewi et al., 2020).
Uji penambat nitrogen menunjukkan bahwa interpretasi negatif, hal ini
disebabkan oleh media Nitrogen free Bromothymol blue (NFB) semi solid tidak mampu
menyediakan nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri penambat nitrogen non simbiosis,
perubahan warna biru pada media NFB semi solid menunjukan bahwa tidak terdapat
aktivitas nitrogenase yang dilakukan oleh bakteri penambat nitrogen non simbiosis.
Perubahan warna pada media semi solid NFB terjadi karena sifat indikator bromthymol
blue yang berubah menjadi biru pada pH yang lebih tinggi, hal tersebut karena adanya
aktivitas nitrogenase. (Santoso et al., 2019). Uji produksi siderofor menunjukkan hasil
yang positif dimana terdapat koloni bewarna oranye atau kuning yang kontras pada media
Fe-CAS agar. Ukuran zona bening dan oranye yang dihasilkan menunjukkan kuat
lemahnya bakteri dalam menghasilkan siderofor. Kemampuan bakteri menghasilkan
siderofor merupakan komponen penting dalam PGPR, karena siderofor mampu mengikat
besi ( Fe3+) menjadi ikatan siderofor besi yang menjadi tersedia bagi tanaman. Siderofor
yang dihasilkan oleh mikroorganisme, menguntungkan tanaman karena dapat menghambat
pertumbuhan patogen. Terjadinya kekurangan Fe3+ yang dibutuhkan oleh patogen karena
Fe3+ sudah terikat oleh siderofor (Prihatiningsih et al., 2017).
DAFTAR REFERENSI
Aprillia, P., Zul, D. & Fibriarti, B. L., 2014. Seleksi Kemampuan Bakteri Pelarut Fosfat
Asal Bukit Batu Riau dalam Menghasilkan Asam Sianida. Jurnal Online
Mahasiswa Fakuktas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, 1(1), pp. 1-6.

Ihsanudin, Aidawati, N. & Liestiany, E., 2019. Uji Antagonis Pseudomonas berfluorescens
dan Bacillus sp. Dalam Menghambat Perkembangan Cendawan Fusarium
oxysporum Penyebab Layu Pada Tanaman Terong (Solanum melongena L).
Proteksi Tanaman, 2(2), pp. 118-122.

Kalay, M., Talahaturuson, A. & Rumahlewang, W., 2018. Uji Antagonisme Trichoderma
harzianum Dan Azotobacter chroococcum Terhadap Rhyzoctonia solani,
Sclerotium rolfsii dan Fusarium oxysporum secara in-vitro. Agrologia, 7(2), pp.
71-78.

Khalimi, K. & Wirya, G. N. A. S., 2020. Pemanfaatan Plant Growth Promoting


Rhizobacteria untuk Biostimulants dan Bioprotectants. Ecotrophic, 4(2), pp. 131-
135.

Oktaviani, E., Lunggani, A. T. & Ferniah, R. S., 2020. Karakter Rhizobakteri Pelarut
Fosfat Potensial dari Rhizosfer Tumbuha Mangrove Teluk Awur Kabupaten
Jepara secara Mikrobiologi. Jurnal Ilmu Lingkungan, 18(1), pp. 58-66.

Prihatiningsih, N., Djatmiko, H. A. & Lestari, P., 2017. Aktivitas Siderofor Bacillus
subtilis Sebagai Pemacu Pertumbuhan dan Pengendali Patogen Tanaman Terung.
Jurnal HPT Tropika, 17(2), pp. 170-178.

Rodriguez, Rusty, J., Henson, J., Volkenburgh, E. V., Hoy, M. & Wright, L., 2008. Stress
Tolerance in Plants via Habitat-Adapted Symbiosis. The ISME Journal, 2(1), pp.
406-416.

Santoso, K., Rahmawati & Rafdinal, 2019. Eksplorasi Bakteri Penambat Nitrogen dari
Tanah Hutan Mangrove Sungai Peniti, Kabupaten Mempawah. Protobiont, 8(1),
pp. 52-58.

Saridewi, L. P., Prihatiningsih, N. & Djatmiko, H. A., 2020. Karakterisasi Biokimia


Bakteri Endofit Akar Terung sebagai Pemacu Pertumbuhan Tanaman dan
Pengendali Penyakit Layu Bakteri in Planta. Jurnal Proteksi Tanaman Tropis,
1(1), pp. 1-8.

Sylvia, D., Fuhrmann, J., Hartel, P. & Zuberer, D., 2005. Principles and Applications of
Soil Microbiology. New Jersey: Pearson Education Inc. 

Anda mungkin juga menyukai