Anda di halaman 1dari 4

Nama : Iqbal Auni Rahman

NIM : B1A018105
Kegiatan Mencuci Tangan dan Kaitannya dengan Covid-19
Pada akhir Desember 2019, wabah pneumonia misterius atau yang saat ini dikenal
dengan yang ditandai dengan demam, batuk kering, kelelahan, dan gejala gastrointestinal,
di pasar makanan laut, Wuhan, Hubei, Cina. Wabah yang dikenal sebagai Covid-19 ini
secara cepat menyebar hampir ke seluruh dunia termasuk Indonesia [ CITATION Wua20 \l
1033 ]. Kasus positif Covid-19 di Indonesia pertama kali dideteksi pada tanggal 2 Maret
2020, ketika dua orang terkonfirmasi tertular dari seorang warga negara Jepang dan secara
cepat pandemi sudah menyebar ke 34 provinsi. Berbagai tindakan pencegahan mulai dari
3M yaitu memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak kemudian ditambah
menjauhi kerumunan serta membatasi mobilitas dan interaksi menjadi 5M menandakan
kondisi pencegahan penularan Covid-19 ini menjadi konsern utama yang mencakup
hampir seluruh aspek kehidupan saat ini. Apalagi saat dicanangkannya penerapan new
normal atau kebiasaan baru kepada seluruh elemen masyarakat. Dari 5M kita juga bisa
melihat bahwa pentingnya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan masyarakat. Cara sederhana membiasakan pola
hidup sehat dan bersih pada masa pandemi ini yaitu menerapkan cuci tangan menggunakan
sabun[CITATION Han \l 1033 ].
Hampir sama di belahan bumi lain tepatnya di Amerika Serikat melalui Centers
for Disease Control (CDC) menghimbau kepada seluruh masyarakat untuk menjaga
kebersihan tangan dengan cara mencuci tangan menggunakan sabun. Mencuci tangan
dengan sabun menghilangkan kuman dari tangan, dan mencegah infeksi oleh bakteri
karena orang biasanya menyentuh mata, hidung, dan mulut tanpa menyadarinya, yang
dimana di area tersebut bakteri dapat masuk ke tubuh. Bakteri dari tangan bisa masuk ke
makanan dan minuman dan dapat berkembang biak pada jenis makanan atau minuman,
dalam kondisi tertentu dapat menyebabkan penyakit. Melalui perantara tangan ini bakteri
dapat juga menyebar ke benda-benda lain, yang menjadi media yang kemudian dapat
menempel ke tangan orang lain. Oleh karena itu, menghilangkan bakteri atau kuman
dengan mencuci tangan dapat membantu mencegah infeksi saluran pernapasan. Dengan
mencuci tangan, maka tangan menjadi bersih dan bebas dari bakteri berjenis flora transien
yang akan mati atau dapat dihilangkan dengan cuci tangan, sedangkan flora tetap yang
sering dijumpai di bawah kuku, akan selalu ada dan bertahan hidup, apalagi tempat
tersebut menyediakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan mikroba[ CITATION
Pro12 \l 1033 ].
Walaupun cuci tangan dapat membunuh sebagian besar bakteri, namun
Carbapenemase-Producing Enterobacterales (CPE) atau bakteri yang memproduksi
carbapenem, masih bisa hidup walau sudah diberi perlakuan sabun. Hal ini menandakan
bahwa sabun tidak sepenuhnya efektif dalam menghilangkan mikroba yang ada di tangan.
Diantara kelompok bakteri ini ada yang memiliki kemampuan menghasilkan enzim
Extended Spectrum Beta Lactamase (ESBL) yang mampu melumpuhkan kerja beberapa
jenis antibiotik, contohnya adalah Klebsiella pneumoniae[ CITATION Fol16 \l 1033 ]. Hasil
percobaan yang pernah dilakukan yaitu beberapa CPE dapat menggunakan sabun sebagai
sumber nutrisi. Misalnya pada Citrobacter dan Enterobacter, untuk tumbuh di dalam
pengolahan air limbah sabun, memanfaatkan natrium lauril eter sulfat yang merupakan
bahan yang biasanya ada pada produk pembersih tubuh seperti sabun, dan pasta gigi.
Kemungkinan masih adanya bakteri atau mikroba yang dapat hidup ini juga disebabkan
oleh kandungan dari sabun yang dipakai. Pada sabun yang memiliki kandungan antibakteri
terdapat penurunan pertumbuhan bakteri. Selain itu bisa juga karena bisa memanfaatkan
sukrosa sebagai sumber karbon yang kebanyakan dari bakteri enterik ini dapat
melakukannya, sukrosa ini bisa diperoleh melalui cairan dan produk minuman yang
dibuang di sekitar tempat pembuangan air bekas cuci tangan[ CITATION Boy20 \l 1033 ].
Keterbatasan sabun dalam menghilangkan bakteri, serta membutuhkan air untuk
memakainya membuat beberapa orang menggunakan metode lain dalam membersihkan
tangan yaitu dengan hand sanitizer. Hand sanitizer yaitu sebuah produk berbentuk gel atau
spray yang memiliki kandungan antiseptik sebagi pembersih tangan yang jika
menggunakannya tidak perlu dibilas dengan air. Hand sanitizer merupakan pembersih
tangan yang mengandung bahan aktif alkohol 60% yang menurut CDC dapat mencegah
penyebaran kuman, termasuk Covid-19. Hand sanitizer sangat efektif mematikan flora
transien dan residen dibandingkan dengan menggunakan sabun biasa maupun sabun
antiseptik. Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), hand sanitizer bisa
membunuh kuman dalam waktu kurang dari 30 detik. Penggunaan Hand sanitizer juga
dapat mengurangi pencemaran tanah oleh limbah air sabun. Antibakteri pada residu sabun
bila terakumulasi ke tanah dapat menganggu bakteri pada tanah, Tanah yang tadinya
memiliki pH yang netral, menjadi terganggu. Busa melimpah dalam sabun juga sulit diurai
oleh bakteri yang dapat mengakibatkan penurunan pada tingkat kesuburan tanah [ CITATION
Nak20 \l 1033 ].
Saat ini kita dihadapkan dengan pandemi yang belum tahu kapan akan berakhir,
penerapan protokol kesehatan dari pemerintah sangat penting dilakukan agar kasus
pandemi Covid-19 ini dapat dikendalikan. Salah satunya dengan mencuci tangan
menggunakan sabun atau bisa juga dengan hand sanitizer. Kegiatan tersebut memang
bukan untuk mengobati, namun setidaknya dapat mencegah dari penularan virus yang
sedang menjadi perhatian seluruh dunia. Limbah bekas sabun juga dapat mempengaruhi
lingkungan sekitar, maka dari itu sebaiknya perlu adanya penanganan lebih lanjut terhadap
masalah ini, Jangan sampai badan kita sehat dan terjaga dari virus tetapi lingkungan kita
rusak karena cara membuang bahan yang digunakan sebagai pencegah virus, ditangangi
dengan cara yang salah.
DAFTAR REFERENSI
Boyle, M. A., Kearney, A. D., Sawant, B. & Humphreys, H., 2020. Assessing the Impact
of Handwashing Soaps on The Population Dynamics of Carbapenemase-Producing
and Non-Carbapenemase-Producing Enterobacterales. Journal of Hospital
Infection, 105(4), pp. 678-681.
Follador, R., Heinz, E., Wyres, K. L., Ellington, M. J., Kowarik, M., Holt, K. E. &
Thomson, N, R., 2016. The Diversity of Klebsiella pneumoniae Surface
Polysaccharides. Microbial Genomics, 2(8), pp. 1-15.
Nakoe, M. R., Lalu, N. A. S. & Mohamad, Y. A., 2020. Perbedaan Efektivitas Hand-
Sanitizer dengan Cuci Tangan Menggunakan Sabun Sebagai Bentuk Pencegahan
Covid-19. Jambura Journal of Health Sciences and Research, 2(2), pp. 65-70.
Proverawati, A. & Rahmawati, E., 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Safitri, H. I. & Harun, 2021. Membiasakan Pola Hidup Sehat dan Bersih pada Anak Usia
Dini Selama Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini,
5(1), pp. 385-394.
Wua, Y. C., Chena, C. S. & Chan, Y. J., 2020. The outbreak of COVID-19: An overview.
Journal of the Chinese Medical Association, 83(3), pp. 217-220.

Anda mungkin juga menyukai