Anda di halaman 1dari 11

Kegiatan Praktikum II

ANALISIS KUALITAS SPERMA IKAN

Hari : Jumat
Tanggal : 13 Maret 2020

Nama : Iqbal Auni Rahman


NIM : B1A018105
Rombongan : VI
Kelompok :3
Asisten : Balqist Nadia Rahmah

LABORATORIUM DAN PERKEMBANGAN HEWAN


FAKULTAS BIOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
PURWOKERTO
2020
I. PENDAHULUAN

A. Tujuan

Tujuan praktikum analisis kualitas sperma ikan adalah untuk melakukan


analisis sperma dan menentukan kualitas spermatozoa hewan uji.

B. Manfaat
Manfaat praktikum analisis kualitas sperma ikan adalah memperoleh
keterampilan untuk menentukan kualitas spermatozoa yang dapat diaplikasikan
pada manusia, hewan ternak, maupun satwa langka.
II. MATERI DAN PROSEDUR KERJA

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum analisis sperma ikan adalah


object glass, cover glass, cavity slide, mikroskop cahaya, kertas tisu, tusuk gigi,
stopwatch, haemocytometer, spuit 1 ml tanpa jarum, pipet tetes, well plate, hand
counter, alat tulis, dan lembar kerja.
Bahan-bahan yang diperlukan dalam praktikum analisis kualitas sperma
ikan adalah milt ikan nilem (Osteochilus vittatus), Larutan NaCl fisiologis
(0,9%), dan akuades. pH indicator?

B. Prosedur Kerja

Prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah:


a. Pengamatan Parameter Makroskopis
1. Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan dipersiapkan.
2. Ikan jantan diangkat dari akuarium lalu disekitar genital pore dibersihkan
menggunakan tisu.
3. Dinding abdomen diurut secara halus mulai dari depan sirip abdomen
menuju genitalia pore hingga keluar cairan putih kental atau milt.
4. Milt yang diperoleh ditampung dan diukur menggunakan spuit tanpa jarum,
dicatat volume yang diperoleh.
5. Sebanyak satu tetes milt diletakkan di atas gelas objek untuk pengujian
viskositas milt, pH, bau, dan warna sisanya diencerkan secara bertingkat
untuk perhitungan jumlah dan motilitas spermatozoa.
6. Milt di atas gelas objek diuji viskositasnya melalui gerakan seperti
menyendok milt menggunakan tusuk gigi, lalu waktu saat kekentalan milt
berubah dicatat.
7. Milt diukur pH-nya menggunakan kertas pH meter sampai berubah warna
dan dicocokan dengan skala warna.
b. Pengenceran Bertingkat
1. Milt diencerkan di dalam well plate. Well pertama diisi dengan 0,1 ml milt
dan dicampurkan dengan 0,9 ml NaCl fisiologis lalu dihomogenkan dengan
menyedotnya menggunakan spuit beberapa kali hingga didapatkan
pengenceran 10X.
2. Well kedua diisi dengan 0,1 ml milt dari pengenceran pertama kemudian
ditambahkan lagi dengan 0,9 ml NaCl fisiologis dan dihomogenkan hingga
didapatkan milt dengan pengenceran 100X. Hal serupa terus dilakukan
hingga didapatkan pengenceran 10.000X.
c. Pengamatan Parameter Mikroskopis
1. Milt dengan pengenceran 100X diletakkan di atas cavity slide dan diuji
motilitasnya. Setengah bagian dari cavity slide ditutup dengan cover glass,
diamati di bawah mikroskop cahaya hingga didapatkan fokus yang jelas,
selanjutnya akuades diteteskan di daerah cavity slide yang tidak tertutup
cover glass dengan tujuan mengaktivasi pergerakan spermatozoa.
2. Diamati dan dicatat motilitas serta proporsi spermatozoa yang motil dan non
motil.
3. Haemocytometer disiapkan dan dibersihkan dari debu dan kotoran lain
kemudian diletakkan di bawah mikroskop lalu difokuskan pada bilik hitung
yang akan digunakan dan ditutup dengan cover glass.
4. Milt pengenceran 10000X diteteskan menggunakan pipet tetes pada
perbatasan antara haemocytometer dengan cover glass.
5. Spermatozoa di dalam bilik hitung diamati dan difokuskan dengan baik,
6. Jumlah spermatozoa di dalam bilik hitung dihitung dengan bantuan hand
counter.
7. Morfologi spermatozoa dievaluasi di bawah mikroskop, bentuk kepala dan
ekor spermatozoa diamati dan dicatat di dalam lembar kerja.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

a. Parameter Makroskopis
1. Volume : 0,9 ml
2. Bau : Anyir, amis
3. Warna : Putih susu
4. pH :8
5. Viskositas : 1 menit 39 detik

Tabel 1. Akumulasi Data Pengamatan Viskositas Spermatozoa Rombongan


VI

K1 K2 K3 K4 K5 Rata-rata

Viskosita
213 107 98 336 215 192,6
s

b. Parameter Mikroskopis
Tabel 2. Akumulasi Data Pengamatan Motilitas Spermatozoa Rombongan VI

K1 K2 K3 K4 K5 Rata-rata
Presentase sperma 100 90 67 40 30 70,4
motil (%)
Presentase sperma 0 10 33 60 70 29,6
non motil (%)
Tabel 3. Akumulasi Data Pengamatan ∑ Total Spermatozoa Rombongan VI

K1 K2 K3 K4 K5 Rata-rata
∑ Total
Spermatozo 13,4 x 170,2 x 48,5 x 14,2 x 58,6 x
60,98 x 1012
a (sel/ml) 1012 1012 1012 1012 1012

Perhitungan:
Kotak 1 = 67 Kotak 3 = 80 Kotak 5 = 79
Kotak 2 = 74 Kotak 4 = 79
Jawab :
∑ Total Sperma = rata-rata 5 kotak x 64.106 x faktor pengenceran
= 75,8 x 64.106 x 104
= 48,5 x 1012 sel/ml
. .
. . .
. .
. .

. .
.
. .

1.
. . .
. . .
. .
2
. .
Gambar 1. Bilik Hitung Haemocytometer
c. Morfologi Spermatozoa

Gambar 2. Mikroskopis Sperma Ikan Nilem


Keterangan gambar:
1. Kepala
2. Ekor
B.Pembahasan

Parameter makroskopis yang diamati dalam analisis kualitas spermatozoa


ikan adalah volume, bau, warna, pH, dan viskositas. Ikan nilem (Osteochilus
vittatus) jantan yang masak kelamin dapat menghasilkan sekitar 1-1,5 ml milt
dalam keadaan ejakulasi alami, namun jika dikeluarkan dengan teknik stripping
paling banyak hanya diperoleh 1 ml milt[ CITATION BGJ91 \l 1057 ]. Milt pada ikan
rata-rata memiliki pH berkisar antara 7.5 – 8.5, milt ikan yang baik memiliki nilai
lebih kearah asam. Warna milt secara umum adalah putih keruh, putih susu, krem,
krem kekuningan, sampai warna putih keabu-abuan. Viskositas milt ikan bisa
dianalisis dari sifat cairannya yaitu kental, sedang, atau encer [ CITATION RIA12 \l
1057 ].
Hasil yang didapatkan kelompok 3 rombongan VI pada pengamatan
parameter makroskopis adalah untuk volume sebesar 0,9 ml, berbau anyir dan
amis, berwarna putih susu, pH sekitar 8 atau basa, serta untuk pengujian
viskositas dari encer ke kental membutuhkan waktu sekitar 1 menit 39 detik (98
detik). Perbedaan yang dapat terlihat antar kelompok di rombongan VI adalah
viskositas, perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh frekuensi milt yang diuji dan
kondisi lingkungan pada saat pengukuran. Nilai pH yang diukur di kelompok 3
kurang baik kualitasnya jika dibandingkan dengan kebanyakan ikan normal pada
umumnya mempunyai pH lebih kearah asam karena sel-sel spermanya akan lebih
aktif bergerak sehingga akan menghasilkan asam laktat yang lebih banyak dan
menyebabkan pH nya akan rendah[ CITATION Set09 \l 1057 ].
Analisis mikroskopis dilakukan terhadap morfologi, motilitas dan jumlah
sperma. Penggunaan larutan fisiologis NaCl sebagai bahan pengencer juga
mempengaruhi hasil pengamatan. Larutan NaCl memberi sifat buffer
mempertahankan pH milt dalam suhu kamar, bersifat isotonis dengan cairan sel,
melindungi spermatozoa terhadap coldshock dan penyeimbangan elektron yang
sesuai[ CITATION Ind18 \l 1057 ]. Struktur spermatozoa ikan pada umumnya
memiliki morfologi yang terdiri dari kepala yang mempunyai bentuk agak bulat
dan ekor yang panjang. Gambaran bentuk sperma yang matang pada ikan terdiri
dari kepala, leher dan ekor flagelata [ CITATION RAf04 \l 1057 ]. Pengamatan yang
dilakukan tidak terlihat leher hanya teramati bagian kepala dan ekor saja.
Morfologi sperma memiliki hubungan dengan kemampuan pergerakan
spermatozoa dalam membuahi sel telur, yaitu terkait bentuk kepala serta panjang
atau pendeknya ekor, dengan rasio perbandingan antara panjang kepala dan ekor
sekitar 1:30 (Fauvel et al., 2010).
Presentase motilitas yang didapatkan rombongan VI pada tiap kelompok
berbeda hasilnya, kelompok 1 memiliki presentase sperma motil 100%, kelompok
2 teramati 90% sperma motil dan 10% non motil, kelompok 3 memiliki sperma
motil sebesar 67% dibanding 33% sperma non motil. Kelompok 4 presentase
antara sperma motil dibanding sperma non motil adalah 40% : 60%, serta pada
kelompok 5 didapatkan hasil 30% sperma motil dan 70% sperma non motil, jika
dirata-rata pada rombongan VI memiliki presentase sperma motil sebesar 70,4%
dan sperma non motil sebesar 29,6%. Teramati dengan adanya penambahan
larutan NaCl pada pengenceran sperma, maka lama waktu aktivitas sperma
menjadi panjang. Adanya peningkatan waktu tersebut dapat memperpanjang daya
tahan hidup dan keaktifan gerak spermatozoa (Nainggolan et al., 2015).
Penghitungan jumlah spermatozoa yang diamati yaitu menggunakan
haemocytometer seperti cara menghitung jumlah eritrosit, dari lima lapang
pandang/kotak yang diamati diperoleh hasil pada kotak 1,2,3,4, dan 5 secara
berurutan berjumlah 64, 74, 80, 79, dan 79. Jumlah total spermatozoa kelompok 3
yaitu 48,5 x 1012 sel/ml, hasil tersebut berbeda dengan kelompok lain. Terlihat
pada kelompok 2 memiliki jumlah paling banyak di rombongan VI yaitu 170,2 x
1012 sel/ml, sementara yang paling sedikit yaitu kelompok 1 dengan jumlah 13,4 x
1012 sel/ml. Kelompok 4 dan 5 secara berurutan memiliki jumlah total
spermatozoa 15,36 x 1012 sel/ml dan 58,6 x 1012 sel/ml, rata-rata pada rombongan
VI pada jumlah total spermatozoa sekitar 60,98 x 10 12. Hasil diatas menunjukkan
bahwa tiap-tiap kelompok berbeda hasilnya padahal milt yang diambil berasal dari
individu yang sama, hal ini dikarenakan larutan NaCl fisiologis hanya bisa
digunakan 60 menit setelah penampungan, seiring bertambahnya waktu sumber
energi yang dibutuhkan spermatozoa semakin berkurang, yang dimana pada saat
melakukan pengamatan setiap kelompok berbeda waktunya, sehingga
mempengaruhi hasil akhirnya[ CITATION Ind18 \l 1057 ]. Berdasarkan uraian diatas
bahwa volume milt dan jumlah total spermatozoa yang diamati melebihi batas
normal karena biasanya volume milt yang dihasilkan dari satu ekor ikan nilem
(Osteochilus vittatus) berkisar 0,5 ml dan jumlah total spermatozoa adalah 3,33 x
1011 sel/ml[ CITATION WYa92 \l 1057 ] perbedaan tersebut bisa disebabkan karena
kualitas sperma tergantung pada faktor lingkungan, termasuk musim kawin,
perubahan suhu, penyinaran, salinitas air dan polusi dengan zat kimia[ CITATION
RKK19 \l 1057 ]. Rasio kepala dan ekor belum dibahas?
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan di atas maka dapat diambil kesimpulan


sebagai berikut:
1. Volume milt diperoleh 0,9 ml, berwarna putih susu yang menandakan
sperma dalam keadaan normal, berbau amis dan anyir menunjukkan tidak
ada penurunan kualitas sperma, pH sperma 8 yang kurang sesuai dengan
keadaan normal sperma pada ikan, dan visositasnya 1 menit 38 detik
menunjukkan sperma dalam kondisi normal. Perhitungan motilitas
spermatozoa diperoleh jumlah total spermatozoa adalah 48,5 x 1012
sel/ml. Bentuk sperma dalam bentuk yang normal.
2. Rata-rata spermatozoa pada pengamatan kali ini berada pada kondisi
normal.
B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini adalah, pada saat melakukan pengamatan di
bawah mikroskop, pastikan terlebih dahulu lensa, object glass, cover glass, cavity
slide, dan haemocytometer dalam keadaan bersih agar tidak mengganggu
pandangan saat pengamatan dan tidak mempengaruhi hasil akhirnya.
DAFTAR REFERENSI

Affandi, R. & Tang, U., 2004. Fisiologi Hewan Air. Riau: Uni Press.

Arifiantini, R. I., 2012. Teknik Koleksi Dan Evaluasi Semen pada Hewan. Bogor:
IPB Press.

Fauvel, C., Suquet, M. & Cosson, J., 2010. Evaluation of Fish Sperm Quality.
Journal of Apllied Ichthyology, 25(5), pp. 633-643.

Jamieson, B. G., 1991. Fish Evolution and Systematics: Evidence from Spermatozoa
(With a survey of Lophophorate Echinoderm and Protochordatesperm and
An Account of Gamete Cryopreservation. New York : Cambridge University
Press.

Kowalski, R. K. & Cejko, B. I., 2019. Sperm Quality in Fish: Determinants and
Affecting Factors. Theriogenology, Volume 135, pp. 94-108.

Nainggolan, R., Monijung, R. D. & Mingkid, W., 2015. Penambahan Madu dalam
Pengenceran Sperma Untuk Motilitas Spermatozoa Fertilisasi dan Daya Tetas
Telur Ikan Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Budidaya Perairan, 3(1), pp.
131-140.

Sari, I. T. M., 2018. Pengaruh Penambahan Madu Pada Media Pengencer NaCl
Fisiologis Terhadap Kualitas Spermatozoa Ikan Baung (Hemibagrus
nemurus) Selama Masa Penyimpanan. Jurnal Faculty of Fisheries and
Marine Sciences University of Riau, 1(1), pp. 3-13.

Setyono, B., 2009. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma
Ikan Skim Kuning Telur Terhadap Laju Fertilisasi Laju Penetasan dan
Sintasan Ikan Mas (Cyprinus carpio L.). GAMMA, 5(1), pp. 1-12.

Yatim, W., 1992. Reproduksi dan Embriologi. Bandung: Tarsito Press.

Anda mungkin juga menyukai